Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Tuesday, 6 September 2011

Love's Arrived chapter 4 part 1


Love’s Arrived
Chapter 4 part 1

Begitu pulang ke Palembang, Gisela langsung menceritakan segalanya kepada mama dan kokonya. Kokonya setuju saja dengan keputusan adik satu-satunya ini, sedangkan mamanya sempat ragu. Tapi Gisela menunjukkan keteguhan hatinya dengan gigih dan mamanya yakin anaknya ini udah nggak bisa dicegah. Tapi mamanya memperingatkan Gisela untuk menyampaikan sendiri semua ini kepada papanya. Gisela sengaja mengulur waktu, tiap malam nangkring di rumah Viona, minta semangat dan pendapat supaya dia berani menghadapi papanya. Akhirnya segalanya udah nggak bisa diulur lagi, pagi-pagi buta Mrs. Yan sudah menelepon dan akan menjemput Gisela besok jam sembilan pagi dan langsung terbang ke Taipei. Gisela menarik nafas panjang, menghampiri papanya yang sedang baca buku sejarah China, seperti kebiasaannya setelah makan malam.

“Pa… Gisela akan berangkat ke Taiwan besok,” kata Gisela, berpikir to the point mungkin lebih rasional untuk tipikal papanya.
“Taiwan? Kau mau ngapain?” tanya papanya, meletakkan buku di meja.
“Pa, aku ketemu pencari bakat waktu ke Jakarta kemarin dan aku akan dijadikan artis.”

Papa diam saja.

“Mereka dari Famous Production yang paling terkenal di Taiwan. Artis mereka sudah banyak, ada LI LIANG dan HUA XIANG. Jadi aku disuruh meniti karir di sana. Besok mereka akan menjemputku,” jelas Gisela lancar.
“Jangan main-main. Kau baru 18 tahun, kau harus kuliah! Belajar! Dunia artis itu sesuatu yang tidak pasti!” teriak papa, wajahnya memerah.
“Tapi, pa…”
“Mau berangkat ke Taiwan? Kau pikir kau bisa jadi artis terkenal disana? Mereka sudah kebanyakan artis! Kau bisa bersaing dengan mereka? Pokoknya kau tidak boleh pergi!”
“Pa, aku tetap akan kuliah disana! Mereka sudah merencanakan aku untuk masuk universitas yang sama dengan Xiao Wei, Wen Chun ge dan Xiang Chen ge. Aku akan pilih jurusan antara sastra mandarin dan sejarah China atau seni…”
“Kau pikir kau masih bisa kuliah kalau sudah jadi artis?”
“Aku bisa! Aku juga bisa jadi terkenal! Aku akan buktikan itu!”
“Bagus… kau berani melawan papa! Bagaimana dengan bahasa mandarin-mu? Kau pikir bahasa mandarin-mu bagus?”
“Pa… aku akan belajar. Aku akan berusaha… dan aku yakin aku bisa! Aku akan buktikan ke papa!”
“Terserah kau! Jangan pulang lagi kalau kau tidak berhasil membuktikan apapun!”

Gisela terdiam, air mata membanjiri matanya, tapi dia tetap bertahan. LI LIANG… Xiang Chen ge… berikan kekuatan untukku…

“Aku bertaruh!!!” teriak Gisela.

Papa kesal dan masuk ke kamar. Gisela menangis, tapi dia menahan agar dirinya tidak terisak-isak. Dia sedang meyakinkan dirinya… benarkah keputusannya?

*******

Mama dan koko Gisela bersama dengan Viona dan Lydia mengantar keberangkatan Gisela di bandara (Chaterine di Jakarta titip banyak pesan lewat Lydia). Viona banyak menghibur Gisela sejak kejadian semalam, Viona mendengar pertengkaran itu karena rupanya Gisela berteriak kelewat batas semalam. Mrs. Yan agak khawatir melihat mata Gisela yang bengkak. Mama dan Mrs. Yan rupanya cocok, keduanya ngobrol cepat pakai bahasa mandarin dan sesekali tertawa.

