The X Life Story 2
Chapter 10
Sudah lima hari lamanya Amelz beristirahat di rumah Teph. Keadaannya sudah jauh lebih baik (nafsu makannya juga), beberapa lukanya mulai sembuh hanya tersisa memar-memar kecil, terutama di bagian tubuh yang tidak langsung terlihat. Teph hari ini menjalani sidangnya dan Amelz sudah berjanji akan membawanya ke Seoul. Perkembangan lainnya, May sudah cukup menjerit-jerit marah setelah tau Alex-lah dalang dari semua ini, dan Amelz beserta keluarganya setuju untuk mengajukan Alex, juga paman dan bibi Amelz tercinta ke pengadilan. Amelz merencanakan pulang lusa ke Seoul, Ivana yang membawa keluarga Amelz dari Bangka akan bergabung dengan mereka di Jakarta besok.
“Doakan sidangku lancar,” pinta Teph sambil mengikat tali sepatu kets-nya.
“Aku lihat kau sudah belajar maksimal, aku yakin kau bisa, Teph,” Amelz menyemangati.
“Oh ya, aku tidak tau selesai sidang jam berapa, dan kau tau, orangtuaku berangkat dari kemarin. Kau akan sendirian hari ini. Tidak apa-apakah?”
“Kan rumahmu bukannya rumah terkutuk paman dan bibiku.”
“Iya juga sih. Okelah, Amelz, aku pergi sekarang.”
Amelz memandangi punggung Teph yang berangkat naik motor, lalu mengunci pintu rumah. Jujur, Amelz jadi sedikit trauma karena pernah disekap, dan dia tidak akan gampang percaya pada orang lain lagi selain teman-teman baiknya, dan Teph baru saja masuk ke daftar itu. Amelz kembali ke kamar Teph untuk merapikan kopernya menjelang kepulangannya ke Seoul, dan dia sudah tidak sabar ingin menghirup udara kota metropolitan itu lagi. Tiba-tiba bel pintu berbunyi dan membuat Amelz terlonjak kaget.
“Harusnya tidak ada tamu yang mampir… orangtua Teph sudah berangkat kemarin, dan teman-teman Teph pastilah tau Teph akan sidang hari ini…” gumam Amelz.
Bel pintu berbunyi lagi… dua kali… tiga kali… Amelz ragu.
“Mungkin aku saja yang trauma… tapi… bagaimana kalau itu memang tamu penting? Tapi kalau orang jahat bagaimana?”
Amelz masih dilemma, tapi sesuatu dalam diri Amelz membisikkan untuk membuka pintu. Ada rasa yang familiar muncul dalam diri Amelz. Akhirnya Amelz mengikuti feeling-nya itu. Awalnya, dia mengintip lewat jendela besar di samping pintu, tapi sosok yang menekan bel tidak terlihat. Bel berbunyi lagi. Amelz menghela nafas. Dia berlari secepat kilat ke dapur dan menggenggam sapu, siap menyerang kalau-kalau yang menunggu di balik pintu adalah orang jahat selain Alex dan konco-konconya. Amelz membuka pintu… dan sesosok pria bertopilah yang bertamu. Amelz mengerutkan keningnya, menggenggam kencang-kencang sapu di tangannya…
“Siapa kau?”
Pria itu mendongak dan maju dua langkah, berikutnya merengkuh Amelz dalam pelukannya hingga Amelz sesak. Merasakan pelukan ini, Amelz melepas sapu di tangannya.
“Kibum… oppa?” tanya Amelz.
“Amel… Amel… syukurlah kau baik-baik saja.”
“Oppaaa… aku… sesak…”
“Oh, mianhae, Amel…”
Kibum melepas pelukannya dan Amelz mendongak untuk memandangi wajah Kibum. Itu memang Kibum-nya, pelukannya tidak bisa mengelabui Amelz, bau tubuhnya juga, dan suaranya. Amelz tidak sedang bermimpi. Kibum disini, mengunjunginya di Jakarta.
