Brand New It’s Magic
Chapter 8 part 11
Ryeowook dan Hyunjoong tengah berpatroli kesana-kemari dengan Teleport. Keduanya membicarakan Julie yang keracunan dan cara-cara untuk mencari obat penawarnya.
Hyunjoong berkata, ”kupikir pasti ada penawarnya. Disimpan Rotislav.”
”Masalahnya sepertinya kita butuh kekerasan untuk dapetin penawar itu,” yakin Ryeowook, “plus, istri Rotislav menghilang dan mungkin memang berlindung.”
”Eh? Itu Fennie kan?”
”Hyung benar. Koq dia seperti kebingungan ya? Kita samperin yuk.”
Hyunjoong dan Ryeowook berjalan santai ke arah Fennie, yang celingukan di depan rumahnya. Tampangnya cemas.
”Hai Fen. Koq kau sepertinya kebingungan?”
Fennie membalas, ”oh... Ryeowook oppa dan Hyunjoong oppa. Ini... papa dan mamaku belum pulang. Aku benar-benar bingung, hape mereka tidak bisa dihubungi. Gimana ya?”
”kami temani kau mencari mau tidak Fen?” tawar Hyunjoong.
”Ahh... makasih oppa...”
Ryeowook bertanya, ”mereka kerja?”
”Iya. Biasanya sih jam segini sudah pulang. Tapi aku heran hari ini koq mereka tak pulang ya?”
Mereka bertiga ke kantor tempat papa dan mama Fennie bekerja, tapi menurut satpam disana, ortu Fennie sudah pulang dari tadi sore.
”Kau ada foto mereka?”
”Ada di hape.”
”Transfer ke hapeku dan hyung. Kau tunggu di rumah saja Fen, siapa tau mereka pulang. Kami akan membantumu mencari mereka di jalanan.”
”Gomawo oppa.”
Hyunjoong mengiyakan, ”Ryeowook benar. Tak bagus cewek keluar malam-malam. tunggu kabar dari kami.”
”Aku jadi berpikir... apa semua ini ada hubungan dengan hantu-hantu?”
Hyunjoong dan Ryeowook bertukar pandang, memikirkan kemungkinan yang disodorkan Fennie.
***
Kimbum berdiri di depan kantor agensi Star Post Entertainment sambil bersandar di tiang lampu terdekat. Dia terus memandangi pintu gedung mewah itu. Akhirnya dia melihat Jiro keluar gedung bersama seorang cewek cantik. Kimbum kaget.
Kimbum memanggil, ”Jiro ge...”
”Ahh Kimbum,” balas Jiro, “ada apa?”
”Ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengan gege.”
Kimbum melirik Pink, dan Jiro memperhatikan itu.
”Aah. Perkenalkan, ini Pink, General Manager Star Post. Pink, kenalkan ini Kimbum, temanku.”
Pink dan Kimbum bersalaman.
Pink berujar, ”kalau gitu aku pulang duluan ya Jiro. Silakan kalian berbincang tentang urusan pria, hahah.”
”Daaah Pink. Thanks yah bantuannya.”
”Yap...”
Kedua pria itu memandang Pink yang berlalu. Baru saja Kimbum mau buka suara, Jiro sudah ngomong duluan.
”Aku tidak berselingkuh. Kami hanya ada urusan kerja.”
”Oke,” setuju Kimbum.
Lalu keduanya diam. Kimbum masih bersandar di tiang lampu. Siluetnya indah, dia tampan sekali.
”Ge, ini soal Julie.”
Jiro mematung.
”Julie tidak ada maksud untuk mengkhianati gege. Aku yakin perasaannya hanya untuk gege. Dia hanya merasa bertanggungjawab. Sejak dulu Julie begitu. Dia selalu ingin menolong, dan dia akan sedih kalau tidak berhasil menolong.”
”Tapi apa dia sadar kalau dia bisa ketularan? Kalau dia bisa mati?”
”Dia tau. Tapi dia tidak bisa melepaskan Yunhwa hyung begitu saja. Ini tentang masa lalu. Aku dengar hyung menjelaskannya pada Hyunjoong hyung sedikit. Tapi yang pasti Julie sekarang menderita juga.”
”Masa lalu apa? Aku tidak ngerti. Yang pasti hanya ada satu kata untuk semuanya: NGACO!”
Jiro naik darah, tapi Kimbum juga. Namun Kimbum berusaha mengendalikan amarahnya.