“Nah, Gis… kau harus berusaha, ya, disana,” kata Lydia memberi semangat.
“Pokoknya namamu harus terdengar sampai ke Indonesia,” tegas Viona.
“Pasti…” janji Gisela.
“Oh ya, kalau butuh bantuan apa aja, ingat tiga sahabatmu ini ya,” kata Lydia.
“Kalau udah terkenal jangan lupain kami…” ucap Viona, matanya berkaca-kaca.
“Mana mungkin aku lupa sama kalian… kalian selamanya teman terbaikku…”

Gisela memeluk Lydia dan Viona bergantian.

“Mrs. Yan, bang wo men zao gu Mei-Mei (tolong bantu kami jaga Mei-Mei),” mohon Lydia.
“Itu sudah pasti, Lydia. Dia aset kami dan aku sayang sekali padanya,” janji Mrs. Yan, memegang bahu Gisela.
“Doain aku…” pinta Gisela.
“Selalu, Gis…” kata Viona.

Gisela, Mrs. Yan dan beberapa bodyguard duduk di dalam pesawat. Gisela dan Mrs. Yan duduk bersebelahan.

“Oh ya, Mei-Mei… untuk sementara kau akan tinggal di rumah LI LIANG. Kebetulan rumah bersama mereka masih ada tiga kamar kosong,” jelas Mrs. Yan membuat Gisela terkejut, “sementara kami carikan rumah untukmu yang berdekatan dengan artis dari rumah produksi kita juga, supaya kau cepat menyesuaikan diri di Taipei.”

Serumah dengan LI LIANG? Dengan Xiang Chen ge? Gisela mulai masuk ke dunia khayalan. Dia membayangkan adegan Alex menyuapinya, hingga tidur bersama! Tidur bersama? Duh… aku kayak cewek murahan aja! Mana boleh aku semudah itu bersedia tidur dengannya? Tapi kalau dia minta… gimana ya… apa bisa aku menolaknya?

“Mei-Mei? Hei, Mei-Mei, kau tidak setuju, ya?” tanya Mrs. Yan yang heran melihat posisi ‘berkhayal’-nya Gisela.
“No… no… I’m agree…” kata Gisela cepat-cepat.
“Just live there for a while…” lanjut Mrs. Yan.

Selamanya juga nggak apa-apa kok… Maunya Gisela, sih.

*******

Jam tujuh malam, akhirnya sopir Mrs. Yan mengantarkan Gisela ke rumah LI LIANG. Begitu sampai di Taipei, Mrs. Yan harus langsung laporan ke Famous Production, jadi dia menyerahkan Gisela ke sopirnya. Rumah bersama LI LIANG besar sekali, ada gerbang hitam tinggi di depan rumah, rumah dikelilingi dengan pagar hitam senada dengan gerbangnya. Sopir membukakan pintu gerbang untuk Gisela. Gisela berhenti di depan pintu rumah yang berwarna putih, tiga kopernya yang besar diletakkan di samping dan belakangnya. Gisela memencet bel di sebelah kanan pintu. Setelah bunyi ketiga, pintu dibuka oleh Nathan yang hanya memakai kaos biasa, seperti layaknya cowok-cowok biasa di rumah.

“Mei-Mei! Aku udah duga kau bakal sampai jam segini! Masuk!” Nathan ngomong cepat sekali sambil tersenyum dan membantu mengangkat koper Gisela, “hei! Mei-Mei datang, nih!”

