Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Tuesday, 28 February 2012

(When Our Dreams Come True) The Unfulfilled Promises chapter 15 (end)


When Our Dreams Come True
The Unfulfilled Promises
Chapter 15

Kedelapan sahabat berkumpul di depan ruang operasi. Stella menangis, dan penghiburan teman2nya gak dihiraukan…

Mugung: “Jun Ki akan sembuh, Stella. Dia akan dioperasi dan sembuh. Dia gak akan meninggalkanmu.”
Stella: “Jun Ki… Jun Ki…” T.T
Aaron: “Berdoalah, Stella. Bilang kau yakin dia akan sembuh.”

Stella berdoa dalam hatinya. Kau udah janji gak akan meninggalkanku… kau bilang kau akan selalu bersamaku… kau akan sembuh. Kau akan baik2 ajah… seperti kita yang dulu, berkumpul dengan Mugung dan Aaron oppa… kau akan sembuh. Buka matamu, Jun Ki! Berjuanglah untuk aku! Aku gak akan memaafkanmu kalo kau gak memenuhi janjimu!! Pintu ruang operasi terbuka. Dokter keluar.

Sang Hee: “Dokter, Jun Ki…”

Dokter mengeleng-gelengkan kepalanya.

Dokter: “Kami udah berusaha. Tapi dia telah pergi. Dia tidak lagi bisa bertahan.”

Teriakan histeris terdengar, bahkan Eun Jin pingsan. Je Woo langsung menangis histeris, sementara Mugung menarik Stella masuk melihat Jun Ki. Itu dia Jun Ki, wajahnya telah ditutup selimut putih. Stella jatuh berlutut. Dia menangis sekencang-kencangnya.

Stella: “Jun Ki!! Kau pembohong! Aku benci padamu! Kenapa kau bohongi aku? Apa kau tau kau telah berjanji beberapa kali bahwa kau gak akan meninggalkanku? Tapi sekarang kau pergi dan meninggalkanku! Bagaimana aku bisa hidup tanpamu? Jun Ki!!!!!!”

***

EPILOG

Jun Ki dan Stella duduk di bianglala dan telah sampai di puncak tertinggi.

“Stella… kalo suatu hari… aku udah menemukan orangtuaku, akan kuajak kau bertemu dengan mereka.”
“Kau janji?”
“Ya.”
“Tapi kenapa kau mengajakku bertemu orangtuaku?”
“Karena Stella orang yang berharga untukku.”

Dear Stella Sweetie…

Stella, mianhae… aku gak bisa memenuhi janji2ku padamu. Aku telah sakit. Aku gak bisa memberitaumu karena aku gak ingin melihatmu bersedih. Jika pada akhirnya aku benar2 harus pergi… aku berharap kau mengantarku dengan senyuman. Aku sungguh bersyukur aku gak akan melihatmu menangis… terima kasih, aku mengingat wajah2mu saat kau tersenyum… kau harus menemukan seseorang yang bisa menemanimu, menggantikan aku… sekali lagi Stella… saranghaeyo… mianhaeyo…

Love, Jun Ki

Bersama dengan surat itu, ada gulungan lukisan. Lukisan berwarna. Sosok Stella kecil dari samping, tengah berdiri di dekat jendela… dan di sampingnya ada sosok dewasa Stella, sosok yang tadinya hanya dibayangkan Jun Ki sebelum Jun Ki bertemu dengannya, namun ternyata benar2 mirip dengan Stella yang sekarang, tengah tersenyum dilatari padang rumput yang hijau dan pohon cemara yang tinggi. Lukisan indah itu… sekarang menjadi kenangan akan Lee Jun Ki…

THE END

No Other The Story chapter 20


No Other The Story
Chapter 20

SIWON’S DIARY
CHAPTER 20
ANGELA
SUB-DIARY: SHINDONG’S

                Akhirnya ribut-ribut dan perdebatan untuk membuka perusahaan baru cabang Bangkok selesai juga. Sekarang masalahnya tinggal persiapannya. Mungkin aku harus lembur selama beberapa waktu. Tapi yang pasti, aku merasa hidupku sekarang juga cukup tenang. Ada gunanya aku ikut menyumbang hadiah pindahan untuk Yifang dan lainnya waktu itu, kalau tidak Hae atau Wookie pasti menggerecokiku. Sebenarnya yang tepat itu, hadiah pindahan untuk Meifen yang tinggi hati itu. Sudahlah, dengan begini hidupku tenang. Aku melirik keluar jendela, sebentar lagi musim dingin datang. Walau aku tidak terlalu suka bekerja lembur di musim dingin, tapi apa boleh buat, aku hanya berharap perusahaan cabang itu bisa dibuka secepatnya. Keadaan pasar saat ini sangat baik, sayang kalau moment ini terlewatkan begitu saja.

                “Itu Choi Siwon…”
                “Iya, lihat betapa tampannya dia…”
                “Dia sempurna sekali. Aku ingin jadi pacarnya…”

                Cih! Inilah bencinya kalau aku ke kampus lagi. Syukurlah aku sudah tahun terakhir disini, akhir tahun ini aku sudah bisa menyusun laporan dan akhirnya keluar dari suasana kampungan begini. Heran deh, ini kampus untuk anak-anak elit, tapi tetap saja mereka kampungan. Tiba-tiba aku merasa ada yang merangkulku.

                “Anyong, Siwonnie.”

                Aku menoleh dan melihat sahabat artisku, Lee Sungmin. Dia seperti biasa terlihat manis, hari ini juga pakai jaket tebal berwarna pink.

