Brand New It’s Magic
Chapter 8 part 9
Wajah Ryeowook pucat dan berkeringat dingin. Biasanya dia tak pernah merasa setakut ini. Kehilangan cincin dan diancampun tidak membuatnya setakut ini. Tapi dia luar biasa takut. Dia menoleh, dan Youngsaeng ada di sampingnya. Wajahnya juga pucat. Pertanda apa semua ini?
MC Cewek mengumumkan, ”babak Penyisihan Lomba English Debate akan dimulai hingga satu setengah jam ke depan, dan akan dibuka oleh perwakilan 1 fakultas Seni, melawan perwakilan 1 fakultas Bahasa.”
Sial. Hanya itu satu kata yang terngiang di dalam otak Ryeowook yang kosong. Pagi-pagi mereka harus langsung melawan wakil dari fakultas Bahasa, yang notabene harusnya menguasai lomba ini. Youngsaeng memandang hampa pada May, yang berdiri paling depan dari para penonton, sangat menonjol dan imut. May tersenyum memberi semangat padanya dan Ryeowook. MC Cewek menulis satu kata: ”Young Marriage” di papan, dan mempersilakan kedua kelompok memulai debat.
***
May tau Youngsaeng akan kesulitan... bahasa Inggris-nya parah. Ryeowook juga bilang sudah nyaris tak bisa ber-bahasa Inggris lagi semenjak berpisah dengan bangsa vampire mereka. May sampai ketakutan keduanya akan pingsan saking tegangnya. Dan mereka tidak bisa berucap satu katapun. Hyunjoong menepuk bahu May.
May berseru, ”gyaaaah!!!”
“Adoh May… ini aku,” sergah Hyunjoong.
“Kirain… oppa, harusnya oppa gantiin salah satu dari mereka.”
”Jangan-jangan. aku juga tidak bisa bahasa Inggris. Kenapa tidak suruh Jiro saja?”
”Hahah...”
May tertawa hampa. Dan mereka memang terbantai. Dengan point akhir 20-80. Ryeowook dan Youngsaeng menghampiri May dan Hyunjoong dengan tampang lesu.
Ryeowook mengeluh, ”padahal mau ngisengin Junki. Kalau menang kan suaranya bertambah lagi.”
”Jangan terlalu khawatir,” Hyunjoong menenangkan, “Junki melesat koq. Tadi pagi-pagi aku lihat jumlah suaranya 545 suara.”
”Tapi kan hari ini fakultas Budaya dan Sejarah giliran vote. Pasti wakil mereka menang tuh,” khawatir May.
”Percaya saja deh Junki punya banyak pendukung, bahkan dari fakultas lain.”
Youngsaeng mengingatkan, ”sekarang kau yang harus berjuang May.”
”Ah ya. Penyisihan lomba cepat tepat bisnis,” setuju May.
Hyunjoong, Ryeowook dan Youngsaeng menemani May naik ke lantai tiga, tempat lomba akan dimulai. Calvin dan Aaron sudah menunggu di depan ruang 321.
Aaron menyampaikan, ”aku sudah melihat pengumuman. Kita akan melawan perwakilan Sejarah & Budaya 3.”
”Met berjuang May,” Youngsaeng memberi semangat, “ingat kan sama semua yang oppa ajarkan?”
”Oppa sendiri lupa pada semua yang kuajarkan,” singgung May.
”Jangan ingatkan lagi.”
Calvin menarik tangan May, ”ayo ah... jangan takut, kan ada aku.”
Mereka menonton kelompok perwakilan Ekonomi 1 melawan Budaya & Sejarah 2. Lomba yang Cuma berlangsung 15 menit itu dimenangkan Ekonomi 1, tentu saja, dengan skor telak 80-20. Sekarang giliran May. May berdiri kikuk di tengah Aaron di kirinya dan Calvin di kanannya. May bersikeras Calvin yang jadi jubir, tapi Calvin memaksanya. Menurutnya, May adalah satu-satunya cewek dan akan lebih afdol kalau May yang menonjol dan jadi jubir. Perwakilan Sejarah & Budaya 3 sepertinya pintar-pintar, dari wajah mereka yang May teliti. May jadi ketakutan sendiri.
***
Hyunjoong tertawa geli melihat May panik waktu dibisikkan jawaban oleh Aaron. Saking lambatnya May, kadang malah Calvin yang menjawab. Tapi performa mereka lumayan. Sudah 70-10 point.
