Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Thursday, 16 February 2012

Love's Arrived chapter 12 part 2


Love’s Arrived
Chapter 12 part 2

Proyek one stop entertainment yang dibangun keluarga Gisela di Palembang hampir selesai. Franco yang harus membeli semua perlengkapan dalam gedung, dengan berat hati harus pulang. Tapi dia sudah mengantongi banyak program komputer dan game bagus di laptopnya dari David. Tapi Viona mengaku masih betah. Seperti Mai Mama, Viona sering main ke rumah David. Gisela berharap David bisa suka Viona. Tapi ada kalanya Viona menghilang entah ke mana, dan ini sering menjadi misteri yang dipikirkan Gisela. Sudah agak lama Gisela tidak mampir ke rumah LI LIANG, jadi hari ini dia mengajak Viona ke rumah mereka.

“Mei-Mei!!! Bisa nggak kau bawa mobil jangan ngebut-ngebut?”
“Nggak bisa. Kalau lambat nggak enak. Kau tenang aja, kita nggak akan mati,” hardik Gisela.
“Kau!!! Nanti aku kasih tahu Xiang Chen ge!!!” ancam Viona, mencengkeram sabuk pengamannya dengan ngeri.
“Kasih tahu aja. Dia tahu kok, aku hobi ngebut.”
“Mei-Mei!!!”

Butuh waktu lima menit bagi Viona untuk memulihkan dirinya dari shock setelah mobil diparkir di depan rumah LI LIANG. Setelah itu dia baru turun dan berwajah biasa lagi. Gisela menekan bel. Tak ada suara dari dalam.

“Jangan-jangan nggak ada orang.”
“Pasti ada, Xiao Li.”

Dan setelah menekan bel ketiga kali, pintu dibuka oleh Alex. Alex bertelanjang dada, handuk dililitkan di pinggangnya. Air menetes dari rambutnya dan badannya agak basah. Jelas dia baru keluar dari kolam renang. Alex langsung tersenyum dan wajah Gisela berseri-seri. Viona senang sahabatnya bisa jadian dengan cowok impiannya, tapi dia merasa gerah juga dekat-dekat mereka kalau mereka sudah ketemu. Viona menghela nafas dan langsung masuk melewati keduanya yang masih saling memandang.

“Aku bawa bahan makanan dan beberapa makanan instant. Dan aku buat kue tart lagi.”
“Kok kau tahu aku kepingin makan kue tart, Mei-Mei?” tanya Alex, mengambil kantong dari tangan Gisela.
“Kan kita sehati.”

Keduanya masuk ke dapur, menyusun makanan. Suara tawa mereka terdengar sampai ke kolam renang, dimana Nathan dan Michael sedang berenang dan Viona duduk di pinggir kolam. Viona mencibir.

“Ampun deh, dua orang itu,” cibir Viona.
“Yah, kita harus benar-benar toleransi,” komentar Nathan sambil tersenyum.
Kalau tahu kalian tadi lagi berenang, aku bawa baju renang, deh.
Kapan-kapan kita berenang bareng, ya.

Michael mabuk mendengar mereka ngomong bahasa Indo. Michael naik dari kolam.

“Aku udahan, ya. Agak capek, nih,” katanya sambil masuk ke dalam rumah.

Michael melihat Alex dan Gisela sedang bercanda di dapur, dan mereka terus tertawa. Michael langsung masuk ke kamarnya.

“Eh, itu Xiao Wei, kan? Dia nggak mau makan sesuatu, nih?” tanya Gisela.

Gisela mengetuk pintu kamar Michael.

“Xiao Wei, mau makan sesuatu? Aku mau masak banyak, lho.”
“Hmm… nanti aja. Aku mau istirahat.”
“Oh, oke. Aku simpan bagianmu, ya.”

Alex sudah duduk di meja makan, memandang kue tart dengan tampang tergiur. Gisela menghela nafas dan mengambilkan sendok.

“Suapin, dong,” pinta Alex.
“Ge ge, kok jadi manja begitu, sih!”
“Boleh dong, manja dengan pacar…”

Gisela menyuapkan kue tart ke mulut Alex.

Albert, mengendarai mobil Ford putihnya, muncul dari ujung tikungan. Wah, ada mobil Mei-Mei. Dapat makan enak lagi, nih. Tapi sebelum masuk ke rumah, Albert melihat kotak diletakkan di jalan dekat pintu mobil Gisela, dan setelah dia memasukkan mobilnya ke garasi, dia keluar lagi untuk melihat kotak itu. Jangan-jangan barang Mei-Mei jatuh, nih. Albert mengangkat kotaknya, tapi berat sekali. Aneh. Ada yang nggak beres. Albert meletakkan kembali kotaknya dan membuka bungkusnya. Kotak itu ternyata berisi serangga mati, baunya menyengat sekali, dan di atas tumpukan serangga itu ada surat. Albert mengambil suratnya.

GISELA MAI, MATI!!!