                “Hei. Sudah pulang rupanya?” tanyaku, melihatnya tersenyum.
                “Ne. kemarin baru saja pulang. Tentunya kau dengar kalau konser kami sukses?” dia balik bertanya.
                “Tentu saja. Kalian sekarang nomor satu di Korea, dan aku bangga berteman dengan kalian.”
                “Hahaha… dipuji olehmu rasanya berbeda dari dipuji media deh. Sibuk apa belakangan ini?”
                “Kami berencana membuka pabrik fashion cabang Bangkok, jadi aku mau mulai buat perencanaan dan segala macamnya. Bulan depan harus selesai pokoknya.”
                “Wuah Mr. Perfeksionis… hati-hati kau capek ya. Tapi aku heran deh kenapa masih kau juga yang kerjakan semuanya, bukannya kau punya banyak asisten dan bawahan?”
                “Hei… itu dia anak semester satu itu…”
                “Ah, aku kenal mereka! Manshi dan si May kan? Aku satu fakultas sama mereka.”
                “Kalau yang itu Meifen. Dia modis sekali yah.”
                “Kalau Manshi penampilannya uniq. Dia gampang sekali dikenali. Lagipula dia tidak sombong dan humoris yah orangnya.”

                Pandanganku dan Sungminnie beralih pada rombongan mahasiswa-mahasiswi yang sepertinya lebih muda dariku, lagi berbisik dan menunjuk-nunjuk empat orang gadis yang kukenal, malah salah satunya yang biasanya membuatku naik darah. Eh, malah si gadis itu yang menoleh dan melihat keberadaanku. Cih! Eh eh… malah kesini lagi? Mau ngapain dia? Cari masalah, eh?

                “Sungmin oppa. Akhirnya kalian sudah pulang,” sapanya pada Sungminnie.
                “Meifen. Mianhae kami belum sempat ke apartemen kalian kemarin. Begitu pulang kami sudah terlalu capek untuk bergerak,” kata Sungminnie, seperti biasa manis pada gadis.
                “Ini… oppa bisa memperdengarkan padaku bagaimana memainkan lagu ini?”

                Si Meifen itu mengeluarkan buku piano dari tasnya dan memperlihatkannya pada Sungminnie. Setelah melihat sejenak, Sungminnie mengembalikannya padanya.

                “Oh, aku tau itu. Gampang koq. Bagaimana kalau nanti malam setelah kau pulang kerja kau memanggilku? Nanti aku ke apartemen kalian dan memperdengarkan padamu.”
                “Ne, oppa. Sampai jumpa nanti malam kalau begitu.”

                Si Meifen itu berjalan menjauh menuju gedung-gedung fakultas, teman-temannya sudah pergi. Tapi tadi dia… TIDAK MENGANGGAPKU ADA!

                “Kenapa sih mereka bisa popular begitu? Tadi aku dengar anak-anak yang menggosipi mereka.”
                “Ah, itu, Siwonnie… kalau Manshi dia terkenal karena dia gaya berpakaiannya modis dan make over specialist terkenal, kan? Kalau si Yifang, dia kan salah satu announcer favorit di radio bersama si Hyuk,” jelas Sungminnie, “kalau Meifen terkenal karena dia modis dan cantik. Belakangan di resto banyak yang menggerecoki dia lho.”
                “Cewek seperti itu dibilang cantik? Mereka tidak ada mata kah?”

                Sungminnie tertawa, kikikan yang sangat khas.

                “Menurutku juga dia cantik koq. Kurasa normal saja kalau orang-orang berpikiran begitu.”
                “Kalau Manshi sih memang uniq, dan Yifang okelah memang dia berbakat sebagai penyiar. Kalau si Meifen itu… aigo… aish… malaslah aku memikirkannya.”

                Kami berjalan menuju gedung-gedung fakultas. Kebetulan aku akan berjalan searah dengan Sungminnie, karena gedung fakultas bisnis dan management bersebelahan dengan gedung fakultas piano.

                “Lucu juga sih memikirkan kau ribut terus dengan Meifen, kan kau yang membelikan isi kamarnya. Isi kamarnya paling mewah dibandingkan yang lain.”
                “Ya~ ya~ itu kan gara-gara Hae menggerecokiku dan memaksaku. Dia juga tidak bilang harus memberi berapa supaya dia bisa membelikan barang-barangnya. Mungkin aku kasih terlalu banyak?” tanyaku terdengar bodoh.
                “Memang terlalu banyak.”
                “Aish… ngomong-ngomong dia tidak mengucapkan terima kasih atau apalah padaku karena sudah kusumbangkan uangku segitu banyak…”
                “Kurasa dia tidak tau kau yang memberi uangnya?”
                “Aish… dasar si Hae sial. Dia tidak bicara toh.”
                “Kalaupun Hae kasih tau, kau mau menerima ucapan terima kasih Meifen? Bukannya kau tidak suka padanya?”

                Kami sudah sampai di persimpangan jalan yang memisahkan gedung fakultas kami.

                “Tidak mau juga sih.”
                “Ya sudahlah kalau begitu. Dasar kau, Siwonnie, bisa juga aneh.”
                “Mana Wookie? Dia tidak kuliah hari ini?” tanyaku, tak melihat Wookie dimanapun.
                “Dia sudah pergi duluan pagi-pagi sekali, habis menghampiri apartemen Yifang untuk memasak. Kau kapan-kapan mampirlah ke apartemen mereka, jauh lebih rapi dari apartemen kami.”
                “Kapan-kapanlah. Oke, met kuliah, Sungminnie.”
                “Ne, nado.”

                Aku memasuki gedung fakultasku dan mulai mendengar bisik-bisik norak lagi. Sudahlah, tahan saja. Toh tidak lama lagi aku akan keluar dari kampus ini. Tapi yang terbayang di otakku malahan wajah si Meifen dan ucapan Sungminnie. Amit-amit… apa bagusnya gadis seperti itu? Kerjaannya toh Cuma pelayan, tidak keren.

                “Masuk.”

                Ketukan di pintu kantorku berhenti, dan sekretarisku masuk membawa setumpuk kertas dan map.

                “Tuan Choi, ini data yang baru saja kami dapatkan dari internet tentang perusahaan saingan kita. Menurut keterangan, mereka juga akan membuka cabang perusahaan fashion di Bangkok dalam waktu dekat,” jelas sekretarisku, “detail selengkapnya ada dalam berkas ini.”
                “Ne. letakkan saja.”
                “Saya permisi, Tuan Choi.”

