When Our Dreams Come True
The Unfulfilled Promises
Chapter 11
Jun Ki telah sampai di rumah sakit. Dengan susah payah mengendarai mobil di jalanan padat Taipei, Jun Ki telah sampai dengan selamat. Hari ini dia bertekad memeriksakan kesehatannya. Setelah menyatakan keinginannya, Jun Ki mengadakan pemeriksaan seluruh badan.
Dokter: “Hasilnya akan keluar empat hari lagi. Kau bisa sempatkan diri ke sini kan, Lee Jun Ki?”
Jun Ki: “Tentu, dokter.”
Dokter: “Tapi kau bilang kau dikasih obat… boleh aku lihat obatnya?”
Jun Ki: “Ah, hao a~”
Jun Ki mengeluarkan obat2an dari saku kemejanya. Ada tiga macam obat. Dokter itu memegang dan mencium baunya. Raut wajah dokter itu berubah.
Dokter: “Jun Ki… ini… apa kau sakit?”
Jun Ki: “Aku mengalami kecelakaan waktu berumur 12 tahun dan kehilangan sebagian ingatanku. Katanya obat2an ini bisa membantu mengembalikan ingatanku?”
Dokter: (menggeleng) “Ya. Tapi itu hanya fungsi salah satu obat.”
Jun Ki: “Lalu yang dua ini untuk apa? Aku diberi obat ini oleh dokter2 di Tokyo.”
Dokter: “Kau… harus siap mendengarnya. Kau sakit keras.”
Jun Ki: “Shen me, yi sheng?” (apa, dokter?)
Dokter: “Ini obat untuk kanker otak. Kau harus segera dirawat. Begitu hasil check-up keluar dan kami tau kankermu di stadium berapa, kau harus menjalani terapi, tidak boleh ditunda.”
Jun Ki terdiam. Kanker… kanker otak… seperti omma? Gak mungkin… gak mungkin…
***
Stella: “Jun Ki, aku udah sering ke taman bermain. Tapi yang paling bahagia buatku adalah ke taman bermain yang kali ini.”
Oh ya? Wae?
Stella: “Soalnya selama ini aku hanya pergi dengan papa dan mama. Dan kali ini ditemani seorang teman membuat rasanya beda. Aku senang sekali. Apalagi yang mengajakku Jun Ki.”
Kau akan selalu mengingat rasa senang ini?
Stella: “Ye. Aku harap Jun Ki juga gitu.” ^^
***
Aaron: “Sebenarnya yang hilang ingatan itu Jun Ki ato kita sih?”
Mugung: “Kurasa sama.”
Aaron: “Gimana kita cari Stella kalo rumahnya ajah kita gak ingat? Truz juga, kita gak tau Stella di SMA mana. Apa dia masih di Seoul ato gak, kita juga gak tau. Celakalah kita.”
Mugung: “Yaaaah Ya Lun jangan ngomong gitu.” ><
Aaron: “Gak taukah kau aku udah susah payah mengosongkan waktu dan jadinya malah begini? Gak ada hasil.”
Mugung: “Duh… jangan salahkan aku. Aku gak tau kenapa bisa lupa begini.” ><
Aaron dan Mugung mengeluh putus asa. Keduanya ada di café mewah di Seoul. Susah payah bertekad membawa Stella pada Jun Ki, Mugung malah lupa dimana letak rumah Stella. Akhirnya keduanya berpasrah duduk disini sambil minum cappucino.
Pelayan: “Selamat datang. Silakan duduk, nona.”
Seorang cwe masuk café dan duduk di meja di belakang Aaron. Posisinya membelakangi Aaron dan menghadap Mugung. Cwe itu meneliti daftar menu.
Cwe: “Strawberry milk shake, ditambah sedikit bubuk kopi. Bisa?”
Pelayan: “Baik. Silakan tunggu pesanan Anda.”
Mugung menggeser badannya sedikit untuk melihat siapa yang memesan minuman aneh begitu. Rasanya dia ingat ada seseorang yang sering sekali menyebut minuman itu dulu. Dan orang itu adalah…
Mugung: “Stella!!!!”
Teriakan Mugung cukup membuat semua orang yang ada di café menoleh heran pada Mugung, termasuk si cwe. Dan mata si cwe membesar…
Stella: “Mugung?”
