Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Monday, 5 September 2011

No Other The Story chapter 3


MANSHI’S DIARY
CHAPTER 3
SUPER GIRL

                Aku, Cai Manshi. Aku boleh saja orang Chinese, mama dan babaku tinggal di Beijing, tapi aku sekarang berkelana di Seoul. Umurku 19 tahun, tinggi badanku 160 cm, berat badanku… yah, mungkin orang akan bilang aku gemuk. Eits, jangan salah, aku sangat modis lho. Biar gemuk begini, aku paling pintar memadu padankan fashion, dari baju sampai ke aksesorisnya. Jadi bisa dibilang, aku ini modis dan keren. Oh, tentang berkelana di Seoul itu, sebenarnya bukan tujuanku datang ke Negara tetangga ini hanya untuk berkelana. Aku sebenarnya mau mencari kerja. Intinya orangtuaku tadinya ingin aku kuliah di Beijing, tapi aku bilang aku tidak mau kuliah. Nah, pada waktu itu, aku berkenalan dengan seorang teman dari Seoul, via internet. Ada orang bilang, jangan pernah percaya pada teman yang kau kenal lewat internet, apalagi kau tak pernah lihat wajahnya. Rupanya pepatah itu benar. Dihitung-hitung sampai sekarang, mungkin aku sudah setahun kenal dengan cowok itu. Ya, cowok dengan nama account Twitter strongraccoon-aneh kan? Dia entah punya pekerjaan apa, tapi dia punya banyak followers, yah, sejenis punya banyak fans begitu. Kami saling mention, hangul-ku sudah sangat bagus (aku dulu ikut kursus), yah, begitulah kami saling mengenal dulu sewaktu aku masih di Beijing. Aku cerita padanya aku tidak mau berkuliah, dan dia menawarkan aku untuk datang ke Seoul dan dia akan membantuku cari kerja. Setelah dapat persetujuan dari mama dan babaku, aku sepakat akan ke Seoul. Tepat tiga hari sebelum keberangkatanku ke sana, si rakun bilang dia terpaksa menutup account Twitter-nya, tapi dia memberikanku nomor handphone-nya untuk aku hubungi begitu aku sampai di Seoul. Jadi, aku dengan tenangnya berangkat ke Seoul. Tapi kalian tebak apa yang terjadi… begitu sampai di Seoul, AKU TIDAK BISA MENGHUBUNGINYA! Gila kan? Nomor itu rupanya tidak aktif, aku seperti orang buta di Seoul, berusaha mencari tempat tinggal dengan uang saku terbatas yang diberikan orangtuaku. Begitu aku internetan lagi, aku benar-benar tidak menemukan accountnya lagi. Sampai sekarang, aku hanya bilang pada orangtuaku aku belum dapat kerja, tapi aku tidak berani cerita aku dibohongi teman cyber-ku. Sampai sekarang yang ada di otakku hanya dua hal: satu, aku mau cari kerja, dua, aku benci strongraccoon. Aku akan menyihirnya jadi rakun asli kalau suatu hari aku bertemu dengannya. AKU BERSUMPAH! Tapi buktinya, setelah setengah tahun aku di Seoul, aku sama sekali tidak menemukan jejaknya. Ataupun menemukan pekerjaan. Aku sial.
                Dan disinilah aku berjalan sekarang, di tepian jalan kota Seoul yang gemerlapan di malam hari, still jobless. Sampai kapan aku harus sial begini sih?

                “Aduh, aku tidak tau kalau dua dari tiga alamat yang aku cari ternyata salah.”

                Aku mendengar bahasa yang kukenal, bahasa mandarin. Aku menoleh ke arah kiriku, disana di bangku tengah taman kota, ada tiga gadis sedang duduk. Mereka membawa enam koper besar, belum lagi satu tas backpack yang cukup besar, yang dipanggul gadis yang paling mungil dan paling bulat di antara mereka. Dari cahaya samar lampu taman, aku bisa lihat tampang mereka kelelahan. Penasaran, aku maju dua langkah untuk mendengar pembicaraan mereka supaya lebih jelas. Sekarang aku juga bisa melihat mereka dengan jauh lebih jelas. Yang duduk di tengah gadis kurus, di kanannya gadis mungil tadi, dan di kirinya gadis berambut keriting yang memegang selembar kertas.

                “Yah, setidaknya kita masih bisa coba satu lagi,” aku mendengar gadis mungil itu bicara, suaranya terdengar unik.
                “Kalau gagal lagi gimana?” dan itu si tengah yang bicara.
                “Jie sih terserah mei saja. Jie tau mei sudah lelah. Atau kita cari hotel saja?” Tanya si mungil.
                “Entahlah,” jawab si tengah itu, ternyata lebih muda usianya dari si mungil.