                Aku masih bersikap tenang sampai aku pastikan dia sudah keluar ruangan. Aku menyambar berkas itu dengan mata terbelalak. Andwae… aku tidak boleh kalah cepat dengan mereka. Sepertinya yang punya insting bagus kalau pasar Bangkok sedang bagus bukan hanya aku, tapi juga mereka. Aku tidak akan membiarkan perusahaan kami kalah, walau sekalipun, pada perusahaan caliber rendah seperti mereka.

                “Yoboseyo… Kyu ah~ sauna? Mianhae… aku tidak bisa ikut, aku ada kerjaan yang mendesak… semuanya ikut? Tapi aku tidak bisa… mungkin lain kali saja sesudah kerjaanku ini beres, aku akan mentraktir kalian pergi spa,” ucapku pada ponselku, “selamat bersenang-senang.”

                Aku mendesahkan nafasku. Kyu pasti kecewa. Katanya mereka berkumpul untuk pergi sauna bareng. Jujur aku sudah lama tidak berkumpul dengan mereka, yang terakhir ya pergi panjat gunung, tapi itupun hanya sebentar, lalu aku harus pulang kantor lagi karena ada rapat direksi. Aku merindukan masa-masa tiga tahun lalu. Waktu itu, aku belum menjadi direktur, hanya membantu appa sebagai asistennya; Henry masih belum ke Kanada; Hyuk, Heechul hyung, Kangin hyung, Leeteuk hyung dan Mimi belum kerja; juga KRYSD belum debut, kami sering main bersama dan makan di resto Hangeng hyung yang waktu itu masih diurus appanya. Ternyata… waktu berlalu begitu cepat, dan semua sudah punya kegiatan masing-masing. Yah, beginilah kami, harus bertambah dewasa… Aku harus selesaikan semua ini secepatnya. Demi masa depan perusahaanku, dan juga… setelah ini semua berakhir, aku bisa bermain dengan mereka dan tidak membuat mereka kecewa lagi. Padahal waktu KRYSD untuk berkumpul dengan yang lainnya sangat sedikit, tapi aku malah tidak bisa pergi dengan mereka sekarang. Tenanglah, chingudeul, aku tidak akan membuat kalian kecewa, aku akan berusaha… secepatnya… menjadi Choi Siwon yang kalian banggakan. Aish… inilah aku bencinya kalau bekerja menjelang musim dingin. Cuaca sejuk begini membuatku mengantuk dan gampang lelah. Aku tidak suka memakai pemanas ruangan kalau belum benar-benar musim dingin. Aku hanya mengandalkan kopi, dan sekarang aku lapar.

                “Tuan Choi, ada yang bisa kubantu? Anda kelihatan lelah,” ujar sekretarisku.

                Aku sedikit kaget karena dia sudah memasuki ruanganku. Mungkin tadi dia mengetuk pintu terlalu lama dan tidak kujawab, jadi dia khawatir. Aku sedikit lelah memang, mataku agak berbayang sekarang. Aku melirik arlojiku, jam 7 lewat 10 menit.

                `”Tidak ada lagi. Kau tidak perlu ikut lembur bersamaku, Erica. Pulanglah.”
                “Arasso. Tapi saya sudah siapkan kopi untuk Anda. Selamat bekerja, Tuan. Ingatlah untuk menjaga kesehatan Anda.”
                “Kamsahamnida.”

                Aku melihatnya pergi setelah meletakkan secangkir kopi yang langsung kuminum. Aku bisa bertahan lagi, setidaknya tubuhku terasa hangat dan segar kembali. Aku meraih ponselku dan menekan nomor yang sudah sangat kuhafal.

                “Yoboseyo, Hangeng hyung. Aku bisa pesan yang biasa? Sedang ramai? Tidak apa-apa, aku bisa menunggu. Sekarang aku di kantor, langsung saja antarkan ke dalam kantor pribadiku. Ne, gomawo hyung,” kataku pada Hangeng hyung melalui telepon.

                Aku perlu makan, karena energy terbesar tentu saja akan didapatkan dari makanan yang sehat dan enak buatan Hangeng hyung. Selama menunggu pesananku datang, aku harus melanjutkan pekerjaanku. Pokoknya perusahaan itu harus dibuka sebelum aku keduluan. Aku hanya memberi diriku sendiri waktu selama dua minggu, tidak lebih. Ayo, Choi Siwon, hwaiting!

                Ng… apa? Bagaimana aku bisa ketiduran? Aigo! Sudah jam 11 malam ini! Choi Siwon! Bagaimana kau bisa ceroboh begini?

                “Lho? Makanannya… masih panas? Apa Hangeng hyung baru mengantarkannya? Tapi bukannya tadi aku pesan jam 7 malam ya? Lalu sepoci kopi yang hangat ini… siapa yang buatkan? Erica sudah pulang kan?” aku jadi berbicara sendiri seperti orang bodoh.
               
Ketika aku masih kebingungan, aku merasakan jasku yang tadinya kugantung di tempat menggantung jas di ujung pintu sana terjatuh dari punggungku. Ada yang menyelimutiku. Tapi siapa…? Dan aku melihat sebuah kertas notes berwarna putih polos diselipkan di bawah paket makanan Hangeng hyung. Tulisan yang tidak kukenal.

Gomawo sudah membelikan perabotan kamarku. Hati-hati masuk angin.

                Peralatan kamar? Sekarang aku tau dia siapa. Si Meifen. Dan… dia memperhatikanku? Sejak kapan dia peduli padaku? Aku bergidik ketika merasakan ada angin yang berhembus mengenai leherku. Aku menoleh dan menemukan sebuah jendela yang terbuka. Aigo, kenapa aku bisa lupa menutup jendela? Aku ceroboh sekali. Dan si Meifen itu… sudahlah, lupakan saja. Teruskan bekerja… sambil makan dan minum kopi yang wangi ini…

                “Hei, Siwonnie. Akhirnya keluar juga dari sarangmu?”