”Koq hyung tertawa gitu?” tanya Ryeowook.
Hyunjoong menjawab, “tampang ketakutan May lucu iih, pengen kucubit.”
”Tidak boleh... tidak boleh...” tolak Youngsaeng.
Kyujong menghardik, ”hei kalian bertiga. Ninggalin aku ya...”
”Halo Kyujong hyung,” sapa Ryeowook, “lihat tuh mereka lagi lomba.”
”Aku tau. Kalian itu sibuk ngobrol saja, May sudah menang tuh.”
Mereka semua melihat ke depan, dan ternyata May, dkk sudah menang dengan 80-20 point.
”Wow... hebat. Mereka melaju ke semifinal,” seru Hyunjoong.
***
May tidak percaya dia sudah menang.
Ryeowook menepuk bahu May, ”May, koq bingung?”
“Tak nyangka saja sudah menang,” ujar May, “semua berkat Calvin.”
”Tapi lawan kita nanti tim Ekonomi 1 yang hebat tadi pagi itu loh,” wanti Aaron.
Hyunjoong menenangkan, ”tak perlu terlalu khawatir. Kan itu besok.”
”Lapar. Ke kantin yuk,” ajak Calvin.
Youngsaeng memberikan lirikan berarti pada May, Hyunjoong dan Ryeowook. Kyujong mengerti.
Kyujong mengajak, ”yuk Aaron, Calvin, aku juga mau ke kantin...”
Dengan gampang, Kyujong menyeret Aaron dan Calvin pergi dengannya. Sedangkan May berkerumun dengan tiga cowok cakep.
”Kemarin sudah ada yang menyerang,” lapor Youngsaeng, “Rin dan Clara yang berjuang.”
”Hah? Dua cewek kurang pengalaman itu?” Tanya Ryeowook.
”Ya. Aku membawa mereka terbang biar lebih gampang menyerang. Btw ada empat hantu sekaligus loh yang menyerang.”
May berkata, ”berarti ancaman mereka bukan main-main. ayo kita patroli.”
”Yuk ayo,” ajak Hyunjoong.
Ternyata jalan-jalan dengan cowok-cowok itu bukan ide yang bagus untuk May. May jadi pusat perhatian deh... Dan May kaget karena Youngsaeng menggandengnya.
Youngsaeng berujar, ”biar May tidak dikirain pacaran sama Hyunjoong.”
”Mana mungkin lah Youngsaeng. Kau ini...”
”Eh oppa... Amelz nyanyi kan siang ini?” Tanya May, “apa dia bakal baik-baik saja?”
”Mudah-mudahan ya. Dia sudah lumayan koq. Sebenernya dia marah-marah dan sebel gara-gara diajarin oppa dan Chun kemarin-kemarin. asal dia jangan demem panggung oke saja sih,” jawab Youngsaeng.
Ryeowook meledek, ”ternyata Fire Warrior punya kelemahan juga ya.”
”AAAaaaaaaaah!!!” seru seorang cewek.
Youngsaeng menunjuk, ”disana!”
Mereka berlari ke arah aula dimana lomba nyanyi akan dilangsungkan siang ini. Disitu berkumpul serombongan orang. Mereka mendongak ke...
”Oppa, hantu-hantu itu mencekik mereka di udara!” tunjuk May.
Tentu saja semua orang ketakutan melihat tujuh murid terbang begitu saja... dicekik lima hantu.
Hyunjoong mengeluh, ”oh tidak... mereka banyak!”
Hyunjoong benar. Ada dua tengkorak di bawah hantu-hantu itu. Dan ada satu sosok hidup.
Youngsaeng bertanya, ”apa itu vampire?”
”Kita harus menyamar untuk beraksi,” perintah Hyunjoong, “cepat!”
May dan Youngsaeng digandeng Hyunjoong dan ada sensasi aneh seakan bagian-bagian tubuhnya lepas, May pusing, seakan tak berpijak...
”May...”
May membuka mata. Dia tidak tau dimana dia berada sekarang.
”Di ruang drama. Hyunjoong hyung memakai Teleport. Ayo, kita harus menyamar,” ajak Ryeowook.
May segera mengambil topeng dan Youngsaneg memakaikan jubah hitam untuknya.
”Sekarang kita semua seperti vampire.”
