When Our Dreams Come True
Secretly in Love
Chapter 2
Wang Lee Hom tengah memperhatikan penampilannya di cermin panjang. Gak ada kata lain selain sempurna untuk menggambarkan penampilannya. Alis tebal, mata bulat, hidung mancung, bibir merah, kulit putih, badan tegap dan berisi. Untuk ukuran cwo 16 tahun, Lee Hom cukup tinggi, 171 cm, dan tingginya pasti masih bisa bertambah. Udah lama Lee Hom menantikan saat ini, menantikan dia berhasil dikenal di blantika mando-pop. Tentunya karena semua talentanya. Bisa memainkan semua alat musik, jago menulis lirik dan menciptakan lagu, juga jago olahraga. Lee Hom merapikan rambut hitam tebalnya sekali lagi sebelum keluar dari kamarnya. Di ruang tamu, ada Rico, manajer mudanya, dia baru berusia 22 taon.
Rico: “Hei Lee Hom. Udah siap?”
Lee Hom: “Yah, harus siap.”
Rico: “Dengar yah, kau harus punya mental yang cukup. Di dunia artis, segala yang terlihat di luar adalah glamor, tapi di dalamnya, Cuma pribadimu yang bisa menilai.”
Lee Hom: *mengerutkan kening* “Oh, okey…”
Rico: “Satu lagi. Ati2 sama fans yah. Mereka akan melakukan apapun untuk bisa menjamahmu walau sedikit loh.”
Lee Hom menelan ludah, membayangkan tangan2 fans yang meraba-raba tubuhnya.
***
Irene: “…us kan?”
Irene memperhatikan sekali lagi wajah Amelz. Ternyata lawan bicaranya lagi bengong. Amelz memandang kosong ke CD Wang Lee Hom di tangannya dan rupanya rohnya lagi gak di badannya. Irene jelas kesal. Daritadi dia udah menjelaskan tentang Lee Hom dengan panjang lebar, tapi Amelz gak menanggapinya.
Irene: “Amelz Chen!!!”
Amelz kaget dan geragapan. Dia langsung berdiri dan menyambar tasnya. Reaksi spontan.
Irene: “Kau ini! Duduk!”
Amelz: “Ap…” *baru nyadar* “Kau koq teriak gitu, Irene?”
Irene: “Apalagi? Soalnya kau kan bengong dan gak dengerin apa yang daritadi aku ngomongin!” *manyun*
Amelz: “Aaah, dui bu qi, Irene. Tadi kau ngomong apa?”
Amelz berusaha menenangkan dirinya dan duduk dengan tenang lagi.
Irene: “Suan le ba. Lebih baik aku dengar kau yang cerita. Kayaknya kau lagi ada beban pikiran.”
Amelz: “Ada kabar dari Karen?”
Irene: “Gak tao. Mungkin dia udah bertemu dengan Jiro-nya, jadi dia lupain kita, gitu deh.”
Amelz: “Oooh…”
Irene: “Jadi dimana letak masalahmu, Amelz Chen?”
Amelz memandangi wajah Irene. Sekalipun Karen lebih cerdas di bidang akademik dan cantik, Karen masih childish. Beda dengan Irene. Irene lebih cerdas dalam banyak hal non-akademik, termasuk olahraga, dan dia dewasa. Soalnya Irene anak sulung dan punya dua di di. Amelz mengeluarkan selebaran yang diberikan Calvin padanya kemarin.
Irene: “Penyiar? Audisi penyiar? Maksudnya apa Melz?”
Amelz: “Calvin ge menyuruhku coba ikut audisi penyiar. Katanya suaraku bagus dan aku lumayan pinter ngomong. Lagian kerjaannya lebih high class dari kerjaanku selama ini.”
Irene: “Kupikir Calvin ge punya alasan yang bagus. Kau kayaknya bakal cocok dengan kerjaan ini, Melz.”
Amelz: “Masalahnya, kau pernah dengar nama Imagination FM ini?”
Irene tampak berpikir keras.
Irene: “Aku lumayan suka dengar radio. Tapi jujur yah Melz… aku gak pernah dengerin radio ini. Soalnya ehh… setau aku sih ya… Imagination FM ini Cuma radio kecil dan selama ini selalu jarang diperhitungkan. Lagu2nya kurang up to date soalnya.”
Amelz: =.=”
Irene: “Ehh tapi kan gaji jadi penyiar lumayan tuh. Kau coba ajah, Amelz.”
