No Other The Story
Chapter 25
HANGENG’S DIARY
CHAPTER 25
OUR LOVE 2
SUB-DIARY: YESUNG’S
Hari ini kami akhirnya berhasil meluangkan waktu untuk berkumpul lagi, karena hari ini adalah malam tahun baru. Aku masih ingat ketika kami rata-rata masih High School atau masa awal kuliah, tanpa kesibukan kami, kami di akhir tahun berkumpul dua kali. Satu kali pada Natal dan satu lagi pada malam tahun baru seperti ini. Tapi sekarang tak bisa lagi, kami masing-masing punya kesibukan sendiri. Syukurlah, semuanya berkumpul hari ini. Tapi aku tidak tau aku orang ke berapa yang datang pada jam enam sore begini. Resto kututup lebih cepat hari ini. Dan ini dia tempat berkumpul kami: apartemen KRYSD. Aku menekan bel, dan seperti biasa, pasti ada yang menjawab dengan suara waspada dari dalam.
“Siapa itu?”
Dasar, dia kan juga tamu.
“Hangeng,” jawabku.
Lalu dengan agak kasar pintu dibuka, tampaklah Kangin. Dengan sebelah tangan dia memelukku, atau meremukku, aku tidak bisa membedakannya dengan kekuatan seperti itu. Orang ini memang paling kuat.
“Kanginnie, kau sudah datang. Ada siapa lagi di dalam?”
“Yesung hyung, Mimi, Kibummie, baru kami berempat. Yang lain belum pulang dari tempat aktivitas mereka,” sebut Kanginnie.
“Mereka masih juga sibuk, dan tidak ada yang bisa membantuku memasak nih. Sudahlah, lebih baik aku mulai memasak dulu sebisanya.”
“Hahaha… silakan, hyung.”
Aku menggelengkan kepalaku, memang tidak bisa mengharapkan orang-orang yang disebutnya tadi untuk membantuku memasak. Mungkin aku bisa menunggu Wookie pulang atau Aqian datang, atau mungkin Hae, diapun lumayan bisa membantu. Aku ke dapur dan mulai meletakkan kantong-kantong bahan masakan yang kubawa. Malam ini akan ada banyak orang, jadi aku harus memasak berporsi-porsi makanan atau nanti ada yang tidak kebagian.
“Aih, hyung sudah datang!!!” seru Hyuk.
Aku tersenyum pada Hyuk dan Kyu, keduanya baru masuk apartemen.
“Ne, aku mau memasak dulu.”
“Kalau begitu kami tidak mengganggu,” kata Hyuk, nyengir.
Aku hanya bisa memaklumi, lagipula aku tidak berharap mereka membantuku. Jangan-jangan mereka malah membuat berantakan. Beberapa menit kemudian aku melihat Kanginnie dan Kibummie menggotong Nintendo DS milik Kibummie ke ruang tamu, dan suara-suara ribut mulai terdengar dari sana. Biarkan mereka selamanya jadi anak-anak saja. Lalu kudengar juga pintu depan terbuka, dan aku mendengarnya… suara Xili! Akhirnya dia datang juga…
“Hangeng hyung! Kami sudah pulang, siap membantumu!” ucap Hae ceria.
Aku melihat Hae, Wookie dan Xili datang bersama.
“Wah, dari mana kalian bertiga?” tanyaku heran, melihat kombinasi yang tidak biasa.
Hatiku juga sedikit puas, setidaknya di antara mereka ada Wookie, jadi mereka tidak sepenuhnya berdua.
“Aku beberapa hari ini memasak di tempatnya Xili, soalnya kasihan kalau dia harus makan fast food tiap Meifen tidak ada. Anggap saja aku merawat gizinya,” ujar Wookie sambil tersenyum.
Lihatlah, begitu banyak yang menyayangi Xili yang manis, dia beruntung. Aku sih tidak perlu waspada kalau tentang Wookie, soalnya aku bisa melihat kalau dia suka pada Yifang, tapi yang masih membuatku resah adalah Hae.
“Tadi aku menyuruh Xili dan Donghae hyung belanja untuk keperluan membuat kueku. Nah hyung, aku akan membantumu sambil membuat kue.”
Ketakutanku menjadi kenyataan, ternyata Xili dan Hae keluar berdua. Bagaimana ini? Bagaimana kalau Xili lebih memikirkan Hae daripada aku?
“Xili, ayo ke kamarku sebentar. Aku kan tadi bilang ada yang ingin kutunjukkan padamu,” ajak Hae.
Xili memandangku sejenak sebelum mengikuti Hae. Aku mendesahkan nafas. Kalau begini terus, aku akan kalah dari Hae. Tapi… apa perjuanganku belum cukup? Aku sudah pernah menyelamatkannya, kan? Aku mengamati Wookie yang mulai memisahkan bahan-bahan untuk kuenya, lalu membantuku memotong sayur dan bumbu lainnya. Tangannya sangat cepat dan mahir, kupikir dia bisa alih profesi jadi koki suatu hari nanti kalau sudah tidak bernyanyi lagi. Tapi selain memasak, bersuara indah, dia juga baik hati. Dia sangat sempurna, dongsaengku yang satu ini. Aku yakin Yifang pasti akan menerimanya. Setidaknya Wookie tidak punya saingan, tidak sepertiku.
“Wookie, mana Yifang?” tanyaku.
“Kata Xili, Yifang pergi dan baru akan bergabung dengan kita nanti malam,” jawabnya, masih berkonsentrasi memotong bawang, “dan ngomong-ngomong dia belum baikan dengan Xili.”
Aku mengerutkan dahiku, “mwo? Mereka bertengkar?”
