Brand New It’s Magic
Chapter 8 part 8
Aaron baru saja keluar dari Hondanya. Dia agak tak nyaman karena sekarang kemana-mana dia dikuntit fans. Dia juga jadi tidak bisa menonton lomba dengan tenang.
Rin memanggil, ”Aaron ge?”
”Ooh... Rin,” balas Aaron kaget, “kirain siapa. Kaget aku.”
”Dikejar-kejar fans ya?”
”Tau sekali. Kau sudah pulang sekolah?”
”Iya. Mau lihat Chun ge dan Junki oppa lomba. Ruang 201 dimana sih ge?”
Aaron menjawab, ”aku anterin saja kesana.”
Namun ketika mereka berdua lewat di daerah parkiran yang sepi, mereka mendengar teriakan.
”Di sana!”
Aaron dan Rin berlari ke arah pelataran belakang parkiran, dan Rin melihat empat hantu terbang melayang-layang di atas enam tubuh mahasiswa... yang ada Death Line-nya. Tapi Aaron ada di sisi Rin, Rin tidak bisa beraksi sekarang.
”Aaron ge, pergilah.”
Mendengar kasak-kusuk, para hantu melihat Rin dan Aaron.
”Aaah... tambahan-tambahan...” ujar si hantu yang melayang.
Keempat hantu menyerang Aaron dan Rin. Rin cukup lincah dengan menghindar tepat waktu, tapi Aaron dipukul hingga pingsan.
Rin bertanya, ”mau apa kalian? Luna Bow!”
Rin beraksi dengan lincah. Youngsaeng tiba-tiba lewat dan melihat kejadian itu. Dia terbang dan memegang Rin pada pinggangnya dan membawanya terbang.
”Kalau mereka terbang dan kau tidak, tidak adil kan?” Tanya Youngsaeng.
”Youngsaeng oppa, gomawo.”
”Ayo... tunjukkan kalau Warriors’ Helper juga bisa menang, Rin.”
Clara berkata, ”wow, Rin, Youngsaeng oppa, kenapa kalian tidak mengajakku?”
Rin dan Youngsaeng menoleh ke bawah dan melihat Clara datang.
”Horizon Spear!”
Clara dan Rin mengeroyok para hantu dengan senang, karena Youngsaeng membawa keduanya terbang. Akhirnya para hantu babak belur.
”Masih tetap butuh Ghost Buster ya?”
”Kalian pergilah,” pinta Youngsaeng melirik Aaron, “biar aku yang mencari Annie dan... membawa Aaron ke unit kesehatan. Aku kan lebih cepat dari kalian.”
”Gomawo oppa...” ucap Rin.
Lalu Youngsaeng terbang sambil membawa Aaron, dan Rin serta Clara berusaha mencari ruangan 210.
Clara berucap, ”baru tau deh kalau melawan hantu itu seru seperti ini.”
”Diajak terbang sih, jadi kerjaan kita gampang.”
”Rin? Clara?” panggil Fennie.
Fennie terlihat akan menaiki tangga.
Clara menyahut, ”Fennie jie...”
”Mau nonton lomba ya?”
”Iya jie,” jawab Rin, “daritadi nyari ruangan 210 koq tidak ketemu terus yah?”
”Kalian Cuma mondar-mandir di lantai satu saja?”
Clara dan Rin mengangguk.
”Ya tidak akan ketemu. Ruang 210 di lantai 2 soalnya. Ayo bareng, aku juga mau kesana.”
Akhirnya mereka bertiga berkerumun di antara para penonton lomba Gambar Peta Sejarah. Sangat gampang menemukan Junki dan Chun. Mereka di kanvas besar nomor enam. Dilihat dari alat-alat yang dipegang, tampaknya Chun bertugas menggambar dan Junki bertugas mewarnai. Gambar Chun cukup bagus. Rin lega melihat Chun sudah sehat, soalnya bayangan Chun mati sempat memasuki mimpi buruk Rin selama seminggu ini. Chun terlihat agak kurus, tapi setidaknya dia benar-benar masih bisa bergerak sekarang.
Fennie bertanya, ”oh ya, apa kalian tau? Junki oppa memimpin perolehan suara sementara loh.”
”Wow, hebat,” puji Rin, “memang suaranya berapa jie?”
”277 suara. 90% anak-anak konsentrasi Drama memang vote untuk Junki oppa.”
”Wah-wah... lihat tuh calon ketua beraksi,” kata Clara.
Clara benar. Junki mulai mewarnai gambar Chun. Meski Junki belepotan cat dimana-mana termasuk di wajahnya, dia serius mewarnai gambarnya Chun. Jam dua kurang semua peserta selesai mewarnai dan para juri sedang berkeliling untuk melihat hasil dan menentukan pemenang.
