Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Monday, 13 February 2012

No Other The Story chapter 18


No Other The Story
Chapter 18

RYEOWOOK’S DIARY
CHAPTER 18
JUST LIKE NOW 2
SUB-DIARY: HANGENG’S

                Aku setengah berlari memasuki ZhongHan House di siang hari ini untuk menemui Siwonnie hyung. Mencarinya tidak sulit, soalnya penampilannya yang seperti eksekutif muda dan sangat sempurna itu selalu menarik perhatian setiap mata. Siwonnie hyung kami memang paling sempurna. Aku langsung duduk di hadapannya.

                “Hyung, gomawo. Yifang sudah diterima di Inha. Besok dia juga masuk kuliah.”

                Siwonnie hyung mendongakkan kepalanya. Dia tersenyum tipis.

                “Tidak perlu berterimakasih. Itu kan karena usahanya sendiri,” kata Siwonnie hyung.
                “Ani… kalau bukan hyung yang minta rector universitas untuk memberi izin dia ikut tes susulan, jelas dia tak bisa berkuliah.”
                “Tapi dia cukup berbakat, kalau begitu, bisa lolos tes susulan? Kita semua tau tes susulan Inha University itu termasuk yang paling sulit di Seoul.”
                “Ne, Lee Sonsaengnim bilang dia cukup berbakat di acting. Sepertinya dia tidak salah pilih jurusan. Ah hyung, aku mau ikut makan.”
                “Hei, tambahkan nasi dan minuman.”

                Seorang pelayan pria langsung pergi ke dapur. Gaya hyung memang sangat cool. Aku menoleh kesana-kemari mencari sosok Meifen.

                “Mana Meifen?”
                “Tuh.”

                Siwonnie hyung mengedikkan kepalanya ke arah kasir. Meifen sedang sibuk mengecek bill disana, ada kemungkinan dia tidak melihatku masuk tadi. Nanti saja aku menyapanya kalau dia tidak sedang sibuk begitu. Lalu dari dapur keluar sosok Hangeng hyung, membawa nampan.

                “Hei Wookie, kulihat kalian belakangan ini santai sekali,” sapanya, meletakkan nasi dan sepoci teh di hadapanku.
                “Tidak juga hyung. Mulai minggu depan kami akan mempersiapkan tur konser pertama kami. Aku jadi tegang. Kami belum pernah keluar Seoul, tapi kali ini direncanakan tur konser ke Beijing dan Taipei,” jelasku.
                “Itu kan bagus, berarti popularitas kalian meningkat.”
                “Dan berarti kelelahan tingkat tinggi, juga tidak pulang ke Seoul selama setidaknya tiga minggu, juga berarti bolos kuliah.”
                “Kau kan juga tidak terlalu memerlukan kuliah itu, Wookie. Pelajaran piano apalagi yang kau tak bisa?” sindir Siwonnie hyung.
                “Hahaha… dasar hyung.”

                Aku mulai ikut makan dengan agak terburu-buru. Masakan Hangeng hyung memang tidak ada duanya. Aku selalu makan sangat banyak kalau sudah disini.

                “Hei… pelan-pelan saja makannya. Kau bisa jadi seperti Shindong kalau makannya seperti itu,” tegur Hangeng hyung yang ikut makan bersama aku dan Siwonnie hyung.
                “Aku hari ini masih mau menemani Yifang mencari apartemen. Aku sudah menelantarkan kegiatan ini selama seminggu, pasti dia setengah uring-uringan.”
                “Kau ini memang baik sekali, Wookie.”
                “Hari ini kami harus mencoba lima alamat yang tersisa. Mau tidak mau Yifang harus menemukan satu yang cocok, kalau tidak, aku juga tidak tau lagi harus bagaimana.”
                “Susah juga sih dengan keadaan ekonomi mereka yang pas-pasan seperti itu,” ucap Siwonnie hyung.
                “Aku yakin mereka akan menemukan yang cocok. Nah, aku sudah selesai makan. Aku duluan ya, hyung.”
                “Oke. Hati-hati,” Hangeng hyung mengingatkan.

