The X Life Story 2
Chapter 2
Rini baru saja pulang ke dorm.
“Aku pulang.”
Tapi dorm rupanya sunyi senyap. Rini mengetuk pintu kamar Amelz.
“Amelz… kau di dalam?” tanya Rini.
Tak ada jawaban, begitu juga dari kamar Ivana dan Yenny. Rini menghela nafas panjang, dia sendirian. Semenjak Julie dan May tidak tinggal di dorm ini, dorm tampaknya agak kekurangan pemandu sorak (May adalah tukang teriak dan tidak jarang memancing Amelz untuk begitu juga). Otomatis, manusia pertama yang diingat Rini saat kesepian adalah ya si pemandu sorak tadi. Rini langsung menekan nomor ponsel May.
“Yoboseyo, May, eodi ya? Sama Julie dan Dongmi? Oh… ne, arrasso. Aku menyusul, tunggu aku.”
Rini langsung bergegas meninggalkan dorm dan menyusul May, Julie dan si kecil Dongmi yang sedang di restaurant. Setidaknya mereka bisa menghilangkan rasa kesepiannya. Sebenarnya Rini jadi sensitive dan merasa gampang kesepian semenjak Ryeowook wamil. Sudah hampir 2 tahun Ryeowook menjalani wamilnya, Rini hanya perlu menunggu beberapa bulan lagi hingga Ryeowook menyelesaikan wamilnya. Rini hanya ingin waktu berlalu cepat hingga Ryeowook bisa bersamanya lagi. Rini langsung naik MRT menuju stasiun terdekat dimana Julie dan May menunggunya. Begitu keluar stasiun, suasana ramai seperti biasa ketika jam pulang kerja. Tiba-tiba Rini mendengar teriakan yeoja-yeoja. Sepertinya banyak sekali yeoja yang berteriak.
“Ada apa sih?” tanya Rini heran.
Ketika Rini baru saja memperhatikan kerumunan yeoja yang berteriak dan berlari ke arahnya, tiba-tiba lengan Rini dicengkeram oleh seorang namja. Rini yang badannya ringan ikut terseret ketika si namja berlari. Entah sudah sejauh apa berlari, si namja baru melepas cengkeraman tangannya di lengan Rini. Rini yakin, kulit lengannya pasti memerah karena terlalu keras dicengkeram. Si namja mengambil topi yang tengah dipakai Rini dan langsung memakaikan di kepalanya.
“Hey, itu topiku!”
“Mian, aku bisa meminjamnya sebentar? Sekalian dengan jaketmu? Nanti aku jelaskan. Jebal.”
Rini kebingungan, tapi karena mendengar suara mendesak si namja, akhirnya melepas jaketnya dan merelakan si namja memakainya. Untung saja ukuran jaket Rini cukup pas untuk si namja. Rini baru saja mulai mengeksplorasi wajah si namja ketika namja itu menggandeng Rini. Rini kaget dan ingin protes, tapi rombongan yeoja yang berteriak baru saja lari melewati mereka. Namja itu mendesahkan nafas panjang, lega.
“Gomapda…” ucap si namja, suaranya terdengar indah.
Ketika mata Rini dan si namja bertemu pandang, barulah mereka sadar satu sama lain siapa orang di hadapan mereka ini.
“Key-sshi? Kau Key-sshi kan? Personel SHINee?”
“Oh… ne. Akhirnya kau tau juga ini aku, Rini. Mianhae, aku pasti membuatmu ketakutan tadi. Tapi aku sedang menghindari serangan fans.”
“Key-sshi mengenalku?”
“Tentu saja. Siapa sih yang tidak mengenalmu setelah hubunganmu dengan Ryeowook hyung? Dan… tentu saja aku sudah mengenalmu sejak lama.”
“Maksud Key-sshi?”
“Rini, apakah tidak ada sesuatu yang terlintas di benakmu? Nama asliku Kim Kibum, Rini. Kau mengenalku sebagai Kibum oppa.”