May mengangguk, ”he-eh. Aku mau terbang saja kesana. Tidak mau Teleport. Itu membuatku pusing.”
May terbang keluar ruangan bersama Youngsaeng, sementara Hyunjoong dan Ryeowook melompat lincah di belakang mereka. Ternyata sudah tidak ada rombongan berkerumun lagi di dekat aula. Yang ada adalah semuanya kabur karena vampire itu berusaha membunuh manusia dengan pedang. May marah.
”Dragon Bow!”
Youngsaeng terbang dan menyelamatkan orang-orang yang dikejar tengkorak. May berencana menembaki semuanya dari atas. Hyunjoong mengejar si vampire.
”Siapa kau?” Hyunjoong muncul tiba-tiba di belakang vampire.
Vampire itu tergagap, ”kau... kau...”
”Agrafyena. Kau bekerjasama dengan Pangeran Iblis ya? Kau harus mati disini!”
”Aku Yevpraksiya. Kau berani menyerang Royale Family, rakyat jelata?”
”Kalian sudah keluar dari sarang rupanya. Double Sword!!”
Hyunjoong bertarung dengan si vampire, sementara May sudah menaklukkan para hantu dan mengecek mahasiswa yang disandera tadi. Untung mereka baik-baik saja.
”Tengkoraknya sudah beres,” Ryeowook menunjuk tumpukan tulang dengan Elder Sword.
Youngsaeng mengacungkan jempol, ”siip. Aku akan jemput Annie kalau gitu. Kita selalu butuh Ghost Buster ya.”
Hyunjoong mengarahkan Double Sword ke leher si vampire.
”Dimana keluarga Yaroslava dikurung?” Tanya Hyunjoong, “katakan!”
”Aku tak tau! Keluarga Miroslav yang mengurung mereka!” jawab Yevpraksiya.
”Kau kuampuni kali ini. Tapi kalau aku melihat satupun Yevpraksiya masuk lagi ke dunia manusia, jangan harap aku berbaik hati lagi. Pergi!”
Si vampire lari tunggang langgang.
”Itu salah satu Yevpraksiya. Yunhwa pasti kaget kalau dia tau Yevpraksiya juga sudah merajalela di dunia manusia.”
Ryeowook berkata, ”Vani juga belum pulang dan ngasih kita kabar.”
”Mungkin dia lagi bertemu appa dan omma.”
”Hei, aku datang!” teriak Annie ceria.
May menoleh dan melihat Annie, yang sudah menyamar, terbang digendong Youngsaeng. Youngsaeng menurunkan Annie di dekat tumpukan hantu, dimana Annie beraksi dengan Heaven’s Mirror seperti biasa. Dan para mahasiswa yang menonton mengelu-elukan mereka.
Ryeowook berkata, ”tau tidak? Sekarang waktunya menghilang!”
Dan Hyunjoong sekali lagi mengajak May menembus ruang dan waktu dengan Teleport. Kembali ke ruang drama.
”Mereka makin lama makin banyak...” keluh Hyunjoong, “berarti bisa jadi mereka berkeliaran tidak hanya di sekolah kita, tapi juga di tempat lain.”
”Aku akan pergi patroli keluar. Serahkan semuanya pada Elder Sword dan aku,” putus Ryeowook.
”Tapi gimana kalau musuhnya banyak?”
”Aku akan Teleport kembali ke kalian dan mengajak kalian. Gampang kan?”
Annie mewanti, ”hati-hati Ryeowook oppa.”
”Ayo ke aula,” ajah May, “jangan-jangan Amelz kebingungan mencari kita!”
Mereka berlarian menuruni tangga dari ruang drama di gedung satu menuju aula yang lumayan jauh.
”Itu tadi kalian kah? Yang membereskan hantu-hantu itu?” Tanya Amelz.
Youngsaeng menjawab, ”tentu. Kau pikir siapa lagi?”
”Kalian tak mengajakku...”
”Kau sebaiknya konsentrasi memenangkan lomba saja,” hardik Hyunjoong, “biar Junki bener-bener jadi ketua dewan mahasiswa.”
”Junki sudah dapat 620 suara. Di bawahnya Nadine dari Budaya, 179 suara. Jauh kan?” bangga Amelz.
”Cuma gara-gara 90% anak Drama dan Vocal yang vote Junki saja segitu besarnya selisih suaranya ya?”
