Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 30 March 2012

The X Life Story 2 chapter 15

The X Life Story 2
Chapter 15

MAY’S POV

Aku tidak bisa tidur, sudah dua minggu belakangan selalu begitu. Akhirnya jam setengah tujuh pagi aku memutuskan mandi dan menemukan tidak ada sarapan yang layak untukku. Ponselku berbunyi, ada SMS masuk.

May, sudah bangun? Bagaimana kalau aku kesana dan menyiapkan sarapan untukmu?

Aku tersenyum. Jungchul selalu muncul di saat aku membutuhkannya.

Ya, aku akan menunggumu.

Memang dia tidak bisa menyiapkan sarapan mewah seperti Wookie, tapi setidaknya dia bisa menggunakan penggorengan dan segala macamnya seperti Yesung oppa. Ah… Yesung oppa. Kuelus perutku… Sembilan minggu, umur aegi-ku… tapi aku belum memberitau Yesung oppa. Aku masih bingung, entah bagaimana memberitahunya… Jika Yesung oppa tau hubunganku dan Jungchul, akankah ia percaya ini adalah anaknya? Inilah yang membuatku makin stress.  Ah, Amelz menelepon.

“Yoboseyo, Amelz… eh, kau mau kesini? Dengan Kibum oppa? Tentu boleh. Jungchul juga akan kesini sebentar lagi. Baik, aku akan menunggu.”

Mungkin dengan bertemu Amelz, keadaanku akan lebih baik, atau setidaknya… aku pasti akan tersenyum jika ada Amelz di dekatku. Aku menghela nafas dan beranjak ke meja belajarku, menghampiri laptop hitamku. Sudah lama aku menjauhkan diri dari dunia maya, jadi bahkan perkembangan dunia K-Pop-pun aku tidak tau. Ah, banyak sekali artikel tentang ZE:A dan Suju! Kubuka dalam new  tab judul-judul itu, dan aku mulai membaca artikel ZE:A. Kelihatannya popularitas ZE:A juga meningkat akhir-akhir ini… syukurlah. Tunggu… apa ini?

HeeSica couple – Jung Heechul (of ZE:A) and Jessica Jung (of SNSD)

Sejak kapan…? Mataku menelusuri artikel itu dengan cepat. Wanita idaman Jungchul adalah Jessica… bahkan dari awal debut, Jungchul sudah menyatakan hal itu… Jungchul selalu menyempatkan diri mengirimi Jessica berbagai video untuk berbicara dengannya… APA-APAAN INI? Kurasakan amarah menggelegak dalam diriku. Ini sama sekali tidak lucu. Kupastikan kebenaran artikel ini dengan membaca artikel lainnya yang bersangkutan… dan ternyata cukup banyak artikel yang membahas tentang hal ini. Bel apartemenku berbunyi. Aku bergeming. Tubuhku terasa panas dan yang ingin kulakukan adalah menghancurkan benda apapun yang ada di dekatku.

“May, bukakan pintunya. Ini aku,” pinta Jungchul.

Setelah aku membaca artikel ini? TIDAK!

“May, apa kau tidur lagi?”
“Pergi saja! Temui putri impianmu! Untuk apa kau memilihku? Jessica Jung jauh lebih cantik dari aku kan?”

Dia tidak berani menjawab. Aku yakin aku pasti benar.

“May, jadi kau sudah membaca artikel itu? Mereka membahasnya lagi. Aku sudah lama tidak bicara lagi soal itu. Sungguh.”
“MENYEMPATKAN DIRI MENGIRIMKAN VIDEO SETIAP HARI? DAN JESSICA TIDAK KENAL KAU YANG SUDAH POPULER INI, JUGA MENYADARI USAHAMU UNTUK MENARIK PERHATIANNYA? KAU PIKIR AKU PERCAYA?”
“May, dulu aku memang melakukan itu, aku akui. Tapi aku sudah berhenti melakukannya sejak setengah tahun terakhir ini. Aku…”
“AKU BUKAN JESSICA! KENAPA KAU MEMILIHKU? BAHKAN AKU SUDAH BERSUAMI! KAN MASA DEPANMU AKAN LEBIH BAIK KALAU KAU MEMILIHNYA?” jeritku.

Hening lagi. Aku terengah.

“May… ini bukan soal pilihan. Hatiku tidak akan memilih. Cintalah yang menentukan segalanya. Mungkin dulu aku memimpikannya, tapi yang kucintai hanya kau. Aku tidak peduli kau sudah menikah atau belum, yang kutau hanyalah aku mencintaimu.”
“Pergilah, Jungchul… lupakan aku. Berjalanlah menuju masa depanmu yang lebih cerah. Berusahalah lebih keras dan dia akan menerimamu. Kau yang sekarang… tidak akan ada yang akan menolakmu.”

Kurasakan air mataku menetes… aku tidak rela. Aku sedang cemburu. Mana mungkin aku rela membiarkan Jungchul berjalan dengan gadis lain? Memeluk gadis lain? Menyatakan cinta pada gadis lain? Bercinta dengan Jessica? Aku akan gila. Tapi sesuatu dalam pikiranku mengatakan bahwa memang itulah yang seharusnya terjadi. Seharusnya dia tidak boleh memasuki kehidupanku. Harusnya jalan kami bercabang, bukan menjadi satu seperti ini. Tapi hatiku menyadari aku mencintainya. Aku tidak akan sanggup melihat mereka bersama…

“May, buka pintunya. Biar kujelaskan padamu,” pinta Jungchul, suaranya lembut.
“Tidak ada yang perlu kudengar, Jungchul. Aku ingin hubungan kita berakhir.”