“Kibum?” tanya Rini lagi, benar-benar bingung.
“Rini-chan. Aku Kibum-chan.”
Seketika Rini teringat nama ini… nama yang memang tidak asing untuknya. Bayangan masa lalu berkelebat di kepalanya bagaikan film yang diputar ulang. Dulu saat Rini berusia 11 tahun, dia pernah mampir selama setengah bulan di Seoul untuk liburan. Saat itulah dia bertemu dengan Key. Mereka tidak sengaja berkenalan di taman kota (Rini waktu itu sedang bermain sepatu roda dan jatuh secara memalukan di dekat Key duduk) dan terus bermain bersama setelahnya. Waktu itu Rini tidak tau Key adalah seorang trainee, yang Rini ingat adalah mereka bersahabat cukup baik.
“Ya ampun… Kibum! Aku benar-benar tidak mengenal oppa lagi! Penampilan oppa sudah berubah… oppa, sudah lebih dari 10 tahun setelah pertemuan pertama kita!”
“Benar, Rini, tapi kau tidak banyak berubah. Buktinya aku masih mengenalmu.”
“Oppa, kenapa kau tidak memberitauku sejak dulu? Kurasa aku sudah cukup sering ikut Wookie oppa ke beberapa kegiatan bersama artis SM… dan SHINee juga disana kan?”
“Aku ingin memberitaumu, tapi selalu tidak mendapat waktu personal untuk kita berdua,” jawab Key.
“Ah, begitu… benar juga, oppa.”
“Kau mau kemana? Bagaimana kalau kau temani aku makan malam? Aku lapar sekali. Sekalian kita mengobrol panjang.”
“Tentu. Aku baru saja ingin menemui May dan Julie. Ayo kita bergabung dengan mereka.”
“May dan Julie? Istri Yesung hyung dan Donghae hyung?”
“Benar. Ayo kesana.”
Ada perasaan lega saat Rini bertemu kembali dengan Key, perasaan hangat yang familiar. Kenangan tentang liburannya di Seoul kini bangkit kembali dengan munculnya Key. Seketika, dia tidak merasa kesepian lagi. Meskipun kenangan itu singkat, meskipun persahabatan mereka juga singkat, kini mereka bisa merajut persahabatan mereka kembali.
***
Julie baru saja keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan hati-hati. Dia melihat Donghae, suaminya, menunggunya dengan duduk di sofa ruang tamu. Donghae menepuk sofa di sampingnya dan mengarahkan Julie duduk disana.
“Dongmi sudah tidur?” tanya Donghae.
“Dia sepertinya kelelahan hari ini, jadi dia tidak butuh oppa untuk bernyanyi untuknya. Dia terlalu capek main dengan May dan Rini… oh ya, tadi Rini juga datang dengan Key,” jawab Julie panjang.
“Key? Sejak kapan Rini kenal dengan Key?”
“Entahlah, Rini tidak begitu menjelaskannya.”
“Oh ya, ini dia jadwal sushow 6 untuk sebulan pertama. Kita langsung show di 5 tempat.”
Julie meraih kertas yang disodorkan Donghae, disana tertulis jadwal Sushow 6 di Beijing, Guangzhou, Hongkong, Macao dan Shanghai. Jarak konsernyapun cukup berdekatan.
“Apa kalian akan baik-baik saja dengan jadwal ini, oppa? Kelihatannya padat sekali.”
“Tidak, kami sudah sering seperti ini.”
“Tapi itu waktu kalian muda dulu,” ujar Julie.
“Jadi maksudmu, sekarang kami sudah tua?”
“Aku tidak bermaksud berkata begitu.”
“Jagiya!!!”
Donghae pura-pura marah dan menggelitiki Julie. Julie yang tidak tahan mulai protes dan tertawa di saat yang bersamaan.
“Oppa… nanti Dongmi bangun!”
“Sebenarnya yang membuatku khawatir adalah Julie.”