Annie berucap, ”aku berani bertaruh Junki oppa menang. Kalau tidak aku traktir semua orang.”
”Pasti, Annie,” yakin Amelz, “lihat deh... aku akan berjuang!”
Tapi wajah Amelz berubah begitu dia masuk ke aula. Aula luar biasa penuh, semuanya berdiri seperti mau nonton konser. Soalnya anak2 high school sudah bubar juga, mereka juga mau nonton lomba nyanyinya. Amelz jadi pucat.
”Semangat.”
”Aku tidak bisa. Aku pasti tidak bisa.”
Youngsaeng mengeluh, ”harusnya Amelz dihipnotis saja.”
Amelz didorong Hyunjoong pergi ke belakang panggung, sementara mereka mencari tempat asyik untuk menonton. Amelz peserta no.3. Dua peserta yang sudah naik panggung semuanya menyanyi dengan bagus. Dan giliran Amelz tiba. Wajahnya sangat-sangat pucat.
”Apa Amelz bakal baik-baik ya?” May cemas.
Intro lagu dimainkan.
Hyunjoong bertanya, ”BuHui FenLi-nya Michael Guang? Apa dia benar-benar bakal bisa nyanyi kalau gemetaran begitu?”
Youngsaeng tersenyum tegang. May tau Youngsaeng mengkhawatirkan Amelz juga. Tapi rupanya...
”Suara Amelz bagus tuh,” ujar Annie.
Annie benar. Amelz menyanyi tanpa gangguan, meski wajahnya pucat. May curiga jiwa Youngsaeng merasuk pada Amelz. Suara Amelz juga punya ciri khas yang beda, membuat lagu itu terasa spesial. Semuanya bertepuk tangan selesai Amelz membungkuk selesai nyanyi. Hanya dalam berapa detik, Amelz sudah ada disamping May dan menyandarkan badannya padanya.
Amelz mengeluh, ”lemas semua... kakiku... Youngsaeng oppa bohong. Menyanyi itu tidak enak.”
”Tapi Amelz nyanyinya bagus koq.”
”Nyanyi itu enak, Amelz,” koreksi Youngsaeng, “mungkin kau terlalu tegang saja. Ayo duduk, ini oppa siapkan kursi spesial.”
”Wow... ternyata lomba nyanyi sangat populer ya. Lihat penonton yang kumpul banyak,” ucap MC cewek.
MC Cowok mengiyakan, ”padahal tadi ada insiden aneh. Tapi semuanya tidak ada yang takut untuk kumpul disini lagi.”
”Soalnya ada tiga cowok dan dua cewek berkostum hitam yang menolong kan? Sepertinya mereka penumpas hantu begitu.”
Hyunjoong dan May bertukar pandang dan tertawa geli. Mereka disebut penumpas hantu. Dan para korban tidak ada yang trauma gara-gara kejadian tadi. Untung tidak ada korban jiwanya.
”Seperti yang kita ketahui bersama, babak penyisihan bagian kedua lomba nyanyi akan diadakan hari Kamis siang. Nah... karena itu, dari penyisihan bagian pertama ini akan dipilih enam dari 18 peserta yang sudah tampil, untuk bersiap melaju ke babak final hari Jumat siang. Nanti menyusul enam lagi yang akan dipilih dari babak penyisihan bagian kedua.”
”Semua peserta bernyanyi dengan baik. Apalagi yang dari konsentrasi Vocal. Tapi para juri telah menetapkan enam peserta yang berhak mendapat tiket menuju babak final. Mereka adalah... peserta nomor tiga, fakultas Seni konsentrasi Akting, Heo Raewoo... lalu...”
Amelz bertanya, ”apa? Aku?”
”Amelz cepat naik ke panggung!” Youngsaeng mengguncang tubuh Amelz, “kau lolos!”
May senang melihat Amelz yang kebingungan naik panggung, tapi sebenarnya dia memang menyanyi dengan bagus.
”Asyik, bisa-bisa Amelz menang nih kalau dia lebih pede lagi untuk di final nanti,” teriak May senang.
”Oppa dan Chun akan membuatnya siap. Hahah...”
Hyunjoong berkata, ”oh ya May, ehm... Yunhwa ingin bertemu denganmu. Apa kau mau menemuinya?”
May menoleh memandang Youngsaeng.
”Boleh saja May. Tapi hati-hati ya. Kalau ketemu musuh, langsung cari bantuan.”