“Lho? Hyung tidak tau? Yifang melarang Xili untuk banyak keluar apartemen, Xili yang cerita padaku, tapi Xili tidak bilang alasan yang detail. Kurasa dia takut Xili dalam bahaya seperti waktu itu, mungkin, hyung?” Tanya Wookie.
“Mungkin saja sih.”
Mungkin itu sebabnya Xili jadi jarang ke resto belakangan ini, juga sebelum Siwonnie datang untuk menemui Meifen waktu itu.
“Aku pulang,” ucap Leeteuk hyung, muncul di dapur.
“Dan aku datang,” ujar Heechul hyung.
“Wow, sudah hampir lengkap nih orang-orang kita,” celetukku.
“Selamat memasak. Masak yang enak ya,” pesan Leeteuk hyung.
Wookie sudah selesai membuat pancake kecil-kecil, kira-kira bulatan itu bisa dihabiskan dalam dua kali gigitan. Pancake-nya wangi sekali dan kelihatan enak, Wookie memberi krim strawberry sebagai topping-nya.
“Ini untuk camilan mereka sekarang,” kata Wookie, tampak senang dengan hasil kerjanya.
“Aku bawakan saja untuk mereka,” putusku.
Aku membawa dua piring besar yang penuh pancake ke ruang tamu. Semuanya, termasuk Hae dan Xili sudah berkumpul dan duduk di lantai, menonton Hyuk dan Kyu yang sedang bermain Street Fighter seri terbaru. Tapi aku tidak melihat Yesungie. Bukannya tadi dia ada?
“Pancake buatan Wookie datang.”
“Waaaaah… pancake! Dia benar-benar membuatkan pesananku! Aku harus berterimakasih padanya,” ucap Kanginnie yang langsung menyambar satu pancake dari piring yang masih kupegang.
Xili dengan cepat membantuku menata piring-piring itu, sementara Kanginnie sudah menghilang ke dapur. Sesaat permainan terhenti karena semuanya sepertinya menyerbu pancake itu.
“Oppa, nih,” ujar Xili, menyodorkan satu pancake tepat di depan mulutku.
Suasana saat itu terlalu ramai, tidak ada yang memperhatikan kami. Xili tersenyum. Aku menggigit pancake itu, dan rasanya memang enak sekali, dan juga terasa manis karena Xili yang menyuapkannya untukku.
“Ngomong-ngomong, mana Yesungie? Kalian tidak mengajaknya berkumpul?” tanyaku heran.
“Tadi waktu kami pulang, dia malah pergi. Katanya mau keluar sebentar, tapi tau-tau belum pulang sampai sekarang,” jawab Hae, mulutnya penuh pancake.
“Si hyung kan memang suka keluar malam belakangan ini. Apa kalian tidak tau?” Tanya Kyu, “pulangnya sekitar jam satu atau jam dua dini hari begitu.”
“Mwo? Jelas aku tidak tau,” jawabku.
“Kurasa hanya Ryeowook hyung yang tau, soalnya mereka sekamar kan?”
Aku mengedikkan bahuku, merasa Yesungie agak aneh belakangan ini, karena setiap kali ketemu dia, dia tidak banyak bicara. Dari dapur aku mendengar teriakan Wookie dan tawa Kanginnie, dia pasti dikerjai Kanginnie. Bel berbunyi untuk kesekian kalinya malam ini. Leeteuk hyung menuju pintu, soalnya yang lain masih sibuk saling gigit pancake, tidak ada yang mau peduli pada tamu lagi.
“Siapa?” Tanya Leeteuk hyung.
Karena suasana ribut, aku tidak bisa mendengar suara jawaban dari luar, dan Leeteuk hyung membuka pintu. Aku mengintip dari balik bahu Leeteuk hyung, agak jauh.
“Kau siapa? Mau ngapain, anak kecil?”
Aku mendengar suara yang kecil sekali, suara wanita, tapi lalu pintu ditutup olehnya. Dia berbalik pada kami. Aku keheranan.
“Siapa itu, hyung?” tanyaku.
“Entah. Anak kecil, tidak tau bicara apa, suaranya kecil, dan dia memelototiku.”
“Anak kecil? Apa dia fans?” Tanya Mimi.
Bel kembali berbunyi, ditekan dengan tidak sabar.
“Jangan-jangan dia lagi tuh. Apa sih maunya dia?”
“Aaaaaaaaaaaaah!” teriak Xili.
Tiba-tiba semua mata tertuju pada Xili, semuanya pandangan bertanya.
“Mungkin itu Suxuan. Biar aku yang buka pintu.”
Xili menuju pintu dan mempersilakan sang tamu masuk. Ternyata memang Suxuan, gadis yang mereka perkenalkan padaku di resto waktu itu. Apakah dia ini yang disebut Leeteuk hyung tadi sebagai anak kecil? Memang sih badan Suxuan sangat kecil, mungil, tapi kan bukan berarti dia anak kecil. Leeteuk hyung suka bercanda, nih.
“Lha? Kau mengundang Suxuan, Xili? Baguslah, semakin ramai semakin asyik,” ungkap Kibummie.
“Ini temanmu?” Leeteuk hyung menunjuk Suxuan.
“Ne, oppa. Dia teman satu kelasku. Kibum oppa, Kyu oppa, Hangeng oppa, Heechul oppa dan Henry juga kenal dia koq. Lin Suxuan,” kata Xili memperkenalkan.
“Annyeonghaseyo. Lin Suxuan-imnida,” ucap Suxuan sambil membungkuk.
Banyak yang menyapa Suxuan juga, tapi Leeteuk hyung malah ternganga.