Kututup semua artikel ZE:A yang sudah kubuka dan untuk mengalihkan pikiranku, aku membaca berbagai artikel mengenai Sushow 6. Suasana hening di luar sana… apa Jungchul meninggalkanku? Kuhapus air mataku dan berusaha focus… kehangatan menjalari hatiku ketika kulihat foto-foto Suju yang sepertinya bahagia… Yesung oppa… aku merindukan senyummu. Kau terlihat bahagia… dan a… APA INI?

SNSD naik ke atas panggung di Sushow Manila kemarin untuk menemani Suju. Mereka menari seksi dan menimbulkan teriakan histeris dari ELF. Tapi tidak ada yang lebih menarik perhatian ELF daripada Yesung dan Yoona. Yoona tadinya sedang menari bersama Heechul, tapi Yesung menarik Yoona pada pinggangnya sehingga Yoona jatuh dalam pelukan Yesung. Belum berhenti hingga disitu, keduanya mulai menari dengan lebih hot, bahkan terkadang terjadi skinship dalam tarian mereka. Perhatikan foto-foto di bawah ini dan beberapa videonya. Kalian akan tercengang.

Ini bagus sekali… aku tersenyum miris. Tadi Jungchul mendambakan Jessica, dan sekarang suamiku menari hot dengan Yoona. Ini menurut scenario atau di luar scenario tetap saja… bukankah sudah kukatakan pada Yesung oppa, kalau dia akan melakukan apapun yang mengharuskan dia bersentuhan dengan gadis, meskipun itu hanya menari hot… dia seharusnya memberitauku. Kalaupun di luar scenario… kenapa dia harus melakukannya? Kenapa harus dengan Yoona? Kenapa harus dengan member SNSD lagi? Setelah Jessica, sekarang Yoona? Yesung oppa… apa kau tidak menginginkan aku lagi? Apakah kau melupakanku? Kenapa… kau memandang Yoona dengan pandangan seperti itu? Pandanganmu yang menginginkan Yoona…

“Aaah…” desisku.

Perutku berdenyut bersamaan dengan kepalaku yang juga berdenyut… Nafasku makin tidak teratur. Aku tau ini semua disebabkan oleh perasaan cemburuku yang akut.

“May?”

Jungchul belum pergi… apakah dia mendengar desisanku tadi? Kenapa…? Kenapa kedua pria yang aku cintai kini harus mengkhianatiku? Apakah ini karma? Aku tidak akan bisa memilih dua jalan bercabang sekaligus? Aaaah… perutku… air mataku…

“Aaaaaah… sss…”
“May? Kau kenapa? Buka pintunya!”

Darah… apa ini? Aegi… apakah eomma… tidak bisa mempertahankanmu? Mianhae, aegi… semuanya memang salah eomma… sekarang bahkan eomma tidak bisa membawamu lahir ke dunia ini, tidak bisa menjadi eomma yang baik untukmu…aegi… apakah kau sedang menghukum eomma juga?

“Jungchul, pergilah… aku juga akan pergi… bersama aegi-ku…” ujarku sambil tersenyum miris.
“APA MAKSUDMU, MAY? CEPAT BUKA PINTUNYA!”

Tidak… biarkan kami pergi… Dan di luar sana, Jungchul memandangi intercom dengan panic. Sepuluh angka disana… dan Jungchul perlu menemukan enam digit angka yang sesuai untuk membuka pintu apartemenku. Dia menyesal karena tidak pernah bertanya padaku tentang password apartemen. Dia mencoba dari ulangtahunku… 280587… FAILED. Mencoba ulangtahun Yesung oppa setelah dia berpikir sejenak… 240884… FAILED. Dengan harapan tipis, mencoba ulangtahunnya… 091289… FAILED. Jungchul memukul pintu dengan frustasi. Aku mendengar erangan marahnya…

“MAY, JANGAN BERCANDA LAGI!”
“Tidak ada gunanya, Jungchul… aku… sudah terlalu lemah…”
“BERAPA PASSWORD SIALAN INI?”

Otaknya berpikir keras… dia ingat aku menyukai Twitter. Akun-ku tidak mempunyai angka. Akun Yesung oppa… shfly3424. Tapi itu hanya 4 digit. Akun Twitter-nya… ZEA7777… juga hanya 4 digit. Otak Jungchul berpikir keras sementara aku menyadari darah yang mengaliri kakiku semakin banyak… Jungchul mengarahkan jarinya ke intercom dan mencoba… 342477… Gabungan angka Yesung oppa dan dia sendiri, kedua orang yang kucintai… ACCEPT! Jungchul mendorong pintu dengan kasar dan ketika kupandangi wajahnya… dia terlihat marah dan pucat di saat yang bersamaan. Aku merosot dari kursiku, tak lagi bertenaga… dan Jungchul menggendongku di saat yang tepat.

“MAY, KITA KE RUMAH SAKIT!” jeritnya panic.
“Bisakah… mereka menyelamatkan aegi-ku? Jika aku harus pergi… bisakah mereka mempertahankannya?”
“TIDAK ADA YANG BOLEH PERGI! TIDAK KAU, TIDAK JUGA AEGI! TIDAK, SELAMA AKU DISINI!”

