Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Saturday, 11 February 2012

The X Life Story 2 chapter 3


The X Life Story 2
Chapter 3

May mengecek arlojinya. Sudah jam 8 malam sekarang. Dia menoleh ke atasannya, dan ketika mau bicara, suaranya hilang seketika. May mengumpat dan berdeham beberapa kali.

“A…”

Atasannya menoleh pada May, melihat May yang tengah mengetes suaranya sendiri sambil menekan kerongkongannya.

“Oh May, mianhae. Kau sudah boleh pulang,” ujar Mr. Cho.
“Aku baru saja mau tanya tadi, Mr. Cho. Benarkah sudah selesai?”
“Ne. Sampai ketemu besok.”
“Kamsahamnida, Mr. Cho. Aku pulang dulu.”

Tanpa menunggu aba-aba, May kabur secepat mungkin dari ruang rekaman. May harusnya pulang dari studio Arirang jam 4 sore tadi, tapi tiba-tiba dia diberi lembur hingga jam 8. Memang sih, bayaran untuk kerja lembur cukup tinggi, tapi tubuh May pegal-pegal setelah kemarin habis-habisan (dalam artian beronde-ronde) bercinta dengan Yesung untuk melepas kepergiannya hari ini dan suaranya nyaris hilang gara-gara terlalu banyak mengisi adlibs. Akhirnya May bisa kabur juga, dia sudah merindukan ranjangnya, tidak lagi berpikir ingin online atau apapun, hanya mau langsung tidur. Tapi perjalanannya di lorong-lorong sempit studio terhalang ketika serombongan orang berjalan memenuhi lorong. May terpaksa merapat di tembok agar tidak terdorong rombongan itu.

“Gara-gara badanku kecil jadi kalian bisa mengintimidasiku ya? Dasar sial!”

Baru saja May berjalan tiga langkah, tiba-tiba ada yang mencengkeram bahunya.

“Apa lagi?” tanya May kesal.

Dan dia menyesali kata-katanya ketika melihat sosok Mr. Cho-lah yang baru saja mencengkeramnya. Ekspresi Mr. Cho sulit ditebak.

“Mr… Cho? Cheo… cheosonghamnida.”
“Kau, tak ada kegiatan lain kan sepulang ini?”
“Ti… tidak ada, Mr. Cho…”
“Ikut aku sekarang.”

Belum sempat May berucap apa-apa, Mr. Cho yang mencengkeram bahu kiri May sudah menggiringnya masuk kembali ke dalam studio. Mereka naik lift ke lantai 6 dan memasuki ruangan studio yang diketahui May sebagai tempat siaran on air Pop In Seoul.

“Hey Miss Kim, aku menemukan pengganti yang tepat, yang bisa dipakai sekarang untukmu.”

Gadis cantik dengan tinggi tubuh semampai terbalut blazer hitam muncul, mungkin dialah yang bernama Miss Kim. Dia meneliti May, lalu mengangguk pada Mr. Cho.

“Kamsahamnida, Mr. Cho. Aku berhutang padamu,” ujarnya singkat.
“Aku harus pulang ke bawah, masih banyak kerjaan.”

Mr. Cho langsung menghilang tanpa memberi penjelasan pada May.

“Semuanya, ini dia penggantinya. Segera kerjakan dia, kita hanya punya waktu setengah jam sebelum on air dan dia sama sekali tidak siap.”

Dua orang gadis muncul dan menggiring May untuk duduk di meja rias. Yang satu mulai menggerayangi wajah May, yang satu lagi mengukur tubuh May dengan alat ukur. May, clueless, merasa marah diperlakukan begini.

“Hei! Sebenarnya ada apa ini?”

Mendengar nada bicara May yang mendesak, Miss Kim langsung menghampirinya.

“Kau May kan? Sebelumnya aku minta maaf, kami benar-benar terdesak. NS Yoonji tidak bisa datang karena tiba-tiba saja dia sakit perut, dan dia tadinya berusaha datang sampai akhirnya setengah jam yang lalu perutnya benar-benar kram,” jelas Miss Kim, “acara interview hari ini tidak bisa dibatalkan, bintang tamunya sudah datang.”
“Tapi kenapa harus aku?”
“Karena kami tidak bisa menemukan pengganti secepat dan sebaik kau.”
“Tapi aku selama ini hanya bekerja di balik layar, ingat?”
“Tolonglah, May, kami akan membayarmu tinggi untuk sekali ini. Dan kau akan menyukai bintang tamunya. Mereka ramai seperti Super Junior.”
“Siapa bintang…”

May ditarik ke ruang ganti, dan eonni-eonni tidak berperasaan yang diburu waktu langsung melucuti pakaian May dan menggantinya dengan pakaian yang lebih modis: baju terusan tanpa lengan dan rok lebar yang pendek. Detik berikutnya, sepatu high heels putih 9 cm sudah terpasang cantik di kaki May. Miss Kim kembali menghampiri May.

