Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Tuesday, 6 March 2012

The X Life Story 2 chapter 9


The X Life Story 2
Chapter 9

RINI’S POV

Aku saat ini sedang duduk di suatu café, meminum secangkir cokelat panas. Pikiranku melayang ke kejadian beberapa hari yang lalu. Key… meskipun aku tidak cukup sadar waktu itu, tapi aku tau, aku menikmatinya… menikmati saat-saat aku bercinta dengan Key. Aku tidak bisa melepaskan pikiranku dari bayang-bayangnya. Tanpa kutau, perasaan untuknya telah tumbuh lama… mungkin jauh sebelum aku mengenal Wookie oppa. Lalu apa yang harus kulakukan? Memilih mereka berdua pada saat yang bersamaan?

“Rini? Kau sudah lama menungguku?” suara lembut Key-chan menyapaku.

Kupandangi sosoknya yang membawa secangkir kopi dan duduk di hadapanku. Tadinya banyak hal yang ingin kubicarakan dengannya, tentang keputusanku… tapi segala scenario yang sudah terbentuk di dalam kepalaku hilang seketika melihatnya hadir di depanku. Aku tidak bisa.

“Aku kaget kau mengajakku bertemu di luar. Apa kakimu sudah sembuh? Kepalamu juga?”
“Sudah jauh lebih baik setelah dirawat oppa,” jawabku sambil tersenyum.

Kupandangi wajahnya… bibirnya… lehernya… tubuhnya. Ini pertemuan ketiga kami setelah kami melakukan itu, tapi bayangan dirinya menyentuhku masih sangat jelas. Susah payah aku mengendalikan diriku untuk tidak mengatakan bahwa aku ingin disentuh olehnya lagi. Aku tau aku sudah nyaris gila.

“Oppa, aku…”
“Rini, bolehkah aku bicara duluan?”

Aku diam dan memberinya kesempatan bicara.

“Aku tidak bisa melupakanmu. Aku tidak bisa mengendalikan diriku. Aku… mencintaimu.”

Aku tidak berani bernafas saat kupandangi binar kesungguhan di matanya yang indah. Aku tidak bergerak saat mata itu semakin lama semakin mendekatiku… dan aku tidak menolak saat bibir yang kurindukan itu mendarat di bibirku. Kurasakan kecupannya yang membuat seluruh tubuhku hangat dan jantungku berdebar. Key… Key-chan…

Bahkan aku tidak sadar saat itu aku sedang dipandangi Wookie oppa. Hari ini dia mendapat hari bebas untuk keluar sejenak dari rutinitas wamilnya, hanya hari ini. Dia sengaja merahasiakannya dariku, ke apartemenku, tapi hanya bertemu dengan Yenny yang mengatakan aku tidak di apartemen. Dia langsung kesini, ke café ini, karena café ini adalah café favorit kami. Setiap kami berkencan, setidaknya sebulan sekali, kami pasti akan menghabiskan waktu berjam-jam di café ini, hanya untuk meminum secangkir minuman favorit kami, mengobrol, mendengarkan lagu dari IPOD-nya sambil berbagi headset, atau membiarkanku berlama-lama membaringkan kepalaku di pundaknya. Dan disinilah aku sekarang, membalas ciuman Key, di tempat duduk favorit aku dan Wookie oppa. Wookie oppa berdiri mematung di pintu depan, cukup untuk mengenali sosokku dan Key, dongsaeng yang dia sayangi di SHINee. Menyadari kami tidak akan berhenti saling mengecup secepat yang dia inginkan, dia berlari meninggalkan café itu, dengan perasaan terluka yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya…

***

MAY’S POV

Sial, salah makan apa aku akhir-akhir ini? Aku selalu saja bolak-balik toilet selama tiga hari belakangan, dan rasanya mual-mual ini makin parah di pagi hari. Terkadang aku memang muntah, tapi tidak semua muntahan itu mengeluarkan isi perutku… terkadang hanya air saja. Mual-mual ini juga disusul dengan pusing, aku jadi tidak bisa berkonsentrasi kerja. Untung Yesung oppa tidak disini, aku jadi lega dia tidak perlu mengkhawatirkanku. Tapi Jungchul… oh, omona… baru saja aku memikirkannya, dia meneleponku…

“Yoboseyo, Chullie-ah…” sapaku pada ponsel.
“May? Kenapa suaramu lesu begitu? Apa kau sakit?” tanya Jungchul beruntun, terdengar khawatir.

Aku tersenyum tipis, meski dia tak bisa melihatnya.

