Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 23 March 2012

(When Our Dreams Come True) Secretly in Love chapter 4


When Our Dreams Come True
Secretly in Love
Chapter 4

Amelz sekarang sering berhubungan dengan Ri Na. dia bahkan menganggap Ri Na onnienya sendiri. Ri Na sekarang udah balik ke Seoul, tapi dia bilang mungkin dia akan sering bolak-balik ke Taipei karena temannya sering ada kegiatan di Taipei dan dia selalu menemaninya. Amelz ingin ketemu lagi dengan Ri Na. selama ini Ri Na selalu mengiriminya lagu2 K-Pop via e-mail Calvin, dan Calvin sering pulang dengan flash disk penuh setiap balik dari warnet. Kebanyakan lagu2nya adalah lagu Jiro Wang. Tentu ini membuat Karen girang, soalnya stock lagu K-Pop nya sekarang dia dapat dari Amelz. Amelz sekarang tengah mengikuti masa training di Imagination FM, rencananya minggu depan dia akan mulai on air. Latihan siaran menyenangkan, ada banyak hal baru yang didapat Amelz semenjak mulai training. Sekarang Amelz makin ngerti gimana menjaga suaranya dan mengatur pernafasannya. Amelz juga udah berhenti mengantar koran dan berjaga di warung Li a yi. Sepulang sekolah dia langsung ke studio untuk training sampe jam 4 sore. Udah 10 hari lamanya dia mengikuti masa training. Hari ini Amelz pulang sekolah lebih cepat dari biasanya. Dia berencana langsung ke studio karena lebih dekat jaraknya dari sekolahnya. Tapi karena lapar, Amelz mampir dulu ke café mungil yang sering dilewatinya kalo menuju studio. Amelz langsung memesan makanan dan duduk di meja di luar restoran. Di sana Amelz memperhatikan orang2 lain yang juga duduk di meja di luar restoran seperti dirinya. Ada sepasang kekasih, dan seorang cwo bertopi. Cwo itu tampak bergumam dan menulis sesuatu di bukunya. Sesekali dia menulis, membaca, bersenandung, ato ngomong. Karena tempat duduk mereka dekat, Amelz mendengar nyanyian cwo itu. suaranya bagus, tapi Amelz gak bisa mengenali lagu apa yang dinyanyikannya. Amelz berusaha mengintip seperti apa wajah di bawah topi itu, tapi yang jelas terlihat hanya hidung mancung dan bibir mungil si cwo.
Wuah, cwo ganteng, puji Amelz. Cwo itu tampaknya Cuma menyibukkan dirinya di buku itu dan sesekali minum, udah tiga gelas dia minum. Amelz melirik arlojinya, jam satu tepat. Amelz beranjak dari mejanya menuju kasir.

Kasir: “Semuanya 11 NT$ nona.” ^^
Amelz: “Ah, tunggu bentar.”

Loh? Amelz kebingungan waktu mencari dompetnya di dalam tasnya. Gak ada. Dan ada satu barang lagi yang hilang. CD Player-nya. Kemana kedua barang penting itu?? amelz panik dan mengorek-ngorek tasnya lagi. Hapenya juga gak ada. Amelz mulai pucat.

Cwo: “Ini punya mei2?”

Amelz mendongak dan lumayan kaget juga. Si cwo cakep yang dia perhatikan tadi, sekarang berdiri di sampingnya, sambil menyodorkan ketiga barang yang dicari Amelz tadi: CD Player, dompet dan hapenya. Dan dugaan Amelz sebelumnya, cwo ini emang cakep. Alisnya juga tebal dan wajahnya tirus. Sayang dia masih bertopi, jadi Amelz gak bisa menebak sesungguhnya kayak apa style cwo ini.

Amelz: “Eh, ge… iyah.”
Cwo: “Lain kali jangan ditinggalin lagi yah?”
Amelz: “Iyah… xie xie.”

Setelah memastikan tiga barang tersebut diambil lagi oleh Amelz, cwo itu menenteng buku notesnya dan keluar café. Amelz segera tersadar karena hapenya bergetar dan tertulis di layarnya: Casey Calling. Jadi Amelz langsung membayar makanannya dan bergegas ke studio.