Amelz: “Tapi kau kan bilang ini radio gak beken?”
Irene: “Cuma aku yakin koq gajinya tetap lumayan. Yah… siapa tau Lee Hom suatu hari mampir buat interview di radiomu.”
Amelz: “Di radio yang gak beken gitu? Mana mungkin…”
Irene: =.=” “Udah deh, yang penting kau coba dulu, gimana?”
Amelz: “Audisinya besok pagi. Kau ada waktu? Mau temenin aku?”
Irene: “Iyah, tentu!” ^0^ “Besok aku tunggu di halte dekat apartemenmu jam setengah tujuh yah. Tapi Karen pasti gak bisa ikut. Soalnya si Jiro itu ada acara fans meeting jam 8 pagi.”
Amelz: “Yah udala gapapa. Xie xie o, Irene…”
Irene: “Bu yong xie.” ^^
***
Amelz sedang berjaga sendirian di warung. Li a yi saat ini sedang berbelanja bahan2 warung di tengah kota. Amelz berdeham-deham dan bersenandung ria, bahkan menyanyikan beberapa lagu Fahrenheit yang pernah diberikan Irene padanya dalam bentuk CD. Hei, suaraku lumayan, Calvin ge benar, kata Amelz dalam hatinya setelah mendengar suaranya bergaung di warung yang kecil itu. amelz gak menyadari ada seorang cwe bertampang bingung yang udah berputar tiga kali di depan warungnya. Setelah mempertimbangkan sesaat, akhirnya cwe itu menghampiri Amelz.
Cwe: “Halo…”
Amelz kaget. Dia berhenti bernyanyi dan memandang si cwe. Si cwe sepertinya hanya dewasa beberapa taon dari dia. Rambut hitamnya panjang, langsing dan yang membuat Amelz iri, kulit putihnya yang kayak susu berkilau di bawah sinar matahari sore. Cantiknya, puji Amelz.
Cwe: “Halo… can you hear me?”
Amelz kebingungan. Pake bahasa Inggris? Ini di Taipei, kan?
Amelz: “Yeah? is there anything I could help you?”
Cwe: “Where it is?”
Amelz: “Hmm… of course Taipei.”
Cwe: “No… I know it’s Taipei but I guess… I was misguided.”
Amelz: “Well, it’s in Number complex of apartment. Where do you want to go?”
Cwe: “Oh! Here…”
Si cwe mengorek-ngorek saku celana jeansnya, tapi dia kebingungan. Kayaknya dia gak menemukan apa yang mau dia cari. Amelz menyodorkan hapenya pada si cwe.
Cwe: “Hah?”
Amelz: “Call your friends. Tell them you’re in here.”
Cwe: “I… I… don’t remember my friend’s number.”
Amelz: =.=”
Cwe: “Oh, it’s unusual to me to become this fool. What a pity!” =.=”
Amelz udah teramat sangat penasaran kenapa si cwe ngomong pake bahasa Inggris mulu.
Amelz: “Ehm… who are you? Can’t you talk in Mandarin?”
Cwe: “Oh… I’m not Chinese. My name is Lee Ri Na. And you? May I know your name?”
Amelz: “I’m Amelz Chen.”
Ri Na: “Amelz. What a nice name.” ^^
Amelz: “You too. So… you’re from Korea? Your name sounds like Korean name.”
Ri Na: “Yes, I’m from Seoul.”
Amelz: “So, how can you misguided?”
Ri Na: “I had a long story…”
Amelz: “I can bring you back to your friends, if you know where they are.”
Ri Na: “What time is it?”
Amelz mengecek arlojinya.
Amelz: “3.34 P.M.”
Ri Na: “Hmm… it’s not save to go there now. Ehm… could you accompany me until 6 o’clock and take me back to my friends then?”
Amelz: *bingung* “Of course.”
Amelz mempersilakan Ri Na duduk bersamanya di warung. Warung cukup sempit, tapi diliat dari tampangnya, Ri Na gak mempermasalahkan ini. Mereka ngobrol dalam bahasa Inggris, syukurlah Amelz lumayan menguasai yang satu ini karena diajarkan dengan ketat oleh Calvin. Mereka mulai saling menanyakan identitas diri, layaknya teman yang baru kenal.
Amelz: “16 years old?”
Ri Na: ^^
Amelz: “Should I call you jie2? I’m just 14 years old.”
Ri Na: “In Seoul, younger girl call older sister with onnie.”
Amelz: “Onnie? Ri Na onnie?”