“Ini script-nya. Sekarang mereka sudah menunggumu di atas stage, kalian akan sempat mengobrol sepuluh menit sebelum on air,” ujar Miss Kim, terburu-buru.

May gugup, dia hanya sempat memandang bayangannya yang cantik di cermin selama kurang dari 5 detik, lalu berjalan menuju stage sambil matanya tidak lepas dari script penuh tulisan Inggris beserta penjelasan dalam Hangeul yang sama sekali tidak dibutuhkan May (May cukup oke berbahasa Inggris). May duduk di balok panjang berwarna biru cerah yang ditunjuk cameraman, dan setelah mendengar kasak-kusuk di seberangnya, barulah May mendongakkan kepalanya. Balok di seberangnya bertingkat dua, yang warna oranye cerah (norak maksudnya) di bawah, di atasnya balok pink cerah. Disana sudah duduk berdesakan namja-namja tampan, di bawah lima, di atas empat, dan May perlu meneliti wajah mereka masing-masing dua kali supaya tidak tertukar nantinya, meski itu tidak perlu, mereka masing-masing punya style tersendiri. Seorang namja yang poninya disisir ke samping dan memperlihatkan dahinya yang lebar, putih dan mulus, berdiri dan menyodorkan tangannya ke hadapan May.

“Anyeonghaseyo, kudengar Agassi adalah pengganti NS Yoonji-sshi hari ini. Perkenalkan, aku Moon Junyoung, leader ZE:A.”

May mencerna nama dan wajah Junyoung, merekam dengan baik dalam otaknya sebelum menjabat tangannya, berdiri dan saling membungkukkan badan.

“Aku May. Bangapseumnida,” ucap May geragapan.
“Dan ini semua personel ZE:A. Kuperkenalkan dari kiri bawah. Kevin Kim, Hwang Kwanghee, Park Hyungshik dan Siwan; lalu yang dari kiri atas Jung Heechul, Kim Taehoon, Ha Minwoo dan Kim Dongjun.”
“Anyeonghaseyo, semuanya. Aku May.”
“Ah, May noona? Masih ingat aku? Kita pernah bertemu kan sebelumnya, di dorm Suju?” tanya Hyungshik.

May berusaha mengingat, benarkah dia pernah melihat si namja jangkung itu, dan seketika sosok Hyungshik muncul jelas di pikirannya.

“Ah, ya! Hyungshik… bersahabat dengan Wookie, benar?”
“Ne! Sudah lama tidak melihat noona. Kudengar noona baru menikah? Chukahaeyo!”
“Gomapda, Hyungshik.”
“Jadi benarkah, May-sshi adalah istri Yesung hyung?” tanya Junyoung.
“Ehm, yah, begitulah.”
“Beberapa personel kami cukup akrab dengan Suju, seperti dengan Ryeowook hyung dan Shindong hyung. Kurasa kita tidak akan kesulitan dengan acara hari ini?”
“Kupikir juga tidak.”

Tanpa disangka, rupanya ZE:A membuat May gampang menjalani pekerjaan barunya sebagai MC dadakan. Kepribadian ZE:A yang lucu dan blak-blak-an membuat May merasa kerasan, merasa ZE:A tidak jauh berbeda dengan Super Junior secara keseluruhan. Beberapa, jelas menarik perhatian May, seperti kemampuan menyanyi Dongjun, Kevin dan Hyungshik; atau betapa cool-nya Siwan; dan Taehoon yang baru mau bicara jika ditanya; Minwoo yang cukup ramah memberi tambahan jawaban dari teman-temannya; Junyoung yang pandai memberi penjelasan panjang lebar; Kwanghee yang unik tapi nyata, May secara ajaib merasa langsung tertarik padanya; dan Jung Heechul, yang tidak terlalu diam seperti Siwan namun tidak hiperaktif seperti Kwanghee. Mata May secara otomatis sering melirik sudut kiri atas dimana Jungchul duduk. Ada lebih dari sekadar sikapnya ataupun kemampuan rap-nya yang di atas rata-rata yang membuat May tertarik… seperti wajahnya yang tampan dan agak dingin, juga pandangan matanya yang tajam, senyumnya… yang bagaikan magnet… May berusaha membuat dirinya sadar siapa dirinya sekarang, walau dia tidak sepenuhnya berhasil… atau memang dia sengaja berusaha setengah hati menolak serangan dari seorang Jung Heechul?