                Sebelum keluar resto, aku menyempatkan diri menyapa Meifen dulu. Apa aku pernah bilang Meifen cantik? Meski dia memakai seragam pelayan yang sama saja seperti yang lainnya, tapi caranya berdandan membuatnya akan lebih diperhatikan dari yang lain.

                “Hei Meifen. Hari ini seharian sebagai kasir?”
                “Oh, hai, Ryeowook oppa. Iya, hari ini aku seharian. Lagi santai? Tadi aku tidak melihat oppa masuk,” kata Meifen.
                “Aku bahkan sudah selesai makan. Okelah, aku Cuma mampir sebentar, soalnya hari ini masih mau mencari apartemen.”
                “Oke. Hati-hati… jangan sampai pergi ke apartemen horror lagi ya.”
                “Kali ini Donghae hyung tidak akan berani mengerjai kami lagi. Oke, sampai jumpa nanti malam. Aku akan memasak lagi disana dan kupastikan menyisakan bagianmu.”

                Meifen tersenyum dan melambai padaku. Entah kenapa, aku merasa senang akhirnya hariku bersantai datang lagi. Bukannya aku membenci hari-hariku yang sibuk sebagai personel KRYSD, tapi aku merasa hari libur seperti ini juga diperlukan sesekali. Besok aku akan mulai masuk kampus lagi. Aku lumayan rindu suasana kampus sih. Dan aku suka hari ini karena aku bisa bertemu Yifang lagi. Rupanya dia jauh lebih mudah didekati dari yang aku bayangkan. Kami punya banyak kesamaan dan dia yang ceria membuatku ingin selalu dekat dengannya. Mungkin kami cocok di berbagai sifat dan mungkin… ah, aku tidak mau terlalu banyak menebak-nebak.

                “Hai, Wookie,” sapanya sambil tersenyum lebar, membukakan pintu untukku.
                “Sudah siap pergi? Xili lagi ngapain?”
                “Halo oppa,” sapa Xili, mengalihkan sebentar pandangannya dari layar laptop.
                “Xili, sepertinya serius sekali. Kau lagi ngapain?”
                “Lagi nonton drama baru nih.”
                “Ternyata kau juga suka sekali menonton drama.”
                “Kami sama saja sih, biasanya kami nonton drama sampai larut malam. Oke Xili, onnie pergi dulu yah. Jaga apartemen yang baik,” pesan Yifang.
                “Oke onnie,” ujar Xili, tak menoleh lagi.

                Kamipun berjalan keluar apartemen. Seperti biasa, Yifang tampak imut dan sepertinya, lagi-lagi, sudah didandani Manshi. Aku merasa senang dia mau bersusah-susah hanya demi keluar denganku begini. Dia… memang berbeda.

                “Aku tegang juga harus ke kampus besok. Dengar-dengar mahasiswa di Inha itu semuanya elit kan? Tapi lihatlah aku… kurang pantas disana.”
                “Jangan bilang begitu. Yang penting kan nanti hasil belajar kita disana,” hardikku.
                “Ne. kita hari ini kemana, Wookie?”
                “Hari ini kita harus mencoba sisa lima apartemen yang ada. Tempatnya agak jauh, kita perlu naik MRT sekali untuk mencapai dua alamat ini, sedangkan yang tiga lagi harus naik MRT sekali lagi. Kau perlu sekali menemukan yang cocok di antara kelima alamat ini,” terangku.
                “Ne. ayo. Hwaiting.”