                Aku tersenyum mendengar gurauan Hangeng hyung. Aku berhasil menyelesaikan semua perencanaannya tepat waktu, dua minggu. Akhirnya aku bisa dengan lega berkuliah dan mampir ke restonya lagi.

                “Ne. sudah terlalu lama bertelur disana,” jawabku mengikuti candaannya.
                “Semua perencanaannya sudah selesai?” tanyanya lagi.
                “Besok rapat dewan direksi. Kurasa perusahaan kami bisa mulai beroperasi minggu depan.”
                “Kau memang pekerja keras, Siwonnie ah~ hati-hati dengan kesehatanmu. Leeteuk hyung memang bilang kondisi tubuhmu sangat kuat, tapi kalau kau terus memaksanya bekerja, bisa-bisa kau dimarahi Leeteuk hyung,” Hangeng hyung mengingatkan.
                “Aku akan ingat itu, hyung. Gomawo.”
                “Resto ini juga tidak akan ada kalau bukan kau yang memodaliku.”

                Aku tertawa dan baru akan membalas ucapan Hangeng hyung ketika berpiring-piring makanan diletakkan dengan kasar di meja yang kami duduki. Aku mendongakkan kepalaku. Si Meifen, tampangnya tidak senang.

                “Kau kenapa sih? Lagi datang bulan ya?”
                “Apa pedulimu? Pokoknya aku malas melihat mukamu,” jawabnya ketus.

                Aku manyun, dan dia sudah pergi sebelum aku sempat mencecarnya.

                “Hahaha… hubungan kalian lucu sekali. Aku sangat suka melihatnya,” ucap Hangeng hyung sambil tertawa.
                “Entah dia ada dendam apa sih padaku. Dasar sial,” kutukku sambil manyun.

                Tapi Hangeng hyung malah tertawa. Sepertinya dia yang menulis surat malam itu sedang kerasukan setan atau apalah, tiba-tiba bilang terima kasih. Sekarang coba lihat, dia tidak ada etiket berterimakasih atau apalah. Dan aku tidak tau kenapa dia begitu membenciku. Dasar aneh. Selamanya juga aku tidak akan pikir kau cantik, tau!

나는 괜찮아져 그래왔어
I’ll be okay... I’ve always been like this
항상 뒤에만 있어도 이렇게 행복한데
Even being behind you, I’m still happy like this
눈물이 농담에도
Tears fall again, even at your jokes
차가운 얼굴로만 곁에 머물러야 하니까
Because i have to stay by your side with just a cold face

            Dear Diary,

            Aku pasti lagi jatuh cinta! Aku tidak menyangka ketika sejak pertama aku memperhatikannya, aku rupanya sudah tertarik padanya! Nasib… membuat kami bertemu lagi di kali berikutnya, dan bahkan kami bisa memiliki hubungan yang begini baik. Dia gadis yang tidak sama seperti gadis lain yang kutemui. Humoris, gampang diajak bicara, sangat mudah beradaptasi, bisa berteman dengan siapapun, uniq dan luar biasa kreatif! Kamipun sering keluar bersama, mencicipi makanan di banyak restoran, dan kami sering curhat seperti tidak ada halangan di antara kami, seperti sahabat.

            Itulah masalahnya, aku takut dia menganggapku sahabatnya. Aku tidak terlalu percaya diri. Kau kan tau, Diary, aku tidak setampan Leeteuk hyung atau Heechul hyung (kalau Siwonnie aku tidak perlu tulislah ya), makanya aku juga takut dia tidak punya perasaan yang sama denganku. Aku kan Cuma seorang guru menari, beda dengan dia yang punya bakat acting yang bagus dan berteman dengan teman-temanku yang jauh lebih tampan dari aku. Kenapa yah kalau aku jatuh cinta selalu begini? Apa aku juga selamanya tidak akan mengatakannya, sampai dia akhirnya jadian dengan orang lain, seperti yang selalu terjadi pada gadis-gadis yang kusukai, dan akhirnya aku hanya bisa gigit jari melihat mereka bahagia dengan orang lain. Bahagia dengan orang lain? Apa aku rela… kalau kali ini gadisnya itu dia?

Shindong (October)


Brand New It's Magic chapter 8 part 9

Brand New It’s Magic
Chapter 8 part 9

Wajah Ryeowook pucat dan berkeringat dingin. Biasanya dia tak pernah merasa setakut ini. Kehilangan cincin dan diancampun tidak membuatnya setakut ini. Tapi dia luar biasa takut. Dia menoleh, dan Youngsaeng ada di sampingnya. Wajahnya juga pucat. Pertanda apa semua ini?

MC Cewek mengumumkan,babak Penyisihan Lomba English Debate akan dimulai hingga satu setengah jam ke depan, dan akan dibuka oleh perwakilan 1 fakultas Seni, melawan perwakilan 1 fakultas Bahasa.

Sial. Hanya itu satu kata yang terngiang di dalam otak Ryeowook yang kosong. Pagi-pagi mereka harus langsung melawan wakil dari fakultas Bahasa, yang notabene harusnya menguasai lomba ini. Youngsaeng memandang hampa pada May, yang berdiri paling depan dari para penonton, sangat menonjol dan imut. May tersenyum memberi semangat padanya dan Ryeowook. MC Cewek menulis satu kata: ”Young Marriage” di papan, dan mempersilakan kedua kelompok memulai debat.

***

May tau Youngsaeng akan kesulitan... bahasa Inggris-nya parah. Ryeowook juga bilang sudah nyaris tak bisa ber-bahasa Inggris lagi semenjak berpisah dengan bangsa vampire mereka. May sampai ketakutan keduanya akan pingsan saking tegangnya. Dan mereka tidak bisa berucap satu katapun. Hyunjoong menepuk bahu May.

May berseru,gyaaaah!!!”
“Adoh May… ini aku, sergah Hyunjoong.
 “Kirain… oppa, harusnya oppa gantiin salah satu dari mereka.”
”Jangan-jangan. aku juga tidak bisa bahasa Inggris. Kenapa tidak suruh Jiro saja?”
”Hahah...”