“Aku agak tidak enak badan…”
“Aku ingin kesana, tapi aku tidak bisa. Besok sampai 3 hari ke depan kami harus ke Tokyo, ada performance disana, jadi hari ini aku ditahan untuk latihan.”
“Gwaenchana, tidak usah datang, Jungchul, aku baik-baik saja. Aku akan ke dokter sendiri.”
“Baguslah kalau begitu. Nanti kabari aku tentang keadaanmu, oke? Kapanpun kau telepon, aku akan ada.”
“Ne, Chullie…”
“Tunggu, May…”
“Ya?” tanyaku, batal memutus sambungan telepon.
“Saranghae.”
“Nado saranghae.”

Kututup telepon dengan perasaan sedikit lebih hangat. Ah, Jungchul… aku menghargai setiap perhatianmu. Teleponku bergetar lagi, kali ini dari Julie.

“Yoboseyo…”
“May, kenapa dengan suaramu?”
“Aku hanya sakit. Ada apa, Jul?”
“Aku tadinya mau mengajakmu mampir dan membantuku menjaga Dongmi… tapi sepertinya kau tidak bisa ya?”
“Kepalaku pusing dan aku muntah-muntah tiga hari belakangan, Jul… mian, aku tidak bisa keluar,” sesalku, “aku benar-benar lemah…”
“Pusing dan muntah-muntah katamu? May, apa datang bulanmu telat?”
“Maksudmu?”
“Sebaiknya kau cek, May. Kurasa itu gejala hamil.”

Kupandangi kalender meja kecil yang kuletakkan di samping ranjang, membaliknya ke bulan lalu. Tidak ada tanggal yang kulingkari. Lalu kubalik lagi, dan kulihat Februari 13, ada lingkaran merahnya. Aku terbelalak. Aku membalik-balik kalender dengan perasaan terenyak.

“May? Yoboseyo? May? Kau masih disana?”
“Jul… hari ini… 14 April, benarkah?”
“Ne. Kau sedang mencek siklus datang bulanmu? Bagaimana?”
“Jul… aku datang bulan terakhir tanggal 13 Februari… selama kira-kira 5 hari hingga 17 Februari… dan jika dihitung… berarti sejak 17 Februari hingga sekarang… sudah hampir dua bulan…”
“Omona!” jerit Julie, “beli test pack sekarang, May! Aku tidak peduli seberapa lemahnya kau, BELI SEKARANG!”

Kulemparkan ponselku ke ranjang, aku menarik salah satu jaket merahku, memakai sepatu kets dan berlarian sepanjang apartemen. Apotik ada di seberang apartemen, jadi begitu sampai disana, langsung saja kubeli alat itu, beberapa pack sekaligus. Aku masih berlarian kembali ke apartemen dan begitu aku berhenti di toilet, keringatku bercucuran. Aku tidak peduli. Aku langsung buang air kecil cepat-cepat, kusobek salah satu test pack dan kucelupkan di air kencingku itu. Dengan hati berdebar-debar, aku menunggu… apakah ada garis yang muncul… dan aku terenyak begitu melihat dua garis biru perlahan muncul di alat itu. Kupegangi perutku kencang… tak terlihat perubahan berarti disana… tapi…

“Aegi… aku… akan jadi seorang eomma? Tapi… siapa… siapa appamu?”

Aku terduduk lemas di lantai toilet, aku tidak berniat melakukan apapun lagi. Tolong… seseorang tolong aku… beritau apa yang harus kulakukan… Yesung oppa… Jungchul…?

***

AUTHOR’S POV

Julie sudah berpakaian dengan rapi dan tampil secantik mungkin. Satu jam yang lalu dia menerima telepon dari Donghae dan mereka sudah berjanji untuk bertemu di suatu café. Setelah dua hari lebih terlambat pulang dari member lainnya, akhirnya dia mengatakan akan pulang hari ini dan sekalian berkencan dengan Julie. Yenny dan Siwon yang hari ini sedang bersantai bersedia merawat Dongmi, malahan tadi mereka sendirilah yang menjemput Dongmi dari apartemen Julie. Mereka bilang Rini juga akan ikut menjaga Dongmi nantinya. Jadi Julie sangat tidak sabar menunggu Donghae. Satu jam sudah berlalu, tapi Julie masih menunggu. Dia tau, selalu ada halangan yang bisa membuat Donghae terlambat tiba-tiba. Satu setengah jam… dua jam… dan Julie jadi gelisah. Julie mengirimkan SMS, tapi tidak dibalas. Dia juga menelepon…

“Oppa, kau kemana? Kenapa tidak mengangkat telepon?” tanya Julie resah.

