Brand New It’s Magic
Chapter 8 part 10
MAY’S POV
Aku sama sekali tak bisa berkonsentrasi. Yang aku tau, aku dan Annie menonton Thia lomba deklamasi puisi mandarin dan Thia menang, siap maju ke babak final. Annie juga cerita kalau kemarin Ryeowook membantai sekelompok musuh, dan dia butuh Annie membereskan musuh-musuh itu dengan Heaven’s Mirror. Setelah mahasiswa fakultas Budaya & Sejarah voting kemarin, Junki masih tetap memimpin perolehan suara 692 suara, di bawahnya Nadine Lin menyusul dengan 335 suara. Dan tau-tau aku sudah disini lagi. Ikut lomba cepat tepat bisnis babak semifinal. Aku tidak sempat belajar apa-apa kemarin, pikiranku dipenuhi oleh wajah Yunhwa oppa. Aku bahkan sampai memimpikannya. Aku merasa bersalah pada Saengie oppa. Lihat, dia begitu mencintaiku, begitu mendukungku, bahkan menyemangatiku di lomba ini. Tapi pikiranku malah melayang ke cowok lain. Aku bersyukur Junsu tidak ada disini, jadi dia tidak tau apa yang sedang kupikirkan.
***
AUTHOR’S POV
Aaron bertanya, ”waduuh... May kau kenapa? Kau tak sakit kan?”
”Hah? Apa ge?” Tanya May, “tentu saja tidak!”
“Iya, daritadi May telat terus nekan belnya. Tidak ada apa-apa kan May?” Tanya Annie.
”Ya... aku... Dui bu qi yah... Aaron ge, Calvin…”
Calvin heran, “loh? Jangan dipikirkan, May… jujur otakku juga agak macet gara-gara ketemu tim Ekonomi 1 ini. Mereka benar-benar cerdas, kita tidak selevel dengan mereka. Kita Cuma mahasiswa Seni, ingat?”
”Jangan salahkan dirimu,” hardik Youngsaeng, “May tetap yang terbaik di hatiku koq.”
May memandang Youngsaeng dalam diam. Perasaan bersalah mendera dirinya.
”Hey semua... aku dengar kau kalah lomba ya May. Sayang yah,” ledek Junki.
Aaron mengumpat, ”kau ini memang pengen mati yah Junki? Orang kesal-kesal begini kau malah ketawa!!!”
”Jjah... mian... mian...”
”Habis istirahat lomba English Debate, tidak ada teman-teman kita yang ikut kan?” Tanya Annie.
Calvin menjawab, ”iya, aku mau pulang saja. Atau ajak Chun ke gym ahh…”
“May, kita jalan-jalan yuk,” ajak Youngsaeng, “sudah lama kan kita tidak jalan?”
”Tapi oppa... bukannya...” tolak May.
Annie berbisik, ”aku akan jaga-jaga di sini, bareng Junki oppa. Dia juga sudah tau. Mungkin aku bakal ajak Amelz dan Stella juga. May pergilah.”
”Ehm... baiklah Annie. Yuk oppa.”
***
Youngsaeng menggandeng May dan mengajaknya kencan. Mereka pergi nonton, ke game center dan shopping. Youngsaeng rupanya sangat shopaholic dan modis, jadi belanjaannya tidak kalah banyak dari belanjaan May. Tentu saja dia yang membayarkan semua belanjaan May. Sekarang mereka sedang makan siang.
Youngsaeng bertanya, ”May... apa May tidak apa-apa?”
“Ah… memangnya aku kenapa oppa?” May balik bertanya.
”May agak murung.”
”Ahh aku memikirkan Julie, oppa. Sebenarnya Julie menyembunyikannya. Dia… mungkin sudah keracunan.”
“Hah? Tertular dari Yunhwa kah?”
“Iya oppa… kita harus gimana ya?” Tanya May bingung.
“Coba konsultasi sama Junsu. Dia kan tau banyak.”
Youngsaeng minum jus alpukat.
”Itu masalahnya. Kata Hyunjoong oppa, Junsu tak tau pergi kemana beberapa hari ini, tapi dia bilang kita tidak perlu mengkhawatirkannya. Dia mencari jejak Patrice,” ujar May.
”Julie harus hati-hati. dia tidak perlu memaksakan dirinya begitu.”
”Dan Jiro ge cemburu pada Yunhwa oppa. Dia beranggapan Julie punya perasaan lain sehingga begitu mati-matian pada Yunhwa oppa.”