May tertawa hampa. Dan mereka memang terbantai. Dengan point akhir 20-80. Ryeowook dan Youngsaeng menghampiri May dan Hyunjoong dengan tampang lesu.

Ryeowook mengeluh,padahal mau ngisengin Junki. Kalau menang kan suaranya bertambah lagi.”
”Jangan terlalu khawatir,” Hyunjoong menenangkan, Junki melesat koq. Tadi pagi-pagi aku lihat jumlah suaranya 545 suara.”
”Tapi kan hari ini fakultas Budaya dan Sejarah giliran vote. Pasti wakil mereka menang tuh, khawatir May.
”Percaya saja deh Junki punya banyak pendukung, bahkan dari fakultas lain.”
Youngsaeng mengingatkan,sekarang kau yang harus berjuang May.”
”Ah ya. Penyisihan lomba cepat tepat bisnis, setuju May.

Hyunjoong, Ryeowook dan Youngsaeng menemani May naik ke lantai tiga, tempat lomba akan dimulai. Calvin dan Aaron sudah menunggu di depan ruang 321.

Aaron menyampaikan,aku sudah melihat pengumuman. Kita akan melawan perwakilan Sejarah & Budaya 3.”
”Met berjuang May,” Youngsaeng memberi semangat, “ingat kan sama semua yang oppa ajarkan?”
”Oppa sendiri lupa pada semua yang kuajarkan, singgung May.
”Jangan ingatkan lagi.”
Calvin menarik tangan May,ayo ah... jangan takut, kan ada aku.”

Mereka menonton kelompok perwakilan Ekonomi 1 melawan Budaya & Sejarah 2. Lomba yang Cuma berlangsung 15 menit itu dimenangkan Ekonomi 1, tentu saja, dengan skor telak 80-20. Sekarang giliran May. May berdiri kikuk di tengah Aaron di kirinya dan Calvin di kanannya. May bersikeras Calvin yang jadi jubir, tapi Calvin memaksanya. Menurutnya, May adalah satu-satunya cewek dan akan lebih afdol kalau May yang menonjol dan jadi jubir. Perwakilan Sejarah & Budaya 3 sepertinya pintar-pintar, dari wajah mereka yang May teliti. May jadi ketakutan sendiri.

***

Hyunjoong tertawa geli melihat May panik waktu dibisikkan jawaban oleh Aaron. Saking lambatnya May, kadang malah Calvin yang menjawab. Tapi performa mereka lumayan. Sudah 70-10 point.

”Koq hyung tertawa gitu?” tanya Ryeowook.
Hyunjoong menjawab,tampang ketakutan May lucu iih, pengen kucubit.”
”Tidak boleh... tidak boleh...” tolak Youngsaeng.
Kyujong menghardik,hei kalian bertiga. Ninggalin aku ya...”
”Halo Kyujong hyung,” sapa Ryeowook, “lihat tuh mereka lagi lomba.”
”Aku tau. Kalian itu sibuk ngobrol saja, May sudah menang tuh.”

Mereka semua melihat ke depan, dan ternyata May, dkk sudah menang dengan 80-20 point.

”Wow... hebat. Mereka melaju ke semifinal, seru Hyunjoong.

***

May tidak percaya dia sudah menang.

Ryeowook menepuk bahu May, ”May, koq bingung?”
Tak nyangka saja sudah menang,” ujar May, “semua berkat Calvin.”
”Tapi lawan kita nanti tim Ekonomi 1 yang hebat tadi pagi itu loh, wanti Aaron.
Hyunjoong menenangkan,tak perlu terlalu khawatir. Kan itu besok.”
”Lapar. Ke kantin yuk, ajak Calvin.

Youngsaeng memberikan lirikan berarti pada May, Hyunjoong dan Ryeowook. Kyujong mengerti.

Kyujong mengajak,yuk Aaron, Calvin, aku juga mau ke kantin...”

Dengan gampang, Kyujong menyeret Aaron dan Calvin pergi dengannya. Sedangkan May berkerumun dengan tiga cowok cakep.

”Kemarin sudah ada yang menyerang,” lapor Youngsaeng, Rin dan Clara yang berjuang.”
”Hah? Dua cewek kurang pengalaman itu?” Tanya Ryeowook.
”Ya. Aku membawa mereka terbang biar lebih gampang menyerang. Btw ada empat hantu sekaligus loh yang menyerang.”
May berkata,berarti ancaman mereka bukan main-main. ayo kita patroli.”
”Yuk ayo, ajak Hyunjoong.

Ternyata jalan-jalan dengan cowok-cowok itu bukan ide yang bagus untuk May. May jadi pusat perhatian deh... Dan May kaget karena Youngsaeng menggandengnya.

Youngsaeng berujar,biar May tidak dikirain pacaran sama Hyunjoong.”
”Mana mungkin lah Youngsaeng. Kau ini...”
”Eh oppa... Amelz nyanyi kan siang ini?” Tanya May, “apa dia bakal baik-baik saja?”
”Mudah-mudahan ya. Dia sudah lumayan koq. Sebenernya dia marah-marah dan sebel gara-gara diajarin oppa dan Chun kemarin-kemarin. asal dia jangan demem panggung oke saja sih, jawab Youngsaeng.
Ryeowook meledek,ternyata Fire Warrior punya kelemahan juga ya.”
”AAAaaaaaaaah!!!” seru seorang cewek.
Youngsaeng menunjuk,disana!”

Mereka berlari ke arah aula dimana lomba nyanyi akan dilangsungkan siang ini. Disitu berkumpul serombongan orang. Mereka mendongak ke...

”Oppa, hantu-hantu itu mencekik mereka di udara!” tunjuk May.

Tentu saja semua orang ketakutan melihat tujuh murid terbang begitu saja... dicekik lima hantu.

Hyunjoong mengeluh,oh tidak... mereka banyak!”