Kesadaranku menghilang seiring derap langkah Jungchul yang menggendongku keluar apartemen… rasa sakit yang tidak tertahankan dari sekujur tubuhku membuatku menyerah… mati dalam pelukan Jungchul… rasanya adalah salah satu pilihan terbaik untuk pergi dari dunia ini…

***

JULIE’S POV

Ada yang mengunjungi apartemenku. Ketika kubuka pintu, aku agak terkejut melihat Kyuhyun disana. Wajahnya pucat.

“Kyu, ada apa? Kukira kalian masih di Manila?” tanyaku bingung.
“Jul, kau tidak tau? Kami sudah terbang kembali kesini tiga jam yang lalu. Aku baru saja sampai dan mendengar kabar tidak menyenangkan dari Amelz,” jawab Kyuhyun.
“Maksudmu? Apa yang terjadi pada Amelz?”
“Ikut aku! Yang lainnya sudah sampai di rumah sakit sekarang.”
“Kita harus membawa Dongmi!”

Kyu tidak berkata apa-apa ketika membantuku membereskan barang-barang Dongmi yang perlu kubawa. Dongmi memandangku dengan matanya yang besar, tidak menolak meskipun diperlakukan dengan agak kasar karena terburu-buru.

“Sebenarnya apa yang terjadi pada Amelz?”

Dan langkah kami berdua terhenti di depan pintu apartemen. Donghae oppa ada disana. Mataku melebar… dia akhirnya pulang. Kyu juga tampak terkejut.

“Donghae oppa?”
“Donghae hyung… kau pulang?” tanya Kyu.
“Kenapa kau disini, bersama istriku?” tanya Donghae oppa, suaranya terdengar dingin.
“Aku… menjemputnya untuk ke rumah sakit. Apakah hyung sudah mendengarnya? Amelz dan Kibum mengalami…”
“Bukankah itu seharusnya tugasku, menjemput istriku?”
“Kukira hyung berangkat lebih cepat dari kami semua untuk ke Beijing?”
“Aku memang kesana, tapi begitu mendengar kabar tentang Amelz dan Kibum, aku langsung pulang. Tapi yang kulihat adalah kau bermesraan dengan istriku.”
“Oppa salah paham, kami tidak bermesraan,” ujarku panic.
“Sekarang memang tidak, tapi bagaimana dengan sebulan terakhir ini? Kyu, kau pikir aku tidak tau kau sering mengunjungi apartemenku dan entah apa yang kau lakukan bersama istriku di dalam sana?”
“Aku hanya menemaninya, hyung, sungguh, tidak lebih. Julie kesepian karena hyung sering tidak pulang. Aku menemaninya mengurus Dongmi,” jawab Kyuhyun.
“BAGAIMANA AKU BISA MEMPERCAYAIMU? KAU PIKIR AKU TIDAK TAU KAU MEMILIKI PERASAAN PADA JULIE? AKU PERNAH MELIHATMU BEBERAPA KALI MEMBUKA PROFIL TWITTER JULIE! KAU SUDAH LAMA MEMENDAM PERASAAN ITU!”
“BAIK, AKU MEMANG MENCINTAINYA!”

Aku terkesiap dan membelalakkan mataku menatap Kyu.

“DAN YANG KUDAPAT ADALAH PENOLAKAN! JULIE HANYA MENCINTAI HYUNG SEORANG! TAPI APA YANG HYUNG LAKUKAN AKHIR-AKHIR INI? SIBUK DENGAN URUSAN HYUNG SENDIRI, LUPA DENGAN JANJI PENTING HYUNG PADA JULIE! APA HYUNG TIDAK TAU DIA KESEPIAN?”
“KAU TIDAK BOLEH MENCAMPURI URUSAN RUMAH TANGGA KAMI!”
“AKU BOLEH! KARENA AKU MENCINTAI JULIE DAN AKU MENYAYANGI HYUNG! AKU PEDULI PADA KALIAN! HYUNG HARUS SADAR KALAU HYUNG BERSALAH PADA JULIE! BAGAIMANA MUNGKIN HYUNG MASIH BERHUBUNGAN DENGAN YOONA HINGGA SEKARANG?” teriak Kyu, membuatku tidak tahan, “APAKAH HYUNG TIDAK TAU ITU MENYAKITI JULIE? TIDAK BISAKAH HYUNG MENCINTAI JULIE SEORANG?”
“SIAPA YANG BILANG…”
“DIAM! KUBILANG DIAM KALIAN BERDUA!” jeritku.

Kuakui… apa yang Kyu katakan sesungguhnya adalah seluruh perasaanku, murni, dia menyampaikannya…  tapi kenapa Donghae oppa bukannya mengucapkan maaf padaku? Kenapa dia hanya marah karena Kyu tau segalanya tentangku? Cemburukah dia? Atau dia masih tidak menyadari kesalahannya padaku? Bahkan mata Donghae oppa tidak memandangku… tidak berusaha mencari kebenaran dalam mataku… apakah benar… dia tidak memikirkan perasaanku sama sekali?

“Donghae oppa… aku hanya menginginkan sebuah kata sederhana darimu… tapi kenapa… kau tidak pernah mengucapkannya?”

Kuhela nafas, menyadari Donghae oppa hanya menunduk menatap lantai. Aku memandangi Kyu, nafasnya memburu.

“Kyu, aku akan ke rumah sakit duluan.”

Aku menetapkan langkahku, membawa Dongmi, keluar dari apartemen. Lama kedua pria itu hanya diam. Akhirnya Kyuhyun-lah yang buka suara.