                Baiklah, sepertinya mereka dalam masalah. Kenapa aku tidak bantu mereka saja? Jangan-jangan mereka tidak bisa bicara hangul? Aku memantapkan langkahku menuju mereka. Yang pertama menyadari kehadiranku adalah si mungil, karena si keriting sedang membaca kertas dan si tengah sedang memejamkan mata. Ternyata wajah si mungil tidak sepenuhnya mirip orang Chinese, entah dari sudut mana sepertinya wajah itu berbau Korea. Dia juga terlihat muda, apa masih anak SMA? Kalau dia masih anak SMA, si tengah ini berapa umurnya? Berkeliaran di Seoul pada malam hari, tidak bisa hangul?

                “Selamat malam,” sapaku.

                Ketiganya terlonjak dan otomatis memandangku. Aku sangat yakin usia mereka semuanya  tidak ada yang lebih dari 18 tahun. Kini merekapun tau aku orang Chinese, dan aku bisa membantu mereka.

                “Ah, kau orang Chinese?” Tanya si keriting berambut panjang tanpa basa-basi.
                “Ya. Aku lihat kalian sepertinya dalam kesulitan. Ada yang bisa aku bantu?”

                Mereka bertiga sekarang bertukar pandang. Akhirnya si mungil duluan yang memandangku kembali.

                “Begini, kami baru saja sampai Seoul dua jam yang lalu, kami dari Guangzhou. Kami sebenarnya mencari orang, tapi alamatnya salah. Kami sudah mencoba dua dari tiga alamat, semuanya salah,” cerita si mungil.
                “Oh. Siapa yang kalian cari? Orang Chinese? Atau siapa? Aku kenal cukup banyak orang di Seoul, aku sudah setengah tahun disini, siapa tau aku benar-benar kenal orang itu.”

                Mereka sekali lagi bertukar pandang. Sebenarnya tingkah mereka agak aneh. Lalu si mungil dan si keriting mengangguk pada waktu yang bersamaan.

                “Kami mencari alamat KRYSD,” ujar si keriting.
                “KR… apa?” tanyaku tak percaya, kukira ada yang tidak beres pada pendengaranku.
                “KRYSD. Masa kau tidak kenal mereka? Kau kan sudah lama disini. Boyband yang anggotanya 5 orang itu lho.”

                Tiba-tiba otakku berhasil loading kembali. Aku tau siapa yang mereka maksud. Apa mereka gila ke Seoul ternyata untuk ke tempat pria-pria itu? Dunia ini makin aneh saja.

                “Kyuhyun, Ryeowook, Yesung, Sungmin, Donghae, tentu aku tau mereka.”
                “Tapi apa kau tau alamat mereka?” Tanya si mungil.
                “Kalian beruntung bertemu dengan orang yang tepat. Kalian tau, aku punya jaringan teman cyber yang sangat banyak, jadi tentu aku tau alamat mereka. Dari sini kalian hanya perlu jalan kaki 10 menit lagi,” jawabku, “kalian lihat dua gedung tinggi di sana? Apartemen mereka yang lebih pendek, dan untuk informasi tambahan, mereka tinggal di lantai 7, kamar nomor 707.”

                Mata mereka terpancang pada gedung yang kutunjuk di seberang sana, ke arah depan. Aku pernah masuk ke forum dimana fans-fans K-Pop membahas alamat mereka, jadi gampang bagiku untuk tau. Mereka beruntung sekali ada aku yang memberi mereka petunjuk.

                “Kau tidak bohong kan?” Tanya si keriting.

                Aku tersinggung. Apa maksudnya?

                “Aqian,” hardik si mungil, lalu berpaling padaku, “ah, kalau begitu kami akan kesana. Terima kasih atas bantuanmu.”

                Si mungil berdiri dan menundukkan kepalanya dan membungkukkan badannya sekaligus, berterimakasih ala orang Korea. Apa yakin anak ini dari Guangzhou? Aku otomatis balas menunduk. Tadinya sih, aku ingin minta mereka traktir, tapi… sudahlah. Aku paham koq perasaan buta arah itu seperti apa.

                “Tapi kalian tidak bisa hangul, kan?” tanyaku penasaran.
                “Oh, kami bisa koq,” jawab si keriting dengan nada tersinggung.
                “Baguslah kalau begitu. Semoga sukses untuk kalian.”
                “Sekali lagi terima kasih ya,” kata si mungil sambil tersenyum, menunjukkan letak kedua lesung pipi tepat di sudut bawah bibirnya.