Julie memandang ke mata Donghae yang teduh. Dari situ, memang jelas tampaknya Donghae khawatir padanya. Julie tersenyum menenangkan.
“Aku akan baik-baik saja, oppa. Kalau oppa takut aku kesepian, itu malahan tidak mungkin, karena Dongmi akan membuat aku cukup sibuk.”
“Benarkah? Bisakah aku meninggalkan Julie dengan tenang?” tanya Donghae.
“Oppa… sungguh, aku akan baik-baik saja. Kalau sempat, pulanglah. Tentu tidak mungkin oppa pergi menjalani 5 bulan sushow 6 ini tanpa pulang ke Seoul ataupun mengabariku, kan?”
“Aku pasti akan pulang setiap ada kesempatan. Bagaimana aku tahan berpisah denganmu dan Dongmi begitu saja?”
Julie tersenyum, yakin pada apa yang Donghae ucapkan. Donghae membalas senyum istrinya.
“Ngomong-ngomong, bagaimana kalau kita memberi Dongmi seorang dongsaeng?”
“Dongsaeng… APA? Jangan bercanda, oppa! Itu terlalu cepat!”
“Tapi apa kau tau kita sudah tidak bersentuhan semenjak kita melakukan itu untuk yang pertama kalinya? Itupun aku tidak menghargai kau dengan semestinya, Julie.”
Julie merenungi ucapan Donghae. Ya… sudah terlalu lama rasanya dia tidak merasakan sentuhan Donghae yang lebih dari sekadar ciuman bibir. Sebenarnya dia merindukan sentuhan itu.
“Kita tidak akan memberi dongsaeng untuk Dongmi sekarang, aku bercanda. Bisakah kau menelan obat, sekarang?” tanya Donghae.
“Se… sekarang, oppa? Tapi Dongmi sedang tidur…”
“Kita tidak akan melakukannya di depannya, Julie jagiya…”
Julie dilemma. Sebenarnya dia rindu sekaligus gugup akan berhubungan lagi dengan Donghae. Baiklah waktu itu Donghae melakukan hubungan seks dengannya secara tidak sadar. Jika kali ini Donghae melakukannya dengan penuh kesadaran… Julie membuka laci penuh obat untuk keadaan darurat. Nyaris semua obat ada disana, lalu mengambil bungkusan obat berwarna oranye. Di dalam sana banyak pil putih kecil. Julie tidak pernah menyentuh obat ini, dia merasa tidak perlu mengkonsumsinya selama ini, tentu saja kecuali sekarang. May-lah yang memberinya persediaan obat anti kehamilan ini dengan dalih “untuk berjaga-jaga” Julie mengambil segelas air, lalu memandangi sebutir obat di tangannya itu. Lamunan Julie terputus ketika Donghae tiba-tiba memeluk pinggangnya.
“Kenapa lama sekali? Aku sudah merindukanmu.”
Tanpa aba-aba, Donghae mengambil pil di tangan Julie dan memasukkan ke mulutnya sendiri.
“Oppa! ITU OBATKU!” jerit Julie kaget.
Lalu Donghae mengangkat dagu Julie dengan lembut untuk berciuman dengannya. Perlahan, Donghae mendorong pil itu ke dalam mulut Julie, membantu Julie hingga menelan obat itu. Donghae menghentikan ciuman mereka dan menyodorkan segelas air pada Julie. Julie langsung minum, wajahnya memerah malu.
“Sekarang kau sudah aman kan?”
“Kata May, obat itu bereaksi 15 menit setelah ditelan…”
“Itu waktu yang cukup.”
Julie kembali menerima serangan ciuman panas Donghae. Tangan Donghae menekan tengkuk dan pinggang Julie bersamaan sehingga Julie terkunci di pelukan Donghae. Lidah Donghae menerobos masuk ke mulut Julie, perang lidah dan saliva langsung terjadi. Donghae tidak memberi kesempatan bagi Julie untuk bernafas, meski Julie tampaknya sudah benar-benar kewalahan. Julie terpaksa agak mendorong dada Donghae untuk memberinya peringatan.