“Aku akan mengantarnya dengan Teleport.”
”Aku lebih tenang kalau begitu.”
May baru sadar dia memang belum bertemu dengan Yunhwa semenjak Yunhwa sekarat malam itu.
Hyunjoong berujar, ”kalau kita Teleport langsung ke kamarnya dia bakal kaget. Oh ya, hati-hati ya dia bisa Reading Mind seperti Junsu, jadi jangan ngedumel dalam hati ya.”
Rupanya mereka sudah ada di halaman rumah Julie. May menekan bel dan bertanya-tanya... seberapa jauh pikiran orang bisa ’dibaca’? wajah tampan Kimbum muncul.
Kimbum menyapa, ”hai May. Apa Amelz menang lomba?”
”Iya. Dia belum mengabarimu?” Tanya May.
“Tidak terjadi sesuatu padanya kan? Aku mau ke kampus kalian tadi, tapi aku terjebak macet.”
Kimbum bertanya cemas.
”Kurasa dia Cuma terlalu lemas untuk ngomong saja. Jangan khawatir. Kau bisa ke rumahnya. Aah sayang Hyunjoong oppa sudah pergi. Kalau tidak kau bisa minta dia men-Teleport-mu ke rumah Amelz.”
”Ya sudah aku pergi saja. Kau mau menemani Yunhwa? Kupikir dia masih perlu dijaga. Dia ada di halaman belakang, sudah lebih sehat, tapi tetap dalam pengawasan. Harusnya Julie akan pulang tidak lama lagi.”
”Tentu. Kau pergilah.”
”Gomawo yo. Aku pergi sekarang.”
Kimbum mengambil kunci Peugeot dan pergi. May berjalan ke halaman belakang, Yunhwa duduk di kursi panjang di tengah taman bunga keluarga Kim yang selalu dirawat Julie. May senang Yunhwa sudah sehat.
Yunhwa menoleh, ”gomawo May. Aku yang lebih senang melihatmu mau menemuiku.”
”Ah eh... apa pikiranku terbaca?” Tanya May.
”Sangat jelas. Tapi kalau kau tidak nyaman aku pura-pura tidak dengar saja deh.”
”hahah...”
”Duduklah. Aku tak menggigit loh.”
May mengambil posisi duduk di samping Yunhwa. Yunhwa diam saja, jadi May melirik wajahnya dari samping. Dia manis. May merasa benar-benar tidak pernah melihat cowok semanis ini tentunya selain Youngsaeng. Yunhwa juga punya senyum yang bisa membuat semua orang suka padanya. Dan ada sesuatu... yang rasanya May lupakan. Rasanya ada lubang di hati May dan dia tidak mengerti apa maksudnya. Yunhwa menolehkan kepalanya.
”Kenapa semua orang bilang aku ini manis ya?”
May menoleh juga, memandang wajah Yunhwa. Akhirnya wajah May memerah.
”Saengie oppa... dia siapa, May?”
“Pacarku. Aah… dia juga Warriors’ Helper.”
“Aku bisa membaca wajahnya jelas-jelas pada binar matamu. Kau... benar-benar mencintainya ya?”
”Eh... ah… aku…”
“Kau tau? Rasanya ada sesuatu yang juga kulupakan. Dan rasanya bagian itulah yang mungkin juga membuatmu melupakan aku. Melupakan… ikatan… ahh sudahlah. Semua itu hanya cerita lama. Aku hanya datang terlambat, mungkin begitu.”
May jadi berpikir tentang ikatan yang dikatakan Yunhwa. Dia berpikir apa yang kira-kira dilupakan dia dan Yunhwa.
”Jangan pikirkan itu lagi. Apa kau tidak mau tau gimana aku bisa mengembalikan cincin Ryeowook?”
May mengiyakan, ”ah ya, benar.”
”Aku bertemu Vani di tengah jalan. Katanya dia ingin mengejar Rotislav, tapi dia tidak punya bayangan kemana Rotislav lari. Dan dia memberi kabar baik kalau King dan Queen masih hidup. Aku bilang aku yang akan kejar Rotislav, dan membiarkan Vani memulihkan ingatan King dan Queen.”
”Oppa langsung tau dimana Rotislav sembunyi? Dan kenapa ingatan King dan Queen perlu dipulihkan?”
