Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Thursday, 22 March 2012

Another Vampire Story chapter 4 part 1

Another Vampire Story
Chapter 4 part 1

4

Hami berjalan mengelilingi DongMi Castle-nya. Hari sudah malam, dia ingin mengecek apakah ketiga putranya sudah tidur. Dia ke gedung barat di kompleks Castle-nya, disana Siwan dan Minwoo tinggal. Baru saja akan memasuki ruangan utama, dia mendengar suara music yang keras dari dalam kamar Siwan. Hami tersenyum dan melangkah mendekati kamar itu.

“Siwan, Minwoo…” panggil Hami sambil mengetuk pintu.

Minwoo-lah yang membuka pintu.

“Eomoni…” panggil Minwoo.
“Kalian tidurlah… ini sudah malam sekali.”
“Ne, eomoni. Hyung, aku pulang ke kamar dulu ya.”
“Jaljayo, Minwoo,” lambai Siwan pada Minwoo.
“Jaljayo, hyung, eomoni.”

Minwoo memeluk Hami sejenak sebelum berlari ringan ke kamarnya. Siwan mematikan DVD Player-nya dan Hami memasuki kamar putranya yang satu ini.

“Eomoni… kenapa belum tidur?”
“Eomoni ingin mengecek kalian dulu,” jawab Hami.
“Ah, eomoni… tenang saja, kami semua sudah dewasa, meski di dunia manusia masih terlalu muda. Eomoni juga cepatlah istirahat.”

Siwan melompat ke atas ranjangnya dan menutup tubuhnya dengan selimut. Hami membelai rambut anaknya. Siwan berubah banyak semenjak Minwoo lahir. Dulu Siwan bandel dan manja, tapi semenjak Minwoo lahir, dia menjadi lebih dewasa dan penurut.

“Jaljayo, eomoni…”
“Jaljayo, Siwan…”

Hami langsung beranjak ke gedung timur, Siwon tinggal sendirian disana. Setelah beberapa kali mengetuk pintu dan tidak mendapat jawaban, Hami masuk ke kamar Siwon dan mendapati putra sulungnya itu tertidur di atas meja.

“Siwon… apakah kau lelah? Eomoni khawatir padamu nak…” bisik Hami.

Perlahan, Hami membawa Siwon untuk berbaring di ranjang, dan Siwon tidak terusik sedikitpun dari tidurnya ketika dipindahkan. Setelah tugas memastikan anak-anaknya tidur selesai, Hami kembali ke kamarnya. Suaminya, Donghae, telah berbaring di ranjang.

“Oh, yeobo, akhirnya kau pulang,” sambut Donghae, “kenapa dengan wajahmu itu? Ada yang membuatmu khawatir?”
“Ah… oppa… aku hanya mengkhawatirkan Siwon.”
“Siwon? Memangnya ada apa dengan dia?”

Hami ikut berbaring di samping Donghae. Donghae dengan tangkas meletakkan lengan kanannya di bawah kepala Hami.

“Apa oppa tidak memperhatikan? Sepertinya Siwon… berusaha terlalu keras untuk jabatan Royal Prince itu.”
“Oh ya, aku sudah memperhatikan gerak-geriknya. Aku sudah pernah mengajaknya bicara soal ini, tapi… yah, dia memang ambisius, anak kita yang satu itu…”
“Dia bahkan agak kurang akrab dengan Siwan dan Minwoo…”
“Mereka… yah… agak berbeda aliran dengan Siwon. Kedua anak itu… lebih santai, lebih suka main-main.”
“Siwon butuh banyak bermain juga. Oppa, aku khawatir…” keluh Hami.
“Tenang, Hami, aku akan menyuruh Yoomi lebih memperhatikannya. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan… atau kau akan keriput nanti.”
“Oppa bohong. Oppa kan pernah bilang kalau sudah jadi vampire, orang tidak akan pernah bisa tua lagi? Lihatlah, aku selamanya 17 tahun gara-gara oppa. Apa aku tidak terlalu kelihatan seperti anak kecil?”
“Tentu tidak, Hami. Karena sebelum kau membeku, kau sudah melahirkan tiga anak.”
“Tidak masuk akal sekali bagi manusia untuk melahirkan di usia 9 tahun.”
“Tapi kau bisa.”
“Siapa lagi sebabnya kalau bukan gara-gara oppa.”
“Siapa suruh kau membuatku jatuh cinta padamu?”
“Berhenti merayu, oppa,” protes Hami, semburat merah muncul di pipi chubby-nya.
“Ani… aku akan selalu suka merayumu, yeobo…”
“Yaaaa~ oppa…”

***

Kangin memandangi Ryeowook yang latihan pedang dengan cemas. Hari Sabtu ini, sudah sepagian, Ryeowook menghabiskan waktunya untuk latihan, bahkan ajakan main dari Kibum ditolaknya. Peluh mengalir dari wajah tirus Ryeowook.