”Ge, hanya karena gege bukan Warriors’ Helper, gege jangan menganggap kerjaan kami ini hanya omong kosong. Gege tidak tau betapa gawatnya sebenarnya keadaan dunia kita. Gege...”
”Aku tidak melihatnya. Aku tidak melihat dunia ini gawat! Dan berhubungan dengan vampire-vampire itu membuat kalian gila! Tidak pantas!”
”Gege bilang begitu tentang Hyunjoong hyung? Tentang Ryeowook? Tentang Julie juga?”
Jiro menoleh memandang Kimbum, matanya berkilat marah. Kimbum balas menatapnya dengan berani. Dan saat Jiro maju untuk menerjang Kimbum...
Sebuah suara bergema, ”tambahan kemurnian hati yang lebih besar...”
”Honor Bow! Aaakh!”
”Yang ini Warriors’ Helper. Bagus sekali. Bawa semuanya...”
***
Annie tidak bisa tidur. Dia gelisah dalam tidurnya. Maklum, baru seminggu akhirnya dia memutuskan nge-kost di Taipei. Lebih gampang daripada dia harus pulang desa-kota tiap hari, apalagi dia tidak punya kendaraan pribadi.
”Aaargh. Apa aku jalan-jalan malam saja ya?” Tanya Annie pada dirinya sendiri.
Annie mengambil jaketnya dan keluar rumah kost-nya yang dihuni 6 cewek. Udara malam yang sejuk langsung menerpa wajahnya. Annie merapatkan jaketnya dan melangkahkan kakinya. Dia mendengar suara orang terbatuk dan menoleh ke sumber suara.
”Yunhwa oppa?”
Yunhwa membalas, ”uhuk! Ahh... Dayla.”
”Dikoreksi. Annie. Kenapa oppa keluar malam-malam?”
”Kebetulan ketemu kau. Ada berita orang-orang hilang di koran. Aku curiga ini perbuatan musuh.”
”Sekarang mereka menculik?”
”Makanya kita harus semakin sering patroli. Tidak ada jalan lain kan?”
Annie mengangguk paham.
***
Hari Jumat pagi. Junki bangun dengan segar dari tidur panjangnya. Dia duduk di ranjang, merentangkan tangannya dan menguap lebar-lebar. dia menoleh ke jendela dan melihat cuaca begitu cerah.
Junki berucap, ”malas ahh ke kampus. Lagian hari ini kepentingannya Cuma nonton Amelz lomba nyanyi nanti siang. Lebih baik pagi ini aku... apa ya? Nonton TV di rumah deh...”
Junki beranjak turun dari spring bed-nya, tapi begitu kakinya menyentuh lantai, dia mendapat Propechy. Dia melihat Amelz dielu-elukan di atas panggung. Dia memegang piala. Junki menggelengkan kepalanya.
”Amelz bakal juara lomba. Adoooh... sepertinya takdir memang menyeretku jadi ketua dewan mahasiswa deh.”
Junki mencuci mukanya dan menggosok gigi. Lalu masih dengan tampang habis bangun tidur, dia langsung duduk di sofa dan mengambil remote. Lagi asyik-asyiknya nonton, dia kaget Junsu muncul di depannya, menghalangi pandangan matanya ke TV.
Junki resah, ”Junsu!!! Kau mau buat aku mati muda ya?”
”Mian, Junki...” sesal Junsu.
”Kau kenapa? Omona... kau berdarah!”
”I... tulah masalahnya.”
Junsu menghempaskan dirinya di samping Junki. Ada luka panjang di lengan kirinya dan luka itu meneteskan darah hitam ke jubah hitam Junsu.
”Tidak ke Julie?”
”Julie ketularan racun Yunhwa hyung. Dia tak boleh Heal terlalu sering lagi, atau dia akan mati. Lagian ini luka kecil. Aku bisa bertahan. Pakai obat manusia saja. Kau punya?”
Junki meminta, ”tunggu ya.”
Junki beranjak dan mengambil kotak P3K nya. Namun pada saat itu, ada kelebatan bayangan lagi di pikirannya. Dia menjatuhkan kotaknya.
”Junki? Kau kenapa?”
”Jiro ge... Kimbum... semuanya! Mereka diculik!”
”Kau ngomong apa, Junki?”
”Aku melihat banyak orang dikurung dalam kastil! Manusia-manusia! Dan ada Jiro ge dan Kimbum. Mereka berdua terluka. Yang lainnya juga begitu. Sepertinya mereka... menunggu eksekusi!”
”Apa? Dimana?”
”Aku tak bisa menjelaskan tempat itu.”