“Kupikir dia anak kecil,” ujarnya, setengah termenung.
Suxuan melotot pada Leeteuk hyung, “enak saja kau bilang orang anak kecil. Aku sudah 18 tahun, tau!”
“Dan sudah dikontrak sebuah agency untuk tampil di drama idola, syuting dimulai dua bulan lagi. Benar kan, Suxuan?” Xili menambahkan.
Suxuan tersenyum dan mengangguk bangga. Wow, itu berarti Suxuan memenangkan kontes pemilihan artis berbakat, akhirnya.
“Whoa… kau akan bermain di drama apa, memangnya, Suxuan?” Tanya Kyu.
“Love is Ours, sebagai lawan mainku,” Kibummie yang menjawab.
“MWORAGO?” teriak kami semua kompak; kecuali Xili, Suxuan dan Kibummie.
“Ne. aku senang diberi kesempatan bekerja denganmu, Kibum oppa,” ungkap Suxuan, tersenyum pada Kibummie.
“Ah ya, lupa kasih tau. Apa rumah sakit sudah mengabarimu, Leeteuk hyung? Suxuan akan latihan menjadi perawat di rumah sakit, bahkan menjadi perawat asistenmu. Tadi pagi produser kami bilang rumah sakit sudah setuju. Menurut mereka, hyung adalah dokter muda terbaik disana, jadi kehadiran Suxuan tidak akan menganggu, bahkan mereka yakin Suxuan bisa cepat belajar.”
Leeteuk hyung makin ternganga mendengar penjelasan Kibummie. Aku mendengus, sementara Suxuan masih memelototinya. Ini dia, pasti akan jadi kisah berikutnya. Bel ditekan dengan tidak sabar di luar. Kali ini aku yang beranjak untuk membukakan pintu. Ada Henry dan Shindong.
“Kalian lagi ngapain sih? Kami sudah berdiri lama sekali di depan, apa tidak ada yang dengar kami pencet bel?” protes Henry, dia cemberut.
“Kami lagi heboh soalnya si Suxuan main drama bareng Kibummie nih,” jelas Hyuk, menunjuk Suxuan.
“Yaaaaaaah, itu kan cerita lama. Aku sudah dengar dari Manshi malahan,” kata Shindong, bangga.
Leeteuk hyung menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Kau tidak boleh merepotkanku, arasso?” ucapnya pada Suxuan.
Suxuan berjinjit dan menunjuk hidungnya, “tidak akan pernah! Aku bisa belajar sama kepala perawat koq, tak perlu mengandalkanmu!”
Leeteuk hyung di skak mati kali ini tampaknya.
“Bagus, Suxuan, itu namanya girl power,” ujar Shindong, tertawa keras sekali.
“Hai!!! Kami datang!!!” teriak Manshi, masuk dari pintu yang terbuka.
“Apa semuanya sudah lengkap?” Tanya Siwonnie, menghitung kami satu-persatu.
“Mana Wookie dan Kangin hyung?” Tanya Sungminnie.
“Mereka di dapur. Kurasa sekarang yang belum datang tinggal Meifen, Yifang, dan Yesungie yang entah kemana,” jawabku, menjawab pertanyaan keduanya.
“Aqian masih mandi. Kalau Yifang… mungkin agak kemalaman datangnya,” jelas Manshi, “aih ada bau yang manis sekali. Pancake!!!”
Akhirnya kami kembali tenggelam pada kegiatan masing-masing, ada yang main game (ini yang paling berisik); ada yang duduk-duduk saja sambil ngobrol; kulihat semua pintu kamar terbuka dan orang-orang bebas keluar masuk, laptop Leeteuk hyung dimainkan entah oleh berapa orang sekaligus; dan setelah Meifen datang, aku, Wookie, Hae dan dia sibuk di dapur; sementara Manshi dan Shindong sibuk mencuri makanan dari dapur. Rasanya bahagia sekali bisa berkumpul seperti ini.
“Damana saja kaan?” teriak Shindong dengan mulut yang penuh sushi, tak jelas ngomong apa.
Tapi aku tau apa yang dimaksudnya, dia menunjuk Yesungie dan Yifang yang muncul di dapur.
“Ng… kami bertemu di bawah. Sekarang kami sudah bisa bergabung, kan?” ungkap Yesungie.
Wookie memandangi keduanya, tampak agak kaget, tapi kemudian tersenyum.
“Yifang ah~ ini sushi pesananmu,” tawarnya, menunjuk sepiring sushi yang masih hangat.
“Mwo? Wuaaaaaaaa~ Yesungie oppa, kau tunggu saja sama mereka. Aku mau di dapur bantu-bantu,” pinta Yifang.
Yesung sempat ragu sejenak, tapi Yifang menepuk lengannya dengan lembut disertai senyuman, jadi akhirnya Yesung pergi ke depan. Yifang berlarian ke sisi Wookie untuk mencicipi sushi. Mungkin… pikiranku bahwa hanya aku punya saingan itu tidak sepenuhnya benar. Aku tidak sendirian.
“Sampai kapan oppa mau membereskan dapur kalau kecepatannya seperti itu?” Tanya Meifen.
Aku tersentak. Rupanya dari tadi aku termenung, mencuci piring saja tidak selesai-selesai. Meifen menyambar spons dari tanganku, mendorongku minggir dan mencuci piring dengan lebih tangkas.
“Oppa ke depan saja, nanti aku menyusul. Mereka sudah mau main, itu sudah gelap-gelapan.”
Aku memandangi punggung Meifen. Sekarang aku juga sekali lagi merasa bersyukur tidak terjadi sesuatu yang gawat padanya. Dan sekarang, kulihat, hubungan Meifen dan Siwonnie juga membaik sangat banyak.