“Darimana oppa tau alamatku?”
“Kau ingin bicara denganku sambil berdiri?”
“Oh, mian, oppa. Ayo, kita duduk. Ingin minum apa?”
Amelz menutup dan mengunci kembali pintu depan selagi menggiring Kibum masuk. Kibum sibuk mengagumi interior rumah Teph yang luas, serba putih dan rapi.
“Aku ingin tempat privasi untuk kita,” ujar Kibum, sama sekali tidak menjawab pertanyaan Amelz tadi.
Amelz ragu sejenak, tapi akhirnya membawa Kibum ke kamar Teph. Akhirnya Kibum baru melepas topi dan jaket hitamnya, duduk kelelahan di ranjang big size Teph (selama Amelz menginap, mereka tidur berdua dengan cukup nyaman). Amelz mengambil tempat yang nyaman untuk duduk di sampingnya, sama-sama di tepian ranjang.
“Oppa belum menjawab pertanyaanku tadi.”
“Oh… aku tau alamat Teph dari May. Sebenarnya kedatanganku disini adalah surprise, makanya Teph merahasiakannya. Teph sengaja mengatur supaya aku datang tepat ketika dia tidak di rumah, dan kebetulan, orangtuanya juga berangkat.”
“Aneh-aneh saja idenya Teph dan May. Oppa tidak membawa sesuatu? Koper misalnya?”
“Tidak. Aku tidak butuh koper, aku kan hanya mau menemuimu.”
“Oppa kenapa bisa keluar dari base camp?”
“Aku belum pernah mengambil izin keluar yang menjadi hak kami selama dua tahun wamil yaitu 3 hari. Inilah aku mengambilnya,” jawab Kibum.
“Aku akan kembali ke Korea koq lusa, oppa. Harusnya oppa tidak perlu repot-repot ke Jakarta.”
“Kau tidak merindukanku ya, Amel? Kau tidak bahagia aku disini, memberimu surprise?”
Amelz kaget ketika melihat sinar kekecewaan di mata Kibum. Dia baru sadar sikapnya yang terlalu biasa ini sudah membuat Kibum kecewa. Jujur, dia bukannya tidak rindu atau tidak senang, dia sebenarnya sangat rindu pada apapun yang berhubungan dengan Kibum, dia bahkan terlalu senang, jika bisa dia ingin melompat seperti anak kecil sekarang, tapi di satu sisi, dia takut. Dia merasa dirinya dinodai, dan dia tidak bisa melupakan bayang-bayang Alex yang melecehkan tubuhnya. Inilah yang membuatnya tidak ingin bertemu Kibum secepat ini. Dia perlu waktu untuk merasa dirinya bersih kembali. Makanya kedatangan Kibum yang menurutnya tidak tepat waktu ini membuatnya kaget.
“Oppa… bukannya begitu, tapi aku… aku…”
Suara Amelz bergetar ketika dia tidak tau sebaiknya memilih kata-kata apa supaya Kibum mengerti. Untuk pertama kalinya Kibum melihat Amelz-nya penuh keraguan, padahal selama ini Amelz selalu pemberani. Kibum menoleh dan meletakkan tangannya di bahu Amelz.
“Amel, jangan pikirkan apapun lagi. Pikirkan aku saja,” pinta Kibum.
“Tapi aku tidak bisa tidak memikirkan itu, oppa. Aku…”
“Takut? Amel, kau punya aku. Kau bisa mengandalkan aku. Aku minta maaf tidak bisa melindungimu dalam kasus ini, tapi aku janji untuk melindungimu di setiap saat berikutnya. Aku tidak akan membiarkan kau disakiti lagi.”
“Oppa, aku sudah dinodai! Aku tidak suci lagi untukmu!”
“Aku tidak peduli. Kau tetap Amel-ku, kau tetap milikku.”