“Hyung… aku hanya ingin hyung tau. Aku memang mencintai Julie, tapi aku sudah menerima penegasan darinya. Yang dia cintai hanya hyung. Dia merindukan hyung dan kecewa karena hyung membatalkan janji… yang ketika hyung langsung pergi begitu saja dari apartemen,” jelas Kyu, “kukembalikan ponsel hyung yang tertinggal… dan yang dilihat Julie adalah SMS hyung dan Yoona, dan kami beranggapan hyung pergi menemui Yoona sebelum berangkat ke Beijing.”
“Sebenarnya…”
“Simpan penjelasan itu untuk Julie, hyung. Dialah yang harus mendengarnya. Dia kira hyung tidak mencintainya. Melihat hubungan hyung dan Yoona… kepercayaan dirinya berkurang.”
“Tapi aku bercinta dengannya! Seharusnya dia tau aku hanya bisa melakukan itu dengan…”
“Dia menginginkan kata yang sederhana, hyung. Ucapkan itu padanya. Hyung tidak bodoh, aku percaya itu.”

Kyu maju dan menepuk bahu Donghae oppa.

“Ayo kita ke rumah sakit. Kita perlu tau kondisi Amelz dan Kibum.”

***

Wednesday, 28 March 2012

Just You chapter 4

Just You
Chapter 4

CHAPTER THREE

Minna berjalan lesu ke taman samping gedung Star Empire. Taman ini digunakan para karyawan atau artis untuk beristirahat ataupun menikmati makan siang mereka karena berdekatan dengan kafetaria. Minna memilih salah satu meja untuk dua orang yang terlindungi oleh kerindangan pohon dan duduk disana. Minna membaca berkas di tangannya, dilemma menguasai dirinya.

“Penyanyi…” gumam Minna, tersenyum miris.

Sementara itu, Minwoo baru sampai di gedung Star Empire dengan terengah-engah. Ponselnya bergetar untuk yang kedua kalinya dalam 15 menit terakhir. Junyoung menelepon Minwoo lagi.

“Junyoung hyung, aku akan sampai sebentar lagi! Aku sudah di gedung! Sungguh! Sebentar!” jerit Minwoo heboh pada teleponnya bahkan sebelum Junyoung sempat bicara.

Minwoo langsung memutus sambungan telepon (Junyoung sama sekali tidak bicara di telepon tadi) dan Minwoo berlarian ke kafetaria, berharap minum sesuatu yang dingin dulu supaya dahaganya hilang. Ketika lewat di taman (dengan minuman dingin di tangannya), Minwoo melihat sosok manis Minna.

“Ah, itu Minna, kan?” gumam Minwoo.

Minwoo memutuskan untuk menyapa Minna. Langkahnya terhenti sebelum sampai di tempat Minna. Minwoo melihat wajah gadis itu yang tampak resah dan sedih.

“Ryeowook oppa… kalau oppa tau aku ditawari jadi penyanyi, oppa pasti akan menyuruhku menerimanya, kan? Oppa sendiri memilih untuk tidak menjadi trainee sebelum ini… karena lebih ingin memperjuangkanku, kan?” tanya Minna, suaranya terdengar tercekat.

Minwoo memiringkan kepalanya sambil menyeruput minumannya. Otaknya perlahan mencerna keadaan Minna.

“Tapi… aku akan melepaskan ini, oppa. Aku harap oppa mengerti. Lagipula tidak ada gunanya aku menjadi penyanyi kalau oppa tidak bisa melihatku. Sejak hari itu… aku sudah tidak memiliki cita-cita ini lagi, oppa, gumam Minna lirih, “jeongmal mianhae.”

Minna menutup berkas itu dan meletakkannya kembali di meja. Dia menghela nafas sekali dan baru akan beranjak pergi ketika Minwoo menghampirinya.

Anyeong, Minna.”

Senyum manis terpampang di wajah Minwoo, membuat Minna kaget.

“Mi… Minwoo-sshi…”
“Kenapa kau bicara sendirian? Kalau butuh teman bicara, kan kau bisa memilihku,” ujar Minwoo, duduk di hadapan Minna.

Minna mengerutkan dahinya. Minwoo mengambil berkas di tangannya dan membacanya. Herannya, Minna tidak merasa risih dengan Minwoo yang begitu ingin tau.

“Jadi penyanyi? Mianhae, Minna, tadi aku mendengarmu bicara sendiri. Kenapa kau tidak ingin menerimanya? Kita bahkan bisa sepanggung nantinya lho,” ujar Minwoo.
“Aku… tidak bisa, Minwoo-sshi.”
“Kenapa? Apa karena… seseorang yang kau panggil Ryeowook tadi?”

Minna merasa kerongkongannya tercekat lagi. Dia selalu merasa tidak siap membicarakan tentang Ryeowook kepada siapapun, bahkan termasuk Hyomi. Tapi, Minwoo-lah orang pertama yang menyebutkan nama Ryeowook.

“Ya, Kim Ryeowook.”
“Dia…”
“Orang yang paling berharga di hidupku,” potong Minna.

Minwoo terkesiap memandangi kesedihan di mata Minna. Ryeowook ini… pastilah seseorang yang luar biasa untuk Minna. Mantan pacarnya kah?