MC Cowok berkata, ”ya... seperti yang kita ketahui bahwa perolehan suara ketua Dewan Mahasiswa tahun ini dipimpin oleh Lee Junki dari fakultas Seni, dengan 277 suara, jauh meninggalkan yang lain. Ini dia Lee Junki.”
MC Cowok merangkul pundak Junki dan Junki menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, membungkuk pada orang-orang yang menyorakinya.
”Hasil lomba kali ini juga akan menambah suara untuknya... mungkin? Ya. Juara ketiga adalah nomor peserta dua, wakil pertama dari fakultas Sejarah dan Budaya.”
Semuanya bertepuk tangan untuk pemenang, yang dua-duanya cewek.
”Juara kedua adalah... nomor peserta 6. Junki mendapat tambahan 15 suara.”
”Hore!!!” sorak Clara.
Fennie menghitung, ”292 suara... wow, Junki oppa benar-benar hebat.”
”Juara pertama... nomor tujuh!” teriak MC cowok, “wakil fakultas seni pertama!”
Jelas-jelas dua cowok peserta nomor tujuh menyalami Junki.
”Tambahan 30 suara lagi? Junki, aku berani bertaruh kau akan jadi ketua dewan mahasiswa tahun ini. Hahah...”
”Tuh... 322 suara... langsung melesat tinggi begitu...”
Kerumunan mulai bubar.
”Aku sekarang mau pergi voting. Kalian gimana?”
”Kami mau pulang jie,” jawab Clara.
Chun keluar dan melihat punggung Rin.
Chun memanggil, ”Rin, tunggu...”
”Ya, Chun ge?” Tanya Rin.
”Bisa kau ikut aku? Ada yang mau aku bicarakan berdua denganmu. Tapi aku mau voting dulu.”
”Boleh sih ge...”
Clara melirik Chun dan Rin, ”aku ikut ke tempat voting ya, mau nyari Kyujong oppa terus pulang bareng dia deh.”
”Berarti kita pergi bareng-bareng yuk,” ajak Fennie.
Junki berteriak, ”ooooi kalian jangan vote aku!!”
”Daritadi Junki oppa begitu kampanyenya. Tapi hasilnya malah kebalikan. Memprihatinkan.”
***
Rin dan Clara dibuat kaget dengan tempat voting yang begitu modern. Chun masuk ke bilik voting duluan. Fennie menemani mereka ngobrol.
Kyujong menyapa, ”Clara...”
”Ahh oppa,” balas Clara, “aku sudah dengar dari Fennie jie. Katanya oppa kalah ya di lomba?”
”Hahah... jangan dibahas lagi. Pokoknya semuanya gara-gara Junki.”
”Tenang. Aku sudah vote Junki hyung,” ucap Chun, tersenyum penuh kemenangan.
Fennie berujar, “gantian aku ahh…”
”Yuk Rin...”
”Daah Clara, Kyujong oppa...” pamit Rin.
Kyujong dan Clara menyahut, ”daaah Rin, Chun (ge)...”
Rin bingung akan diajak kemana oleh Chun, tapi rupanya mereka menuju aula kompleks Saint yang besar dan sepi. Chun duduk di salah satu bangku kayu panjang, dan Rin duduk di sebelahnya. Chun menoleh menghadap Rin.
Chun berujar, ”ehm Rin... thanks untuk yang waktu itu ya?”
”Hah? Yang mana?” Tanya Rin.
”Karena kau menolongku waktu aku pingsan.”
”Hah? Apa? Bukan aku loh ge... itu...”
Rin rasanya tidak mendapat konfirmasi dari siapapun kalau Chun sudah dikasih tau soal rahasia mereka.
”Aku tau. Junsu hyung kan? Kau minta Junsu hyung mengantarku pulang ke rumah waktu aku pingsan? Youngsaeng hyung yang cerita soal itu. Lagian rasanya aku mendengar suaramu sebelum aku benar-benar pingsan.”
Rin mencerna informasi ini cepat-cepat dalam otaknya. Chun benar, dan juga salah. Rin memang menolong Chun, tapi kalau yang lain tak berdatangan, sudah pasti mereka bakal mati bareng. Lagian Julie-lah yang benar-benar menyelamatkan nyawa Chun. Tapi bagaimana Rin menjelaskan ini tanpa Chun tau rahasia Element Warriors?
”Aku memimpikanmu Rin. Aku... tidak tau kenapa, tapi aku terus memikirkanmu...”
Wajah Rin memerah, tidak menyangka Chun akan berkata seperti itu.
”Aku... ehm... boleh... dekat denganmu?”
Rin malah balik bertanya, ”hah? Aaaaa... ku...”
”Kalau tidak boleh tidak apa-apa koq, aku tidak akan memaksamu Rin...”
”Boleh koq ge...”
Lalu keduanya terdiam, wajah mereka sama-sama merah.
***
No comments:
Post a Comment