The Secret of House
Part 2
Chun memuji, “Annie hebat ya…”
“Eh ponselku bunyi. Sebentar ya…”
Annie bergeser agak jauh dari tempat Chun dan Thia berdiri.
“May jie mana ya… aku harus pulang sebelum jam satu,” ujar Thia, “soalnya aku ada les vokal sama Jiro ge.”
“Hm? Hari ini Jiro ge ada mengajar les? Berarti hyung tidak bisa main kesana,” kata Chun.
“Memangnya Youngsaeng oppa suka main ke rumah May jie?”
“Iya. Jiro ge dan hyung sudah sahabatan sejak lama. Sayang oppa tidak bisa ikut di band D’Sky karena hyung udah disiapkan untuk bekerja di perusahaan appa.”
“Oh… begitu.”
Chun memandang Annie yang berjalan mendekati mereka, “lho Annie? Kenapa wajahmu begitu?”
Annie datang dengan wajah mendadak pucat.
“Nenekku sakit,” jawab Annie, “tadi tetangga yang telepon. Dia bilang barusan berkunjung ke rumahku, tapi dia melihat nenekku pingsan.”
“Wah… kau harus segera pulang, Annie.”
Sementara itu, May, Kyujong, Calvin, Youngsaeng dan Amelz berjalan bersama menuju tempat Chun, Thia dan Annie berdiri.
May menyapa semuanya, “hai… tidak menunggu lama, kan?”
“Ah… May jie dan…” ragu Thia.
“Oh ya, ini sepupuku… Kyujong oppa dan Calvin. Oppa, Calvin, ini Thia tetanggaku. Kalau Chun…”
Calvin menyela, “aku kenal. Sering ketemu Chun di gym.”
“Ya, itu benar,” setuju Chun, “ini Annie, teman sekelas kami. Annie, ini May jie, Amelz noona-ku, Youngsaeng hyungku, Calvin, dan Kyujong.”
Semuanya saling bersalaman.
“Eh Annie, bagaimana kalau aku temani kau pulang ke rumahmu?” tawar Thia.
May keheranan, “lho… kau kan ada les, Thia?”
“Ini jie, neneknya Annie tiba-tiba pingsan dan rumahnya ada di pinggir kota. Kasihan kan kalau Annie sendirian.”
“Di pinggir kota?” Tanya Kyujong, “hmm… lama kan kalau pulangnya naik bus?”
“Kira-kira empat puluh lima menit,” jawab Annie.
“Calvin, kau bisa pergi ke toko alat musiknya sendirian?”
Calvin balik bertanya, “hyung mau mengantar Annie ya? No problem.”
“Nah, beres. Annie, aku saja yang antar kau pulang.”
“Ah oppa… aku kan jadi tidak enak,” tolak Annie.
May tersenyum, “tidak usah khawatir. Sesama teman harus saling membantu, kan? Aku ikut menemani kalian… siapa tau aku bisa membantu.”
“Aku akan mengantar Thia pulang,” putus Youngsaeng sambil tersenyum, “bagaimana, Thia mau kan ikut kami?”
“Ah… mau…” setuju Thia sambil tersipu malu.
Amelz memutuskan, “kalian pulang duluan. Aku ikut May dan Kyujong oppa.”
“Oke, begitu saja,” setuju Chun, “yang sakit tidak bisa menunggu lama. Semoga nenekmu cepat sembuh, Annie.”
“Kabarin kami ya,” pinta Thia.
Annie setuju, “pasti. Thanks ya.”
***
MAY’S POV
Aku, Annie, Amelz dan Kyujong oppa masuk ke mobil Ferrari merah seri terbaru milik Kyujong oppa. Aku duduk di samping Kyujong oppa, sementara Amelz dan Annie duduk di kursi belakang.
“Annie kasih tau saja ya jalannya,” pinta Kyujong oppa.
Annie mengangguk, “iya oppa.”
Dengan kecepatan mobil Kyujong oppa, kami akhirnya sampai di rumah Annie dalam waktu dua puluh lima menit. Rumah Annie sangat sederhana, tapi lumayan luas juga untuk mereka yang hanya tinggal berdua. Rumahnya diapit rapat oleh dua rumah di sampingnya. Salah satu tetangga di rumah sebelah kiri Annie keluar.
“Shushu… nenekku bagaimana?”
“Kondisinya sudah stabil,” jawab sang tetangga yang umurnya sekitar setengah baya, “tadi dia sudah sadar dan kami antar untuk beristirahat. Kurasa kau harus membawanya cek ke dokter dalam waktu dekat, Annie.”