”Wajar juga kalau Jiro agak cemburu, oppa ngerti. Jiro tidak kenal siapa itu Yunhwa, dan Jiro bukan Warriors’ Helper. Dia frustasi karena tidak ngerti apa tugas Julie yang sebenarnya.”
May memandang Youngsaeng hati-hati. May memotong steak-nya.
”Oppa... kalau oppa yang ada di posisi Jiro ge gimana? Maksudku... oppa yang sekarang Warriors’ Helper, tapi aku-lah yang melakukan heal ke Yunhwa oppa dan keracunan juga. Apa oppa juga akan cemburu?”
Youngsaeng meletakkan garpu dan pisau yang dia pakai untuk memotong steak.
”Mungkin ya... sedikit. Tapi setidaknya oppa harus bisa membedakan yang mana kewajibanmu dan yang mana kata hatimu. Oppa akan mengerti kalau May harus menyembuhkan Yunhwa, apapun yang terjadi, tapi di sisi lain oppa juga harus yakin hati May hanya untuk oppa. Jadi menyembuhkan Yunhwa itu tidak lebih dari sekadar kewajiban. May paham?”
May terdiam, dalam hatinya berkecamuk hal-hal yang tidak dia inginkan.
”Tapi pada akhirnya oppa tidak perlu diyakinkan... toh sejak awal oppa sudah yakin kalau hati May hanya untuk oppa, sekalipun Junsu, Junki dan Ryeowook suka sama May.”
”Loh? Koq oppa tau??”
”Keliatan kan mereka itu... tak bisa menutupi perasaan mereka pada May. Tidak semuanya sih. Junki keliatan paling jelas, apalagi sekarang dia belum menentukan apa benar-benar mau jalan dengan Annie atau tidak kan? Junsu juga selalu menjagamu. Dia agak jaga jarak semenjak kita jadian, tapi sebelum itu dia selalu diam-diam mengawasimu kan? Dan Ryeowook... meski dia diam begitu, matanya tidak pernah lepas dari May loh.”
”Apa benar begitu, oppa? Aku tidak merasa begitu istimewa koq.”
”Tapi semua yang oppa sampaikan tadi serius loh. Untung Hyunjoong tidak ikut-ikutan.”
”Hyunjoong oppa sudah seperti oppa-ku sendiri, oppa.”
”Aku tau. Dan kalau Kyujong bukan sepupu May, mungkin dia juga...”
”Oppa ngaco!! Tak mungkinlah Kyujong oppa juga ikutan.”
May cemberut dibuatnya. Youngsaeng menyuap steak ke dalam mulutnya, meletakkan alat-alat makannya, lalu mengelus kepala May sambil tertawa.
”Oppa bercanda. Jangan marah ya,” pinta Youngsaeng.
May merasa wajahnya sangat panas.
”May istimewa koq buat oppa. Selalu.”
May berdebar-debar... tapi rasanya ada sesuatu yang hilang. Hampa dalam hatinya.
”Oppa Cuma berharap Yunhwa tidak ikut-ikutan deh ya.”
”Oppa...”
May sudah akan protes lagi.
”Bercanda!! Eh... bukannya hari ini terlalu tenang? Tidak ada gerakan-gerakan musuh?”
”Oppa benar. Kenapa ya musuh-musuh itu tak menyerang? Seperti lagi menunggu waktu yang tepat... jujur aku agak takut....”
”Tenang May. Kita menyebar dimana-mana, mereka tidak akan semudah itu mengintimidasi kita, oke?”
”Dan kalau oppa ketemu Junsu, jangan lupa ngomong tentang Julie.”
”Ya. Itu sangat penting.”
***
Hari Kamis adalah harinya anak fakultas Seni. Hari ini diadakan dua babak Lomba Drama dan siangnya diadakan babak penyisihan kedua lomba nyanyi. Semuanya diadakan di aula. Anak-anak high school kebagian bisa nonton lomba nyanyi. Fennie, Junsu dan anggota kelompok 8 baru akan lomba di hari Sabtu, karena mereka masuk ke babak ketiga lomba Drama. Agak kepanasan, para mahasiswa duduk rapi dan berjubel di aula. Siapa cepat, dia yang dapat untuk duduk paling depan. Beruntung Junki berhasil menyisakan 15 kursi di depan waktu lomba Drama, jadi May, dkk bisa duduk di depan.
Junsu memanggil, ”hai semua...”
”Junsu! Kau kemana saja sih?” Tanya May.
Junsu duduk di samping Kyujong yang duduk di kanan May. Youngsaeng di kiri May. Junsu duduk di antara Kyujong dan Amelz.
