Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Wednesday, 28 March 2012

Just You chapter 4

Just You
Chapter 4

CHAPTER THREE

Minna berjalan lesu ke taman samping gedung Star Empire. Taman ini digunakan para karyawan atau artis untuk beristirahat ataupun menikmati makan siang mereka karena berdekatan dengan kafetaria. Minna memilih salah satu meja untuk dua orang yang terlindungi oleh kerindangan pohon dan duduk disana. Minna membaca berkas di tangannya, dilemma menguasai dirinya.

“Penyanyi…” gumam Minna, tersenyum miris.

Sementara itu, Minwoo baru sampai di gedung Star Empire dengan terengah-engah. Ponselnya bergetar untuk yang kedua kalinya dalam 15 menit terakhir. Junyoung menelepon Minwoo lagi.

“Junyoung hyung, aku akan sampai sebentar lagi! Aku sudah di gedung! Sungguh! Sebentar!” jerit Minwoo heboh pada teleponnya bahkan sebelum Junyoung sempat bicara.

Minwoo langsung memutus sambungan telepon (Junyoung sama sekali tidak bicara di telepon tadi) dan Minwoo berlarian ke kafetaria, berharap minum sesuatu yang dingin dulu supaya dahaganya hilang. Ketika lewat di taman (dengan minuman dingin di tangannya), Minwoo melihat sosok manis Minna.

“Ah, itu Minna, kan?” gumam Minwoo.

Minwoo memutuskan untuk menyapa Minna. Langkahnya terhenti sebelum sampai di tempat Minna. Minwoo melihat wajah gadis itu yang tampak resah dan sedih.

“Ryeowook oppa… kalau oppa tau aku ditawari jadi penyanyi, oppa pasti akan menyuruhku menerimanya, kan? Oppa sendiri memilih untuk tidak menjadi trainee sebelum ini… karena lebih ingin memperjuangkanku, kan?” tanya Minna, suaranya terdengar tercekat.

Minwoo memiringkan kepalanya sambil menyeruput minumannya. Otaknya perlahan mencerna keadaan Minna.

“Tapi… aku akan melepaskan ini, oppa. Aku harap oppa mengerti. Lagipula tidak ada gunanya aku menjadi penyanyi kalau oppa tidak bisa melihatku. Sejak hari itu… aku sudah tidak memiliki cita-cita ini lagi, oppa, gumam Minna lirih, “jeongmal mianhae.”

Minna menutup berkas itu dan meletakkannya kembali di meja. Dia menghela nafas sekali dan baru akan beranjak pergi ketika Minwoo menghampirinya.

Anyeong, Minna.”

Senyum manis terpampang di wajah Minwoo, membuat Minna kaget.

“Mi… Minwoo-sshi…”
“Kenapa kau bicara sendirian? Kalau butuh teman bicara, kan kau bisa memilihku,” ujar Minwoo, duduk di hadapan Minna.

Minna mengerutkan dahinya. Minwoo mengambil berkas di tangannya dan membacanya. Herannya, Minna tidak merasa risih dengan Minwoo yang begitu ingin tau.

“Jadi penyanyi? Mianhae, Minna, tadi aku mendengarmu bicara sendiri. Kenapa kau tidak ingin menerimanya? Kita bahkan bisa sepanggung nantinya lho,” ujar Minwoo.
“Aku… tidak bisa, Minwoo-sshi.”
“Kenapa? Apa karena… seseorang yang kau panggil Ryeowook tadi?”

Minna merasa kerongkongannya tercekat lagi. Dia selalu merasa tidak siap membicarakan tentang Ryeowook kepada siapapun, bahkan termasuk Hyomi. Tapi, Minwoo-lah orang pertama yang menyebutkan nama Ryeowook.

“Ya, Kim Ryeowook.”
“Dia…”
“Orang yang paling berharga di hidupku,” potong Minna.

Minwoo terkesiap memandangi kesedihan di mata Minna. Ryeowook ini… pastilah seseorang yang luar biasa untuk Minna. Mantan pacarnya kah?