”Tidak juga. Aku mencari tau jejaknya cukup lama. Akhirnya dia pulang juga ke kastilnya. Jengkel juga harus kesana. Bau darah manusia. Mungkin mereka baru habis pesta. Soal ingatan King dan Queen, mereka tak ingat posisi mereka sebagai vampire, soalnya ingatan mereka dimodifikasi jadi manusia.”
”Jadi selama ini mereka manusia? Dan apakah modifikasi itu mirip yang kalian lakukan pada Hyunjoong oppa?”
”Yap, sebelum ini King dan Queen manusia. Dan modifikasi itu memang mirip.”
”Jadi masih berapa banyak tugas yang harus kita lakukan?”
”Entahlah. Dalam perjalanan ke dunia manusia aku melihat hantu-hantu menghisap banyak kemurnian hati. Aku tidak bisa berbuat apa-apa,soalnya aku sekarat.”
”Apa? Dimana? Kenapa aku tidak tau?”
”Karena kalian yang jumlahnya Cuma segitu tak akan mungkin terus patroli kan? Jangan salahkan dirimu, May.”
”Tapi kalau Pangeran Iblis lepas dari segelnya...”
”Tinggal kurung dia lagi kan? Gampang kan?”
”Apa aku pernah melakukannya? Menyegelnya?”
”Tentu pernah. Waktu itu... ahh!!!”
May melihat Yunhwa memegangi kepalanya dan berteriak kesakitan.
May bertanya, ”oppa? Oppa kenapa???”
”Aku.... tak bisa mengingat itu... sulit rasanya...” jawab Yunhwa.
”Jangan paksakan dirimu, oppa.”
”Hhh...”
”Oppa? Kenapa nafasmu? Ya Tuhan... Yunhwa oppa...”
May panic menemukan Yunhwa yang sesak nafas, dan saat itu tidak ada Julie.
Julie berucap, ”ada May rupanya. Aku baru pulang May. Ahh lagi ngobrol sama Yunhwa oppa ya... apa yang terjadi? Oppa kenapa?”
”Cepat, Julie, cepat, lakukan heal! Aku tidak tau kenapa, tapi oppa sulit bernafas!”
Julie menghampiri May dan Yunhwa. May memeluk Yunhwa. May tak memikirkan apa-apa, dia hanya merasa panik. May tidak mau terjadi sesuatu padanya. May merasa ada kepingan hatinya yang hilang... dan May yakin Yunhwa bisa menjelaskan kemana perginya kepingan hatinya itu...
”Heal!”
Selama beberapa detik, cahaya hangat Julie merasuki tubuh Yunhwa dan dia sudah bisa bernafas dengan lega kembali. Tapi Yunhwa tertidur.
”Kita bawa oppa istirahat, May.”
Mereka berdua membawa Yunhwa dan membaringkannya di ranjang. May menyelimutinya, dan lega melihat wajahnya sudah tenang lagi.
May bertanya, ”loh Julie? Kenapa tanganmu merah?”
”Ahh tidak apa-apa koq May,” Julie menyembunyikan tangannya.
”Apanya yang tidak apa-apa? Jelas ada apa-apa!”
Tangan Julie memerah.
”Racun itu... apa merasuk ke tubuhmu Julie?”
“Aku… aku tidak tau May…”
Julie diam saja dan menunduk. Ada yang tidak beres.
”Apa benar yang Rin bilang? Kau dan Jiro ge bertengkar?”
”Kata-kata Jiro ge baik, harusnya aku menurutinya. Tapi May... aku tidak bisa membiarkan Yunhwa oppa terluka. Aku merasa... aku harus menyembuhkannya, apapun yang terjadi. Aku merasa... ada sesuatu...”
”Ada sesuatu yang hilang? Kenapa yang kita rasakan sama, Julie? Aku juga merasa begitu.”
”May... apa kau mengerti perasaanku?”
”Aku ngerti, Julie. Tapi Jiro ge...”
”Apa May akan memberi pengertian ini padanya?”
”Aku akan berusaha, Julie. Tapi...”
May memandang wajah Yunhwa yang sedang tertidur sekali lagi.
”Kita bukannya sedang jatuh cinta pada Yunhwa oppa kan, Julie?”
Dan mata Julie terbelalak lebar. May tau mereka dalam masalah besar. Ini jauh lebih rumit dari apa yang pernah mereka alami. Jauh lebih sulit dijelaskan...
***