Junsu berujar, ”cari jejak Patrice. Tapi sejak Yunhwa hyung membunuh Rotislav tua di kastilnya, Cuma ada pengawal-pengawal Rotislav tak berguna yang ada disana. Istri Rotislav entah kemana.”
”Mungkin berlindung pada Royale Family palsu?” usul Amelz.
”Kemungkinan yang baik. Aku tak bisa mendekati istana, disana penjagaannya ketat,” keluh Junsu.
Kyujong bertanya, ”jadi sama sekali tidak ada jejak Patrice?”
Junsu menggelengkan kepalanya. May memandang lurus ke Junsu, berharap dia membaca pikirannya. Junsu balas memandang May tepat di matanya.
“Kau benar, May. Itu tanda-tandanya. Dia keracunan.”
”Jadi kita harus gimana, Junsu?” Tanya Youngsaeng.
”Ada penawar untuk racun yang seperti itu, tapi sepertinya aku perlu cari tau lagi di dunia vampire. Entah Ryeowook tau atau tidak.”
Junsu diam dan melakukan Telepathy ke Ryeowook yang duduk agak jauh, di antara Fennie dan Hyunjoong. Ryeowook menoleh dan menggeleng padanya.
”Andai aku bisa bertemu princess Vani... tampaknya princess menemukan tempat bersembunyi yang baik sekali, aku tidak bisa melihat jejak mereka, meski dengan penciumanku yang super tajam.”
Amelz beropini, ”kupikir kau tidak boleh selalu pergi sendirian, Junsu. Kau sudah pergi terlalu lama. Kau bisa minta Hyunjoong oppa atau Ryeowook menemanimu.”
”Kau benar, Amelz. Kali ini aku akan membawa Hyunjoong hyung. Sekalian mengembalikan ingatannya.”
”Junsu, dunia vampire itu seperti apa sih?” Tanya May.
”Seperti dunia manusia koq. Cuma disana ada pelindung yang tidak kelihatan, kalau itu kami sebut pintu masuk dunia manusia dan dunia vampire, jadi manusia tidak bisa sembarangan masuk ke sana kalau masuknya tidak barengan vampire.”
”Aku penasaran loh.”
”Kalau kau mau kesana, aku akan mengajakmu. Dan Ryeowook akan mengajak Youngsaeng hyung.”
Kyujong protes, ”koq aku tidak diajak?”
***
Julie baru saja berjalan pulang dari sekolah ke rumahnya. Pikirannya melayang ke Jiro yang sepertinya menghindarinya. Hape Jiro tak aktif dan menurut May, dia seharian ada di kantor agensi, sibuk dengan urusan keartisannya. Sebenarnya Julie sangat membutuhkan Jiro. Dia tidak ingin pikirannya terus terisi dengan Yunhwa yang tiap hari bertemu dengannya. Dia juga khawatir, belakangan ini kemampuan Heal-nya agak berkurang. Biasanya luka Yunhwa akan membaik dengan cepat, tapi belakangan ini sangat lambat. Dia juga cepat kelelahan dan Kimbum bilang Julie selalu pucat.
Alend memanggil, ”Julie...”
”Ahh... Alend jie,” sahut Julie.
Julie kaget bertemu Alend di dekat kompleks rumahnya, tempat yang tidak wajar.
”Alend jie mau kemana?”
“Rumah Aaron. Kan rumahnya tak jauh dari kompleks sini. Tapi mumpung lewat, tadinya aku mau mampir ke rumahmu.”
”Sepertinya jiejie terburu-buru. Memang ada apa jie?”
”Sudah baca koran hari ini?”
Belum sempat Julie menjawab, Alend sudah menyodorkan koran pagi ini ke bawah hidung Julie. Julie mengambilnya dan membacanya. HILANG (LAGI), KORBAN KEDELAPAN SEMINGGU INI. Dengan cepat dan was-was, Julie membaca artikel utama itu. Dan dengan wajah pucat, dia balik memandang Alend.
Alend berkata, ”korban terakhir yang hilang kemaren itu temen kantorku loh Julie. Gimana kalau temen-temen kita ikut ngilang?”
”Itu kan gunanya jiejie mencariku?” Tanya Julie, “tenang saja... kami akan berusaha mencari mereka.”
”Dan mengembalikan yang sudah diculik. Duuuh... aku khawatir Julie.”
”Jangan khawatir... aku akan berusaha, jie.”
”Ya sudah, aku ke rumah Aaron dulu ya.”
“Jaga diri, jie.”
Julie masuk ke rumah setelah melihat Alend pergi dengan cepat. Yunhwa duduk di sofa ruang tamu dan sempat membuat Julie kaget.
Julie berdebar-debar, ”adoh oppa... kirain...”