“Jangan merasa down karena Donghae oppa juga sepertinya menyukai Xili.”
Aku kaget karena Meifen bicara begitu, tapi dia tidak menghadapku, dia masih berkonsentrasi pada piring-piring.
“Sekarang posisi oppa dan Donghae oppa sama, tapi ingat oppa pernah sekali menolong Xili, jadi aku yakin kesempatan oppa lebih besar,” ucap Meifen, menghadapku.
“Meifen…” panggilku.
“Kurasa Xili akan lebih senang lagi kalau oppa bisa membantunya berbaikan dengan Yifang. Sebenarnya aku sedikit merasa bersalah… akulah yang melapor pada Yifang kalau Xili terlalu sering keluar, jadi Yifang melarangnya keluar. Tapi… ini kesempatan oppa sekarang. Hwaiting!”
Aku memandangi Meifen yang tersenyum begitu cantiknya. Sejak aku curhat padanya tentang perasaanku pada Xili, dia tidak bilang apa-apa atau memberikan masukan, tapi sekarang kata-katanya memberiku suntikan semangat baru.
“Gomawo, Meifen.”
“Chonmaneyo. Nah, sekarang aku juga sudah selesai. Ayo kita gabung dengan mereka.”
Kami ke ruang tamu bersama-sama setelah mematikan lampu. Sekarang suasana apartemen sudah gelap gulita, aku nyaris menabrak tembok kalau Meifen tidak menggandengku untuk mengarahkan aku ke arah yang benar. Cahaya kecil yang berasal dari ruang tamu makin lama makin jelas. Sekarang aku bisa melihat semuanya duduk di lantai, mengelilingi tiga batang lilin, semuanya duduk melingkar.
“Sebenarnya kita mau main apa ini?” Tanya Manshi penasaran.
Aku duduk di ruang kosong di antara Heechul hyung dan Kanginnie, sementara dari Kanginnie, di sebelahnya ada Wookie, Meifen, Yesung, Xili, Hae, Siwonnie, Yifang, Henry, Kibummie, Hyuk, Manshi, Kyu, Leeteuk hyung, Shindong, Mimi, Sungminnie, Suxuan, Heechul hyung, dan kembali ke aku.
“Kami tiap malam tahun baru selalu main Truth or Dare selama tujuh kali. Selamat bergabung di permainan special ini,” jawab Heechul hyung, tertawa mencurigakan.
Aku ikut tertawa ketika mendengar Meifen dan Suxuan mengeluh. Kanginnie mengeluarkan pena terpanjang yang pernah kulihat, lalu diletakkannya di dekat ketiga lilin di tengah.
“Ah ya, silakan dimulai dari Leeteuk hyung tentunya, seperti biasa,” ujarku mempersilakan.
Leeteuk hyung tertawa, lalu merangkak untuk memutar pena itu. Pena berputar cepat dan berhenti di… jantungku berdebar keras… pena itu melambat ketika mendekati tempatku duduk… tapi rupanya penanya mengarah ke Heechul hyung di sampingku! Nyaris saja!
“Hahaha… itu namanya karma,” celetuk Suxuan, tertawa terbahak-bahak.
“Karena biasanya yang mulai bertanya adalah Heechul hyung, berarti kali ini kesempatan pertama diberikan untuk Yesungie hyung,” putus Wookie disambut gumaman kami.
“Bagus kalau begitu, hahaha… oke, Heechul hyung… pilih Truth or Dare?” Tanya Yesung.
Heechul hyung manyun, “dare saja. Daripada kalian menanyaiku aneh-aneh.”
“Kalau begitu silakan menirukan cara Hanjayheebum-nya hyung makan! Hae, tolong bantu aku ambilkan peralatan yang diperlukan!”
Hae berlarian dengan semangat ke dapur, lalu kembali dengan sosis goreng yang diletakkan dalam mangkuk kecil. Hae meletakkannya di hadapan Heechul hyung.
“Kalian berdua… aku pastikan akan balas dendam!”
“Sudahlah, lakukan sajalah hyung,” tukasku, ikut tertawa.
“Kau juga ikut-ikut, Geng!! Ara!! Lihat ini!”
Heechul hyung merangkak menuju mangkok itu, mengeong sekali, membuat semuanya tertawa terbahak-bahak ramai. Dia mengambil sosis itu dengan tangannya, lalu masih dengan posisi merangkak itu memakannya, plus menjilati jari-jarinya, persis kucing.
“Heebum ah~ Heebum ah~ kesini sayang,” goda Mimi, melambai-lambaikan tangannya.
Heechul hyung merangkak mendekati Mimi, lalu tanpa aba-aba mengelus wajah Mimi dengan jari-jarinya yang bekas makan sosis tadi.
“Andwae!! Hyung, itu menjijikkan!”
Tapi Heechul hyung hanya mengeong, membuat kami tertawa sekali lagi, sementara Mimi berlari terbirit-birit ke toilet, bahkan nyaris jatuh tersandung dalam usahanya itu. Setelah keributan berakhir, dan baik Mimi dan Heechul hyung sudah masuk dalam lingkaran lagi, Heechul hyung memutar pena itu. Sekali lagi pena berputar… menuju… Xili!
“Andwae!!!” teriak Xili kaget.
“Coba tadi berhenti di Yesung, atau Hae, soalnya Heechul hyung mau balas dendam kan?” ujarku, jantungku berdebar keras.
“Tapi Xili juga lumayan koq, hahaha… truth or dare, miss Huang?” Tanya Heechul hyung.
Xili tampak berpikir keras. Melihat Heechul hyung dikerjai seperti itu, apa dia juga mau memilih Dare?