“Aku lebih memilih menjadi manager Hyomi, Minwoo-sshi. Aku takut melepaskan Hyomi,” jelas Minna.
“Star Empire bisa menyediakan manager yang bagus untuk Hyomi, Minna.”
“Tapi bagaimana kalau manager itu tidak cocok dengan Hyomi?”
“Bisa diganti. Semua itu bisa diatur, Minna. Kau rela melepaskan cita-citamu menjadi penyanyi hanya karena ingin menjaga Hyomi?”
“Lagipula tidak ada gunanya lagi aku menjadi penyanyi, Minwoo-sshi.”
“Tapi kau sedih. Mianhae aku mencampuri urusanmu, Minna. Tapi… kau kelihatan keberatan. Kau… sedih.”

Minna kaget melihat kesedihan yang muncul juga di wajah Minwoo. Dia merasa tersentuh oleh perhatian Minwoo, padahal mereka baru tidak lama saling mengenal.

Gwaenchana, Minwoo-sshi. Aku akan melupakan tawaran ini,” putus Minna, “aku lebih suka meneruskan langkahku sebagai manager artis.”

Minwoo masih berwajah sedih. Minna mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Minwoo, tersenyum tipis padanya.

Gomawo, Minwoo-sshi. Perhatianmu sudah cukup menghiburku.”

Minwoo tampaknya baru ingin bicara ketika ponselnya bergetar lagi. Dia kaget dan menyadari dia sudah sangat terlambat untuk latihan mereka.

“Junyoung hyung! Ne, mianhae!!! Aku kesana sekarang!”

Kali ini Minwoo sengaja berteriak untuk mengatasi ocehan panjang Junyoung di seberang sana. Minwoo harus siap menghadapi wajah marah Junyoung nantinya dan hatinya mencelos.

“Bukannya kalian ada latihan, Minwoo-sshi? Tadi aku bersama Heechul-sshi dan dia sudah mulai latihan sekitar setengah jam yang lalu.”
“Aku harus pergi, Minna. Doakan aku supaya tidak dimarahi Junyoung hyung, ya?” pinta Minwoo, sekarang tampak ketakutan.
Palli, Minwoo-sshi. Dan… sukses ya.”

Minwoo bergegas meninggalkan Minna, tapi baru dua langkah dia berjalan, dia menoleh kembali.

“Minna, kalau kau butuh teman bicara, kau bisa menghubungiku.”
“Pasti, Minwoo-sshi.”

Minna memandangi punggung Minwoo dan si pria berhenti melangkah ketika baru akan meninggalkan areal taman. Minwoo menoleh sekali lagi.

“Minna, maukah kau bercerita padaku tentang Ryeowook, suatu saat nanti?”

Minna tersentak, tapi dia tersenyum tipis.

“Ya, aku janji,” jawab Minna.

Minwoo kali ini berlarian pergi. Minna merasa aneh. Ini untuk pertama kalinya dia bersedia membicarakan Ryeowook dengan orang lain, tanpa merasa keberatan. Mungkin keceriaan dan perhatian Minwoo telah membuka hati Minna yang telah lama tertutup… menutupi masa lalunya yang kelam.

“Dan ini… aku harus kembalikan pada Lee sajangnim. Aku tidak ingin dia berharap terlalu banyak padaku.”

***

“Makan siang datang.”

Minna mengira dia hanya berhalusinasi mendengar suara Heechul, namun ketika dia menoleh, dia sungguh melihat Heechul memasuki ruangan sambil mengangkat bungkusan besar.

“Lho, kenapa kau yang muncul, Heechul? Kukira tadi aku menyuruh Kevin yang mengantarkan makanan?” tanya Jisuk, mengerutkan dahinya.
“Kebetulan aku lebih santai dari Kevin hyung, jadi biar aku saja yang datang. Ayo, siapa saja yang lapar, datanglah…” panggil Heechul.
“Aku!!!” seru Siwan heboh, tampak sangat kelaparan.