“Hmm… mianhae, jagiya…” ujar Donghae, tersenyum.
Melepaskan bibir Julie, Donghae menyerang leher jenjang Julie, memberi satu… dua… tiga… banyak sekali tanda cinta disana. Belum terbiasa dengan semua ini, Julie merasa tubuhnya merinding. Dia biarkan saja Donghae perlahan membuka satu persatu kancing piyamanya hingga piyamanya melorot lepas dari tubuh si pemilik. Sekarang Donghae memandangi tubuh Julie. Julie langsung menyilangkan tangannya di dadanya.
“Jangan lihat aku, oppa, aku gemuk!”
“Tidak, Julie, kau cantik… dan seksi…”
Perlahan, Donghae menarik tangan Julie, menggenggamnya erat ketika dia melanjutkan memberi tanda cinta di seputar payudara Julie yang tertutup bra. Julie merasa tubuhnya mulai panas, nafasnya memburu.
“Aku buka ya…”
Julie mengangguk kecil menyetujui Donghae yang mulai membuka kaitan bra Julie, mempertontonkan payudara Julie yang berisi. Donghae menyusu pada payudara kiri Julie, sementara dia mengusap nipple payudara kanan si yeoja, membuat si pemilik menggelinjang. Julie mencengkeram lengan Donghae untuk melampiaskan perasaan merindingnya. Sekarang bukan saja merinding ataupun panas yang dirasakan Julie, dia tau dia sudah menumpahkan cairan cintanya yang pertama, membuat underwearnya basah karenanya. Donghae sedang bekerja pada payudara Julie yang kedua ketika dengan tangan yang bebas, Donghae menyentuh vagina Julie yang masih terbalut underwear.
“Kau sudah siap jauh lebih cepat dari dugaanku, jagiya,” goda Donghae, berhenti sejenak dari aktivitasnya.
Julie hanya menjawab Donghae dengan desahan lembut, yang membuat Donghae makin gemas padanya. Donghae cukup yakin juniornya sudah berdiri tegak di bawah sana. Donghae berdiri, mengarahkan jari-jari Julie ke ujung kaosnya.
“Buat aku naked, jagiya…”
Julie masih terlihat malu-malu ketika membuka kaos Donghae (Julie masih kagum dengan badan Donghae yang kekar dan sebentuk ringan six pack di perutnya) dan lebih malu lagi saat membuka boxer Donghae. Mata Julie terbelalak melihat “sesuatu” di balik underwear Donghae yang terlihat membesar. Donghae berbisik di telinga Julie.
“Kau tidak mau memberiku tanda bahwa aku milikmu, Julie-ya?”
Wajah Julie makin merah ketika dia membenamkan wajahnya ke leher Donghae. Julie menjilati kulit Donghae yang wangi parfum laut yang menenangkan… dia tidak berani menggigiti Donghae, takut menyakitinya. Tangannya mengusap perut dan dada Donghae perlahan, ingin merasakan lekuk tubuh Donghae yang baginya sangat seksi. Donghae sendiri sudah tidak tahan lagi, tapi takut waktu 15 menit belum berlalu. Dia meraih tangan Julie untuk menyelinap ke dalam underwearnya dan mengusap juniornya. Akibatnya, Donghae sendiri mulai merinding.
“Julie… bolehkah kita mulai?” tanya Donghae, suaranya makin seksi.
“Ng… terserah oppa saja…”
Donghae melepaskan underwearnya sendiri, baru berikutnya underwear Julie. Untuk memastikan Julie siap, Donghae menyodorkan juniornya untuk mengusap permukaan vagina Julie. Rasa geli yang asing menyeruak dalam diri Julie, gairah mulai meluap dalam dirinya.