“Truth saja,” jawab Xili.
“Hahaha… baguslah. Aku mau Tanya padamu. Kudengar kan kalian kesini karena KRYSD… nah, siapa yang ingin kau temui sebenarnya?”
Jantungku berdebar keras. Aku tidak ingin mendengar jawabannya, tapi kalaupun dia menjawab, aku berharap… aku berharap dia tidak menyebut namanya… Xili mendongakkan kepalanya, melirik Hae di sampingnya dengan malu-malu, sementara yang lainnya sudah memandangnya dengan penasaran. Andwae…
“Eng… eng… itu… itu…”
“Nugu?” tanyaku, tak ingin dia menyebut namanya…
“Donghae oppa. Sudah, jangan memandangiku lagi!!!”
Semuanya bereaksi, ada yang tertawa, ada yang menggoda Xili, sisanya menggoda Hae. Ternyata… aku… kesempatanku… sebesar apa? Hae sekarang memeluk Xili dan mengatakan ‘gomawo’ dengan sangat jelas. Aku… bisakah masuk di antara mereka? Bolehkah aku masuk? Meifen merangkak ke hadapanku dan menepuk bahuku. Dia tidak mengatakan apa-apa, tapi sorotan matanya seolah mengatakan ‘tenanglah.’ Akupun merasa lebih tenang, meski tak sepenuhnya bisa melupakan kenyataan ini. Berikutnya giliran Xili yang wajahnya sangat merah memutar pena. Kali ini pena berhenti di Manshi.
“Xili!!! Kejamnya kau!” teriak Manshi menggemaskan.
“Lho, aku tidak mengaturnya lho. Ayo pilih… Truth or Dare?”
Manshi memandangi Xili, memandang Shindong sesaat, menelan ludahnya dengan getir.
“Dare.”
“Aku tau apa yang harus kau lakukan. Hangeng oppa, bisa bantu aku ambilkan sosis-sosis lagi di dapur?”
Aku dengan sedikit kebingungan ke dapur untuk mengambil sepiring penuh sosis lada hitam yang sudah dipanggang. Aku memberikannya pada Xili. Xili tersenyum sebagai ganti mengucapkan terima kasih, lalu menyodorkan piring itu pada Manshi.
“Nah, masukkan sosis-sosis sebanyak mungkin ke mulutnya Shindong oppa, sebelum mulutnya penuh tidak boleh dikunyah.”
“MWO??” Tanya Manshi dan Shindong kompak.
Akhirnya semua malah tertawa puas, beberapa malah sampai keluar air matanya, ketika melihat mulut Shindong penuh dengan sosis, sementara dia mengangguk pada Manshi untuk memberi isyarat kalau mulutnya masih muat.
“Ini harus direkam dan diposting via Twitter,” kata Siwonnie, merekam kejadian itu dengan ponselnya.
Semuanya makin tertawa, karena Xili bersikeras mulut Shindong masih muat, dan akhirnya setelah seluruh muka Shindong merah, baru Xili percaya itu batas maksimal mulutnya. Akhirnya Shindong mengunyah sosis itu dengan susah payah, seperti melihat karakter kartun yang sedang mengunyah dengan mulutnya yang besar. Aku ikut tertawa, sementara Siwonnie agak lengah mempertahankan kestabilan ponselnya. Suasana ricuh akhirnya kembali tenang, dan kini Manshi yang sudah minta maaf berkali-kali pada Shindong, dapat kesempatan memutar pena. Untuk keempat kalinya, pena kembali berputar, mencari mangsanya. Pena itu berhenti pada… Sungminnie.
“Mungkin karena kau terlalu diam Sungminnie, jadinya kau dapat kesempatan jadi tokoh utama sekarang,” ucapku, tersenyum.
“Aigo…” Sungminnie berdecak-decak.
Agak kasihan sih kalau melihat Sungminnie akan disiksa atau bagaimana, soalnya dia sangat baik orangnya.
“Truth or Dare, oppa?” Tanya Manshi.
“Truth saja, tapi jangan tanyai aku yang aneh-aneh.”
“Di antara Xili, Aqian dan Yifang, yang mana yang akan oppa ajak berduet nyanyi di panggung ketika KRYSD konser, jika ada kesempatan?”
Semuanya bersorak mendengar pertanyaan Manshi yang ‘menjurus.’ Sungminnie menundukkan kepalanya, wajahnya juga merah.
“Kupikir… Yifang.”
“Tentu saja, Yifang kan uniq suaranya!” celetukku.
“Andwae! Yifang noona punyaku!” sergah Henry, mengguncang-guncang tubuh Sungminnie.
Kami sekali lagi tertawa, sementara Yifang melerai Henry dari Sungminnie. Kini Sungminnie yang memutar pena, matanya menjelajahi wajah kami satu persatu. Siapa yang dia harapkan? Dan putaran pena yang kencang itu berhenti pada Meifen. Sama seperti reaksi Xili dan Manshi, dia juga ikut berteriak.
“Meifen, ayo… Truth or Dare?” Tanya Sungminnie, menunjukkan senyum malaikatnya.
“Kalau aku… pilih Truth juga saja. Toh Cuma jawab pertanyaan,” jawab Meifen cuek.
“Siapa pria terakhir yang jalan berdua saja denganmu? Ayo, jawab yang jujur!”
“Mwo? Itu… itu…”
“Aku melihatnya kemarin, jadi jangan coba berbohong! Sekarang beritau yang lain, siapa dia!”
Yang lain mulai kasak-kusuk, merasa pertanyaan Sungminnie sangat mencurigakan. Meifen celingak-celinguk bingung sekaligus minta tolong. Tapi ini hukumannya, jadi tak ada yang bisa menolongnya.