***

Amelz, Irene dan Karen tengah ada di pusat kota. Sebenarnya Amelz malas di keramaian begini, tapi kedua sahabatnya ini memaksa Amelz untuk ikut shopping. Sebenarnya sih si sophaholic itu si Karen, tapi entah mengapa Irene juga kepingin shopping hari ini. Amelz udah menduga bahwa dia gak akan beli apapun, toh dia belum dapat gaji pertamanya karena baru bekerja seminggu, tapi dengan sedikit terpaksa dia menemani sahabat2nya yang ceriwis ini. Yang satu ngomongin K-Pop, yang satu ngomongin Mando-Pop, bener2 gak nyambung deh, gerutu Amelz dalam hatinya, setelah mendengar kedua sahabatnya saling memperdebatkan siapa yang lebih keren: Fahrenheit ato SS501. Amelz menempelkan headset ke telinganya dan dia memutar lagu2nya Jiro Wang. Karena ini akhir pekan, jalanan kota Taipei sangat padat, gak Cuma kendaraannya, tapi juga orang2 yang ingin berakhir pekan. Amelz sering ditabrak kesana-kemari dan dia agak kewalahan mengejar langkah kedua sahabatnya di depannya. Amelz sedikit tertarik pada kerumunan keramaian di sebelah kanan badan jalan. Ada apa ya, apa ada pencopetan, pikir Amelz asal. Tapi karena sahabat2nya udah berjalan lumayan jauh dan kerumunan itu sangat padat, Amelz mengurungkan niatnya untuk melihat apa yang menjadi pusat perhatian publik itu. amelz kembali berjalan menjauh, namun tiba2 ada yang menarik tangannya dengan kuat. Amelz menoleh. Seorang pria setengah baya berkumis sedang memandanginya. Dia ngomong sesuatu, jadi Amelz segera melepas headsetnya supaya bisa mendengar apa yang diomongkannya.

Bapak2: “Mei, ada waktu?”
Amelz: “Hah? Kenapa? Apa saya mengenal xian sheng?”
Bapak2: “Kami butuh beberapa cameo untuk syuting iklan. Ada waktu? Sebentar koq, kalo lancar hanya membutuhkan waktu setengah jam.”
Amelz: “Teman2ku…”
Bapak2: “Oh, kau bisa? Xie xie ni o~”

Jelas si bapak salah mengerti pernyataan Amelz. Dengan pasrah Amelz ditarik si pria berkumis ke tengah kerumunan. Barulah Amelz mengerti apa yang ada disana. Rupanya tengah ada syuting iklan. Amelz baru ajah mau mengeluarkan hapenya untuk menghubungi Irene, ketika dia ditarik lagi oleh seorang cwe.

Cwe: “Kata sutradara Wu kau salah satu cameo yah? Kau harus ganti baju yang lebih pantas dan aku akan memberimu sedikit make-up. Cepatlah, syuting udah mau dimulai.”

Belum sempat berkomentar, sehelai kaos sporty plus celana jeans pendek udah disodorkan pada Amelz.

Cwe: “Di mobil itu.”

Amelz berjalan menuju mobil van yang ditunjuk si cwe. Ternyata mobil itu sepi dan digunakan untuk berganti pakaian. Kaos dan jeans yang dipinjamkan ke Amelz rupanya merk mewah, jadi Amelz berhati-hati saat mengganti bajunya. Ada cermin juga di dalam van itu. amelz memandang wajahnya dan berpikir apa yang sebaiknya dia lakukan pada rambutnya. Tapi kan katanya aku mau di make-up, bodo ah, ucap Amelz cuek. Amelz langsung kembali pada si cwe.

Cwe: “Nah, rupanya kau punya postur badan yang bagus. Ayo, aku make-up. Siapa namamu?”
Amelz: “Amelz Chen.”
Cwe: “Ya Amelz, tunggu sebentar dan kau akan kusulap jadi cantik.”
Amelz: “Jie, aku kan Cuma jadi cameo, ngapain aku harus di make-up?”
Cwe: “Kau akan jadi salah satu cwe yang berdiri di samping pemeran utama wanita di iklan ini, jadi kau harus terlihat bagus di kamera.”

Amelz merasa heran dan sedikit beruntung, entah ada jimat apa yang membawanya muncul di televisi. Amelz memandangi orang2 yang sibuk mempersiapkan lokasi syuting. Mana artisnya, tanya Amelz. Dan itu dia, Amelz menemukannya. Seorang cwo dengan rambut jabrix dan badan berisi, tengah membaca sesuatu dan dipayungi oleh asistennya. Rasanya Amelz mengenalnya.

Amelz: “Jie, dia itu…” *menunjuk*
Cwe: “Artis kita, pemeran utama cwo di iklan ini.”
Amelz: “Dia kan…”
Cwe: “Jangan ngomong kalo kau gak kenal dia. Dia Jiro Wang.”
Amelz: “Hah?? Karen bakal meleleh kalo tau aku ada disini.”

Amelz memperhatikan sosok Jiro Wang. Dia tinggi dan ganteng, Amelz jadi grogi sendiri. Tiba2 ada seorang cwe cantik yang menghampiri Jiro. Yang membuat Amelz lebih kaget, dia mengenal cwe itu. seakan merasakan pandangan Amelz, cwe itu menoleh dan bertatap muka dengannya. Senyum mengembang di wajah cantiknya dan dengan langkah lebar dia menghampiri Amelz.