“Tapi dia mengeluarkan spermanya di dalam tubuhku! Tiga kali! Bagaimana kalau setelah ini aku hamil, oppa?”
Terjadi jeda panjang setelah pernyataan Amelz ini. Pasti Kibum tidak diberitau tentang bagian ini, soalnya May dan Teph-pun tidak tau. Amelz jadi merasa jijik pada diri sendiri, ingin mengoyak-ngoyak rahimnya untuk mengeluarkan apapun itu dari si Alex jahanam jika ada yang tersisa di dalam sana. Amelz menundukkan kepalanya, merasa merana. Kibum menghela nafas panjang, lalu menggunakan tangannya untuk mendongakkan wajah Amelz. Pandangannya teduh, padahal Amelz kira Kibum akan marah atau membencinya.
“Kalau kau hamil, akan kita rawat anaknya,” ujar Kibum tenang.
“Tapi dia bukan anak oppa!”
“Tapi dia tetap anakmu. Aku akan tetap menyayanginya, karena dia memiliki darahmu!”
Amelz tersentuh. Kata-kata Kibum benar-benar berarti untuknya… Ini pertanda Kibum benar-benar mencintainya dan mau menerimanya apa adanya, bahkan ketika dia bilang dia sudah tidak suci lagi… Kibum masih tetap di sampingnya.
“Lagipula, belum tentu kan kau hamil karena itu, Amel. Selama kita melakukannya saja… kau tidak juga hamil. Apalagi hanya tiga kali dengannya, aku tidak yakin itu berhasil. Lebih baik kita berpikir positif, kan?”
Amelz skeptic. Memang ada benarnya kata-kata Kibum, tapi sebagian dari dirinya tetap merasa dia tidak bersih lagi untuk Kibum. Tanpa Amelz sangka, Kibum mendekatkan wajahnya ke wajah Amelz, lalu Kibum mengecup bibir Amelz. Amelz tersentak dan tidak membalas ciuman Kibum. Kibum menjauhkan bibirnya.
“Izinkan aku menyucikanmu lagi, Amel… membuatmu kembali jadi milikku, memberimu jejak-jejak kekuasaanku lagi,” bisik Kibum.
“Tapi… tapi oppa, ini bukan di tempat kita…”
“Lupakan soal itu. aku merindukanmu, Amel-ya…”
Amelz hanya bisa pasrah ketika bibir Kibum mendarat di bibirnya lagi. Dia membalas ciuman Kibum, menikmati dan mensyukurinya, lalu lupa kalau mereka di kamar Teph sekarang. Amelz memejamkan matanya dan merasakan setiap sentuhan Kibum yang dirindukannya. Setelah puas menciumi bibir Amelz, Kibum mulai mengecup setiap jengkal kulit wajah Amelz… lehernya… dan Kibum menarik lepas kaos Amelz, mengecup lagi pundak dan lengan Amelz… berikutnya dada Amelz… dibukanya bra Amelz, kecupannya berlanjut ke payudara Amelz, ke perut Amelz… punggung, pinggang… celana dan underwear Amelz juga dilepasnya begitu saja… dia membaringkan Amelz lalu mengecup kaki jenjang Amelz… Kibum mengecup dengan sangat teliti dan perlahan, benar-benar memenuhi setiap jengkal tubuh Amelz dan sukses membuat Amelz merinding.
“Dengan ini, kau jadi milikku lagi.”
“Belum sepenuhnya, oppa. Oppa belum memasukiku… belum menandai bagian dalamnya,” goda Amelz sambil mengedipkan matanya.
Kibum tersenyum, tampak luar biasa tampan.
“Aku baru saja akan memulainya.”
“Tunggu! Aku yang buka!”