Minna tertawa ketika Siwan, disusul oleh Hyomi dan Jisuk menghampiri bungkusan yang dibawa Heechul. Dia sendiri mendatangi Minna dengan membawa satu kotak makanan sambil tersenyum. Minna membalas senyum Heechul walaupun dengan jantungnya yang berdebar tidak teratur. Sudah hampir setengah bulan Minna tidak melihat Heechul karena kesibukan mereka masing-masing. Dan sekarang, Heechul tiba-tiba muncul di lokasi syuting.

“Untukmu.”

Heechul sengaja membuka kotak makanan yang dia bawa di meja kecil tempat Minna duduk. Minna kaget melihat masakan yang begitu mewah memenuhi kotak kecil itu.

“Ini… beli dimana?” tanya Minna terdengar bodoh.
“Kevin hyung yang masak. Dia juga masakkan itu untuk jatah Jisuk hyung, Siwan hyung dan Hyomi. Kebetulan kau belum pernah mencicipi masakan Kevin hyung, kan? Dia ingin mendengar pendapatmu.”
“Kevin-sshi pintar memasak?”
“Kau belum mengenal kami secara penuh, Minna. Kevin hyung sangat suka dan pintar memasak. Kalau dia tidak ada, pastilah kami mati kelaparan.”

Minna tertawa.

“Tapi ini mewah dan banyak sekali.”
“Kupikir seorang manager butuh kekuatan ekstra?”

Sekali lagi Minna tertawa dan Heechul juga tersenyum.

“Jadi menuku berbeda dengan yang lainnya?” tanya Minna.

Tanpa menunggu jawaban Heechul, Minna menutup kotak makanannya, berjalan menuju meja tempat Siwan, Hyomi dan Jisuk duduk. Benar dugaan Minna, menu makanannya bahkan lebih mewah dari punyanya Jisuk. Tanpa berkata apa-apa, Minna menukar kotak makanannya dengan milik Hyomi.

“Eh, eonni, waeyo?” tanya Hyomi bingung.
Eonni yakin yang butuh tenaga ekstra adalah sang aktris utama.”

Hyomi membuka kotak makanannya dan matanya membulat senang.

“Whoa… Kevin oppa memang daebak! Aku makan…”

Heechul baru akan bicara, namun Minna meletakkan tangannya di lengan Heechul.

“Katakan pada Kevin-sshi, Hyomi dan Siwan-sshi yang lebih butuh itu.”

Heechul menghela nafas dan tersenyum tipis. Dia mengambil kotak makanannya sendiri dan duduk di samping Minna, ikut makan bersama Minna. Minna merasa terharu ketika makan masakan Kevin. Minna merasa eomma-nya-lah yang memasak, bukan Kevin. Dia merindukan eomma-nya, tapi tidak berani untuk kembali ke rumahnya. Terlalu banyak kenangan disana, dan Minna tidak yakin dia tidak akan menangis lagi ketika menginjakkan kakinya di rumahnya itu.

***

Minna terpaksa kembali ke gedung Star Empire malam itu, sekitar jam 10 malam. Tadinya dia membicarakan penawaran dari ponsel Samsung untuk menjadikan Hyomi spokeperson mereka di suatu tempat tak jauh dari gedung agensi. Minna pergi terburu-buru dan lupa menyelesaikan ketikan pentingnya yang harus selesai besok. Mengabaikan perut Minna yang lapar dan rasa ngantuknya, dia bekerja lembur sendirian lagi malam itu. Keasyikan Minna mengetik terusik oleh bunyi gonggongan anjing dari ponselnya. Sebuah SMS masuk.

From: Heechul
Minna, lagi ngapain? Sudah makan malam?

“Bagaimana bisa dia menanyakan soal makan malam padaku tiba-tiba?” tanya Minna dengan dahi berkerut.

To: Heechul
Anyeong, Heechul-sshi. Aku masih di Star Empire. Kebetulan belum makan malam sih. Ada apa?

                Balasan muncul hanya semenit setelah Minna mengirimkan SMS pada Heechul.

From: Heechul
Kebetulan sekali! Ayo, kutraktir makan malam! Aku kesana sekarang ya! Jangan pulang dulu, tunggu aku.

To: Heechul
Ne, aku menunggumu.

Minna tersenyum tipis dan kaget tiba-tiba.