***

Amelz, Ivana, Yenny dan Rini tengah menikmati makan siang mereka. Hari ini adalah giliran Amelz memasak, dan untunglah, setelah hidup cukup lama di Seoul akhirnya Amelz bersedia menginjakkan kaki di dapur dan belajar memasak. Masakannya sudah cukup enak juga. Ketika sedang asyik-asyiknya makan, ponsel Blackberry yang tergeletak di samping piring Amelz berdering dan bergetar heboh.

“Eh? Ini… Yoboseyo, bibi. Aku masih di Seoul, ya… APA? MAMA? Baiklah, aku akan segera pulang. Xiexie, bibi…” ucap Amelz berceloteh pada ponselnya.
“Kenapa?” tanya Ivana, agak kaget mendengar Amelz menyebut “mama” tadi.
“Itu tadi bibiku. Katanya mama sekarang di Jakarta karena sakit. Kurasa aku perlu pulang, aku perlu tau seberapa parah sakit mama.”
“Kapan kau akan pulang?” tanya Rini.
“Secepatnya. Aku harus menemukan penerbangan hari ini juga. Aku tidak terbiasa penasaran dan menunda-nunda.”
“Kau tidak mengabari Kibum dulu?” usul Ivana.
“Aku akan mengabarinya kalau aku perlu tinggal cukup lama di Indo. Dia kan masih wamil juga, jadi dia tidak perlu dilibatkan dalam masalahku. Tenang, aku yang akan mengabarinya nanti. Mungkin aku tidak sempat pamitan pada Julie dan May. Tolong sampaikan saja pada mereka ya.”
“Baiklah, Amelz. Aku akan bantu kau mencari penerbangan hari ini,” ujar Yenny tangkas.
“Gomawo, Yen. Aku akan bereskan keperluanku.”
“Akan kubantu,” putus Ivana.

Amelz cukup beruntung untuk menemukan penerbangan tercepat ke Indonesia tiga jam ke depan. Dalam satu jam, Amelz sudah berkemas dan bersiap ke airport.

“Sampai jumpa lagi, Amelz. Tolong kabari kami juga nanti,” pinta Rini.
“Pasti.”

Amelz memeluk sahabatnya satu-satu sebelum meninggalkan dorm.

Malam sudah cukup larut, sekitar jam setengah 10, ketika Amelz sampai di Jakarta. Tanpa menunda lagi, Amelz langsung memanggil taxi dan menyebutkan alamat rumah bibinya. Jujur, dia tidak terlalu suka dengan satu-satunya saudari mamanya ini, mereka sering membuat Amelz hidup tidak bebas selama dulu Amelz tinggal di Jakarta. Tapi untuk sekali ini, karena katanya mamanya tidur di tempat mereka, Amelz perlu menemui mereka. Taksi sampai ke lokasi 20 menit kemudian, dan kaki Amelz melangkah memasuki rumah besar keluarga bibinya. Amelz menekan bel dan bibinya sendirilah yang membuka pintu.

“Amel, kau sudah sampai akhirnya,” ujar bibinya lega.
“Mana mama?”
“Dia ada di kamar bibi.”

Amelz meninggalkan kopernya begitu saja di depan pintu rumah dan bergegas ke kamar bibinya di lantai dua rumah. Ketika membuka pintu kamar, Amelz tidak melihat siapapun di atas tempat tidur, tapi seseorang telah membekap mulutnya… aroma memusingkan terhirup otomatis oleh hidung Amelz… dan dia kehilangan kesadaran…

Amelz membuka matanya. Kepalanya terasa pusing seperti habis dipukuli. Dia menyadari dirinya terbaring di ranjang. Ketika berusaha bangun, barulah dia sadar bahwa tangan dan kakinya terikat ke tiang-tiang ranjang.

“APA-APAAN INI?”

Jelas, ini adalah kamar bibinya. Seseorang membuka pintu kamar dan masuk… dan itu bibinya. Bibinya tersenyum licik.