“Prince Ryeowook… Prince sebaiknya istirahat,” saran Kangin.
“Hyung, aku Cuma tidak ingin ketinggalan jauh dari Siwon. Lagipula, tidak ada siapapun yang bisa menduga kapan kita akan mendapatkan senjata. Aku harap, ketika aku dapat senjata, senjata apapun itu, setidaknya aku sudah terbiasa menggunakannya,” jelas Ryeowook panjang.
“Tapi kalau Prince terus memaksakan diri seperti ini, aku khawatir Prince bisa sakit.”
“Bukankah stamina vampire sangat baik?”
“Tapi tetap saja ada batasnya, Prince. Maukah Prince istirahat? Sepertinya ide Prince Kibum untuk pergi ke bioskop bisa membuat Prince rileks.”
“Baiklah, satu jam lagi saja ya.”

Kangin masih memperhatikan sosok Ryeowook yang tekun. Dalam hatinya, dia sedikit kasihan pada Ryeowook. Siwon yang bersaing ketat dengannya untuk posisi Royal Prince, selalu belajar jauh lebih cepat darinya, mau seberapa keraspun Ryeowook latihan. Jika Ryeowook tidak mendapatkan posisi itu… tidakkah dia akan sedih?

***

Ketika jam istirahat, Mugung turun ke lantai tiga, menuju kelas 2C. Dia berdiri di ambang pintu, mencari sosok Seuljin.

“Haaaah… dimana buku PR-ku? Matilah aku kalau tidak menemukan buku itu… apa aku sempat pulang dan kembali lagi dalam 20 menit? Aku pasti mati…” keluh Seuljin.

Tidak sulit bagi Mugung untuk menemukan sosok Seuljin yang sedang seperti cacing kepanasan itu. Seuljin membongkar isi tasnya ke atas mejanya dan tampangnya sama berantakannya dengan mejanya.

“Oi, Kim Seuljin…” panggil Mugung.
“Ya!!! Mugung, nanti ya, aku lagi sibuk nih…”
“Kau cari ini kan?”

Seuljin menoleh ke Mugung yang mengangkat setumpuk kertas.

“ITUUUUUUUU…”

Seuljin langsung berlari menghampiri Mugung, membuat seisi kelas memperhatikan gerak-geriknya yang heboh itu.

“Kenapa kau taruh tugasmu di atas mejaku? Kukira ini tugasku, jadi aku bereskan semuanya.”
“Kukira tugasku ketinggalan… kau taulah sendiri Han sonsaengnim sekejam apa… syukurlah ternyata terbawa olehmu…”
“Kau ya, lain kali aku akan periksa kalau ada kertas mencurigakan di atas mejaku, dan akan kutinggalkan saja kalau itu punyamu!”
“Mugung kejam!” jerit Seuljin.
“Sudahlah, aku mau kembali ke kelas dulu, lapar…”

Banyak anak yang kembali lagi ke aktivitas mereka setelah menyaksikan pertunjukan menghebohkan antara Mugung dan Seuljin tadi. Tapi mata Heechul masih terpaku di tempat tadi Mugung berdiri. Junyoung jadi ikut memperhatikan arah pandangan Heechul.

“Kenapa?” tanya Junyoung.
“Gadis yang tadi…” ujar Heechul.
“Sepertinya cukup akrab dengan Seuljin. Aku sering lihat mereka pulang bareng. Tanya saja pada Seuljin.”

Heechul berdiri dan menghampiri Seuljin yang sedang merapikan isi tasnya. Seuljin kaget melihat pria tampan ini mendekatinya.