“Ah, aku harus selesaikan ketikan ini sebelum dia datang, biar aku sekalian pulang nanti!” putus Minna.

Minna buru-buru mengetik dan mengecek lagi apakah ada typo pada ketikannya. Merasa sudah yakin ketikannya rapi, Minna merapikan mejanya dan beranjak menuju toilet di dalam ruangannya. Minna memperhatikan wajahnya, apakah dia perlu merapikan riasannya. Dia menghela nafas memandangi wajah berantakannya yang terpantul lewat bayangannya di cermin.

“Aish, lingkaran hitam ini kelihatan lagi. Aku mana boleh kelihatan kumal begini, reputasi Hyomi juga akan turun. Lagipula, kalau Heechul melihatku yang begini, apa tanggapannya?”

Minna cepat-cepat mencuci wajahnya dan mulai menyapukan ulang make-up-nya yang hanya berupa bedak tipis dan lipgloss transparan. Minna membuka jepit rambut berbentuk bintang di dekat telinganya, disisirnya kembali rambut pendek hitamnya sebelum kembali memasang jepit rambut itu. Minna menjauhi cermin dan merapikan kemeja ungu dan celana jeans ketatnya.

“Kau tau, banyak yang mengira kau bukan manager-nya Hyomi, tapi artis Star Empire juga,” komentar Heechul.
“Kyaaaa!!!” jerit Minna.

Heechul sudah berdiri bersandar di pintu toilet sambil bersedekap. Minna memegangi dadanya, berusaha menenangkan jantungnya.

“Sudah berapa lama Heechul-sshi disitu?”
“Sekitar… lima menit? Aku melihat pintu toiletmu terbuka dan memandangi gadis yang sibuk bersolek,” jawab Heechul.
“Aaah… Heechul-sshi harusnya menyapaku dari tadi.”

Wajah Minna memerah, tangannya merapikan poninya yang sebenarnya sudah tidak perlu dirapikan lagi. Heechul tertawa, lalu meraih tangan Minna yang bebas.

“Kajja, aku lapar,” ajak Heechul.

Minna hanya memandangi lantai selama Heechul menggandengnya. Perasaan aneh bergejolak di perut Minna seolah mengaduk-aduk isi perutnya dan dia merasa wajahnya panas. Genggaman tangan Heechul di pergelangan tangan Minna terasa hangat. Dia baru mendongakkan kepalanya ketika Heechul melepas gandengannya. Heechul membuka telapak tangannya di hadapan Minna.

Mwoya?” tanya Minna bingung.
“Kunci mobilmu. Memangnya kita mau cari makan malam sambil jalan kaki? Apalagi kau pakai high heels begitu.”

Minna buru-buru menyerahkan kunci mobil pada Heechul dan keduanya segera duduk di dalam mobil.

“Heechul-sshi tidak bawa mobil?”
“Tidak, aku naik taksi kesini. Lebih gampang kalau kita semobil saja. Kau ingin makan apa?”
“Tiba-tiba aku kepingin makan bulgogi,” jawab Minna.
“Ide yang bagus. Kajja.”

Minna menempelkan wajahnya di kaca mobil memperhatikan suasana malam di Seoul. Dalam hati, Minna bersyukur Heechul-lah yang mengendarai mobil jadi dia bisa puas menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Lampu berwarna-warni berkelebat di sekitar Minna; anak muda berkeliaran di jalanan, ada yang sendirian, berpasangan, ada juga yang beramai-ramai; kios-kios menjual jajanan khas Korea disesaki pengunjung; orang-orang keluar masuk dari toko-toko… Seoul tampak ramai.

“Malam minggu. Seoul selalu tampak lebih ramai dari biasanya,” ujar Heechul.
“Eh? Ini sudah malam minggu?”
“Minna-ya… sesibuk itukah kau sampai tidak memperhatikan apapun lagi?”

Minna merapikan poninya. Dalam hati dia bergumam… tentu saja ada sesuatu yang diperhatikannya. Bukan sesuatu, tapi seseorang. Tapi… Minna tidak bisa selalu berada dekat dengannya. Hanya waktu-waktu tertentu seperti sekaranglah… Minna melirik Heechul.