“Aku lebih memilih menjadi manager Hyomi, Minwoo-sshi. Aku takut melepaskan Hyomi,” jelas Minna.
“Star Empire bisa menyediakan manager yang bagus untuk Hyomi, Minna.”
“Tapi bagaimana kalau manager itu tidak cocok dengan Hyomi?”
“Bisa diganti. Semua itu bisa diatur, Minna. Kau rela melepaskan cita-citamu menjadi penyanyi hanya karena ingin menjaga Hyomi?”
“Lagipula tidak ada gunanya lagi aku menjadi penyanyi, Minwoo-sshi.”
“Tapi kau sedih. Mianhae aku mencampuri urusanmu, Minna. Tapi… kau kelihatan keberatan. Kau… sedih.”

Minna kaget melihat kesedihan yang muncul juga di wajah Minwoo. Dia merasa tersentuh oleh perhatian Minwoo, padahal mereka baru tidak lama saling mengenal.

Gwaenchana, Minwoo-sshi. Aku akan melupakan tawaran ini,” putus Minna, “aku lebih suka meneruskan langkahku sebagai manager artis.”

Minwoo masih berwajah sedih. Minna mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Minwoo, tersenyum tipis padanya.

Gomawo, Minwoo-sshi. Perhatianmu sudah cukup menghiburku.”

Minwoo tampaknya baru ingin bicara ketika ponselnya bergetar lagi. Dia kaget dan menyadari dia sudah sangat terlambat untuk latihan mereka.

“Junyoung hyung! Ne, mianhae!!! Aku kesana sekarang!”

Kali ini Minwoo sengaja berteriak untuk mengatasi ocehan panjang Junyoung di seberang sana. Minwoo harus siap menghadapi wajah marah Junyoung nantinya dan hatinya mencelos.

“Bukannya kalian ada latihan, Minwoo-sshi? Tadi aku bersama Heechul-sshi dan dia sudah mulai latihan sekitar setengah jam yang lalu.”
“Aku harus pergi, Minna. Doakan aku supaya tidak dimarahi Junyoung hyung, ya?” pinta Minwoo, sekarang tampak ketakutan.
Palli, Minwoo-sshi. Dan… sukses ya.”

Minwoo bergegas meninggalkan Minna, tapi baru dua langkah dia berjalan, dia menoleh kembali.

“Minna, kalau kau butuh teman bicara, kau bisa menghubungiku.”
“Pasti, Minwoo-sshi.”

Minna memandangi punggung Minwoo dan si pria berhenti melangkah ketika baru akan meninggalkan areal taman. Minwoo menoleh sekali lagi.

“Minna, maukah kau bercerita padaku tentang Ryeowook, suatu saat nanti?”

Minna tersentak, tapi dia tersenyum tipis.

“Ya, aku janji,” jawab Minna.

Minwoo kali ini berlarian pergi. Minna merasa aneh. Ini untuk pertama kalinya dia bersedia membicarakan Ryeowook dengan orang lain, tanpa merasa keberatan. Mungkin keceriaan dan perhatian Minwoo telah membuka hati Minna yang telah lama tertutup… menutupi masa lalunya yang kelam.

“Dan ini… aku harus kembalikan pada Lee sajangnim. Aku tidak ingin dia berharap terlalu banyak padaku.”

***

“Makan siang datang.”

Minna mengira dia hanya berhalusinasi mendengar suara Heechul, namun ketika dia menoleh, dia sungguh melihat Heechul memasuki ruangan sambil mengangkat bungkusan besar.

“Lho, kenapa kau yang muncul, Heechul? Kukira tadi aku menyuruh Kevin yang mengantarkan makanan?” tanya Jisuk, mengerutkan dahinya.
“Kebetulan aku lebih santai dari Kevin hyung, jadi biar aku saja yang datang. Ayo, siapa saja yang lapar, datanglah…” panggil Heechul.
“Aku!!!” seru Siwan heboh, tampak sangat kelaparan.

Minna tertawa ketika Siwan, disusul oleh Hyomi dan Jisuk menghampiri bungkusan yang dibawa Heechul. Dia sendiri mendatangi Minna dengan membawa satu kotak makanan sambil tersenyum. Minna membalas senyum Heechul walaupun dengan jantungnya yang berdebar tidak teratur. Sudah hampir setengah bulan Minna tidak melihat Heechul karena kesibukan mereka masing-masing. Dan sekarang, Heechul tiba-tiba muncul di lokasi syuting.

“Untukmu.”

Heechul sengaja membuka kotak makanan yang dia bawa di meja kecil tempat Minna duduk. Minna kaget melihat masakan yang begitu mewah memenuhi kotak kecil itu.

“Ini… beli dimana?” tanya Minna terdengar bodoh.
“Kevin hyung yang masak. Dia juga masakkan itu untuk jatah Jisuk hyung, Siwan hyung dan Hyomi. Kebetulan kau belum pernah mencicipi masakan Kevin hyung, kan? Dia ingin mendengar pendapatmu.”
“Kevin-sshi pintar memasak?”
“Kau belum mengenal kami secara penuh, Minna. Kevin hyung sangat suka dan pintar memasak. Kalau dia tidak ada, pastilah kami mati kelaparan.”

Minna tertawa.

“Tapi ini mewah dan banyak sekali.”
“Kupikir seorang manager butuh kekuatan ekstra?”

Sekali lagi Minna tertawa dan Heechul juga tersenyum.

“Jadi menuku berbeda dengan yang lainnya?” tanya Minna.

Tanpa menunggu jawaban Heechul, Minna menutup kotak makanannya, berjalan menuju meja tempat Siwan, Hyomi dan Jisuk duduk. Benar dugaan Minna, menu makanannya bahkan lebih mewah dari punyanya Jisuk. Tanpa berkata apa-apa, Minna menukar kotak makanannya dengan milik Hyomi.