“Tapi selama ini nenek sehat koq, shu shu…”
“Ya, yang namanya orangtua, Annie…”
“Thanks ya shushu…”
Sang tetangga tersenyum dan masuk kembali ke rumahnya.
“Jie, onnie, oppa, silakan masuk… sorry ya rumahku kecil…”
“Yang dilihat dari sebuah rumah bukan luasnya Annie, tapi apakah rumah itu nyaman atau tidak,” kata Kyujong oppa.
Amelz mengangguk, “setuju sekali sama Kyujong oppa.”
Kami masuk ke rumah Annie yang ternyata sangat sejuk dan nyaman. Annie langsung masuk ke kamar neneknya yang ruangannya tepat di samping kanan ruang tamu.
“Aaaah!!!” kudengar Annie berteriak.
Aku keheranan, “kenapa, Annie?”
Belum selesai aku terkejut mendengar teriakan Annie, aku mendengar bunyi sosok tubuh terjatuh di belakang kami. Aku dan Amelz menoleh dan melihat Kyujong oppa jatuh pingsan di belakang Amelz.
“Oppa!” panggil Amelz, “oppa!”
Aneh… tidak ada bekas sesuatu yang membuat Kyujong oppa pingsan seperti itu.
“Amelz, kau coba geser oppa ke sofa. Aku melihat Annie dulu.”
Aku masuk ke kamar neneknya Annie dan saat itu juga mendekap mulutku. Ada sesuatu yang sangat aneh sedang terjadi. Nenek Annie sedang dibaringkan di ranjang, namun dari tubuhnya keluar cahaya pink. Berkas cahaya itu masuk ke cermin… seharusnya itu cermin di dinding bila dilihat dari bingkainya, tapi cermin itu berwarna hitam, bukan putih transparan seperti cermin pada umumnya. Amelz juga sudah bergabung dengan kami dan terkejut menyaksikan pemandangan di depannya. Kami melihat nenek gelisah meskipun matanya terpejam.
“Apapun itu… jangan ganggu dia!”
“Argh…” erang Kyujong oppa.
Kami menoleh dan melihat Kyujong oppa melayang dalam tidurnya, dia juga mengerang. Tubuhnya melewati kami begitu saja yang berdiri di depan pintu kamar, dan terkapar di ranjang juga, tepat di samping nenek Annie. Dari tubuhnya keluar cahaya pink yang juga diserap cermin hitam itu.
Amelz gelisah, “kita harus melakukan sesuatu!”
Amelz dengan beraninya maju dan dengan tangannya berusaha memutus berkas cahaya nenek dan Kyujong oppa ke cermin hitam. Saat itu pendar kemerahan muncul dari tubuh Amelz. Rasanya tidak mungkin berkas cahaya itu bisa putus, namun memang benar, berkas cahaya itu agak terputus dihalangi oleh tubuh dan tangan Amelz. Aku melihat sesuatu bayangan keluar dari cermin hitam. Bayangan putih transparan.
“Amelz, awas!” wantiku.
Saat itu aku hanya spontan, tapi entah mengapa ternyata aku melayang… aku melayang dan menarik Amelz pada lengannya dan sekarang aku melayang hanya beberapa senti di bawah langit-langit kamar.
Annie berteriak kaget, “May jie… jiejie terbang!”
“Dan kenapa kau bersinar kehijauan?” Tanya Amelz heran.
Aku gelisah, “jangan tanya aku! Kau sendiri bersinar kemerahan!”
Namun perhatian kami teralih saat melihat bayangan putih transparan itu sudah keluar sepenuhnya dari cermin hitam. Sesosok hantu perempuan berambut panjang berantakan. Wajahnya berlumuran darah.
“Siapa kalian ini?” Tanya si hantu dengan suara yang membuat bulu kuduk berdiri, “kemurnian hati kalian kuat sekali… ini akan membuat tuanku mendapat cukup kekuatan untuk bangkit kembali…”
“Apa pedulimu? Dan apa yang kau lakukan terhadap mereka!”
“Kemurnian hati… untuk tuanku… dan kalian juga… akan kuambil kemurnian hati kalian…”
“Enak saja, kau hantu busuk!” seru Amelz marah, “berputar… ayo… berputarlah kau di tempat… kau tidak melihat kami! Kau kembali… kembali ke tempat asalmu!”
Anehnya, si hantu benar-benar berputar di tempat dalam beberapa putaran dan seolah-olah berbalik ke cermin hitam. Namun saat sudah dekat ke cermin, dia kembali berbalik dan wajahnya tampak sangar.
“Kau! Kau bisa menghipnotis! Kau bukan orang biasa! Kau juga! Dan kau juga!”