“Apa yang kau lakukan di waktu senggang?” tanya Heechul.
“Aku menonton drama atau main games di laptop.”
“Melihatmu yang memperhatikan Seoul dengan begitu intens… jangan-jangan kau memang jarang jalan-jalan keluar? Atau tidak pernah menikmati Seoul di waktu malam?”
“Yah… tebakan Heechul-sshi benar.”

Heechul menghentikan mobil mereka ketika lampu merah menyala, lalu memandangi Minna tidak percaya.

“Apa katamu? Kau benar-benar tidak pernah keluar malam? Sudah berapa lama kau tinggal di Seoul sih?” tanya Heechul kaget.
“Ini tahun keempatku di Seoul. Aku besar di Incheon, Heechul-sshi.”
“Oh begitu… kau mengagetkanku. Tapi keterlaluan juga kalau kau sama sekali tidak pernah keluar malam selama empat tahun ini. Kau tau, Seoul tampak lebih mengagumkan kalau di malam hari.”
“Aku tidak berani keluar malam. Aku tidak mau membuat masalah,” terang Minna.
“Takut tersesat?”

Mobil kembali berjalan. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar takut tersesat. Pemandangan malam hari… mengingatkan Minna pada Ryeowook. Memang waktu itu mereka melakukannya di Incheon, tapi tetap saja… di malam hari. Minna masih belum bisa lepas dari rasa sakit kehilangan Ryeowook. Minna mulai merasa kerongkongannya tercekat dan berusaha menguasai dirinya.

“Lain kali kalau kita sama-sama punya waktu luang, aku akan mengajakmu jalan-jalan.”
“Memangnya Heechul-sshi tidak takut dikenali Style?”
“Aku bisa menyamar. Lagipula semakin ramai suatu tempat, aku akan semakin sulit dikenali. Kau jangan khawatir soal itu,” jawab Heechul.

Mobil berhenti di suatu kedai di kawasan yang tampaknya semuanya terisi oleh restoran dan kedai-kedai. Ketika turun dari mobil, berbagai bau makanan menguasai indera penciuman Minna, membuat Minna jauh lebih kelaparan lagi.

“Kita masuk sini. Aku dan yang lainnya sering makan disini,” kata Heechul, memimpin perjalanan.

Kedai yang mereka masuki ramai, bahkan tidak ada yang peduli seorang penyanyi K-Pop baru saja menginjakkan kaki disana. Keduanya memilih meja kosong dan duduk lesehan di tatami bersama pengunjung lainnya. Heechul-lah yang memesankan makanan, sementara Minna memperhatikan suasana kedai. Lagi-lagi, Minna teringat pada Ryeowook.

“Kau menerima tawaranku kan?”
“Yang mana?”
“Menikmati Seoul di malam hari, lain kali.”
“Oh, tentu, Heechul-sshi… selama aku tidak merepotkanmu.”
“Kau tidak mungkin merepotkanku. Dan… Minna?” panggil Heechul lagi.
Mwo?”
“Bisakah kau mengganti akhiran –sshi di namaku dengan sebutan oppa saja? Aku kan lebih tua dua tahun darimu.”

Minna menundukkan kepalanya dan merasa tenggorokannya tercekat lagi. Itu permintaan yang sangat sulit.

Mianhae, Heechul-sshi, aku… tidak bisa. Bukannya aku tidak menghormati hubungan kita dan usia kita, tapi… aku tidak bisa. Mianhae…”

Heechul terdiam sejenak, namun tersenyum tipis pada gadis di hadapannya.

Gwaenchana.”

Makanan disajikan di hadapan mereka dan menghilangkan kecanggungan yang sempat tercipta di antara mereka. Minna setuju sekali makanan di kedai ini enak dan berharap bisa kesini lagi lain kali. Beberapa kali Minna mencuri-curi menghela nafas lelah. Dia suka bersama-sama Heechul, jadi jelas bukan ini masalahnya dia merasa lelah. Sesak memenuhi dada Minna. Bayangan Ryeowook mulai muncul lagi, bahkan jauh lebih sering dari biasanya akhir-akhir ini. Jika tidak ingin gila karena rasa sesak ini, Minna harus bicara. Lelah rasanya menanggung semua ini sendirian, apalagi sudah empat tahun dia menahannya. Yang Minna butuhkan saat ini adalah orang yang mau mendengarkannya.