“Eh, eonni, waeyo?” tanya Hyomi bingung.
Eonni yakin yang butuh tenaga ekstra adalah sang aktris utama.”

Hyomi membuka kotak makanannya dan matanya membulat senang.

“Whoa… Kevin oppa memang daebak! Aku makan…”

Heechul baru akan bicara, namun Minna meletakkan tangannya di lengan Heechul.

“Katakan pada Kevin-sshi, Hyomi dan Siwan-sshi yang lebih butuh itu.”

Heechul menghela nafas dan tersenyum tipis. Dia mengambil kotak makanannya sendiri dan duduk di samping Minna, ikut makan bersama Minna. Minna merasa terharu ketika makan masakan Kevin. Minna merasa eomma-nya-lah yang memasak, bukan Kevin. Dia merindukan eomma-nya, tapi tidak berani untuk kembali ke rumahnya. Terlalu banyak kenangan disana, dan Minna tidak yakin dia tidak akan menangis lagi ketika menginjakkan kakinya di rumahnya itu.

***

Minna terpaksa kembali ke gedung Star Empire malam itu, sekitar jam 10 malam. Tadinya dia membicarakan penawaran dari ponsel Samsung untuk menjadikan Hyomi spokeperson mereka di suatu tempat tak jauh dari gedung agensi. Minna pergi terburu-buru dan lupa menyelesaikan ketikan pentingnya yang harus selesai besok. Mengabaikan perut Minna yang lapar dan rasa ngantuknya, dia bekerja lembur sendirian lagi malam itu. Keasyikan Minna mengetik terusik oleh bunyi gonggongan anjing dari ponselnya. Sebuah SMS masuk.

From: Heechul
Minna, lagi ngapain? Sudah makan malam?

“Bagaimana bisa dia menanyakan soal makan malam padaku tiba-tiba?” tanya Minna dengan dahi berkerut.

To: Heechul
Anyeong, Heechul-sshi. Aku masih di Star Empire. Kebetulan belum makan malam sih. Ada apa?

                Balasan muncul hanya semenit setelah Minna mengirimkan SMS pada Heechul.

From: Heechul
Kebetulan sekali! Ayo, kutraktir makan malam! Aku kesana sekarang ya! Jangan pulang dulu, tunggu aku.

To: Heechul
Ne, aku menunggumu.

Minna tersenyum tipis dan kaget tiba-tiba.

“Ah, aku harus selesaikan ketikan ini sebelum dia datang, biar aku sekalian pulang nanti!” putus Minna.

Minna buru-buru mengetik dan mengecek lagi apakah ada typo pada ketikannya. Merasa sudah yakin ketikannya rapi, Minna merapikan mejanya dan beranjak menuju toilet di dalam ruangannya. Minna memperhatikan wajahnya, apakah dia perlu merapikan riasannya. Dia menghela nafas memandangi wajah berantakannya yang terpantul lewat bayangannya di cermin.

“Aish, lingkaran hitam ini kelihatan lagi. Aku mana boleh kelihatan kumal begini, reputasi Hyomi juga akan turun. Lagipula, kalau Heechul melihatku yang begini, apa tanggapannya?”

Minna cepat-cepat mencuci wajahnya dan mulai menyapukan ulang make-up-nya yang hanya berupa bedak tipis dan lipgloss transparan. Minna membuka jepit rambut berbentuk bintang di dekat telinganya, disisirnya kembali rambut pendek hitamnya sebelum kembali memasang jepit rambut itu. Minna menjauhi cermin dan merapikan kemeja ungu dan celana jeans ketatnya.

“Kau tau, banyak yang mengira kau bukan manager-nya Hyomi, tapi artis Star Empire juga,” komentar Heechul.
“Kyaaaa!!!” jerit Minna.

Heechul sudah berdiri bersandar di pintu toilet sambil bersedekap. Minna memegangi dadanya, berusaha menenangkan jantungnya.

“Sudah berapa lama Heechul-sshi disitu?”
“Sekitar… lima menit? Aku melihat pintu toiletmu terbuka dan memandangi gadis yang sibuk bersolek,” jawab Heechul.
“Aaah… Heechul-sshi harusnya menyapaku dari tadi.”

Wajah Minna memerah, tangannya merapikan poninya yang sebenarnya sudah tidak perlu dirapikan lagi. Heechul tertawa, lalu meraih tangan Minna yang bebas.

“Kajja, aku lapar,” ajak Heechul.

Minna hanya memandangi lantai selama Heechul menggandengnya. Perasaan aneh bergejolak di perut Minna seolah mengaduk-aduk isi perutnya dan dia merasa wajahnya panas. Genggaman tangan Heechul di pergelangan tangan Minna terasa hangat. Dia baru mendongakkan kepalanya ketika Heechul melepas gandengannya. Heechul membuka telapak tangannya di hadapan Minna.

Mwoya?” tanya Minna bingung.
“Kunci mobilmu. Memangnya kita mau cari makan malam sambil jalan kaki? Apalagi kau pakai high heels begitu.”

Minna buru-buru menyerahkan kunci mobil pada Heechul dan keduanya segera duduk di dalam mobil.

“Heechul-sshi tidak bawa mobil?”
“Tidak, aku naik taksi kesini. Lebih gampang kalau kita semobil saja. Kau ingin makan apa?”
“Tiba-tiba aku kepingin makan bulgogi,” jawab Minna.
“Ide yang bagus. Kajja.”