Mugung langsung berlari dan memeluk Stella. Aaron kaget dan melihat apakah benar Mugung gak salah alamat, tapi itu benar2 Stella. Stella yang jangkung dan cantik. Yang sekarang udah 18 tahun. Aaron berpindah tempat duduk ke meja Stella. Sekarang Mugung ikut duduk di meja itu.
Aaron: “Stella! Kebetulan banget! Kami mencarimu!”
Stella: “Kalian… aku benci pada kalian berdua!” ><
Mugung: “Loh? Wae?”
Stella: “Pikir sendiri!”
Baru sekali ini Aaron dan Mugung melihat tampang judes Stella. Aaron dan Mugung akhirnya mengerti.
Aaron: “Stella, mian…”
Mugung: “Kami bukannya sengaja gak mau mengabarimu lagi setelah aku menghubungimu terakhir kali itu. hapeku dan hape Ya Lun tenggelam di kolam renang dan sepenuhnya rusak. Padahal data alamat email dan password yang kami belum hapal semuanya ada disana.”
Aaron: “Ye. Kami jadi gak bisa mengontakmu lagi. Mian, Stella…”
Stella: “Apa ada kejadian bodoh kayak gitu?”
Mugung: “Semuanya salahku. Aku yang membuat kecelakaan2 itu… mian, Stella. Sungguh, kami gak bermaksud melupakanmu…” ><
Stella: “Arraso. Senang melihat kalian masih bersama-sama sampai sekarang. Tumben pulang ke Seoul?”
Aaron: “Aaah itu dia! Tujuan utama kami kesini! Stella, ayo, kita ke Taipei!”
Stella: “Mwo?”
Mugung: “Jun Ki… ayo kita temui Jun Ki. Kami udah bertemu dengannya.”
Stella: “Bukannya dia… mau melupakanku? Dia gak memberiku kabar…”
Aaron: “Anio… Jun Ki juga gak memberi kami kabar. Tepatnya, dia melupakan kami. Ya, melupakan semuanya.”
Stella: “Melupakan? Maksud oppa?”
Aaron dan Mugung bercerita dengan cepat, cemas, sekaligus bersemangat. Mereka ingin Stella cepat mengerti dan bersedia ikut mereka ke Taipei.
Stella: “Jun Ki… kecelakaan… hilang ingatan…”
Aaron: “Kupikir kau bisa membuatnya ingat lagi dengan cepat, Stella.”
Stella: “Aku… tapi aku gak bisa pergi sekarang. Aku… masih sekolah.”
Mugung: “Omona… Stella, kau ini sama dengan Jun Ki, sama2 gak bisa pergi kemana-mana. Lalu sampe kapan kalian mau bertemu lagi? Sekaranglah waktu yang tepat…”
Stella: “Tapi aku…”
Aaron: “Jangan bilang kau masih dipingit.”
Stella mengangguk muram. Aaron dan Mugung tiba2 juga bertampang muram.
Aaron: “Aaaah… gampang, Stella. Kabur ajah.”
Stella: “Kabur?”
Mugung: “Ya Lun benar. Kami akan mengusahakan supaya kau bisa kabur. Lao Ou masih ada? Ayo kita ajak dia bekerjasama.”
Aaron: “Xiao Mai, urus tiketnya, lusa. Aku akan membantumu kabur, Stella.”
Stella: “Kalo tertangkap…”
Aaron: “Gak akan. Tenang ajah. Kita kaburnya malam2. kalo bisa dengan bantuan teman2 kita semua juga.”
Stella takut, tapi ini satu2nya kesempatannya untuk bertemu Jun Ki. Jun Ki seorang aktor, dia bisa ke negara mana ajah kapan ajah. Sekaranglah waktu yang tepat…
***
Perasaan itu begitu dekat dan hangat… Stella… gadis kecilku… senyummu… air matamu… hangatnya pelukanmu dan terasa begitu damai menggenggam tanganmu… mungkin benar aku telah jatuh cinta padamu sejak dulu… tapi… bukankah lebih baik kau gak bertemu denganku? Aku akan segera pergi… beralih dari dunia ini… aku gak ingin melihatmu menangis lagi, gadis kecilku… Jun Ki kembali menggoreskan pensilnya di kanvas yang udah berisi suatu lukisan…
***
Hyo Kyung, Eun Jin, Sang Hee, Je Woo, Yong Hee, Mugung dan Aaron saling dorong mendorong di depan tembok rumah Stella. Malam hari, jam 2 dini hari tepatnya.