“Apakah dia Siwonnie?” tanyaku, melihat hubungan mereka yang baik belakangan ini.
“Eng… ne…” jawab Meifen.
“Mwo? Nugu? Jawab yang keras dong,” goda Kibummie.
“Siwon!!! Apa kalian sudah puas?”
Dan terjadi kericuhan lagi. Semuanya menertawakan hubungannya dan Siwonnie yang seperti anjing dan kucing, yang akhirnya membaik sangat jauh semenjak dia menyelamatkan nyawa Siwonnie.
“Jangan sampai jatuh cinta pada si Mr. Perfect, Meifen. Kau akan dalam kesulitan,” Hyuk memperingatkan, sok bijak.
“Aku tidak akan jatuh cinta!”
“Lagipula memangnya apa yang membuatnya dalam bahaya? Kau jangan bilang yang aneh-aneh, Hyuk, aku belum punya pacar,” hardik Siwonnie.
Yifang tidak berhenti melirik pada Meifen, tapi tak mengucapkan sepatah katapun. Aku jadi bertanya apa maksud lirikannya itu. Meifen memutar pena, untuk permainan keenam. Tinggal dua orang lagi, dan kalau aku terbebas malam ini, aku hanya perlu waspada hingga tahun depan. Pena berhenti tepat di depan Kibummie. Tidak seperti reaksi yang lainnya, dia hanya tersenyum tenang. Dasar anak kecil yang sok dewasa, si Kibummie.
“Truth or Dare?” Tanya Meifen.
“Truth, sama sepertimu saja,” jawab Kibummie.
“Tumben sekali. Biasanya kalau kau kena, kau akan memilih Dare,” ujarku, teringat permainan beberapa tahun yang lalu.
Tentu saja yang lain jadi penasaran, soalnya Kibummie termasuk orang yang selalu menyimpan rahasianya sendiri, tidak pernah curhat pada orang lain, tapi kali ini dia malah membiarkan dirinya diketahui rahasianya. Meifen mengerutkan dahinya, berpikir keras.
“Oppa punya dua adik bimbingan, yaitu Yifang dan Manshi. Siapa yang lebih oppa sukai?” Tanya Meifen.
Dan tanpa menunggu lama, Kibummie menjawab, “Manshi.”
“Waeyo?” Tanya Xili kaget.
“Pertama, karena Manshi berbakat dan kedua, karena hyungku suka pada Yifang.”
Dan aku melihat, baik raut wajah Manshi, Shindong, Yesung, Yifang dan Wookie berubah. Tapi reaksi yang lainnya kali ini tidak tertawa, malah kasak-kusuk misterius. Kini aku benar-benar yakin Wookie mendapat saingan yang seimbang dengannya. Setidaknya seimbang. Kalau aku dan Hae…
“Kalau aku tidak salah hitung, sekarang yang terakhir kan?” tanyaku, memecah kasak-kusuk dan suasana tidak enak ini.
“Ne. aku akan memutar pena terakhir kalinya untuk menemukan orang berikutnya yang beruntung.”
Seketika semua tegang, ketakutan lagi. Kulihat wajah Yifang memucat. Dan pena berhenti… rupanya di Shindong.
“Aigo!!! Kenapa aku?” tanyanya tak percaya.
“Truth or Dare?”
“Dare! Tapi jangan keterlaluan mengerjaiku!”
“Aku sudah mempersiapkan permainan yang bagus untukmu, hyung. Tunggu sebentar.”
Mata kami semua mengikuti Kibummie yang masuk ke kamarnya, lalu keluar dengan sekotak besar barang. Dia meletakkan kotak itu, lalu mengeluarkan sapu tangan hitam.
“Hyung, bantu aku tutup matanya. Shindong hyung, yang perlu hyung lakukan adalah menangkap kami yang akan berputar di sekitar ruang tamu ini, lalu tebaklah kami siapa. Hyung tidak akan bebas dari hukuman ini kalau belum berhasil menebak dengan tepat orangnya siapa.”
Sungminnie menerima sapu tangan itu dan bersiap menutup mata Shindong.
“Awas yah kau, Kibummie…”
“Lha, ini sama sekali tidak keterlaluan lho. Malah asyik.”
Kami semua tertawa. Aku juga merasa permainan Dare kali ini cukup kreatif. Begitu Shindong ditutup matanya, Kibummie memberi isyarat kami untuk mendekati dia dan kotaknya. Ternyata di dalamnya banyak aksesoris, dari bando sampai mantel.
“Hyung, kami akan berubah, hahaha… tunggu nanti kami sudah siap, aku akan beri tanda.”
Yang lain mulai kasak-kusuk mengambil aksesoris, aku memilih topi koboi yang sangat besar. Yang lain ada yang memakai bando, bahkan wig, topi biasa, bandana, kacamata hitam atau kacamata biasa, dan mantel.
“Hana… dul… set!”
Kami semua berlari berhamburan di sekitar ruang tamu dengan Shindong berlarian tanpa arah. Kami berteriak dan tertawa bersama, bahkan saling tabrak, Kyu sampai nyaris jatuh kalau tidak ditangkap Heechul hyung, dan akhirnya Shindong menangkap orang pertama. Leeteuk hyung. Kami semua menahan tawa dan menahan nafas. Dia sudah membalut tubuhnya dengan mantel panjang. Shindong mulai meraba-raba rambutnya, wajahnya, lehernya, dan si hyung terpaksa menahan tawanya.
“Hangeng hyung?” Tanya Shindong.
“Tentu saja bukan!” jawabku dari sudut ruangan.