                Aku membalas senyumnya degan senyumku yang tidak kalah manisnya: juga ada lesung pipinya di pipi kanan dan kiriku. Aku melihat si mungil membantu si tengah mengurus kopernya, dan ternyata ketika berdiri, si tengah jauh lebih tinggi dari yang lainnya, dan mereka masing-masing menarik dua kper berjalan menjauh. Meski berjalan sudah cukup jauh, aku masih bisa mendengar si keriting bicara cepat tanpa bernafas, sepertinya dia suka sekali bicara. Aku tersenyum dan berjalan ke arah sebaliknya dari arah mereka berjalan. Aku harap mereka tidak dikecewakan KRYSD atau apa. Mereka baik sih, tapi kalau didatangi fans seperti itu, aku tidak bisa menebaknya. Yang pasti, malam ini aku sudah berbuat amal. Orang baik kan seharusnya dapat pahala? Aku akan pulang ke apartemenku dan melihat apakah aplikasi pekerjaanku diterima. Tabunganku sudah makin menipis, aku tidak mungkin bisa makan enak lagi kalau keadaanku masih begini sampai akhir bulan ini. Aku bakal mati. Tiba-tiba aku mendengar suara music yang cukup keras dan aku mendongakkan kepalaku memandang layar LCD besar di salah satu gedung paling tinggi di depan sana. Rupanya mereka memutar MV KRYSD. Karena tidak pernah melihat MV yang ini, aku cukup yakin ini MV baru mereka.

Oh my Super girl 你是我的 Baby girl
Oh my Super girl, you are my Baby girl
他看不见你的美丽 平凡背后的魔力
He can’t see your beauty, ordinary back charm
Oh my Super girl我是你的 Super Man
Oh my Super girl, I’m your super man
你的眼神让我着迷
Your eyes hypnotize me
为了你我什么都愿意
I’ll do anything for you

                Yeah… yeah… lagunya asyik… meskipun liriknya harusnya diganti I’m your super girl, wo shi ni de baby girl, shei kan bujian wo de meili, pingfan beihou de moli (trans: I’m your super girl, I am your baby girl, who can’t see my beauty, ordinary back charm)… aku emang gadis super. Aku sudah menolong orang yang kesusahan, aku modis dan keren… aku yakin, suatu hari pasti dapat kerja! Eh salah! Malam ini juga aku akan dapat kerja! Terus aku akan dapat pacar yang keren… tapi tidak seperti mereka tadi yang terlalu mengharapkan KRYSD sih… yang realistis aja deh pacarnya, yang penting keren… hahaha… eh? Telepon? Mama? Oh, tidak…

                “Wei, em… mama… eh… belum. Apa? Aduh, jangan dong, ma… aku benar-benar tidak mau kuliah! Aku tidak tau mau masuk jurusan apa! Lagipula aku sudah terlanjur jatuh cinta pada Seoul… eh… temanku itu… kami belum ketemu pekerjaan yang cocok untukku… ah, jangan ma… please… eh? Eh? Wei? Mama?”

                Dan aku memandang layar handphone-ku yang masih menyala. Call ended. Bagus. Kali ini aku benar-benar sial. Mama akan menghentikan kiriman uangnya akhir bulan ini juga, aku dipaksa pulang ke Beijing! Bagaimana bisa begini? Kenapa nasibku begini? Ya Tuhan… tolong beri aku jalan keluar!
               Aku membuka pintu apartemenku dengan serabutan dan nyaris berlari menuju layar laptopku yang masih menyala. Email… email… sial!!! Tidak ada balasan email! Tidak… apa jadinya hidupku nanti? Dipikir-pikir… tiga gadis tadi beruntung yah. Mereka datang ke Seoul untuk bertemu KRYSD, dan pasti sekarang mereka sedang berbahagia, mungkin juga dijamu makanan oleh mereka, mungkin mereka akan saling jatuh cinta… ah! Aku kebanyakan baca novel! Sebaiknya besok aku berusaha cari kerja lagi… Dan malam itu aku bermimpi tentang tiga gadis itu lagi, si gadis keriting sedang duduk menikmati sarapannya; di sebelahnya duduk Kyuhyun, makan sarapan sambil main game di laptopnya; di sebelahnya lagi ada Donghae yang juga lagi makan; di seberangnya duduk si gadis jangkung, tengah memandanginya; lalu di sampingnya ada Yesung, meletakkan telur mata sapi di atas piring gadis mungil di sebelahnya; sedangkan di sisi satu lagi dari si gadis mungil, ada Sungmin yang mengajaknya ngobrol; tapi mata si gadis mungil sering sekali melirik Ryeowook yang tengah memasak di dapur.
Aku tak tau, ternyata itu adalah sebagian teka-teki dari masa depan mereka. Masa depan kami, sebenarnya, karena akupun tak tau kalau ternyata hidupku telah berubah sejak bertemu dengan mereka. Hidupku tidak lagi begitu sederhana, tapi terlalu berwarna dan dihiasi dengan berbagai perasaan yang aku tak pernah alami sebelumnya. Mungkin kami semua berjodoh? Juga dengan KRYSD? Bahkan dengan teman-teman mereka dan… si rakun?

No comments:

Post a Comment