Eun Jin: “Jangan dorong, Je Woo!”
Yong Hee: “Sttt!!! Awas ntar ketahuan!”
Hyo Kyung: “Sistem pengamanan rumah Stella tinggi loh… sebelum kita liat tanda dari Lao Ou, jangan sampai sentuh temboknya!”
Lalu mereka melihat sebersit cahaya senter.
Aaron: “Tanda dari Lao Ou. Tim pemanjat satu, ayo!”
Je Woo dan Aaron melompati pagar. Keduanya mengendap di halaman depan rumah Stella yang luas. Halaman itu hanya diterangi dengan cahaya2 lampu taman. Dari kejauhan mereka melihat Lao Ou. Keduanya mendekatinya.
Lao Ou: “Jendela kamar xiao jie yang ini.”
Lao Ou menunjuk ke atas. Lumayan tinggi juga jendela di atas. Aaron melempar buntalan kertas ke jendela itu. stella kaget. Dia tau itu tandanya. Stella membuka jendelanya dan melihat Aaron, Je Woo dan Lao Ou di bawah. Dari dalam, Stella mengulurkan tali tambang yang panjangnya sampai ke bawah, lalu Stella mengangsurkan kopernya yang besar.
Aaron: (menangkap koper) “Sekarang kau turun, pelan2, Stella.”
Je Woo yang tangkas memegangi tali Stella supaya Stella lebih seimbang. Dalam lima menit yang menegangkan, Stella berhasil turun dengan selamat.
Je Woo: “Sekarang tembok. Ayo, Stel.”
Stella terengah berlari menuju tembok rumahnya. Mereka sengaja gak lewat gerbang karena menghindari salah satu kamera CCTV yang dipasang disana. Di atas tembok, Sang Hee udah berdiri dan mengulurkan tangannya pada Stella. Stella bertumpu pada bahu Aaron, dan menyambut tangan Sang Hee.
Stella: “Tembok rumahku tinggi juga yah.” @.@
Mugung: “Lompat Stel, aku akan menangkapmu.”
Stella mempercayakan dirinya pada Mugung. Stella melompat dan disambut Mugung. Berikutnya Je Woo melompat sambil membawa koper Stella. Di hadapan mereka telah ada satu mobil sport Peugeot berwarna biru. Kap mobil itu terbuka dan segeralah Stella tau itu mobil Eun Jin.
Sang Hee: “Cepat naik!”
Serabutan, Stella dan Yong Hee duduk berdesakan di bangku depan, sementara lima teman mereka yang lain berdesakan duduk di jok belakang. Jelas gak muat XDD
Hyo Kyung: “Je Woo, kau perlu diet!”
Je Woo: “Enak ajah.” Xp
Eun Jin: “Stella… kau tegang?”
Stella: “Ye. Gimana kalo appa dan omma tau?”
Yong Hee: “Mereka akan tau waktu pagi dan pada waktu itu kau udah sampai di Taipei.” XDD
Aaron: “Stel, kau harus mengejar cintamu. Kau udah menantikan Jun Ki terlalu lama. Ini waktu yang tepat.”
Sang Hee: “Kalo kau berhasil mengembalikan ingatan Jun Ki, tentu Jun Ki akan ingat bahwa dia juga mencintaimu.”
Stella: “Kalian begitu yakin… aku ajah gak yakin Jun Ki menyayangiku lebih dari sekadar sahabat…” *blush*
Mugung: “Jangan sia2kan Jun Ki yah Stel, aku gak akan memaafkanmu.”
Eun Jin: “Emangnya kenapa, Mugung?”
Mugung tersenyum tipis. Kejadian itu udah berlalu lama, tapi jelas masih meninggalkan luka di hatinya. Stella menoleh dan memandang wajah sahabatnya.
Stella: “Aku akan berusaha, Mugung. Mudah2an aku gak terlalu jelex untuknya.”
Yong Hee: “Stella cantik koq. Cocok dengan aktor kayak Jun Ki.” ^^
Stella mendongak dan memandang bulan purnama yang bersinar dengan terangnya. Jun Ki, akhirnya aku menemukanmu… aku gak akan melepasmu lagi… tunggu aku.
***
No comments:
Post a Comment