“Coba lagi, hyung,” pinta Kibummie.
Kami sekali lagi berlarian ke segala arah, sementara Leeteuk hyung melepas mantelnya, dan memasang bando di rambutnya. Heechul hyung menjerit ketika nyaris tertangkap, dan Shindong berhasil menarik kaos Manshi. Manshi terdiam sekarang. Shindong mulai meraba-raba. Manshi sudah memakai wig untuk menutupi rambut keritingnya. Shindong meraba rambutnya, wajahnya, lalu sepanjang tangan Manshi. Lalu dia terdiam.
“Ini Manshi, kan?” tebaknya.
“Yah… koq cepat sekali sudah tertebak? Tidak seru,” keluh Kanginnie.
Kibummie membuka sapu tangan di mata Shindong. Shindong tersenyum pada Manshi di hadapannya.
“Koq Ndong oppa bisa tau itu Manshi?” Tanya Yifang.
“Ng… parfumnya, hehehe…” jawab Shindong.
“Harusnya tadi kau ganti baju, Manshi,” kataku.
Akhirnya permainan berakhir dan dilanjutkan dengan cerita horror. Xili yang protes paling keras karena ada acara semacam ini. Wookie-lah yang berbagi cerita horror, dan ceritanya memang membuat bulu kuduk berdiri. Lalu, jam 12 kurang 5 menit, kami memasuki suasana hening.
“Ini waktu yang tepat bagi kita untuk merenungkan apa yang sudah terjadi pada diri kita selama tahun yang lalu, bersyukur bahwa kita ada disini, memiliki sahabat, berbagi cinta dan kebahagiaan, sekaligus menyampaikan harapan kita di tahun depan,” Leeteuk hyung memimpin.
Kami memejamkan mata dan bergandengan tangan. Di otakku mulai berkelebat banyak hal. Tahun ini, baba pergi ke Beijing untuk membuka cabang resto kami… aku berkenalan dengan Yifang, Meifen, Xili, Manshi, Suxuan… aku meminjamkan uang pada mereka untuk apartemen mereka… aku menyelamatkan Xili… aku mencintai Xili… aku menyadari Hae sebagai sainganku… Meifen nyaris mati… aku tak bisa melupakan Xili… aku ingin mendapatkan hati dan perhatiannya secara penuh…
“Sebutkan satu harapan kalian. Dari aku terus ke kiriku. Aku berharap kemampuanku sebagai dokter meningkat dan bisa menyelamatkan lebih banyak orang,” ucap Leeteuk hyung, memulai tradisi kami yang seperti biasa juga.
“Aku ingin karir dan study-ku lancar,” ujar Kyu.
“Aku ingin karirku di salon meningkat,” ungkap Manshi.
“Aku ingin kita semua, seperti malam ini yang jumlahnya 20 orang, bisa berkumpul lagi tahun depan,” harap Hyuk.
“Aku berharap bisa dapat pacar tahun depan,” kata Kibummie, dan ada yang mendengus sesudahnya.
Aku tidak tau siapa yang mendengus, soalnya kami semua memejamkan mata.
“Aku ingin kehidupan di Seoul ini lebih bahagia lagi dari hidupku di Kanada,” pinta Henry.
“Aku ingin kuliah dan bekerja dengan baik, jadi bisa mengembalikan uang Iteuk oppa dan Geng oppa,” kata Yifang.
“Aku ingin orang-orang yang di dekatku selalu berbahagia dan sehat,” ucap Siwonnie tegas.
“Aku ingin orang yang kucintai juga mencintaiku dan tidak lagi melihat yang lain,” ujar Hae.
Jantungku berdebar kencang. Bagaimana kalau harapannya… terkabul?
“Aku ingin terus hidup di Seoul,” ungkap Xili, membuatku lega.
Setidaknya Xili tidak berbicara sesuatu tentang cinta.
“Aku harap karir KRYSD meningkat dan akhirnya bisa mengadakan tur konser keliling dunia,” harap Yesungie.
“Aku ingin menemukan cinta sejatiku,” kata Meifen.
“Aku ingin jadi pribadi yang lebih dewasa dan dicintai semua orang,” ucap Wookie.
“Aku ingin makin banyak yang bergabung di klub taekwondo supaya gajiku meningkat,” ujar Kanginnie.
“Aku… ingin membuat semua orang bahagia melalui masakanku,” ungkapku tulus.
“Aku berharap semua orang yang ada disini semakin sukses,” terang Heechul hyung.
“Aku ingin menemukan seseorang yang bisa selalu ada di sisiku,” pinta Suxuan.
“Aku ingin KRYSD mendapat semakin banyak fans dan anti fansnya berkurang,” kata Sungminnie.
“Aku ingin popularitas KRYSD meningkat,” ucap Mimi.
“Dan aku… harap tahun depan kita semua dijauhkan dari masalah dan bisa hidup dengan bahagia serta tenang, amin!” seru Shindong.
“Gomawo… semoga semua harapan kita terkabul,” ujar Leeteuk hyung, menutup rangkaian acara kami.
Setelah itu kembali ke acara bebas. Kami menikmati pemandangan indah di langit ketika ratusan kembang api menerangi langit; ada yang main game lagi, baik di Nintendo DS atau di laptop, ada yang latihan acting, ada yang karaoke (di kamar Yesung hyung-Wookie ada seperangkat alat karaoke baru dan mahal), ada yang bercerita, ada yang memanggang makanan di dapur, ada yang makan dan ada yang minum soju, bir atau whisky. Aku sendiri memilih tetap di balkon belakang apartemen, memandangi langit. Selain masih ada parade kembang api, langit juga penuh bintang dan bulan separo bersinar putih keperakan.