“Kau sudah sadar rupanya, Amel…” ujar sang bibi.
“APA YANG KAU LAKUKAN? LEPASKAN AKU!”
“Mudah sekali kau dibohongi. Ini akan memudahkan proses penyelamatan perusahaan kami.”
“APA MAKSUDMU? MANA MAMA?”
“Kemana kau yang selama ini pintar dan waspada, Amel? Tidakkah kau tau bahwa semua ini hanyalah scenario yang dibuat aku dan pamanmu? Kami menjebakmu kesini, untuk menyelamatkan perusahaan kami.”
“KALIAN JAHANAM!!!”
“Dengan menjual dirimu pada si anak pemilik perusahaan saingan, mereka bersedia tidak menggencet perusahaan kami lagi, bahkan menyelamatkannya. Kau akan menjadi pemuas nafsu seks-nya… semakin baik servismu, semakin untung perusahaan kami.”
“KAU PIKIR AKU MAU MELAYANI LAKI-LAKI HIDUNG BELANG YANG ENTAH SEPERTI APA BENTUKNYA? BAGAIMANA KALAU AKU TIDAK MELAYANINYA?” ancam Amelz.
“Kau pikir kami tidak ragu untuk menyakitimu?”

Sang bibi mendekati Amelz, dan Amelz bersumpah ingin mencabik-cabiknya jadi seribu kepingan.

“Kehilangan salah satu jarimu yang berharga… atau bahkan lenganmu sekaligus… si anak pemilik perusahaan tidak akan mempermasalahkannya. Dia hanya ingin kau ada sebagai pemuas seks-nya, tidak lebih.”
“KAU BRENGSEK!”

Amelz meludah tepat di wajah bibinya. Marah, bibinya menampar pipi Amelz sekali dengan kuat.

“Kau akan menerima akibatnya nanti! Dan tak akan ada yang menyelamatkanmu! Tak ada yang tau soal ini! Nasibmu akan habis kali ini, Amel…”

Ketika sang bibi sudah pergi, Amelz berpikir keras bagaimana caranya untuk melepaskan diri dari ikatan sial ini dan kabur dari rumah… dia menyadari dia tidak memiliki apapun di kamar ini untuk menghubungi teman-temannya yang di Seoul ataupun keluarganya yang di Bangka… dia sendirian… Amelz sangat ingin merasa takut, ingin menangis, tapi dia tidak membiarkan dirinya lemah sekarang… dia perlu berpikir, dia perlu berusaha… Dan Amelz menggunakan seluruh kemampuan berpikirnya dan tenaganya untuk membuatnya tetap stabil…

***

4 comments:

  1. | Yang satu mulai menggerayangi wajah May, yang satu lagi mengukur tubuh May dengan alat ukur. May, clueless, merasa marah diperlakukan begini. |

    menggerayangi? kaya Yeppa sama Jungchul? #plak

    Ya ampun! Amel diculik? :O

    Kibum oppa! Selamatkan Amel!!

    Omo, bagaimanakah nasib Amel selanjutnya? Lagian tantenya amel jahat ama sih -,-
    balas MEL! BALAS!!!!
    *tarik nafas habis teriak*

    baiklah eonn, ak menunggu kelanjutan part 2 :D

    ReplyDelete
  2. wahh...si may udh cape banget malah disuruh gantiin pops in seoul dadakan, fiuh....
    NS Yoonji pake acara kram perut segala, lagi LMAO
    Eh, tapi untung bisa ktemu ZE:A
    Nah lho, si may mule ngelirik2 jungchul nieh, ehem *yeppa berdeham* lol

    eh, buset si amelz, tantenya kejem benerr!!! :O
    mo dijadiin napsu seks?? hiyaaaaahhhh
    KIBUMIEEEE *treak2paketoamintatolongwatnyelamatinamel*

    Lanjut....^^

    ReplyDelete
  3. beuh, yang jadi mc dadakan /colekmays pasti deg2an itu ><''

    eaaa sih amelz diculik! /mendadakpanik

    yang nyulik tantenya sendiri? :O
    omijotttsss!!! ><

    mbuuuummmmmmmm~~~!!!
    dimanaaa kao??? dimanaaa~~??? dimanaa~~~??? dimanaaa~~~~???? /plak /malahnyanyi

    kkkkkk

    lanjut beib! :D

    ReplyDelete
  4. datang mencicil hutang...

    agak sama dgn pendapat rini..
    "...waktu langsung melucuti pakaian May
    dan menggantinya..."
    melucuti pakaian, menggerayangi, dan lain-lain tampaknya menjadi kata-kata yg menjurus ke. . . padahal dlm berbagai kejadian artinya biasa aja XDD

    kasihan may, udah pegal2 setelah aktivitas dgn yesung, masih harus lembur dan jd MC pengganti..
    "atau memang dia sengaja
    berusaha setengah hati menolak
    serangan dari seorang Jung Heechul?"
    jungchul hanya menyerang lewat pandangan loh padahal.. iyakan?

    bibinya amel kejam sekali.. bibi macam apa itu? lebih mengutamakan keuangan daripada keponakan

    -teph-

    ReplyDelete