Kibum membebaskan Amelz untuk menelanjanginya. Amelz takjub ketika melihat tubuh Kibum yang semakin kekar setelah hampir dua tahun ditempa di base camp, bahkan abs-nya jelas terbentuk sekarang. Amelz menyentuh abs Kibum itu.
“Kau menyukainya, Amel? Kau boleh melakukan apapun… dia juga milikmu.”
Amelz membaringkan Kibum dan masih melanjutkan mengelus abs Kibum. Kibum menikmati sentuhan Amelz dan bangga dia berhasil membuat Amelz kagum. Amelz bahkan memberi kissmark disana, yang membuat Kibum kegelian.
“Jagiya… apa yang kau lakukan?” tanya Kibum.
“Bentuknya seperti cokelat. Aku jadi ingin memakannya.”
Kibum tertawa. Amelz merayap naik di atas badan Kibum, merengkuh wajah Kibum dan berciuman dengannya. Kali ini Amelz-lah yang memimpin, dan ciuman itu bisa dipastikan sangat hot. Mereka seakan saling lahap bibir, lidah mereka bertautan kemana-mana, saliva menetes keluar dari bibir Kibum ke pipi Kibum… Terkadang lidah mereka saling mengabsen gigi pasangan mereka… Amelz hanya menjauhkan sedikit bibirnya dari bibir Kibum ketika berbicara, sehingga bibir mereka kerap bersentuhan.
“Siapa yang akan memulai duluan? Oppa?”
“Aku ingin merasakanmu, jagiya…”
“Baiklah. Jangan menyesal, oppa…”
Amelz merayap naik, lalu sengaja mengelus-eluskan vaginanya yang sudah basah ke perut ber-abs Kibum. Kibum meraih payudara Amelz dan mulai meremas dan kadang mencubit lembut nipple Amelz. Amelz menyukai perasaan abs Kibum ketika menyentuh klitoris vaginanya, begitupun Kibum. Kibum tau juniornya sudah bangkit sepenuhnya, minta diservis.
“Oh… euh… Amel… berhentilah… ganti… tempat…” pinta Kibum.
Amelz bangkit sedikit untuk mengintip junior Kibum yang sudah bangkit. Amelz tersenyum, lalu turun untuk mengecup junior namjachingu-nya itu. Amelz menjilatinya bagai menjilat es krim, sesekali menyentil twinsball Kibum dengan jarinya. Kibum melenguh keras ketika spermanya menyemprot keluar.
“Oppa… hari ini aku akan memberi servis penuh padamu…”
Amelz mengusapkan sperma Kibum ke payudaranya dengan gaya seduktif, membuat nafas Kibum makin terengah saat melihatnya. Kibum merengkuh tubuh Amelz dan melahap payudara Amelz dengan nafsu tinggi, menggigitnya dengan sangat gemas.
“Oh… pelan-pelan… oppa… aaaaaah…”
Amelz mengulurkan tangannya untuk meremas junior Kibum, sehingga juniornya dengan cepat langsung bangkit. Amelz melepaskan diri dari Kibum, kini mengelus tubuh telanjang Kibum dengan payudaranya, terutama saling menggesekkan nipple mereka. Keduanya mendesah tidak karuan merasakan nikmatnya saat nipple mereka bersentuhan. Selain itu, kadang vagina dan junior Kibum juga bersentuhan, sehingga basahnya cairan vagina Amelz membuat nafsu Kibum naik sampai ke ubun-ubunnya.
“Amel jagiyaaaa… mulailah… cepaaat… aku merindukanmu…” pinta Kibum di tengah nafasnya yang terputus-putus.
Amelz duduk dan memasukkan junior Kibum ke vaginanya, hanya dengan sedikit goyangan, junior itu masuk dengan sempurna di vagina basah Amelz. Amelz mulai memimpin permainan dan menggoyangkan pinggulnya. Tidak seperti gerakan biasa yang hanya naik turun, ketika junior Kibum masuk sepenuhnya di vagina Amelz, Amelz bergerak melingkar, sehingga junior itu menekan klitoris Amelz. Kibum memandangi tubuh seksi Amelz yang bergerak dan merekamnya dalam memorinya. Dia butuh Amelz menguatkannya selama sisa hari-hari wamilnya yang tidak sampai 3 bulan lagi.