Saat itu aku baru sadar Annie berpendar kecokelatan dan aku tau dia dalam bahaya. Aku menukik, dengan Amelz yang mencengkeram pinggangku, menarik Annie dengan lengan kiriku, dan kami kembali melayang. Si hantu juga melayang tak jauh di depan kami. Aku melihat nenek dan Kyujong oppa masih diserap cahayanya oleh cermin hitam. Tubuh mereka semakin pucat dan kurus… terlihat lemah. Aku punya firasat buruk kalau cerminnya tidak dipecahkan atau berkas cahaya itu tidak putus, mereka bisa…
“Jangan sakiti nenek dan Kyujong oppa! Cepat kembalikan mereka ke semula!”
Si Hantu hanya tertawa melengking…
“Menyebalkan… kau… hanya bisa menyakiti!” teriak Annie marah.
Annie memunculkan sesuatu dari udara kosong. Rupanya cermin lonjong kecil dengan bingkai dan pegangannya berwarna cokelat. Annie mengacungkan cermin itu ke wajah Hantu.
“Heaven’s Mirror!”
Si Hantu berteriak kencang sebelum diserap masuk ke dalam cermin yang dipegang Annie.
“Bagaimana… bisa???”
“May jie… kita harus turun… kita coba putuskan berkas cahayanya dengan cermin ini.”
Aku turun dan dengan aman meletakkan kedua temanku. Annie maju dan menyerap cahaya tubuh nenek dan Kyujong oppa dengan cermin di tangannya. Cahaya memantul dan kembali ke tubuh keduanya. Mereka sudah tidak pucat lagi… ternyata Annie berhasil.
“Wow Annie… kau hebat!”
“Aku tidak mengerti… aku Cuma merasa ini bakal berhasil…”
Aku merasa sangat heran, “dan kita ini jadi aneh… kita harus tau jawabannya…”
“Element Warriors… thanks…” terdengar suara seorang cewek.
Annie berteriak sambil mengacungkan cermin di tangannya, “aaargh… ini! Di cermin!”
Aku dan Amelz langsung mendekat ke Annie dan melihat ke cermin itu. Ada sesosok cewek cantik disana, wajahnya putih pucat, rambutnya yang hitam berkilau panjang menutupi sisi wajahnya. Luar biasa cantik.
“Siapa kau?” tanyaku, “bisakah kau menjelaskan semua ini pada kami?”
“Panggil aku Patrice. Memang aku disini untuk menjelaskan ini semua pada kalian,” jawab Patrice.
Kami semua diam untuk mendengarkan.
“May, the Wind Warrior; Amelz, the Fire Warrior; dan Annie, the Earth Warrior. Jangan kaget. Aku sudah lama memperhatikan kalian dan menunggu saat-saat ini. Kalian sudah akan sempurna sebagai Element Warriors. Kalian adalah manusia terpilih dari zaman ini untuk mencegah para iblis masuk dari dunianya kesini.”
“Kenapa harus kami yang terpilih?”
“Karena kalian punya kemurnian hati. Masih ada the Light Warrior dan the Water Warrior yang akan bergabung dengan kalian pada saat yang tepat. Sementara itu banyak orang juga terpilih untuk punya kekuatan yang berbeda dari manusia biasa. Mereka bisa membantu kalian, meskipun itu juga berbahaya bagi keselamatan mereka.”
Amelz bertanya, “ada pertanyaan. Aku tadi mendengar si hantu bilang tentang kemurnian hati. Kalau kami juga punya kemurnian hati yang lebih besar, berarti keselamatan kami juga terancam, kan?”
“Benar, Amelz. Tapi setidaknya kalian adalah Element Warriors… kalian tidak akan mudah dilukai, dan kalian akan punya banyak penolong nantinya.”
“Kenapa si iblis mau masuk ke dunia? Dan katamu tadi… para penolong kami bisa berada dalam bahaya?”
“Dia mau mencari pengikut. Dia mau memboikot surga. Para malaikat surga banyak jumlahnya, jadi jelas dia kekurangan pasukan. Iya… para penolong kalian dalam bahaya. Sebenarnya, semua orang sekarang dalam bahaya. Kebijaksanaan kalianlah akhirnya yang bekerja, apakah akan memanfaatkan kekuatan mereka, ataukah tidak.”
“Kekuatan kami tadi… apa itu Patrice?” Tanya Annie.