“Oppa…” aku bisa mengenali suara yang memanggilku itu.
Aku menoleh dan mendapati Xili tersenyum padaku. Tangan kanannya membawa piring yang berisi dua hamburger, sementara tangan kirinya mengangkat sebuah kantong. Aku membalas senyumnya. Dia maju dan ikut bersandar di balkon.
“Hamburger buatan Aqian.”
Aku mengambil salah satu hamburger dan memakannya. Xili juga mengambil hamburger yang lainnya, sementara dia meletakkan piring kosong di lantai.
“Jangan bertengkar lagi dengan Yifang. Ayo, baikan dengannya,” bujukku.
“Aku… hanya merasa Yifang onnie banyak campur tangan dalam hidupku. Aku jadi tidak bebas.”
“Tapi itu karena dia menyayangimu, aku pernah bilang begitu, kan? Kalau kau memang punya keinginan yang kuat, kau bisa diskusikan itu dengannya. Kurasa sekarang dia juga terpukul karena tidak bicara sama sekali denganmu.”
“Dia bilang… aku tidak boleh sembarangan dekat dengan cowok. Dia bilang cowok akan menyakitiku, oppa.”
“Mungkin… mungkin ada saja cowok yang bisa menyakitimu, tapi itu tidak semua. Katakan padanya, kami semua tidak akan membiarkanmu disakiti. Mungkin dia hanya mengkhawatirkanmu.”
“Oppa benar. Oppadeul tidak akan menyakitiku. Oppa juga, kan?”
Aku tersenyum. Tentu saja. Aku akan membuatmu bahagia, Xili, kalau kau mengizinkanku…
“Sebenarnya salahku juga kenapa aku harus ngambek padanya. Padahal kasihan juga Yifang onnie, dia banting tulang untuk menekan pengeluaran apartemen,” ujar Xili, “aku akan baikan dengannya, menuruti oppa.”
“Itu bagus sekali, Xili.”
“Oh ya, oppa…”
Xili sekarang mengambil kantong yang dipegangnya dari tadi dan mengeluarkan isinya: syal berwarna hitam. Dia mendekatiku dan memakaikan syal itu ke leherku yang telanjang.
“Ini hadiah Natal, juga ungkapan terima kasihku untuk oppa, karena oppa sudah pernah menyelamatkanku, juga untuk… segalanya.”
Dia tersenyum, begitu manis, begitu bahagia. Andaikan aku bisa membuatmu selalu bahagia seperti ini, Xili, apakah kau rela menyerahkan seluruh hidupmu padaku, tak lagi dengan Hae?
우리들의 사랑 가득그대의 눈속에
Our love is filled completely in your eyes
그대만의 사랑 가득 나의 마음 그안에 넘쳐요
Our love is filled completely in your eyes
그대만의 사랑 가득 나의 마음 그안에 넘쳐요
Your love is overflowing my heart
Dear Diary,
Akhirnya… aku dan Yifang berbaikan juga. Semua ini terjadi tadi, ketika aku menjemputnya dari bar. Seperti malam-malam ketika dia bekerja disana, aku akan selalu menungguinya. Hari inipun dari jam 10 malam aku mengunjunginya di bar. Dia seperti biasa tidak menyukai kehadiranku dan menganggapku tak ada disana. Jujur saja aku melihat kemampuannya sebagai bartender meningkat, dan dia salah satu bartender favorit disana. Lalu kulihat beberapa pria mendekati dan mengajaknya minum. Hebatnya, Yifang minum cukup banyak beberapa jenis minuman dan tidak mabuk sama sekali. Tapi yang tidak bisa kutolerir adalah ada pria yang ingin dia merokok. Yifang terlihat ragu, lalu kukatakan padanya supaya tidak menerima rokok itu. Tapi dia malah mengambil rokok itu, menghisapnya dan terbatuk. Aku membuang rokok itu dan memarahinya. Yifang malah memarahiku, dia bilang dia harus melayani keinginan para tamu selama keinginan itu tidak keterlaluan, dan itu peraturan bar agar dia tetap bisa bekerja disana. Aku marah besar dan menemui manager bar itu. Manager bar itu terkejut melihatku, dia mengenalku sebagai Yesung KRYSD. Aku berkata padanya bahwa dia tidak boleh menyuruh Yifang untuk melayani para tamu, dan sebagai gantinya, aku akan sering datang ke bar untuk membuat bar itu ramai. Si manager merasa permintaan barterku cukup adil, jadi dia mengizinkan Yifang tak lagi melayani tamu, hanya membuatkan minuman saja.
Ketika kami berjalan pulang, kukira Yifang masih marah padaku karena dia diam saja, tapi akhirnya dia bicara juga. Dia bilang… dia tak pantas untuk selalu kutunggui, dia tak pantas menjadi alasan aku harus menjual popularitasku. Dia tau bar bukan tempat yang bagus untukku, dan mungkin aku akan mendapat hukuman jika agensi mengetahui ini semua. Tapi aku bilang, aku tidak akan membiarkannya sendirian, apapun yang terjadi. Kami sempat berdebat beberapa lama, tapi akhirnya dia mengalah. Dia akhirnya menerima permintaan maafku, merasa aku belakangan ini selalu memperhatikannya dan bisa melihat ketulusanku. Aku senang sekali dan memeluknya. Ini malam tahun baru terbaik yang pernah aku lalui. Aku… akhirnya kembali seimbang dengan Wookie. Mian, Wookie, tapi aku mencintainya juga. Aku akan membuatnya menjadi milikku.
Yesung (December)
No comments:
Post a Comment