Gisela suka interior rumah bersama LI LIANG, temboknya berwarna biru langit, ruang tamu sangat luas dan dilengkapi sofa-sofa hijau muda berbulu yang empuk sekali. Udaranya segar dan tampaknya rumah terawat dengan baik. Nathan meletakkan koper Gisela di pojok ruangan, sementara langkah-langkah cepat terdengar dari bagian dalam rumah. Michael, Albert dan Alex muncul dengan kaos biasa juga. Seperti biasa, Michael terlihat cakep. Albert tampak seperti cowok bukan artis. Rambut Alex mencuat di bagian poni dan belakang kepala, berantakan sekali. Gisela mendengus lucu dan tampaknya Alex menyadarinya. Dia segera merapikan rambutnya dengan tangannya, tapi rupanya rambutnya membandel.

“Senang sekali kau nginap di sini, Mei-Mei. Sorry, rumah kami berantakan,” kata Alex.
“Nggak kok, rumah kalian rapi dan udaranya enak sekali,” puji Gisela tulus.

Michael kontan berpandangan dengan Nathan, tapi Gisela kurang paham apa maksudnya.

“Sebelum kami mengajakmu tur keliling rumah, kau bisa pilih kamar, Mei-Mei. Di rumah ini ada tujuh kamar, kamarku di lantai ini paling belakang, dekat kebun; kamar Wen Chun di lantai dua sebelah kiri, dia dapat fasilitas balkon dan bisa ngintip ke jalanan di depan; kamar Xiang Chen lewat ruang tamu ini, di sebelah kiri; kamar Ming Jun di lantai dua, di belakang ruang keluarga, sebelah kiri,” jelas Michael, Gisela mengerutkan dahinya, berusaha mencerna bahasa mandarin Michael yang cepat, “nanti kita ajak berkeliling supaya kau langsung paham. Kau punya pilihan kamar berseberangan dengan Xiang Chen, di lantai dua berseberangan dengan Wen Chun atau yang berseberangan dengan Ming Jun.”

Gisela memutar otak. Menyolok tidak ya kalau aku pilih seberangan kamar dengan Xiang Chen ge? Tapi gimana nih… soalnya aku pengen sekali dekat dengan kamarnya…

“Ehm… aku mau kamar yang berseberangan dengan Xiang Chen ge.”

Nathan berpandangan dengan Alex dan ada kilatan sekilas di mata Alex.

“Oke, aku akan bawa semua barang ke kamarmu. Langsung bisa ditempati kok, kita udah beres-beres tadi,” kata Nathan, mengangkat dua koper Gisela sekaligus.
“Ehm… berhubung Xiao Wei dan Wen Chun ada kerjaan, nggak apa-apa kan kalau aku yang mengantarmu tur?” tanya Alex, tangan kanannya menggaruk-garuk belakang kepalanya.
“Thanks for your kindness, I’m really happy,” kata Gisela, tersenyum manis sekali.

Albert dan Michael menyingkir ke bagian dalam rumah.

“Nah, ini ruang tamu.”

Alex lalu mengajak Gisela ke bagian dalam rumah. Setelah ruang tamu, ada dua pintu di kanan dan kiri ruangan.

“Ini kamarku. Tapi kau tidak bisa masuk sekarang, soalnya…”
“Soalnya?”
“Soalnya… nanti aja aku ajak, ya. Ini di seberang, kamarmu. Mau langsung lihat?”

Gisela mengangguk. Pintu kayu berwarna hijau muda dibuka.

“Hei, Mei-Mei… ini kamarmu,” kata Nathan yang sudah meletakkan semua koper Gisela di samping ranjang.

Ada spring bed yang empuk sekali di kamar. Jendela besar menghadap ke taman yang indah di samping rumah. Kamarnya indah… aku senang deh bisa tinggal disini…

“Kalau ada perabotan yang perlu ditambah, jangan ragu minta sama kami,” kata Alex.

Kemudian tur dilanjutkan ke ruang makan dan dapur. Ada tangga menuju lantai dua di seberang dapur. Kamar Michael setelah ruang makan, pintu sebelah kiri. Alex langsung membuka pintu kamar Michael. Michael lagi duduk di ranjangnya, membaca kertas-kertas.