“Amel… apakah… sudah…?”
“Sebentar lagi… tunggu aku… oppa…”
Kibum berusaha menahan klimaksnya agar Amelz bisa klimaks duluan. Amelz melakukan berbagai gerakan cepat lagi…
“Ohhhh… oppa… Kibum oppa…”
Tubuh Amelz merinding sepenuhnya ketika klimaksnya sampai, junior Kibum menusuk tepat dan kuat di klitorisnya. Puas, Amelz menyerang bibir Kibum dan keduanya melakukan ciuman panas lagi. Belum berhenti sampai disini, Kibum menggulingkan tubuh Amelz dan menyelesaikan permainan mereka dengan posisi man on top. Kibum menggenjot tubuh Amelz dengan tenaga simpanan seorang pria hingga Amelz menggelinjang berkali-kali dan akhirnya Kibum menembakkan spermanya dengan perasaan lega. Kibum mengelus rambut panjang Amelz dengan penuh rasa sayang.
“Gomawo jagiya… bersedia menungguku hingga keluar wamil, kan?” tanya Kibum.
“Memangnya selama ini apalagi yang bisa kulakukan selain menunggu oppa?”
Kibum memberikan kecupan ringan di seputar wajah Amelz, membuat Amelz tertawa geli. Tiba-tiba ponsel Amelz berdering. Sesungguhnya itu bukan benar-benar ponselnya, tapi Teph meminjamkan salah satu ponselnya untuk dipakai Amelz sebelum Amelz membeli yang baru lagi di Seoul nanti. Ponsel lamanya sudah hilang entah kemana, mungkin pelakunya adalah bibi jahanamnya. Amelz berusaha menggapai ponsel yang tergeletak di meja kecil di samping ranjang itu.
“Nanti saja jagiya…”
“Oppa, mungkin saja itu penting. Dari May atau Teph misalnya?”
Kibum membantu mengambil ponsel itu, lalu Amelz membuka untuk membaca SMS yang masuk. Kibum kembali ke aktivitasnya, mengecup leher Amelz.
Kalau kalian saling melepas rindu dan mengotori ranjangku, kau harus tanggung jawab, Amelz.
Amelz tersentak. Sekarang kenyataan kembali merayapi otaknya bahwa sekarang mereka ada di kamar Teph. Amelz melirik ranjang yang berantakan, bahkan kentara sekali ada entah cairan sperma Kibum atau cairan vagina Amelz yang mengotori seprai.
“Oppa… kurasa oppa harus menemaniku mencuci,” ujar Amelz.
“Eh? Huh? Kenapa?”
***
Giliran amelz yak skarang? kkkkkk
ReplyDeleteEitz, ada kibum maen k jkt...
udh ngak nahan yah? XDDD
*digamparamelz*
Aigooo...maennya di ranjang nteph XDDDD
*teph jangan mimpi buruk yah*
*ditendang*
uwaaaa...
Amelz sperti biasa slalu hot maennya, kkkkkkk
Si Teph kok bisa tau??
Ngintip yak? XDDDDDD
*ditabok*
Hayooo, mesti cuci sepre XD
Pendek amat yg chapie iniiii ><
Buruan, updet, say! XD
.........
ReplyDeleteAmelz dan Kibum jangan lupa untuk mencuci sprei *ditimpuk Amelz*
salah deh udah berpikiran buruk kalau yg datang itu Alex...
ternyata Kibum..
jadi semuanya memang sudah masuk skenario teph & may... untung ada waktu "tanpa orang di rumah"...
jadi Amelz dan Kibum bisa melepas rindu
-teph-