“Oppa… aku… tidak tahan… lagi…”
“Katakan kau menginginkanku, Julie…”
“Donghae oppa! Aku menginginkanmu…”
Donghae tersenyum dan dengan sangat perlahan, mendorong juniornya menerobos vagina Julie. Merasa kesulitan, Donghae mengangkat tubuh Julie.
“Lingkarkan kakimu di pinggangku, beri aku jalan masuk…”
Julie menuruti perintah Donghae, melingkarkan kakinya di pinggang Donghae. Donghae kembali menerobos vagina Julie, yang rupanya masih terasa sempit meski Julie sudah melahirkan sekali secara normal. Perlu beberapa menit bagi Donghae untuk menyempurnakan penempatan juniornya di vagina Julie (selama proses itu Julie mendesah dan mengerang tanpa henti).
“Julie, kau masih sangat sempit. Kau membuatku gila,” puji Donghae.
Julie hanya tersipu malu dibuatnya. Dia masih merasa asing dengan junior Donghae yang bersarang di tubuhnya. Perlahan tapi pasti, Donghae mulai menggerakkan pinggulnya, membuat juniornya keluar-masuk vagina Julie yang basah. Julie memeluk tubuh Donghae erat, sementara keduanya juga mulai berciuman. Julie mengeluarkan lagi cairan cintanya, membuat selangkangan Donghae ikut basah dan cairan itu juga menetes di lantai dapur. Donghae menggigit bibir Julie ketika dia menyemprotkan spermanya dengan sukses (yang juga menetes di lantai dapur). Keduanya sekarang terengah-engah.
“Julie, apakah aku menyakitimu?”
Donghae memeriksa wajah Julie, atau apakah bibirnya berdarah, tapi Julie kelihatan baik-baik saja, hanya wajahnya berkeringat dan memerah.
“Gwaenchana, oppa…”
“Kalau begitu, aku belum mau ini selesai, jagiya…”
Donghae menyangga tubuh Julie (yang junior dan vagina keduanya masih berhubungan) dan membawa Julie ke sofa. Dia membaringkan tubuh Julie dan membuatnya senyaman mungkin disana. Keduanya bertukar pandang. Donghae tersenyum pada Julie. Julie merapikan rambut Donghae yang berantakan karena keringat.
“Oppa tampan sekali…” puji Julie.
“Dan Julie-ku adalah yeoja paling cantik di dunia.”
Donghae mengakhiri pujiannya dengan mencium dahi Julie, berikut kedua kelopak mata Julie yang terpejam, hidung Julie, lalu bibir Julie. Ketika mereka mulai berciuman lagi, Donghae menggerakkan pinggulnya perlahan, memberi Julie sensasi yang membuatnya gila lagi. Donghae pernah membuatnya bahagia, ketika mereka melakukan seks untuk pertama kalinya (MESKI DONGHAE SAMA SEKALI TIDAK SADAR, BACA THE X LIFE STORY – author); Julie juga bahagia ketika melahirkan Dongmi, percampuran sempurna antara dirinya dan Donghae; dan ketika mereka kembali bercinta, Donghae kembali memberinya kebahagiaan… rasanya Donghae tidak akan pernah berhenti memberi Julie kebahagiaan. Julie menghargai detik kebersamaannya dengan Donghae, mereka mungkin akan terpisah dalam waktu yang tidak diketahui mereka ke depannya, jadi sekaranglah waktu yang tepat untuk merasakan Donghae sungguh-sungguh ada di sisinya.
“Kau ingin aku cepat atau lambat… jagiya?”
“Fas… faster, oppaaaaaaa…” jawab Julie, suaranya bergetar akibat tubuhnya yang bergerak.
Donghae mulai bergerak liar, Julie menumpahkan entah cairan cintanya yang keberapa kalinya dan makin mempermudah junior Donghae keluar-masuk vaginanya. Setelah beberapa lama menggenjot Julie, Donghae menembakkan spermanya ke dalam rahim Julie. Donghae membenamkan juniornya sedalam mungkin, Julie juga mendorong pantat Donghae dan membantu junior Donghae tertanam sempurna. Mereka kembali terengah seolah baru selesai berlari beberapa kilometer jauhnya. Keduanya bertukar senyum.