Ri Na: “Amelz…” ^^
Amelz: “Ri Na onnie…”
Cwe: “Loh? Kalian kenal? Ini pemeran utama cwe di iklan kita loh.”
Amelz: “Hah? Zhen de ma? (benarkah?)”
Ri Na: “Kenapa Amelz ada disini?”
Cwe: “Dia salah satu cameo kita, Ri Na, tadi sutradara Wu menyeretnya dari jalan. Dan sekarang dia udah siap.”

Amelz memperhatikan dirinya di cermin. Rambut sebahunya telah diurai dan tampak lembut setelah ditata oleh si penata rias. Wajah Amelz juga telah disapu make-up minimalis yang membuat wajahnya jauh lebih bersinar dan ada semu pink di sekitar pipinya. Lipstick tipis berwarna pink juga nangkring di bibirnya. Kukira pink gak cocok untukku karena aku tomboi, tapi hei, yang ini lumayan, kata Amelz saat memperhatikan sosoknya di cermin.

Ri Na: “Wuah… Yin jie, jie2 emang hebat.”
Yin: “Hahahaha… okey, aku akan cari cameo2 yang lain untuk dirias.”
Ri Na: “Amelz, ikut aku. Ada seseorang yang mau aku kenalkan padamu.”
Amelz: “Onnie rupanya artis yah?”
Ri Na: *menggandeng Amelz* “Bukan sebenarnya. Tapi pihak pembuat iklan mau aku membantu mereka. Hanya untuk kali ini. Aku gak suka terlalu banyak publisitas. Ah, ini dia… Jiro oppa!”

Sekarang Amelz telah berdiri dekat sekali dengan Jiro, dan Amelz merasakan aura bintang Jiro. Sangat tampan, gak ada kata yang lain untuk menggambarkan sosok sempurna itu.

Jiro: “Ya? Ri Na? siapa cwe yang manis ini?”

Dia bicara pake Mandarin, celetuk Amelz kaget.

Ri Na: “Ini Amelz Chen. Amelz, ini Jiro Wang.”

Keduanya bersalaman dan Jiro menampilkan senyum terbaiknya.

Ri Na: “Amelz ini yang menyelamatkan aku waktu tersesat loh, oppa. Dia adik Calvin ge.”
Jiro: “Oh wow… xie xie ni o~ xiao mei2. hmm… dengan penampilanmu yang begini, apa kau akan jadi cameo?”
Amelz: “Shi de (benar).”
Jiro: “Mana Calvin? Aku udah lama ingin bertemu dengannya. Masih ada peran cameo yang bisa dia isi juga.”
Amelz: “Dia gak bersamaku, oppa.”
Jiro: “Wah… hen ke xi (sayang banget).”
Ri Na: *melirik kertas skenario di tangan Jiro* “Oppa hapalin ajah dulu, aku ajak Amelz minum dulu.”
Jiro: “Hao ba (baiklah).”

Amelz masih setengah gak sadar waktu ditarik Ri Na duduk di meja bulat yang muat untuk tiga orang. Ada tiga kursi disana, dan mereka duduk menempati dua kursi. Ri Na memesan minuman pada salah satu kru.

Amelz: “Onnie, koq bisa kenal sama Jiro oppa?”
Ri Na: “Ah, dia… eh… sebenernya yang onnie bilang teman yang jalan sama onnie ke Taipei itu dia. Dan dia pacarku.” ^0^

Ada nada bangga yang gak bisa disembunyikan Ri Na waktu menerangkan hal itu. amelz tersenyum. Dia merasa wajar bagi Ri Na untuk merasa bangga karena pacarnya seorang superstar.

Ri Na: “Tapi Amelz jangan kasih tau orang lain yah. Onnie kasih tau Amelz karena kita dekat. Ini rahasia. Kalo gak onnie bakal dibunuh fans Jiro.”
Amelz: “Fang xin ba (tenanglah) onnie, aku akan jaga rahasia.”
Ri Na: “Jadi gimana menurutmu? Tentang Jiro? Amelz kan baru pertama kali melihatnya langsung?”
Amelz: “Jiro oppa cakep, onnie. Dia gak terlalu mirip orang Chinese jadinya.”
Ri Na: “Mungkin karena dia udah lama di Seoul. Eh tapi bukan Cuma Jiro loh yang cakep, pemeran utama cwonya yang satunya juga cakep. Plus, dia masih muda. Sayangnya hari ini bukan syuting barengan dia. Besok baru ada syuting bersamanya.”
Amelz: “Ada yang lebih cakep?”
Ri Na: “Onnie gak ngomong lebih cakep loh, Cuma sama cakepnya.”
Amelz: “Wuah… eh onnie, sebenarnya peranku ntar gimana? Aku baru pertama kali syuting.”
Ri Na: “Ah, tunggu bentar.”