Tiga jam. Julie putus asa. Sekarang sudah jam 9 malam dan hujan turun dengan derasnya. Seorang pelayan menghampiri Julie.

“Maaf, Agassi, café kami akan segera tutup,” ujarnya sangat sopan.

Julie memandang kosong pada wajah si pelayan cantik. Julie tidak menunjukkan reaksi apapun. Dia khawatir… sekaligus kecewa pada Donghae. Kenapa Donghae begitu tega membuatnya khawatir? Tidakkah Donghae tau dia sudah lama merindukan Donghae berada di sampingnya lagi? Tapi bahkan sedikit kabarpun tidak ada… apa yang harus Julie lakukan?

“Apa Anda tidak bawa payung? Kami bisa meminjamkannya. Kami benar-benar minta maaf, Agassi, tapi Anda harus keluar sekarang.”

Julie menerima payung hijau dari pelayan tadi, melangkah lunglai keluar café. Hujan turun dengan sangat deras. Julie membuka payungnya dan maju meninggalkan teras café. Tapi dia tidak tau kakinya harus melangkah kemana.

“Oppa… sebelumnya kau tidak pernah begini kepadaku. Apapun yang terjadi… kalaupun kau membatalkan pertemuan kita… kau selalu mengabariku… tapi… dimana kau sekarang?”

Sebuah mobil berhenti tidak jauh di seberang jalan tempat Julie berdiri. Sesosok pria tinggi tegap turun dari mobil, memegang payung transparan dan berdiri memandangi gadis di seberang jalan. Dia tau itu Julie. Julie yang memandang lurus dengan pandangan kosong. Wajahnya pucat, tidak bereaksi. Hati pria ini terenyuh, karena dia tidak pernah menganggap Julie teman biasa baginya. Sesungguhnya, baginya Julie adalah sosok wanita yang menyentuh hatinya tanpa pernah Julie sadari, tapi pria ini tidak pernah punya kesempatan, bahkan selangkahpun, untuk mendekati Julie, karena sejak awal, Julie sudah memilih Donghae dan begitupun sebaliknya. Tapi melihat Julie yang dikecewakan Donghae…

“Julie…”

Julie memfokuskan matanya. Dia tau siapa pria di seberang jalan itu. Dia Kyuhyun.

“Kyu?” tanya Julie, setengah bingung kenapa Kyuhyun-lah yang muncul ketika dia menunggu Donghae.
“Kau masih menunggu Donghae?”
“Darimana kau tau?”
“Dia tidak akan datang.”

Mendengar jawaban Kyuhyun, hati Julie tersentak. Pikirannya masih menolak menerima informasi ini.

“Dia akan datang. Donghae oppa tidak pernah mengingkari janjinya.”
“Dia tidak akan datang. Tadi dia mampir ke dorm kami begitu pesawatnya mendarat. Dia tampak terburu-buru mandi dan yang lainnya… lalu menerima telepon. Aku tidak mendengar dengan jelas, tapi sepertinya itu ada hubungannya dengan proyek filmnya. Dia tampak shock, tapi berkata akan langsung kesana. Dia pergi tanpa memberi informasi apapun pada kami. Dan dia meninggalkan tas berisi ponsel-ponselnya.”

Julie harus berpegangan pada tiang lampu jalanan terdekat untuk menyangga tubuhnya. Tiang lampu itu terasa dingin dan licin… seakan perasaan itu juga merasuki hatinya… Donghae melupakannya. Donghae meninggalkannya demi pekerjaannya. Julie tidak pernah menghalangi karir Donghae, bahkan ikut bahagia dengan karirnya yang meningkat… namun Julie tak percaya Donghae mengingkari janjinya. Harusnya Donghae tau, yang paling Julie benci adalah pengingkaran janji… dan Donghae melakukannya. Demi pekerjaannya. Lebih baik dia membatalkannya daripada memberi harapan kosong pada Julie… Julie menggelengkan kepalanya, masih tak percaya, tapi dalam hati mengutuki dirinya sendiri. Dia terlalu berharap Donghae menjadikannya nomor satu di hatinya, tapi… semua itu hanya angan-angan saja sepertinya.

“Julie, ayo kita pulang, aku akan mengantarmu,” ajak Kyuhyun.