                Aku tersenyum melihat semangatnya. Kamipun menjalani perjalanan yang melelahkan tapi cukup menyenangkan. Apartemen pertama, terlalu kotor; apartemen kedua, bayarannya mahal karena tampaknya terlalu elit; apartemen ketiga, jauh dari pusat transportasi jadi sangat tidak praktis; apartemen keempat, gelap dan berbau lumut; dan yang kelima, lagi-lagi banyak kecoanya plus sempit. Kami duduk di dalam bus menuju apartemen Manshi dengan kelelahan.

                “Aigo… bagaimana ini, Wookie? Aku masih belum bisa menemukan apartemen yang cocok.”
                “Gwaenchana, Yifang. Nanti pulang aku coba surfing lagi,” kataku menenangkan.
                “Mianhae merepotkanmu…”
                “Ani. Ayo kita pulang dulu sekarang dan aku akan memasak. Xili dan Manshi bisa kelaparan nanti.”

                Yifang mengangguk. Kamipun turun bus dan berjalan menuju apartemen Manshi, namun seketika Yifang menarik tanganku menjauh, berjalan terburu-buru. Aku jadi terengah-engah mengikutinya. Ada apa sebenarnya?

                “Waeyo, Yifang?”
                “Aku tidak bisa masuk ke apartemen itu sekarang. Dan aku yang tadinya kepikiran akan menyewa salah satu apartemen disana karena terpaksa, juga tidak akan mungkin kujalankan.”
                “Wae?”
                “Waktu kami mencari apartemen kalian dulu kami ada mencoba dua alamat yang salah. Yang pertama adalah di salah satu apartemen mewah, dan yang kedua, aku baru ingat, ternyata apartemen yang ini,” jawab Yifang, “si ahjumma yang berjaga di counter itu… aku masih ingat dia pernah memarahiku. Aku juga ingat dia bilang dia tak ingin lagi melihat wajahku. Dia memarahiku karena katanya aku menyia-nyiakan harapan orangtuaku dengan hanya ingin mencari kalian.”

                Aku perlahan-lahan mencerna ucapannya Yifang, lalu mendengus tertawa.

                “Yifang, kau tidak mungkin kan berpikir kami tinggal di apartemen semacam itu?”
                “Habisnya kami tidak punya pilihan. Di internet tertulis begitu, dan kami kan buta arah di Seoul ini.”

                Aku duduk di salah satu kursi taman dan Yifang duduk di sampingku.

                “Web ngaco yang mana itu, hahaha…”
                “Dan aku masih trauma pada ahjumma itu. Entah kapan aku bisa masuk ke apartemen Manshi kalau begitu caranya…”
                “Tenang saja, aku akan melindungimu.”

                Aku saja kaget aku bicara begitu. Kadang-kadang Yifang bisa membuatku mengucapkan kata-kata yang aku sendiri tak sangka bisa kuucapkan. Sekarang wajah Yifang memerah, gara-gara aku ceroboh. Tapi… kalau wajahnya begitu… apa dia…

                “Ah, telepon,” katanya tiba-tiba, menarik keluar ponsel Samsung-nya, “nomor mana ini?”

                Aku melihat layar ponsel yang disodorkannya ke depan wajahku. Aku menggeleng.

                “Sepertinya nomor luar Korea, kan?”

                Yifang mengerutkan dahinya.

                “Yoboseyo… eng… wei? Eh? Huang Mama! Ah… eng… ya… kami baik-baik saja. Xili, aku dan Aqian akan mulai berkuliah besok. APA? Ah… dui bu qi… ng… ya, tentu saja. Eng… oke… baiklah. Sampai jumpa, Huang Mama, salam untuk Huang Baba ya, baiklah,” ucap Yifang dalam bahasa Mandarin yang terdengar mengalun indah.

                Meskipun pengetahuanku masih tak banyak dalam bahasa Mandarin, yah, kami ada sih menyanyikan lagu berbahasa Mandarin, tapi itupun kami belajar banyak dari Hangeng hyung, aku cukup mengerti yang Yifang bicarakan barusan. Tapi siapa itu Huang Mama dan Huang Baba? Kenapa nada bicara Yifang ketakutan seperti itu?