Minna menempelkan wajahnya di kaca mobil memperhatikan suasana malam di Seoul. Dalam hati, Minna bersyukur Heechul-lah yang mengendarai mobil jadi dia bisa puas menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Lampu berwarna-warni berkelebat di sekitar Minna; anak muda berkeliaran di jalanan, ada yang sendirian, berpasangan, ada juga yang beramai-ramai; kios-kios menjual jajanan khas Korea disesaki pengunjung; orang-orang keluar masuk dari toko-toko… Seoul tampak ramai.

“Malam minggu. Seoul selalu tampak lebih ramai dari biasanya,” ujar Heechul.
“Eh? Ini sudah malam minggu?”
“Minna-ya… sesibuk itukah kau sampai tidak memperhatikan apapun lagi?”

Minna merapikan poninya. Dalam hati dia bergumam… tentu saja ada sesuatu yang diperhatikannya. Bukan sesuatu, tapi seseorang. Tapi… Minna tidak bisa selalu berada dekat dengannya. Hanya waktu-waktu tertentu seperti sekaranglah… Minna melirik Heechul.

“Apa yang kau lakukan di waktu senggang?” tanya Heechul.
“Aku menonton drama atau main games di laptop.”
“Melihatmu yang memperhatikan Seoul dengan begitu intens… jangan-jangan kau memang jarang jalan-jalan keluar? Atau tidak pernah menikmati Seoul di waktu malam?”
“Yah… tebakan Heechul-sshi benar.”

Heechul menghentikan mobil mereka ketika lampu merah menyala, lalu memandangi Minna tidak percaya.

“Apa katamu? Kau benar-benar tidak pernah keluar malam? Sudah berapa lama kau tinggal di Seoul sih?” tanya Heechul kaget.
“Ini tahun keempatku di Seoul. Aku besar di Incheon, Heechul-sshi.”
“Oh begitu… kau mengagetkanku. Tapi keterlaluan juga kalau kau sama sekali tidak pernah keluar malam selama empat tahun ini. Kau tau, Seoul tampak lebih mengagumkan kalau di malam hari.”
“Aku tidak berani keluar malam. Aku tidak mau membuat masalah,” terang Minna.
“Takut tersesat?”

Mobil kembali berjalan. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar takut tersesat. Pemandangan malam hari… mengingatkan Minna pada Ryeowook. Memang waktu itu mereka melakukannya di Incheon, tapi tetap saja… di malam hari. Minna masih belum bisa lepas dari rasa sakit kehilangan Ryeowook. Minna mulai merasa kerongkongannya tercekat dan berusaha menguasai dirinya.

“Lain kali kalau kita sama-sama punya waktu luang, aku akan mengajakmu jalan-jalan.”
“Memangnya Heechul-sshi tidak takut dikenali Style?”
“Aku bisa menyamar. Lagipula semakin ramai suatu tempat, aku akan semakin sulit dikenali. Kau jangan khawatir soal itu,” jawab Heechul.

Mobil berhenti di suatu kedai di kawasan yang tampaknya semuanya terisi oleh restoran dan kedai-kedai. Ketika turun dari mobil, berbagai bau makanan menguasai indera penciuman Minna, membuat Minna jauh lebih kelaparan lagi.

“Kita masuk sini. Aku dan yang lainnya sering makan disini,” kata Heechul, memimpin perjalanan.

Kedai yang mereka masuki ramai, bahkan tidak ada yang peduli seorang penyanyi K-Pop baru saja menginjakkan kaki disana. Keduanya memilih meja kosong dan duduk lesehan di tatami bersama pengunjung lainnya. Heechul-lah yang memesankan makanan, sementara Minna memperhatikan suasana kedai. Lagi-lagi, Minna teringat pada Ryeowook.

“Kau menerima tawaranku kan?”
“Yang mana?”
“Menikmati Seoul di malam hari, lain kali.”
“Oh, tentu, Heechul-sshi… selama aku tidak merepotkanmu.”
“Kau tidak mungkin merepotkanku. Dan… Minna?” panggil Heechul lagi.
Mwo?”
“Bisakah kau mengganti akhiran –sshi di namaku dengan sebutan oppa saja? Aku kan lebih tua dua tahun darimu.”

Minna menundukkan kepalanya dan merasa tenggorokannya tercekat lagi. Itu permintaan yang sangat sulit.

Mianhae, Heechul-sshi, aku… tidak bisa. Bukannya aku tidak menghormati hubungan kita dan usia kita, tapi… aku tidak bisa. Mianhae…”

Heechul terdiam sejenak, namun tersenyum tipis pada gadis di hadapannya.

Gwaenchana.”

Makanan disajikan di hadapan mereka dan menghilangkan kecanggungan yang sempat tercipta di antara mereka. Minna setuju sekali makanan di kedai ini enak dan berharap bisa kesini lagi lain kali. Beberapa kali Minna mencuri-curi menghela nafas lelah. Dia suka bersama-sama Heechul, jadi jelas bukan ini masalahnya dia merasa lelah. Sesak memenuhi dada Minna. Bayangan Ryeowook mulai muncul lagi, bahkan jauh lebih sering dari biasanya akhir-akhir ini. Jika tidak ingin gila karena rasa sesak ini, Minna harus bicara. Lelah rasanya menanggung semua ini sendirian, apalagi sudah empat tahun dia menahannya. Yang Minna butuhkan saat ini adalah orang yang mau mendengarkannya.

“Heechul-sshi, bisakah aku minta sesuatu?” tanya Minna.
“Katakan saja, Minna.”
“Aku ingin nomor ponselnya Minwoo-sshi. Bisa?”