Tapi Julie masih tidak bergerak di tempatnya, masih beku, seperti patung. Justru kebekuan itulah yang membuat hati Kyuhyun sakit… membuat perasaannya bergejolak… benci… bahagia… semuanya bercampur jadi satu. Dia akan terlibat masalah kalau dia menuruti kata hatinya, tapi dia tidak peduli. Dia tidak pernah takut akan masalah. Dia akan menantangnya. Dia membuang payungnya begitu saja, lalu berlari dan berdiri di hadapan Julie. Julie mendongakkan kepalanya, memandang kosong ke wajah Kyuhyun. Kyuhyun makin resah. Ditepisnya tangan Julie yang menggenggam payung, berharap Julie memberikan reaksi. Tapi Julie tetap terpaku, walaupun tubuhnya basah. Kyuhyun memandangi bola mata hitam Julie… dan dia bisa merasakan kekecewaan mendalam di mata itu... yang seolah juga mengoyak-ngoyak hatinya. Kyuhyun tidak tahan lagi. Dia memeluk Julie, membiarkan mereka berdua basah diguyur hujan.

“Bukan begini caranya, Julie… sungguh, tidak ada gunanya. Kalau kau kecewa, katakan sesuatu… aku disini, untuk menjadi sandaranmu, Julie-ah…”
“Kyu… bawalah aku pulang…”

Kyuhyun kecewa Julie tidak mengatakan apapun, namun memutuskan untuk membawa Julie pulang. Sesampainya di apartemen, Julie-pun tidak mengatakan apapun. Kyuhyun tau, apapun yang dia lakukan, dia tidak akan bisa menggungah hati Julie saat ini. Langkahnya terhenti di depan pintu apartemen Julie.

“Masuklah, Kyu. Kau akan masuk angin kalau tidak mandi dan mengeringkan badanmu,” ajak Julie.
“Tidak usah, aku akan pulang saja. Ah… ini. Tas ponsel-ponsel Donghae. Kukembalikan padamu saja.”

Julie menerima tas berwarna biru itu dan memandang tas itu dengan pandangan kosong lagi.

“Aku pulang, Julie… sampai ketemu lagi.”

Julie masih berdiri lama di depan pintu apartemen setelahnya… kecewa.

***

3 comments:

  1. eh? eh? eh???
    Rini tau Wookie ngeliat?
    Tapi kok dilanjutin aje kissunya ma key??? ><

    OMO, may hamilkah??
    Punya sapa???
    Sering ma yesung ngak dapet, tapi pas 2x ma Jungchul jdi mual2 gini? O.O

    Haish...
    Donghae kenapa? :(

    Omona!!! ini bener2 kek mimpiku! XD

    Sesungguhnya, baginya Julie adalah sosok wanita yang menyentuh hatinya tanpa pernah Julie sadari, tapi pria ini tidak pernah punya kesempatan, bahkan selangkahpun, untuk mendekati Julie, karena sejak awal, Julie sudah memilih Donghae dan begitupun sebaliknya.
    ---> kata2 ini miris T.T

    Entah knapa suka Julie yg dingin di sini (?) XDDDD

    Omona, pelukan diguyur ujan itu so sweet ><
    Sayang ngak diceritain Julie pelok balik ato ngak LOL
    *ditabok*

    Jdi pnasaran ma part slanjutnyaaaaa

    ReplyDelete
  2. Disini, semua pemeran ceweknya pada galau. Hahaha

    ~| Setiap kami berkencan, setidaknya sebulan sekali, kami pasti akan menghabiskan waktu berjam-jam di café ini, hanya untuk meminum secangkir minuman favorit kami, mengobrol, mendengarkan lagu dari IPOD-nya sambil berbagi headset, atau membiarkanku berlama-lama membaringkan kepalaku di pundaknya |~

    Bagian itu bener-bener bikin aku jatuh hati eonn, apalagi bagian terakhirnya. Itu kencan yang sempurnaaaaaa!!!! #tewas-sambil-ileran-karena-mupeng


    ~| “Omona!” jerit Julie, “beli test pack sekarang, May! Aku tidak peduli seberapa lemahnya kau, BELI SEKARANG!” |~
    ku tambahin eonn, "Walaupun eonni harus negsot aku tidak peduli!! Kyaaaaaaa" #plak


    ~| Omona, pelukan diguyur ujan itu so sweet ><
    Sayang ngak diceritain Julie pelok balik ato ngak LOL
    *ditabok* |~

    si Julie mah bilang aja kepengen,Ahahaha XD

    ReplyDelete
  3. nah loh.....
    wookie melihat rini dan key...
    kasihan wookie... *tepuk2 pundak wookie oppa*

    sesuju dgn jul...
    berkali2 ga dpt, stlh jungchul baru berhasil... (sepertinya yeppa juga harus berterima kasih kepada jungchul) *dihajar*

    diguyur hujan itu.... untung julie dan kyu kejadiannya ga seperti may dan jungchul di tengah hujan juga kan ya? *plak*

    -teph-

    ReplyDelete