“Heechul-sshi… a… ada apa?” tanya Seuljin gugup.
“Seuljin-sshi, boleh aku tanya sesuatu padamu? Gadis yang tadi itu… apakah sahabatmu?” Heechul balik bertanya.
“Oh, yang tadi… dia Mugung Hwa, iya, memang sahabatku, dia tinggal serumah denganku. Ada apa ya?”
“Ehm… di klub mana dia bergabung?”
“Belum ada kabar, tapi katanya sih dia akan gabung di klub olahraga. Heechul-sshi…”
“Hmm… gomapda, Seuljin-sshi. Sampaikan saja salamku padanya ya.”
“Oh… baiklah.”

Dalam hati, Seuljin merasa Mugung beruntung sekali, diberikan salam oleh seorang yang setampan Heechul, meskipun dalam hati… Seuljin merasa hyung-nya Heechul lebih tampan…

***

“KENA!!!” jerit Kangin kaget.

Saat ini Junyoung, Heechul, Kwanghee, Haru, Siwan, Minwoo dan Hyungshik sedang di lapangan, berlatih senjata. Hari ini mereka khusus berlatih panah.

“Whoa, Hyungshik, kau hebat sekali! Bagaimana kau selalu bisa menembak dengan tepat sih?” tanya Heechul penasaran.
“Ehm… hanya mengandalkan intuisi, hyung,” Hyungshik merendah.
“Tapi tidak hanya dalam menggunakan panah saja kau hebat. Pedang, tombak, rantai, sepertinya kau bisa menggunakan semua senjata,” rangkum Junyoung.
“Hahaha… hyung terlalu memuji.”
“Tapi kurasa Prince Junyoung benar, Prince Hyungshik, Prince berbakat alam. Alangkah baiknya kalau Prince adalah seorang calon Royal Prince,” ujar Kangin.
“Ah, tidak, Kangin, aku tidak pantas menjadi saingan mereka…”

Dari kejauhan, Hyera memperhatikan latihan para Prince. Hatinya sedih memikirkan Hyungshik dan kata-kata Kangin tadi… Hyungshik seharusnya menjadi calon Royal Prince, tapi… sekarang dia hanya menjadi bayang-bayang mereka saja…

***

“Akhirnya kau mau bergabung dengan klub sepakbola juga, Heechul dan Junyoung!” seru Kim sonsaengnim senang, menepuk bahu Heechul dan Junyoung, “sejak tahun lalu saem sudah berharap kalian mau bergabung!”
“Yah, sekarang aku baru… berminat pada klub ini, saem,” aku Heechul.
“Dengan kemampuanmu, kau akan menjadi kapten, Heechul.”
“Dan aku akan menjadi goalkeeper utama kan, saem?” tanya Junyoung, tersenyum manis.
“Tentu saja! Saem jadi lebih percaya diri pada klub ini setelah kalian bergabung!”
“Sudah seharusnya begitu, saem…”
“Eh, tapi Heechul, katamu tadi kau baru sekarang berminat pada klub ini… memangnya kenapa baru sekarang, tidak dari dulu?”
“Yang membuatku tertarik adalah manager baru kita,” jawab Heechul terus terang.
“Maksudmu… Mugung Hwa?”

Heechul hanya menjawab dengan senyuman. Saat itu, Mugung baru saja memasuki lapangan, membawa anggota klub sepakbola yang lainnya.

“Ya~ Mugung!”
“Mworago, saem?” tanya Mugung yang mendekati Kim sonsaengnim.
“Mereka mulai sekarang bergabung dengan kita. Heechul dan Junyoung dari kelas 2-C.”

Mugung memandangi wajah tersenyum Junyoung dan Heechul, tapi Mugung tidak membalas senyum mereka. Mugung hanya menundukkan kepalanya sedikit untuk menjaga kesopanan.

“Latihan bisa dimulai sekarang, saem?”
“Oh ya, tentu… ayo…”

Heechul memandangi sosok Mugung yang berjalan menuju tengah lapangan. Junyoung meletakkan tangannya di bahu Heechul.

“Dia… bukan gadis yang gampang ya?” tanya Junyoung, “dia tidak meleleh melihat senyummu? Kau sudah tersenyum dengan setulus hati belum?”
“Aku akan menaklukkannya… lihat saja nanti,” janji Heechul.
“Hwaiting, brother!”

Heechul tersenyum dan menyusun strategi untuk menaklukkan gadis yang terlihat tidak tertarik padanya itu. Sebaliknya, Heechul merasa sangat tertarik pada Mugung…

No comments:

Post a Comment