“Heechul-sshi, bisakah aku minta sesuatu?” tanya Minna.
“Katakan saja, Minna.”
“Aku ingin nomor ponselnya Minwoo-sshi. Bisa?”

Sempat terdiam beberapa saat, Heechul akhirnya mengeluarkan ponselnya.

“Tentu. Mana ponselmu? Biar aku memindahkannya.”

Minna tersenyum berterimakasih pada Heechul. Benar, dia butuh Minwoo. Bukan karena Minwoo memiliki hubungan lebih dekat daripada Hyomi dengannya, tapi Minwoo sudah mengetahui sedikit hal tentang Ryeowook. Lagipula Minna terlanjur berjanji pada Minwoo. Dia yakin, Minwoo akan menjadi pilihannya yang tepat untuk membuka tali beban yang membebat hatinya.

***

2 comments:

  1. Minwoo langsung memutus sambungan telepon (Junyoung sama sekali tidak bicara di telepon tadi)
    [*] NGAKAK YG INI KASIAN JUNYOUNG !!! XD MINWOO LUCU BGD X3

    EH!? ADA APA KENAPA!?? kenapa minna ngomong'a berasa ryeowook udh nggak ada ajah .___. knapa ryeowook gk bs lyat, knapa gara2 bakat minna ini, ryeowook gk bs jd trainee, jgn2 emank bener ryeowook udh knapa2 nie D: maka'a minna jg berenti maen piano ;________;

    gubrak. tnyata ryeowook dsini bkn KRY toh xD
    minwoo imuud beneran dhe. saya suka *O* dan dy bego!! aaaah. dy khan telad latihan dan lg dtunggu junyoung dan yg laen. aaah dodol nie minwoo sok2an mao bantu minna lg xD tp tetep dy imud dan polos :')

    MINWOO KAMU POLOS DAN ANAK2 BGD SIE DSINI T___T
    mana pake ikutan sedih sgala lg tampang'a gara2 minna, itu imud bgd.
    gmana minna nggak berasa nyaman klo curhat ama kamu. maoo minuuu(?) u___u

    “Kau tau, banyak yang mengira kau bukan manager-nya Hyomi, tapi artis Star Empire juga,” komentar Heechul.
    “Kyaaaa!!!” jerit Minna.
    Heechul sudah berdiri bersandar di pintu toilet sambil bersedekap.
    [!]OMG JIE SAYA SUKA BGD PART YG INI NIE JIE
    INI LUCU BGD!! SAYA KAGET SI JUNGCHUL TIBA2 MUNCUL!! BENERAN DHE KAGET!! KEREN BGD XD DAN BERASA DY MUNCULNYA KEREN BGD *O* LOLXD

    Jungchul ama Minna jd sooo sweet gini. saya suka hubungan mereka yg dmana, Jungchul suka menawarkan diri utk jd guide'a Minna yg suka nyasar lol abis tour SE, bakalan ada tour Seoul nie 8D

    adoooh. berasa bgd yh itu sesek'a hati minna keinget soal ryeowook, langsung minta nomer'a minwoo gtu, ini agak lucu jg klo dpikir, tiba2 minta nomer'a minwoo ama jungchul xD

    -Stella.

    ReplyDelete
  2. Minna sedih banget yah ngak ada Wookie T.T
    Mpe ngak berani maen piano lagi ><

    Minwoo baekk bangett...
    Mpe Minna kelepasan ngomongin soal Wookie gitu xD
    Tapi msih takut ma junyoung -___-' xD

    Jungchul juga so sweet gitu, xixixi
    Si Minna knapa ngak curhatnya ma jungchul aja deh? xDDDD
    Keknya Jungchul rada2 jelos tuh? xDD
    *ngarang bikin FF ndiri*

    Lanjutt ^^

    ReplyDelete