“Julie, gomawo sudah membiarkan aku merasakan malam yang indah…”
“Oppa, ini sudah kewajibanku sebagai istrimu. Jangan berterimakasih.”
Tangisan Dongmi memecah senyum keduanya. Julie mendorong dada Donghae dengan kalut.
“Mungkin Dongmi terbangun karena suara kita.”
Donghae bangkit dan melepas kontak tubuh mereka dan Julie langsung berjalan ke dapur. Donghae menarik tangannya.
“Dongmi di kamar, bukan di dapur,” Donghae mengingatkan.
“Aku tau, oppa. Tapi aku naked.”
“Lalu kenapa? Dongmi masih kecil dan tidak mempermasalahkan apakah eomma-nya naked atau tidak. Mungkin dia Cuma lapar, dan kau memudahkannya menyusu.”
“Oppa… kau menggodaku!”
Donghae tertawa, dia sungguh menikmati hari-harinya terutama semenjak Julie mengisi hidupnya…
***
wooow julie sm hae hottttttt bgtttttt...><
ReplyDeletelanjut author..;DD
Key? Key oppa?
ReplyDelete*pingsan* *sadar, baca lagi, pingsan lagi*
| “Apa kalian akan baik-baik saja dengan jadwal ini, oppa? Kelihatannya padat sekali.”
“Tidak, kami sudah sering seperti ini.”
“Tapi itu waktu kalian muda dulu,” ujar Julie.
“Jadi maksudmu, sekarang kami sudah tua?” |
Emang, Hae oppa ga sadar y? Hahaha #plak
| Mereka kembali terengah seolah baru selesai berlari beberapa kilometer jauhnya. |
Mereka kan habis "berolahraga" eonn. Olahraga spesial. #plak
Sy menunggu ch yg selanjutnya X3
ps : awalnya agak beda eonn sm yg di KNC :)
Eh, eh, eh??
ReplyDeleteTnyata Rini & Key saling kenal yah??
Nah lho? CLBK (?) XDDD
Omona!!! Giliranku! XD
*treak2 heboh*
kyaaaaa...
Hah? Tidak pernah lagi semenjak yg donghae ngak sadar itu??
Truz malem pertama ngak? LOL
*kbanyakanprotesdeh*
Omonaaa...yg mendorong pil itu so sweet ntah knapa >////< lol
Maennya di dapurrr!! *norakbenersihgue*
*liat komen atas*
*gaplok rini*
Jdi ngak sabar tunggu bagian rini kkkkk *evil smile*
Sweet NCnya, love it ^^
Ditunggu lanjutannya ^^
ia jul, kami CLBK (?) #plak *dicerai-in Wokkie oppa*
ReplyDeletemalam pertama mereka main UNO (?) XD
huehehe *tangkis* *ketawa setan*
ga nyangka key dan rini saling kenal..
ReplyDeleteitu key, jd sebelum ketemu rini ga pakai penutup apa2 makanya langsung rebut topinya rini? nekad...
julie dilema? mau berhubungan kok dilema? XDD *ditimpuk*
pil putih anti kehamilan? pil KB? *ditimpuk lagi*
"Julie mengangguk kecil
menyetujui Donghae yang
mulai membuka kaitan bra
Julie, mempertontonkan
payudara Julie yang berisi.
Donghae menyusu pada
payudara kiri Julie,
sementara dia mengusap
nipple payudara kanan si
yeoja, membuat si pemilik
menggelinjang."
foreplay-nya Hae pake plus+plus *hush*
"Donghae bangkit dan
melepas kontak tubuh
mereka dan Julie langsung
berjalan ke dapur. Donghae
menarik tangannya."
bukannya mereka emang main di dapur ya? kok Julie ke dapur lagi?
-teph-