Hyunjoong benar. Ada dua tengkorak di bawah hantu-hantu itu. Dan ada satu sosok hidup.

Youngsaeng bertanya,apa itu vampire?”
”Kita harus menyamar untuk beraksi,” perintah Hyunjoong, “cepat!”

May dan Youngsaeng digandeng Hyunjoong dan ada sensasi aneh seakan bagian-bagian tubuhnya lepas, May pusing, seakan tak berpijak...

”May...”

May membuka mata. Dia tidak tau dimana dia berada sekarang.

”Di ruang drama. Hyunjoong hyung memakai Teleport. Ayo, kita harus menyamar, ajak Ryeowook.

May segera mengambil topeng dan Youngsaneg memakaikan jubah hitam untuknya.

”Sekarang kita semua seperti vampire.”
May mengangguk,he-eh. Aku mau terbang saja kesana. Tidak mau Teleport. Itu membuatku pusing.”

May terbang keluar ruangan bersama Youngsaeng, sementara Hyunjoong dan Ryeowook melompat lincah di belakang mereka. Ternyata sudah tidak ada rombongan berkerumun lagi di dekat aula. Yang ada adalah semuanya kabur karena vampire itu berusaha membunuh manusia dengan pedang. May marah.

”Dragon Bow!”

Youngsaeng terbang dan menyelamatkan orang-orang yang dikejar tengkorak. May berencana menembaki semuanya dari atas. Hyunjoong mengejar si vampire.

”Siapa kau?” Hyunjoong muncul tiba-tiba di belakang vampire.
Vampire itu tergagap,kau... kau...”
”Agrafyena. Kau bekerjasama dengan Pangeran Iblis ya? Kau harus mati disini!”
”Aku Yevpraksiya. Kau berani menyerang Royale Family, rakyat jelata?”
”Kalian sudah keluar dari sarang rupanya. Double Sword!!”

Hyunjoong bertarung dengan si vampire, sementara May sudah menaklukkan para hantu dan mengecek mahasiswa yang disandera tadi. Untung mereka baik-baik saja.

”Tengkoraknya sudah beres,Ryeowook menunjuk tumpukan tulang dengan Elder Sword.
Youngsaeng mengacungkan jempol,siip. Aku akan jemput Annie kalau gitu. Kita selalu butuh Ghost Buster ya.”
Hyunjoong mengarahkan Double Sword ke leher si vampire.
”Dimana keluarga Yaroslava dikurung?” Tanya Hyunjoong, “katakan!”
”Aku tak tau! Keluarga Miroslav yang mengurung mereka!” jawab Yevpraksiya.
”Kau kuampuni kali ini. Tapi kalau aku melihat satupun Yevpraksiya masuk lagi ke dunia manusia, jangan harap aku berbaik hati lagi. Pergi!”

Si vampire lari tunggang langgang.

”Itu salah satu Yevpraksiya. Yunhwa pasti kaget kalau dia tau Yevpraksiya juga sudah merajalela di dunia manusia.”
Ryeowook berkata, ”Vani juga belum pulang dan ngasih kita kabar.”
”Mungkin dia lagi bertemu appa dan omma.”
”Hei, aku datang!” teriak Annie ceria.

May menoleh dan melihat Annie, yang sudah menyamar, terbang digendong Youngsaeng. Youngsaeng menurunkan Annie di dekat tumpukan hantu, dimana Annie beraksi dengan Heaven’s Mirror seperti biasa. Dan para mahasiswa yang menonton mengelu-elukan mereka.

Ryeowook berkata,tau tidak? Sekarang waktunya menghilang!”

Dan Hyunjoong sekali lagi mengajak May menembus ruang dan waktu dengan Teleport. Kembali ke ruang drama.

”Mereka makin lama makin banyak...” keluh Hyunjoong, berarti bisa jadi mereka berkeliaran tidak hanya di sekolah kita, tapi juga di tempat lain.”
”Aku akan pergi patroli keluar. Serahkan semuanya pada Elder Sword dan aku, putus Ryeowook.
”Tapi gimana kalau musuhnya banyak?”
”Aku akan Teleport kembali ke kalian dan mengajak kalian. Gampang kan?”
Annie mewanti,hati-hati Ryeowook oppa.”
”Ayo ke aula,” ajah May, “jangan-jangan Amelz kebingungan mencari kita!”

Mereka berlarian menuruni tangga dari ruang drama di gedung satu menuju aula yang lumayan jauh.

”Itu tadi kalian kah? Yang membereskan hantu-hantu itu?” Tanya Amelz.
Youngsaeng menjawab,tentu. Kau pikir siapa lagi?”
”Kalian tak mengajakku...”
”Kau sebaiknya konsentrasi memenangkan lomba saja,” hardik Hyunjoong, “biar Junki bener-bener jadi ketua dewan mahasiswa.”
”Junki sudah dapat 620 suara. Di bawahnya Nadine dari Budaya, 179 suara. Jauh kan?” bangga Amelz.
”Cuma gara-gara 90% anak Drama dan Vocal yang vote Junki saja segitu besarnya selisih suaranya ya?”
Annie berucap,aku berani bertaruh Junki oppa menang. Kalau tidak aku traktir semua orang.”
”Pasti, Annie,” yakin Amelz, “lihat deh... aku akan berjuang!”

Tapi wajah Amelz berubah begitu dia masuk ke aula. Aula luar biasa penuh, semuanya berdiri seperti mau nonton konser. Soalnya anak2 high school sudah bubar juga, mereka juga mau nonton lomba nyanyinya. Amelz jadi pucat.

”Semangat.”
”Aku tidak bisa. Aku pasti tidak bisa.”
Youngsaeng mengeluh, harusnya Amelz dihipnotis saja.”

Amelz didorong Hyunjoong pergi ke belakang panggung, sementara mereka mencari tempat asyik untuk menonton. Amelz peserta no.3. Dua peserta yang sudah naik panggung semuanya menyanyi dengan bagus. Dan giliran Amelz tiba. Wajahnya sangat-sangat pucat.