                “Nuguya? Kenapa kamu takut, Yifang? Ada sesuatu yang terjadi?”
                “Ah… itu… baba dan mamanya Xili, Wookie. Mereka… akhirnya memutuskan akan datang ke Seoul bulan depan. Untuk tanggal pastinya dia rahasiakan, tapi yang pasti bulan depan.”
                “Terus kenapa kau takut begitu, Yifang?”

                Akhirnya Yifang menjelaskan bahwa baba dan mamanya Xili menginginkan tempat tinggal yang layak dan kehidupan yang bahagia bagi Xili selama di Seoul. Itulah yang membuat Yifang khawatir. Bagaimana tidak, sampai sekarang tempat tinggal saja mereka belum punya. Aku tak menyangka Yifang menanggung beban seperti ini.

                “Demi menemui kami… kau berani berjanji pada mereka, Yifang?” tanyaku.
                “Ng… ne… demi kalian.”

                Aku tersentuh. Aku tak menyangka ternyata kejadiannya seperti ini, tidak segampang yang kupikirkan. Aku tak ingin melihatnya dalam kesulitan, aku harus menolongnya. Aku menarik tangan Yifang hingga dia berdiri.

                “Ayo, kita harus diskusi dengan Manshi dan Xili. Ayo pulang.”
                “Tapi si ahjumma…”
                “Aku sudah punya rencana. Tenang saja. Ayo.”

                Aku masih menggandengnya balik menuju apartemen Manshi. Si ahjumma yang ditakuti Yifang masih disana, duduk tenang di balik counter. Aku masuk dan pura-pura tidak melihatnya.

                “Kau lagi!” serunya tiba-tiba, membuatku terlonjak.

                Yifang merapatkan dirinya kepadaku. Aku memandang si ahjumma.

                “Kau masih juga muncul disini. Aku sudah bilang aku tak mau melihatmu lagi. Berani-beraninya kau…”
                “Mianhamnida, ahjumma, tapi kami ingin menemui teman kami.”
                “Siapa yang ingin… kau? Kau kan…?”
                “Ne. Naneun Kim Ryeowook-imnida. Dia tidak menyia-nyiakan hidupnya untuk menemui kami. Dia berhasil.”

                Si ahjumma tak berani berkata-kata lagi, jadi aku meneruskan perjalananku. Gampang saja, kan? Aku baru sekali ini melakukan tindakan seberani itu.

                “Yifang, sekarang semua sudah baik-baik saja.”
                “Wookie…” ujarnya dengan nada penuh syukur.
                “Stop! Jangan pernah bilang terima kasih lagi kalau kau menganggapku teman, mulai sekarang, oke? Xili, Manshi, buka pintu! Ini kami pulang.”

                Seperti biasa, Xili-lah yang membuka pintu. Dia tersenyum menyambut kami.

                “Bagaimana, apartemennya ketemu?” Tanya Manshi yang lagi duduk di sofa sambil menonton tivi.

                Yifang menggelengkan kepalanya putus asa. Dia menghempaskan dirinya di samping Manshi disusul Xili, dan aku langsung beranjak ke dapur. Aku membuka kulkas dan menemukan banyak persediaan makanan, soalnya kemarin aku meminta Yifang belanja.

                “Dan tadi Huang mama dan Huang baba menelepon,” jawab Yifang.
                “Apa???? Bagaimana…?” Tanya Xili kaget.
                “Mereka bilang bulan depan akan datang untuk mengecek. Kau sudah tau kan, Manshi, tentang mereka akan membawa kami pulang kalau kehidupan kami tidak layak? Dan sekarang apartemen saja kami belum dapat,” jawab Yifang, “kalau begini caranya kami benar-benar akan disuruh pulang.”
                “Andwae! Kalian tidak boleh pulang dan meninggalkanku sendirian disini!” protes Manshi cepat.
                “Kau tidak sendirian. Kan masih ada Wookie dan yang lainnya. Lagipula kau sekarang sudah dapat kehidupan yang layak.”
                “Andwae! Ryeowook oppa juga tidak mau Yifang dan Xili pulang ke Guangzhou, kan?”
                “Tentu saja aku tidak mau. Tapi sekarang kita harus memikirkan caranya. Cara supaya mereka tidak ditarik pulang. Tentu saja jawabannya adalah dengan mencari apartemen yang layak,” jawabku.