“Mian Julie,” sesal Yunhwa, “aku sudah membaca pikiranmu. Kurasa ini… sesuatu yang gawat. Kau harus mengontak May dan yang lainnya.”
”Iya oppa.”
Julie menekan nomor hape May, yang ternyata tidak aktif, dan akhirnya mengiriminya SMS.
”Julie ah~ duduk sebentar.”
Julie duduk di samping Yunhwa. Yunhwa menyentuh pipi Julie dan membuat Julie menghadapnya.
”Kau pucat, Julie. Berhentilah. Kau tidak perlu menyembuhkan aku lagi. Racun yang tersisa hanya sedikit di tubuhku, setidaknya aku bisa bertahan sedikit lebih lama. Tapi kalau kau terjangkit lebih banyak lagi, aku yang tak bisa menjaminmu bisa bertahan seperti aku.”
Julie berargumen, ”tapi oppa... aku tidak bisa...”
”Kau bisa, Julie. Aku tau sekarang juga lagi kalut karena bertengkar dengan Jiro. Aku akan pergi dan menjelaskan padanya.”
”Oppa tidak ngerti! Aku bertanggungjawab atas oppa!”
”Bukan. Itu hanya karena kau selalu berusaha melakukan yang terbaik. Kau selalu bertindak sebagai yang paling dewasa. Itulah kenapa kau yang berkorban duluan.”
”Bukan itu! Aku... aku mencintai oppa!”
Baik Julie maupun Yunhwa, keduanya kaget mendengar itu.
”Julie... aku tidak tau kalau aku sudah membuatmu jatuh cinta. Kupikir dulu kau Cuma kagum dengan kemampuan ajaibku memainkan semua senjata dan mengajari kalian semua. Ternyata kau menyimpan perasaan yang jauh lebih dalam. Dan kau mengalah untuk May... karena kau pikir aku lebih mencintai May dan May jatuh cinta padaku juga. Dulu...”
Julie terdiam, dan seketika ada sekelebat bayangan merasuki pikiran Julie. Bayangan sungai dan tepian sungai yang indah. Rumput-rumput hijau. Suara tawa anak-anak yang menyenangkan...
”Kau benar sepenuhnya, Julie. Aku mencintai May. Tapi aku... juga mencintaimu. Pada waktu itu. Aku melihat kau dan May lah yang paling berusaha... melindungi semuanya. Kalian memberiku kekuatan dan kebahagiaan yang sangat besar. Aku ingin melindungi kalian berdua. Dulu...”
Julie bertanya, ”dulu?”
”Ya. Dulu, Julie. Dulu kau adalah Evelina dan May adalah Iva. Umur kalian singkat dan pertemuan kita tidak lebih dari 4 tahun. Sekarang kau bukan lagi Evelina, dan May bukan lagi Iva. Semua ini berat, tapi aku harus menyadarinya juga. Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah merelakan kalian.”
”Aku... yang dulu dan yang sekarang?”
”Waktu itu kau masih anak-anak. aku yakin kau akan tumbuh cantik. Seperti sekarang.”
”Jadi apa perasaan ini hanya... deja vu?”
”Bisa disebut begitu. Kau jangan khawatir, cintailah Jiro dengan sepenuh hatimu. Anggap aku Cuma masa lalumu, Julie.”
”Dan... aku... masih harus menyembuhkan oppa!”
”Tidak! Hyunjoong sudah ditemukan. Dialah putra mahkota. Pada saat itu hyung tak butuh aku untuk menjadi pengaman posisinya. Aku tidak sepenting itu sehingga harus membuatmu berkorban.”
Julie ingin membantah, tapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Membayangkan suatu saat Yunhwa akan melemah dan berubah jadi abu, membuat hatinya perih tidak tertahankan.
”Hingga saat itu aku akan melindungi semuanya, dengan segala kemampuanku yang tersisa. Aku sudah cukup kuat, jadi kau tidak perlu memberikan Heal lagi. Dan juga, tolong rahasiakan keadaanku dari yang lainnya.”
Julie berujar, ”oppa...”
”Pernahkah kau tau, Julie? Tentang perbedaan tanggungjawab dan keinginan hati? Kau harus benar-benar memikirkan itu. Hidup orang lain... yang memang di luar kendalimu... jelas itu bukan tanggungjawabmu. Sekarang aku akan keluar, mencari udara bebas dan menyampaikan kabar buruk tentang menghilangnya orang-orang itu pada salah satu dari teman-teman kita yang bisa aku temui.”
Julie masih terpaku di tempatnya saat Yunhwa keluar rumah.
***
No comments:
Post a Comment