”Apa Amelz bakal baik-baik ya?” May cemas.

Intro lagu dimainkan.

Hyunjoong bertanya, ”BuHui FenLi-nya Michael Guang? Apa dia benar-benar bakal bisa nyanyi kalau gemetaran begitu?”

Youngsaeng tersenyum tegang. May tau Youngsaeng mengkhawatirkan Amelz juga. Tapi rupanya...

”Suara Amelz bagus tuh, ujar Annie.

Annie benar. Amelz menyanyi tanpa gangguan, meski wajahnya pucat. May curiga jiwa Youngsaeng merasuk pada Amelz. Suara Amelz juga punya ciri khas yang beda, membuat lagu itu terasa spesial. Semuanya bertepuk tangan selesai Amelz membungkuk selesai nyanyi. Hanya dalam berapa detik, Amelz sudah ada disamping May dan menyandarkan badannya padanya.

Amelz mengeluh,lemas semua... kakiku... Youngsaeng oppa bohong. Menyanyi itu tidak enak.”
”Tapi Amelz nyanyinya bagus koq.”
”Nyanyi itu enak, Amelz,” koreksi Youngsaeng, “mungkin kau terlalu tegang saja. Ayo duduk, ini oppa siapkan kursi spesial.”
”Wow... ternyata lomba nyanyi sangat populer ya. Lihat penonton yang kumpul banyak, ucap MC cewek.
MC Cowok mengiyakan,padahal tadi ada insiden aneh. Tapi semuanya tidak ada yang takut untuk kumpul disini lagi.”
”Soalnya ada tiga cowok dan dua cewek berkostum hitam yang menolong kan? Sepertinya mereka penumpas hantu begitu.”

Hyunjoong dan May bertukar pandang dan tertawa geli. Mereka disebut penumpas hantu. Dan para korban tidak ada yang trauma gara-gara kejadian tadi. Untung tidak ada korban jiwanya.

”Seperti yang kita ketahui bersama, babak penyisihan bagian kedua lomba nyanyi akan diadakan hari Kamis siang. Nah... karena itu, dari penyisihan bagian pertama ini akan dipilih enam dari 18 peserta yang sudah tampil, untuk bersiap melaju ke babak final hari Jumat siang. Nanti menyusul enam lagi yang akan dipilih dari babak penyisihan bagian kedua.”
”Semua peserta bernyanyi dengan baik. Apalagi yang dari konsentrasi Vocal. Tapi para juri telah menetapkan enam peserta yang berhak mendapat tiket menuju babak final. Mereka adalah... peserta nomor tiga, fakultas Seni konsentrasi Akting, Heo Raewoo... lalu...”
Amelz bertanya,apa? Aku?”
”Amelz cepat naik ke panggung!” Youngsaeng mengguncang tubuh Amelz, “kau lolos!”

May senang melihat Amelz yang kebingungan naik panggung, tapi sebenarnya dia memang menyanyi dengan bagus.

”Asyik, bisa-bisa Amelz menang nih kalau dia lebih pede lagi untuk di final nanti, teriak May senang.
”Oppa dan Chun akan membuatnya siap. Hahah...”
Hyunjoong berkata,oh ya May, ehm... Yunhwa ingin bertemu denganmu. Apa kau mau menemuinya?”

May menoleh memandang Youngsaeng.

”Boleh saja May. Tapi hati-hati ya. Kalau ketemu musuh, langsung cari bantuan.”
“Aku akan mengantarnya dengan Teleport.”
”Aku lebih tenang kalau begitu.”

May baru sadar dia memang belum bertemu dengan Yunhwa semenjak Yunhwa sekarat malam itu.

Hyunjoong berujar,kalau kita Teleport langsung ke kamarnya dia bakal kaget. Oh ya, hati-hati ya dia bisa Reading Mind seperti Junsu, jadi jangan ngedumel dalam hati ya.”
Rupanya mereka sudah ada di halaman rumah Julie. May menekan bel dan bertanya-tanya... seberapa jauh pikiran orang bisa ’dibaca’? wajah tampan Kimbum muncul.
Kimbum menyapa,hai May. Apa Amelz menang lomba?”
”Iya. Dia belum mengabarimu?” Tanya May.
Tidak terjadi sesuatu padanya kan? Aku mau ke kampus kalian tadi, tapi aku terjebak macet.”

Kimbum bertanya cemas.

”Kurasa dia Cuma terlalu lemas untuk ngomong saja. Jangan khawatir. Kau bisa ke rumahnya. Aah sayang Hyunjoong oppa sudah pergi. Kalau tidak kau bisa minta dia men-Teleport-mu ke rumah Amelz.”
”Ya sudah aku pergi saja. Kau mau menemani Yunhwa? Kupikir dia masih perlu dijaga. Dia ada di halaman belakang, sudah lebih sehat, tapi tetap dalam pengawasan. Harusnya Julie akan pulang tidak lama lagi.”
”Tentu. Kau pergilah.”
”Gomawo yo. Aku pergi sekarang.”

Kimbum mengambil kunci Peugeot dan pergi. May berjalan ke halaman belakang, Yunhwa duduk di kursi panjang di tengah taman bunga keluarga Kim yang selalu dirawat Julie. May senang Yunhwa sudah sehat.

Yunhwa menoleh,gomawo May. Aku yang lebih senang melihatmu mau menemuiku.”
”Ah eh... apa pikiranku terbaca?” Tanya May.
”Sangat jelas. Tapi kalau kau tidak nyaman aku pura-pura tidak dengar saja deh.”
”hahah...”
”Duduklah. Aku tak menggigit loh.”

May mengambil posisi duduk di samping Yunhwa. Yunhwa diam saja, jadi May melirik wajahnya dari samping. Dia manis. May merasa benar-benar tidak pernah melihat cowok semanis ini tentunya selain Youngsaeng. Yunhwa juga punya senyum yang bisa membuat semua orang suka padanya. Dan ada sesuatu... yang rasanya May lupakan. Rasanya ada lubang di hati May dan dia tidak mengerti apa maksudnya. Yunhwa menolehkan kepalanya.