                Aku memotong-motong sayur dan daging yang akan kumasak sambil sibuk berpikir. Kalau apartemen Manshi, mereka tinggal berempat begini, jelas tidak bisa disebut layak. Kalaupun mereka menyewa apartemen kosong disini, tetap dianggap tidak layak.

                “Menyewa salah satu apartemen disini?” usul Xili putus asa.
                “Andwae. Pertama, aku tak mau berurusan dengan si ahjumma di bawah. Apa kau lupa, Xili, kalau apartemen ini pernah kita datangi di hari pertama kita sampai di Seoul? Yang aku kena marah dan lari terbirit-birit itu?” Tanya Yifang.
                “Aigo! Benar! Bagaimana aku bisa lupa!”
                “Mworago? Kalian mengira KRYSD tinggal disini? Aigo otak kalian…” cela Manshi.
                “Tapi sekarang tolong dong kasih ide,” pinta Yifang, menggaruk-garuk kepalanya.
                “Apartemen kami,” ujarku singkat, tiba-tiba.
                “Mwo?” Tanya ketiganya kompak.
                “Bukan tinggal bersama kami tentu saja, tapi menyewa salah satu yang kosong. Kalau memang syaratnya adalah apartemen yang layak, tentu saja apartemen seperti tempat kami tinggal. Hanya itu satu-satunya cara,” jawabku sambil mulai memasak.
                “Tapi… apartemen kalian mahal kan, oppa?” Tanya Manshi.
                “Kalau aku tidak salah sih 550000 won per bulannya. Bukan kami yang bayar sih. Itu semua perusahaan yang bayar, dengan sharing bersama Leeteuk hyung.”

                Yifang langsung menghitung dengan jari-jarinya, lalu menggelengkan kepalanya.

                “Kalaupun aku dan Aqian mengumpulkan gaji kami, tetap tidak cukup untuk biaya sewanya,” keluh Yifang.
                “Tambahkan aku. Aku akan tinggal bersama kalian juga. Kalau bertiga yang bayar, lebih ringan, kan?” Tanya Manshi.
                “Mwo? Kau mau tinggal dengan kami?”
                “Ne.”
                “Oh, Manshi…” kata Xili terharu sambil memeluk Manshi.
                “Gomawo, Manshi. Tapi tetap saja tidak cukup,” keluh Yifang.
                “Aku akan cari kerja juga.”
                “Andwae! Aku tidak akan membiarkanmu kerja, entah apapun alasannya, Xili. Kau disini untuk belajar. Itu saja.”
                “Tapi Aqian juga kerja!”
                “Aqian beda. Aku bertanggungjawab atas kau, dan kau paling muda.”
                “Tapi onnie…”

                Aku mengerutkan dahiku ketika meletakkan lauk yang kumasak di atas meja makan. Mereka malah bertengkar sekarang.

                “Dengarkan saja aku. Pokoknya tidak.”

                Yifang bangkit dari sofa dan membantuku menata meja. Aku tersenyum kecil. Rasanya kembali seperti dia yang membantuku saat di apartemen kami. Tapi melihatnya yang mengerutkan dahinya, aku harus membantunya… oh ya! Kenapa tidak?