”Kita pergi bareng.”
”Tapi lukamu...”
”Keselamatan Jiro ge dan Kimbum lebih penting dari itu.”
***
May duduk di antara Youngsaeng dan Calvin. Sebenarnya May heran Jiro tak pulang semalam, tapi menurut Calvin, Jiro kemungkinan sibuk di kantor agensi. Tapi yang membuat May panic justru karena Jiro sama sekali tidak mengabarinya.
Calvin bertanya, ”Amelz menyanyi yang pertama ya?”
”He-eh. Bentar lagi dia keluar,” jawab May.
Itu dia Amelz keluar dari balik selubung panggung. Amelz yang biasanya tampil sporty hari ini dimake-up oleh Clara, jadi ada kesan manis misterius pada dirinya. Tank-top femininnya dipadu dengan celana jeans pendek, dia malah jadi makin cantik. Kali ini dia bakal nyanyi lagu Cai Hong-nya Jay Chou dan Zhi Shao Hai You Ni-Sandy Lam. Dan Amelz mulai nyanyi suaranya terdengar sangat berbeda. Dari ekspresinya, Amelz mulai menjiwai nyanyiannya. May tau kalau Junki melihat ini, dia pasti akan mati kesal. Tapi… May tidak menemukan Junki dimanapun.
May bertanya, ”Saengie oppa... lihat Junki seharian ini?”
”Hah? Tidak,” jawab Youngsaeng, “memangnya dia kemana?”
“Justru itu. Apa dia bolos ya?”
“Tapi semales-malesnya dia, kalau Amelz nyanyi dia akan tetap datang nonton kan?” Tanya Calvin.
”Iya tapi... dia kemana ya?”
Tiba-tiba ada yang menarik kerah kaos May dari belakang. Thia. Dia terengah-engah.
”Apa, Thia?”
Thia menjawab, “tentang itu… dan Yunhwa oppa…”
May dan Youngsaeng bertukar pandang, dan mereka langsung mengerti maksud pembicaraan Thia.
”Calvin, kasih tau Amelz kalau kami menunggunya di depan ya kalau dia sudah selesai.”
”Oke...” Calvin mengiyakan.
Tentu saja Calvin bingung. Jelas-jelas Amelz belum selesai nyanyi, tapi mereka sudah kabur. May dan Youngsaeng nyaris berlari mengikuti Thia. Akhirnya mereka sampai di depan gedung aula yang sepi. Ada Yunhwa disana, bersama Stella.
Youngsaeng bertanya, “ada apa?”
“Aku mendapat Telepathy darurat dari Junsu,” jawab Yunhwa, “kurasa dia dalam bahaya.”
Yunhwa menunjuk sinar bulat sebesar bola kasti dan berwarna hijau, yang ada di bahunya. Bola berbulu itu punya dua kaki mungil. Bulat dan berkaki. May tidak pernah melihat itu.
”Oh... ini sinyal darurat Junsu. Aku tidak tau apa vampire lain...”
Kata-kata Yunhwa terputus waktu Hyunjoong dan Ryeowook muncul tiba-tiba. mereka sekaligus membawa Rin, Clara, Julie dan Annie. Tupanya si bulat dan berkaki itu juga ada di pundak Hyunjoong dan Ryeowook. Tiba-tiba tiga hewan itu bersatu dan menjadi lebih besar... tingginya setengah badan May, bulat, berkaki, berwarna hijau transparan... dan ada sepasang mata lucu. Tapi si hewan tidak memiliki mulut.
”Aku terluka. Ikuti ini dan kalian akan sampai denganku. Aku dan Junki di dunia vampire. Ada Jiro ge dan Kimbum. Cepat. Sekarat,” hewan itu, anehnya, berbicara dalam suara Junsu.
May bertanya, ”apa? Siapa yang sekarat?”
May mulai lemas. Dia berpikir apakah Jiro dan orang-orang yang disayanginya sekarang sekarat…
”APA ITU?” gelegar Amelz.
May kaget mendengar suara Amelz yang menggelegar. Dia telah menyusul mereka dengan terengah-engah.
”Dunia vampire,” jawab Hyunjoong singkat, “begini. Kami hanya bisa keluar-masuk dengan membawa satu orang, sisanya akan kami jemput lagi.”
”Tapi melihat keadaan, sepertinya akan gawat disana. Kuputuskan kita hanya akan membawa Element Warriors dan Warriors’ Helper yang bersenjata,” putus Yunhwa.