“Tepat, aku ingin jelaskan itu. Kalian punya kekuatan yang jauh lebih banyak dari itu. May, kekuatan yang telah kau dapatkan tadi adalah Fly. Kau bisa terbang, tapi ingat beban yang kau bawa tidak akan bisa lebih dari dua orang. Itu akan berbahaya. Amelz, kekuatanmu tadi adalah Hypnotize. Kekuatan itu nanti akan sangat berguna. Dan kau juga sangat kuat, karena itu kau harus mengendalikan emosimu, atau kau akan membuat segala yang ada di dekatmu terbakar. Dan Annie, kekuatan yang kau tunjukkan tadi adalah kapasitasmu sebagai Ghost Buster. Segala kekuatan yang dikeluarkan untuk menghancurkan para hantu tidak ada gunanya kalau tidak ada kau. Hanya Ghost Buster yang bisa memunahkan hantu kembali ke dunianya dan memutus Death Line yang menghubungkan kemurnian hati dengan cermin hitam.”
Aku mengangguk, “hmm… aku mengerti.”
“Ingat… kekuatan kalian akan muncul lebih banyak lagi… dan orang-orang terpilih itu juga akan datang. Untuk saat ini, bekerjalah dalam kerahasiaan. Jangan sampai ada yang tau siapa kalian ini sebenarnya, atau itu akan berbahaya untuk semua orang di sekitar kalian.”
“Patrice… kalau kami ingin minta bantuan, dimana kami bisa menemukanmu? Di cermin ini?”
“Mungkin aku akan sedikit sulit ditemui.”
“Kenapa?” Tanya Amelz, “apa yang terjadi denganmu? Kami bisa membantu?”
“Thanks, Amelz. Meskipun kalian sebenarnya tidak tau siapa aku… tapi kalian sudah akan membantu. Ini benar-benar kebahagiaan untukku…”
“Benar juga. Sebenarnya siapa kau?”
“Pada waktunya kalian akan mengerti siapa aku sebenarnya. Aku akan berusaha menemui kalian lagi secepatnya. Teruslah bersatu.”
Kami melihat bayangan Patrice semakin pudar di cermin.
“Sorry aku membuat Kyujong pingsan tadi… dia tidak boleh melihat wujud kalian yang sebenarnya…”
“Patrice… siapa saja yang harus kami jaga?” Tanya Annie, ini pertanyaan yang kurasa juga penting.
“Semua orang… yang berhati baik. Semakin baik dia… semakin murni hatinya. Itu yang akan menarik perhatian para hantu dan iblis… tetap bersama ya… sampai ketemu.”
Dan sekarang Patrice benar-benar hilang. Aku menoleh dan melihat kedua temanku sudah tidak berpendar aneh lagi.
Aku bertanya pada mereka, “apa pendar hijau di tubuhku juga sudah hilang?”
“Sudah, jie,” jawab Annie.
“Syukurlah…”
Kami mendengar Kyujong oppa bergumam, “hmm…”
“Wah… Kyujong oppa sudah bangun,” celetuk Amelz, “kita harus mengarang sesuatu tentang pingsannya dia deh. Serahkan padaku. Aku paling jago ngarang.”
Amelz berjalan mendekati Kyujong oppa, sementara Annie langsung mendekati neneknya yang juga perlahan mulai sadar. Aku berjalan menuju jendela, memikirkan apa yang baru saja terjadi. Hidupku sudah berubah. Aku bukan lagi May yang biasa. Aku punya tanggungjawab baru. Semua yang berhati baik… itu bisa saja Jiro ge, Rin, atau semua orang yang ada di sampingku… mungkin juga Youngsaeng oppa… atau Junki… Stella… Thia… Chun… aku tidak akan menyia-nyiakan kekuatan ini. Aku akan melindungi mereka dan mengakhiri perjuangan si iblis. Aku hanya tau… kalau iblis masuk ke dunia ini… akan jadi apa duniaku yang indah ini? Mudah-mudahan Amelz dan Annie juga menyadari tanggungjawab ini…
TO BE CONTINUE
saya kira ff ini crita nya tentang sepasang kekasih yg lagi di mabuk asmara..tp trnyata pas bc di bag ini br saya sadri trnyta bukan...hahahaha...abs nya ga saya prhtkan judulnya..langsung aj bc gtu hehe...t bgs jg crta nya...lanjut ya jie ^^
ReplyDeleteini tentang sihir2an XD
ReplyDeleteditunggu aja, ini ceritanya seru loh *promo*
saya jg msh inget part ini 8D
ReplyDeletecoba baca part slanjutnya yh, Jie.
saya udh komen jg yg ini dulu, apa mao saya kome ulang lg? hoho XD
btw ...
“Thanks ya shushu…”
[*] gaul bgd xD annie blg'a 'thanks' ke om2 (?) lol
-Stella ^^*
hahaha gaul om2nya XDD
ReplyDelete