“Oh, Mei-Mei… zhe shi wo de fang jian (ini kamarku),” ucap Michael, beralih dari kertas yang dibacanya.
“Kamarmu rapi sekali, Xiao Wei,” puji Gisela.

Kamar Michael memang tak tampak seperti kamar cowok yang biasanya berantakan, kamarnya malah tertata sangat apik. Keluar dari kamar Michael, Alex mengajak Gisela ke belakang rumah. Gisela sudah bisa melihat kolam renang dari balik pintu kaca.

“Kami biasa berenang disini. Kau bisa ke depan rumah lewat kanan dan kiri rumah, ada taman-taman kecil di pinggir rumah, yang kau lihat dari jendela kamarmu tadi,” jelas Alex, “nah, ayo kita ke lantai dua.”

Sampai ke lantai dua, Gisela menyadari rumah ini terdiri dari tiga lantai. di hadapan mereka ada balkon besar yang bisa digunakan untuk mengintip jalanan di depan rumah. Ada juga pintu di kanan-kiri ruangan sebelum pintu balkon itu.

“Wen Chun, kami masuk ya.”

Kamar Albert berantakan sekali, kertas-kertas, pakaian, bahkan ranjangnya tidak rapi.

“Hei… harusnya kau nggak boleh masuk sini, Mei-Mei. Aku jadi malu,” kata Albert, berusaha merapikan ranjangnya.
“Never mind… aku udah terbiasa dengan pemandangan kamar cowok, soalnya aku juga punya ge ge di rumah,” ucap Gisela maklum.

Agak ke belakang rumah, ada ruang keluarga yang besar sekali. Ada TV ukuran besar dilengkapi dengan satu set home theatre mahal.

“Kita suka karaokean disini.”

Di sebelah kiri ruangan ada lorong menyempit yang rupanya menuju dua kamar tersisa. Ada pintu berseberangan di ujung ruangan. Alex membuka pintu sebelah kiri, kamar Nathan. Kamarnya rapi seperti kamar Michael, ada balkon yang rupanya bisa melihat kolam renang di belakang rumah. Lalu mereka ke lantai tiga. Di sana terdiri dari dua ruangan besar, pintu yang berhadapan dengan tangga adalah ruang gym. Peralatan gym di sana lengkap sekali.

“Jadi kita nggak perlu susah-susah ke gym lagi.”

Ruangan satunya rupanya ruang basket indoor. Lantainya sudah didesain sesuai lantai lapangan basket dan dua ring nangkring di kanan-kiri ruangan. Akhirnya tur selesai juga. Alex mengantar Gisela ke depan kamarnya.

“Ehm… pokoknya bilang aja kalau perlu sesuatu. Oh ya, kau juga udah lihat di lantai satu ada satu kamar mandi dan di lantai dua ada dua kamar mandi yang bisa kau pakai,” jelas Alex, tampak mengingat-ingat, “dan… aku kurang bagus berbahasa Inggris, jadi jangan ngomong banyak dan cepat pakai bahasa Inggris, ya.”
“Oke deh… xie xie ni, Xiang Chen ge,” kata Gisela.

Bahasa Inggris-nya nggak bagus? Lucu deh… aku pasti kasih tau Viona…

“Udah malam, sebaiknya kau istirahat… sampai ketemu besok.”

Gisela membongkar koper dan menyusunnya sebelum tidur. Dia juga menyusun pasukan bonekanya di sekeliling ranjang, tidak lupa si penyu juga dibawa. Thanks God, it will be good for my beginning… good night, Xiang Chen ge…

*******

2 comments:

  1. sdihnya pasti papa n mama nya gisela melepas kepergian gisela di negara org...


    lanjut ya jie critanya^^

    ReplyDelete
  2. tapi papanya kan marah2 dek... hahaha
    ini seru... ditungguin aja XD

    ReplyDelete