”Kenapa semua orang bilang aku ini manis ya?”

May menoleh juga, memandang wajah Yunhwa. Akhirnya wajah May memerah.

”Saengie oppa... dia siapa, May?”
 “Pacarku. Aah… dia juga Warriors’ Helper.”
 “Aku bisa membaca wajahnya jelas-jelas pada binar matamu. Kau... benar-benar mencintainya ya?”
”Eh... ah… aku…”
 “Kau tau? Rasanya ada sesuatu yang juga kulupakan. Dan rasanya bagian itulah yang mungkin juga membuatmu melupakan aku. Melupakan… ikatan… ahh sudahlah. Semua itu hanya cerita lama. Aku hanya datang terlambat, mungkin begitu.”

May jadi berpikir tentang ikatan yang dikatakan Yunhwa. Dia berpikir apa yang kira-kira dilupakan dia dan Yunhwa.

”Jangan pikirkan itu lagi. Apa kau tidak mau tau gimana aku bisa mengembalikan cincin Ryeowook?”
May mengiyakan,ah ya, benar.”
”Aku bertemu Vani di tengah jalan. Katanya dia ingin mengejar Rotislav, tapi dia tidak punya bayangan kemana Rotislav lari. Dan dia memberi kabar baik kalau King dan Queen masih hidup. Aku bilang aku yang akan kejar Rotislav, dan membiarkan Vani memulihkan ingatan King dan Queen.”
”Oppa langsung tau dimana Rotislav sembunyi? Dan kenapa ingatan King dan Queen perlu dipulihkan?”
Tidak juga. Aku mencari tau jejaknya cukup lama. Akhirnya dia pulang juga ke kastilnya. Jengkel juga harus kesana. Bau darah manusia. Mungkin mereka baru habis pesta. Soal ingatan King dan Queen, mereka tak ingat posisi mereka sebagai vampire, soalnya ingatan mereka dimodifikasi jadi manusia.”
”Jadi selama ini mereka manusia? Dan apakah modifikasi itu mirip yang kalian lakukan pada Hyunjoong oppa?”
”Yap, sebelum ini King dan Queen manusia. Dan modifikasi itu memang mirip.”
”Jadi masih berapa banyak tugas yang harus kita lakukan?”
”Entahlah. Dalam perjalanan ke dunia manusia aku melihat hantu-hantu menghisap banyak kemurnian hati. Aku tidak bisa berbuat apa-apa,soalnya aku sekarat.”
”Apa? Dimana? Kenapa aku tidak tau?”
”Karena kalian yang jumlahnya Cuma segitu tak akan mungkin terus patroli kan? Jangan salahkan dirimu, May.”
”Tapi kalau Pangeran Iblis lepas dari segelnya...”
”Tinggal kurung dia lagi kan? Gampang kan?”
”Apa aku pernah melakukannya? Menyegelnya?”
”Tentu pernah. Waktu itu... ahh!!!”

May melihat Yunhwa memegangi kepalanya dan berteriak kesakitan.

May bertanya,oppa? Oppa kenapa???”
”Aku.... tak bisa mengingat itu... sulit rasanya...” jawab Yunhwa.
”Jangan paksakan dirimu, oppa.”
”Hhh...”
”Oppa? Kenapa nafasmu? Ya Tuhan... Yunhwa oppa...”

May panic menemukan Yunhwa yang sesak nafas, dan saat itu tidak ada Julie.

Julie berucap,ada May rupanya. Aku baru pulang May. Ahh lagi ngobrol sama Yunhwa oppa ya... apa yang terjadi? Oppa kenapa?”
”Cepat, Julie, cepat, lakukan heal! Aku tidak tau kenapa, tapi oppa sulit bernafas!”

Julie menghampiri May dan Yunhwa. May memeluk Yunhwa. May tak memikirkan apa-apa, dia hanya merasa panik. May tidak mau terjadi sesuatu padanya. May merasa ada kepingan hatinya yang hilang... dan May yakin Yunhwa bisa menjelaskan kemana perginya kepingan hatinya itu...

”Heal!”

Selama beberapa detik, cahaya hangat Julie merasuki tubuh Yunhwa dan dia sudah bisa bernafas dengan lega kembali. Tapi Yunhwa tertidur.

”Kita bawa oppa istirahat, May.”

Mereka berdua membawa Yunhwa dan membaringkannya di ranjang. May menyelimutinya, dan lega melihat wajahnya sudah tenang lagi.

May bertanya,loh Julie? Kenapa tanganmu merah?”
”Ahh tidak apa-apa koq May, Julie menyembunyikan tangannya.
”Apanya yang tidak apa-apa? Jelas ada apa-apa!”

Tangan Julie memerah.

”Racun itu... apa merasuk ke tubuhmu Julie?”
 “Aku… aku tidak tau May…”

Julie diam saja dan menunduk. Ada yang tidak beres.

”Apa benar yang Rin bilang? Kau dan Jiro ge bertengkar?”
”Kata-kata Jiro ge baik, harusnya aku menurutinya. Tapi May... aku tidak bisa membiarkan Yunhwa oppa terluka. Aku merasa... aku harus menyembuhkannya, apapun yang terjadi. Aku merasa... ada sesuatu...”
”Ada sesuatu yang hilang? Kenapa yang kita rasakan sama, Julie? Aku juga merasa begitu.”
May... apa kau mengerti perasaanku?”
Aku ngerti, Julie. Tapi Jiro ge...”
”Apa May akan memberi pengertian ini padanya?”
”Aku akan berusaha, Julie. Tapi...”

May memandang wajah Yunhwa yang sedang tertidur sekali lagi.

”Kita bukannya sedang jatuh cinta pada Yunhwa oppa kan, Julie?”

Dan mata Julie terbelalak lebar. May tau mereka dalam masalah besar. Ini jauh lebih rumit dari apa yang pernah mereka alami. Jauh lebih sulit dijelaskan...

***