Ri Na: “Yeah, that’s right.” ^^
Amelz melihat Li a yi pulang, dan tampangnya langsung bingung melihat ada orang asing di warungnya. Amelz mendapat inspirasi.
Amelz: “A yi, bisakah aku izin pulang cepat hari ini? Aku bertemu dengan cwe nyasar ini, dan aku mau mengantarnya pulang.”
Li a yi: “Oh, tentu, Amelz.”
Ri Na: “Anyonghaseyo.” ^^
Li a yi: “Dia orang Korea yah?”
Amelz: “Makanya, a yi. Aku pulang dulu yah.”
Li a yi: “Xiao xin o~” ^^
Sebenarnya Amelz agak malu mengajak Ri Na ke apartemennya yang kumuh, tapi Ri Na bersikeras ingin menunggu hingga jam 6 di rumah Amelz. Amelz berjalan kikuk mengajak Ri Na ke apartemennya.
Ri Na: “You’re amazing, Amelz. You already working in your young age.”
Amelz: “Amazing? Hahah… it’s not like that. Well… I must working to help my family’s economic condition. You’ll never know…”
Ri Na: “I know. my father was working hard too. Now, he’s still busy, but it just because his crazy job.”
Amelz: “What kind of job he does?”
Ri Na: “Artists’ manager.”
Amelz: “Cool!” ^^
Ri Na: ^^
Keduanya memasuki apartemen Amelz. Yang pertama Amelz jumpai adalah Calvin, yang duduk di ruang depan dan berkutat dengan komputernya.
Amelz: “Ge, wo hui lai le.”
Calvin mendongak dan kaget melihat ada orang lain bersama dengan Amelz.
Calvin: “Oh, Amelz.”
Amelz: “Ge, she is Lee Ri Na from Seoul. Ri Na, he is Calvin Chen, my brother. He’s older than onnie. So onnie should call him…”
Ri Na: “Oppa. Anyonghaseyo Calvin oppa, I’m Ri Na.” ^^
Calvin: “Hai, Ri Na. ehm… how can you come to Taipei? Amelz never told me that she has a foreigner friend.”
Amelz: “She’s misguided. She wants to stay in our home until 6 P.M, and then we’ll take her to her friends.”
Calvin: “Oh… no problem. I’ll take you there. Please sit down.”
Ri Na: “Xie xie oppa…” ^^
Amelz: “I’ll prepare a drink.”
Amelz ke dapur, sementara Ri Na duduk bersama Calvin.
Calvin: “Where do you want to go, Ri Na?”
Ri Na: “Center Heart Hotel.”
Calvin: “Hah? That’s so far from here.”
Ri Na: “So… oppa can’t take me back to that place?”
Calvin: “Don’t have to worry, I can take you back there.”
Ri Na memperhatikan Calvin yang tengah tekun di depan komputernya. Ri Na mengintip. Calvin sedang mengerjakan desain kaos.
Ri Na: “Oppa is a designer?”
Calvin: “Not really. I’m just a high school student. But I do an online job as a designer.”
Ri Na: “Oh yeah? I have a business in online shop, too and have a designer partner from Taipei.”
Calvin: *menoleh* “Really? What an accidental. Wait… what’s your shop’s name?”
Ri Na: “JunioR Online Shop.”
Calvin: “Hah?? Hei, Ri Na, it’s me, Double C.”
Ri Na: “Hah?? Double C is Calvin oppa? Omona… I’m really surprised!”
Amelz: *datang membawa minuman* “What you guys talking about?”
Calvin: “Amelz, Ri Na is ge ge’s online shop partner from Seoul.”
Amelz: “Hah?? Wow… you’re be paired!”
Ri Na: “What a nice meeting, heheeheh…”
Amelz memperhatikan Ri Na dan Calvin yang langsung mengobrol akrab. Dalam hatinya Amelz berpikir, Calvin udah pantas punya pacar. Dan punya kakak ipar seorang Korea juga gak masalah buat Amelz. Jam enam pun tiba. Chen Mama masih belum pulang dari membeli kebutuhan rumah di kota.
Calvin: “You better at home, Amelz. Ge ge want to accompany Ri Na to the hotel.”
Amelz: “Okey, be careful. Nice to meet you, Ri Na onnie.”
Ri Na: “Let’s keep in touch yah, Amelz.” ^^
Amelz memandangi sosok Calvin dan Ri Na yang pergi bersama. Cukup serasi.
***
No comments:
Post a Comment