Sempat terdiam beberapa saat, Heechul akhirnya mengeluarkan ponselnya.

“Tentu. Mana ponselmu? Biar aku memindahkannya.”

Minna tersenyum berterimakasih pada Heechul. Benar, dia butuh Minwoo. Bukan karena Minwoo memiliki hubungan lebih dekat daripada Hyomi dengannya, tapi Minwoo sudah mengetahui sedikit hal tentang Ryeowook. Lagipula Minna terlanjur berjanji pada Minwoo. Dia yakin, Minwoo akan menjadi pilihannya yang tepat untuk membuka tali beban yang membebat hatinya.

***

Brand New It's Magic chapter 8 part 13

Brand New It’s Magic
Chapter 8 part 13

Yunhwa terbatuk. Darah hitam keluar dari mulutnya. Dia menahan berat tubuhnya dengan Frost Bow.

Yunhwa berucap,sampai, May. Aku mendengar suara hatimu. Terima kasih untuk mencintaiku juga, meski kita tidak akan mungkin bersatu. Andai kita tidak terpisah, mungkin... akulah yang ada disampingmu dan memelukmu sekarang.”
”Mau kuberi istirahat atau kita lanjutkan?” Tanya Bella.

Yunhwa menegakkan tubuhnya kembali, merentangkan Frost Bow dan Frost Arrow sekali lagi.

”Aku tidak butuh istirahat. Ayo, kita selesaikan ini.”

***

Hari-hari berlalu tanpa benar-benar dijiwai May. Ternyata Amelz memenangkan lomba nyanyi pada hari Jumat waktu mereka pergi ke dunia vampire. Thia mewakili Amelz untuk menerima piala juara pertama. Hari Sabtu, kelompok drama Fennie dan Junsu juga menang juara ketiga lomba drama. Sayang sekali Thia yang beraksi di final lomba deklamasi puisi mandarin tak menang. Tapi itu semua cukup untuk mengukuhkan Junki sebagai ketua dewan mahasiswa periode satu tahun mendatang. Dia menang telak dengan 1028 suara, perolehan suara tertinggi dalam sejarah pemilihan ketua dewan mahasiswa. Nadine Lin dari fakultas Sejarah & Budaya menjadi wakil ketua, sedangkan Choi Hyejin dari fakultas Bahasa menjadi Sekretaris, dan Jocelyn Wu dari fakultas Ekonomi menjadi Bendahara. Fakultas Seni menjadi juara umum perlombaan dengan mengumpulkan 8 piala juara 1-3, disusul fakultas Bahasa dengan 6 piala, dan fakultas Sejarah & Budaya dan Ekonomi sama-sama mengumpulkan 5 piala. Junki, masih ada luka-luka di badannya-tepatnya di bagian-bagian tubuh yang tidak terlihat, tapi kalau teman-temannya lupa dan menyentuh luka-luka itu dia masih akan berteriak kesakitan, nyengir dan dilantik pada upacara hari Minggu. Hari Minggu. Itu berarti hari ketiga pertempuran. Sudah pasti ada tiga korban yang jatuh. Apa Jiro dan Kimbum... juga kedua ortu Fennie baik-baik saja? Sudahkah mereka... dikorbankan?

Youngsaeng memanggil, ”May... May chagya...”

May menoleh dan memandang hampa pada Youngsaeng. Keduanya ada di kamar Youngsaeng. Youngsaeng memperhatikan betapa kurus dan tidak terawatnya May. May tidak lagi mau makan, atau bahkan tersenyum. Semuanya akan menemukan wajah May yang kurus bak mayat hidup dan enggan berbicara. Kondisinya tidak jauh berbeda dengan Julie. Yang berbeda adalah Julie benar-benar sakit, kondisinya makin hari makin melemah. Sedangkan May, dia berharap dia bisa mati. Atau dia merasa akan hidup lagi setelah berjumpa dengan Yunhwa? Youngsaeng mendesahkan nafasnya dengan lelah. Youngsaeng meraih tubuh May dan memeluknya.

”Oppa akan mempertaruhkan segalanya kalau oppa bisa membawa Yunhwa padamu sekarang, May. Tapi oppa Cuma Saengie oppa-mu. Dan sekarang oppa tidak bisa membuatmu tersenyum sama sekali.”

May menangkap suara Youngsaeng yang begitu sedih. May mendongak dan memandang wajah Youngsaeng. May memegang wajah orang yang dicintainya itu dengan kedua tangannya yang dingin. May menggelengkan kepalanya, berusaha berucap, namun tidak ada kata-kata yang keluar. Akhirnya May maju dan mencium bibir kekasihnya.

 “Oppa akan bernyanyi untuk May… mari kita berharap Yunhwa pulang lagi.”

Youngsaeng menyanyikan Saranghaeyo Mianhaeyo dengan suaranya yang lembut. Menenangkan hati May. Dan membuat Yunhwa tersenyum. Pasti… dia yakin dia akan menang.

***

Junki bangun dengan kaget. Dia memegangi kepalanya.

Junki bertanya,mimpi atau Propechy-kah yang tadi? Omona... aku tak bisa membedakannya...”

Junki menimbang-nimbang dalam hatinya sesaat sebelum cepat-cepat mencuci mukanya, asal menyambar baju dari dalam lemari dan mengecek sejenak penampilannya di kaca. Tetap tampan. Dia meraih jaketnya dan berlari keluar dari rumahnya dengan terburu-buru.