May memandang Youngsaeng, ingin melihat reaksinya.
Youngsaeng berkata, ”pergilah, May. Tapi pastikan May akan pulang dengan selamat.”
”Oppa... aku akan kembali,” janji May.
Yunhwa berucap, ”tak perlu khawatir, hyung. Aku akan menjaga May.”
May terkejut dengan janji Yunhwa itu. youngsaeng menepuk bahu Yunhwa.
”Aku tau,” ujar Youngsaeng singkat, “gomawo.”
”Baik, berarti Amelz, May, Stella, Annie, Julie, Clara dan Rin yang akan kami ajak. Youngsaeng, Thia, kalian lebih baik berjaga-jaga disini,” wanti Hyunjoong.
Ryeowook berkata, ”aku akan tugaskan ini untuk menjaga kalian. Pastikan kalian lebih sering bersama teman-teman yang lain. Manusia biasa tidak akan bisa melihat.”
Ryeowook mengeluarkan Elder Sword dan membuat lingkaran besar di depannya. Tiga hewan bulat kecil keluar, berwarna biru, masing-masing melompat ke bahu Thia, Youngsaeng, dan yang satu lagi menghilang.
”Satu lagi akan ke Fennie. Lindungi diri kalian bersama. Dan hewan-hewan ini akan sampai ke aku kalau terjadi sesuatu pada kalian.”
”Jangan buang-buang waktu,” sergah Yunhwa, “rombongan pertama akan berangkat. Aku akan membawa May.”
Yunhwa menggandeng May, dan Hyunjoong menggandeng Stella dan Ryeowook menggandeng Amelz. Lalu May merasakan sensasi seperti Teleport. Tapi yang ini lebih tidak enak. Lebih membuatnya pusing. Dan sesak.
May terbatuk, ”uhuk! Uhuk!”
Rupanya bukan hanya May yang batuk. Stella dan Amelz juga.
”Ini dimana?” Tanya Amelz.
Hyunjoong menjawab, ”dunia vampire. Jangan kemana-mana, kami akan jemput tiga lagi sekarang.”
May menoleh dan tidak menemukan perbedaan antara dunia vampire dan dunia manusia. Kecuali udaranya yang agak membuat sesak.
”Apa Junsu dan yang lainnya tidak apa-apa?” Tanya Stella.
May memanggil, ”Jiro ge...”
Lalu mereka kaget waktu Annie, Julie dan Clara datang.
”Aku akan bawa Rin,” putus Yunhwa, “tunggu sebentar.”
Tapi Yunhwa berkeringat. May ingat dia baru sembuh dan mengkhawatirkan kondisinya. Dan sedetik kemudian Rin dan Yunhwa tiba.
”Siapkan senjata,” perintah Ryeowook.
Lalu hewan kiriman Junsu muncul di depan mereka. Dia berjalan cepat dengan kaki imutnya, membimbing mereka dengan cahaya hijaunya.
May berteriak, ”Dragon Bow!”
”Ikuti sinyal Junsu,” perintah Yunhwa, “Frost Bow!”
“Aduh!!” jerit Julie.
Hyunjoong bertanya, “Julie? Kenapa?”
Julie telah menjatuhkan Demon Magic Stick.
”Ahh... tidak apa-apa koq.”
”Yuk, kita harus cepat,” desak Stella, menggandeng Julie.
Dalam diam namun waspada, mereka berlari mengikuti sinyal Junsu dan sampai di daerah pepohonan. Agak gelap disini. Tiba-tiba Yunhwa menembakkan anak panah ke atas, ke arah pohon-pohon gelap.
Suara berseru, ”aargh!”
Dan sinyal Junsu hilang.
”Disini. Yunhwa hyung berhasil menembak musuh,” kata Ryeowook, “sial. Banyak vampire disini.”
Mereka berlari maju bersama-sama. Ryeowook di paling belakang, melindungi Clara dan Rin. Setelah berlari cukup jauh, mereka keluar dari hutan. Dan melihat Junsu... sedang bertarung dengan vampire. Dia dikeroyok enam vampire. May mencari Junki dan yang lainnya, namun perhatiannya terusik karena melihat Junsu berdarah.
”Attack!” teriak May, menembak tiga anak panah sekaligus.
Hyunjoong, Ryeowook dan Amelz maju membantu Junsu. Konsentrasi para vampire pecah. Mereka juga berusaha menyerang rombongan Element Warriors.
Stella bertanya, ”ini bermanfaat tidak ya?”
***
No comments:
Post a Comment