Ri Na beranjak dari mejanya dan menghilang di kerumunan kru. Seseorang datang dan memberikan dua gelas es jeruk pada Amelz. Gak lama kemudian Ri Na kembali dengan selembar kertas.

Ri Na: “Kau berperan di iklan Sony Ericsson seri W-647. Semua yang harus kau lakukan ada disini. Tenang, ini gampang, Amelz. Jangan grogi yah.”

Amelz membaca skenario dan menghapalkan dialog. Cukup gampang, Amelz Cuma perlu menyebutkan lima kalimat pendek. Gak lama kemudian proses syuting dimulai, dan Amelz, bersama lima cameo cwe lainnya berdiri di samping dan belakang Ri Na, sementara Jiro ada di hadapan mereka. Mereka masing2 memegang hape yang diiklankan. Proses syuting berjalan lancar, aura talenta Jiro terpancar dari setiap gerakan dan ucapannya, seolah kamera dan kerumunan orang yang menonton bukan lagi masalah untuknya. Ri Na yang mengaku baru pertama kali tampil di depan kamera juga mampu berakting dengan baik. Kurang lebih setengah jam, sutradara Wu menyatakan proses syuting hari ini selesai.

Ri Na: “Xie xie o~ Amelz.”
Amelz: ^^
Jiro: “Kapan2 jalan2 ke Seoul yah Amelz, ntar kita ajak jalan.”
Amelz: “Oppa jangan bohong yah.”
Jiro: “Mana mungkin.”

Jiro mengacak rambut Amelz. Sekarang para kru sibuk membereskan lokasi syuting dan Amelz telah mengembalikan kaos dan celana jeans pendeknya pada Yin jie.

Ri Na: “Kalo ada waktu luang, onnie akan mampir ke apartemenmu yah.”
Jiro: “Sampaikan salamku pada Calvin.”
Amelz: “Iyah oppa, onnie.”
Ri Na: “Daaah Amelz, ati2 yah.” ^^

Amelz memandangi punggung Ri Na dan Jiro yang beranjak pergi dengan masuk ke BMW mewah. Langit Taipei mulai kemerahan, pertanda udah sore. Amelz berjalan pulang menuju halte bis. Tapi Amelz heran…

Amelz: “Ah ya, ngapain yah aku jalan2 di tengah kota hari ini? Sampe aku bisa diajak syuting iklan lagi? Hmm… aaaah! Irene! Karen!”

Amelz panik bukan kepalang saat ingat kedua sahabatnya yang gak sempat dikabarin tadi. Waktu Amelz menoleh, wajah geram kedua sahabatnya menyambutnya.

Karen: “AMELZ CHEN! Ni xiang she, shi bu shi? (kau mau mati yah?)”
Amelz: “Dui bu qi, Irene, Karen, aku lupa mengabari kalian.” ><
Irene: “Kemana ajah kau? kami kira kau diculik! Waktu kami mau masuk toko kami baru sadar kau udah gak ada!”
Karen: “Waktu balik ke sini, untung ketemu kau lagi! Kalo gak gimana aku bertanggungjawab sama Calvin ge?”
Amelz: “Tadi aku diajak jadi cameo dalam iklan. Eh… Karen, tadi aku syuting sama Jiro.”
Karen: “Jiro yang mana?”
Amelz: “Jiro Wang, idola K-Pop mu itu.”

Karen langsung mencengkeram kedua lengan Amelz.

Karen: “Zhen de ma? (benarkah?) Kau gak boong Amelz?”
Amelz: “Seratus persen gak boong. Sumpah, dia cakep banget!!”
Karen: “Mana? Kau minta tanda tangannya? Foto bareng?”
Amelz: “Ah!” *menepuk jidat* “Aku lupa.”
Karen: “Ben dan!! (bodoh!!)”
Amelz: “Soalnya keadaannya ribet banget.”
Irene: “Ayo cerita, Amelz. Sambilan makan di café itu yuk.” *menunjuk ke seberang jalan* “Aku traktir.”

Dan sore itu dihabiskan Amelz dengan bercerita pada Irene yang antusias, Karen yang kelewat antusias sekaligus melontarkan kalimat2 kagum dan menyatakan betapa bodohnya Amelz gak sempat minta tanda tangan Jiro dan foto bareng. Kalo itu aku tau, aku emang bodoh, gerutu Amelz, kesal pada dirinya sendiri.

***

No comments:

Post a Comment