                “Mungkin saja Leeteuk hyung dan Hangeng hyung bisa membantu kalian, bisa meminjamkan kalian uang dulu, sampai suatu saat kalian bisa membayar mereka,” usulku.
                “Mwo? Ani… tidak enak meminjam uang orang seperti itu.”
                “Kau masih menganggap mereka uang luar, Yifang? Sudah berapa lama kita berteman?”
                “Tapi… rasanya tetap saja tidak enak…”
                “Sekarang kalian sudah dalam keadaan terdesak seperti ini, jadi jangan banyak menolak. Ikuti sajalah saranku. Malam ini aku akan bicara pada Leeteuk hyung, dan sekaligus menelepon Hangeng hyung,” putusku, “aku sih sudah yakin mereka pasti akan membantu.”
                “Ne. jangan banyak menolak lagi, Yifang, kita memang terdesak. Kupikir ide Ryeowook oppa paling membantu sekarang,” kata Manshi setuju.

                Yifang akhirnya mengangguk.

                “Nanti takutnya kami tak bisa banyak membantu sementara kami ada tur konser ke luar negeri. Makanya sekarang lebih cepat diselesaikan lebih baik.”
                “Kalian akan keluar negri?” Tanya Yifang, menatapku.
                “Ne. tapi jangan khawatir, tidak akan lama koq. Dan aku tetap akan memantau keadaan kalian. Yang pergi Cuma kami berlima bersama Mimi hyung. Masih ada yang lain yang akan menjaga kalian.”

                Mata Yifang sekarang berbinar-binar. Aigo… jangan dong…

                “Wookie… go…”
                “Eits. Tidak boleh bilang itu lagi.”

                Dia tersenyum. Itu jauh lebih baik. Aku tak ingin mereka pulang… aku tak ingin tak melihat Yifang lagi. Ketika aku di luar negri… apakah aku akan merindukannya?

때론 힘들고 가끔씩 지칠
Sometimes when I’m down, sometimes when I’m tired
눈물 흘리며 떠올리던 모습
As my tears drop I think of you
이제야 알아요
Not until now have I realized
내게 보여준 사랑을
The love that you showed me
Love Love Love, Love Love Love
이제는 그대를 내가 그대를
And now again I’m gonna
I`m gonna love you 언제나 지금처럼
I’m gonna love you always just like now

          Dear Diary,

          Akhirnya besok Yifang dan yang lainnya akan pindah ke apartemen yang sama dengan KRYSD. Mereka sudah menyewa kamar nomor 402. Waktu Wookie meneleponku dan bertanya apakah aku bisa membantu meminjamkan uang pada mereka, aku tidak ragu untuk mengatakan iya. Aku tidak ingin mereka pulang. Mungkin saja ada di antara teman-temanku yang juga merasakan yang sama denganku, kalau bertemu dengan mereka bisa membuat perasaan lebih ringan. Apa sih artinya beberapa ribu won jika kau bisa mempertahankan sahabatmu?

          Ketika kemarin datang, Xili bercerita padaku bahwa memiliki tempat tinggal yang layak adalah syarat supaya dia tetap boleh tinggal di Seoul, dan dia khawatir. Apalagi soal keuangan yang menurutnya membuat Yifang agak stress belakangan. Dia sebenarnya ingin sekali bekerja, tapi Yifang tidak memberinya izin. Dia protes, menurutnya Yifang terlalu protektif padanya, tapi dia juga tidak berani melawan keputusannya. Aku hanya bisa menasehatinya supaya dia tidak ribut dengan Yifang. Aku tau Yifang bermaksud baik.

          Wookie menitipkan pesan padaku untuk menjaga mereka sementara dia dan KRYSD pergi. Dia tidak perlu khawatir, tentu aku akan menjaga mereka. Apalagi sekarang ditambah Kibummie yang akhirnya bisa menentukan pilihannya untuk memaafkan Yifang dan yang lainnya, bertambah lagi orang yang bisa menjaga mereka. Dan aku yakin tinggal tunggu waktu saja sampai Kyu dan Yesungie akan memaafkan mereka. Aku yakin sekali.

Hangeng (September)


No comments:

Post a Comment