Albert mengerutkan keningnya. Siapa yang iseng begini? Keterlaluan! Albert membuang kotaknya dan memasukkan surat ke dalam saku jeans-nya. Lebih baik Mei-Mei nggak tahu. Dia masuk ke rumah dan menemukan Gisela sedang suap-menyuap dengan Alex di meja makan.

“Mei-Mei, my darling!!!” seru Albert, langsung memeluk Gisela.
“Lepaskan dia!!!”

*******

Hari ini, album keempat LI LIANG diluncurkan. Seperti biasa, acara peluncuran album diadakan di Conference Room gedung Famous Production. Para wartawan diizinkan melakukan sesi tanya jawab hari itu juga.

“Bisa kalian deskripsikan tentang album keempat ini?” tanya seorang wartawan cowok.
“Seperti biasa, kami masih mengusung tema cinta. Lagu soundtrack Moonlight at Taipei ada di album ini, dan Alex menyanyi solo untuk soundtrack Memories of The Heart,” jawab Michael.
“Albert, kau kelihatan gemuk.”

Beberapa wartawan tertawa karena ada pertanyaan semacam ini. Tapi biasanya dalam konferensi pers, apapun bisa ditanyakan.

“Yah. Aku senang mengumumkan beratku naik 7 kg. mudah-mudahan tidak terlalu gemuk,” jawab Albert sambil tertawa.
“Menurut kami kau jadi lebih menarik.”
“Mudah-mudahan pernyataan kalian membuatku dapat tambahan job. Well, aku dirawat dengan baik oleh Gisela Mai. Dia sering ke rumah kami dan memasakkan makanan yang enak dan bergizi,” jelas Albert.
“Alex! Apa benar kau memberikan Jade Princess untuk Gisela Mai?” tanya wartawan cewek yang duduk di baris belakang.
“Oh, semua orang sudah tahu rupanya. Iya, memang aku yang memberikan untuknya. Hadiah tahun baru,” jawab Alex, tertawa.
“Jade Princess pertama di Taiwan?”
“Di dunia, sebenarnya. Aku pemesan pertama.”

Terjadi kasak-kusuk di kalangan wartawan.

“Kalau begitu dia gadis spesialmu?”
“Sejenis itu.”
“Pacarmu?”

Alex terdiam. Nathan memandangnya tajam.

“Bukan. Aku masih single.”
“Syukurlah, Alex. Kalau tidak, semua fansmu bisa patah hati,” sambung wartawan yang lain.

Alex tersenyum. Nathan mengerutkan wajahnya. Kau belum siap ya, bocah bodoh?

*******

“Mei-Mei!!! Lihat nih, laporan tentang konferensi pers peluncuran albumnya LI LIANG kemarin!”

Viona menerobos masuk kamar Gisela. Saat itu Gisela sedang berbaring. Viona langsung ikutan berbaring sambil membawa majalah selebriti paling laku di Taiwan.

“Ada apa, memangnya?” tanya Gisela, acuh tak acuh.
“Para wartawan menanyakan soal Jade Princess dan Xiang Chen bilang, kau bukan pacarnya,” jawab Viona.
“Memangnya apa masalahnya?”
“Mei-Mei!!! Kau nggak mau diakui sebagai pacarnya, ya?”
“Mungkin dia belum siap. Lagian kami baru pacaran sebulan. Kurasa pernyataannya sedikit menolong, supaya fans-fansnya berhenti menerorku.”
“Lihat sampai kapan kalian bisa menutupi hubungan kalian. Hati-hati, nanti bisa gawat.”
“Santai aja sebelum waktu itu tiba, Xiao Li. Oh ya, minggu depan Lydia dan Cat datang.”
Wah, asyik. Akhirnya kita bisa ramai-ramai di Taipei.

*******

“Xiang Chen, aku boleh masuk?”

Alex sedang main Winning Eleven di PS 3 di kamarnya.

“Masuk aja, Ming Jun,” Alex mempersilahkan.
Nathan masuk dan duduk di ranjang Alex yang berantakan.
“Mau main?”
“Nggak, ah,” tolak Nathan.

Alex kembali berkonsentrasi pada klub Manchester United yang dikendalikannya.

“Xiang Chen, sepertinya wartawan udah mencium kedekatanmu dengan Mei-Mei. Kau nggak mau akui kau udah pacaran dengannya?” tanya Nathan.
“Waktunya belum tepat. Aku nggak mau Mei-Mei jadi terganggu karirnya karena pernyataanku.”
“Menurutku, cewek lebih senang kalau dia diakui sebagai pacar orang yang disukainya.”
“Mei-Mei bukan seperti cewek pada umumnya, Ming Jun. dia mengerti dan pasti mau bersabar. Lagipula aku takut…”
“Kau jangan bilang kau takut kehilangan fans-mu.”

Alex mem-pause gamenya dan menoleh memandang Nathan.

“Apa kita berdosa memikirkan itu? Kita kan artis, Ming Jun.”
“Aku tahu kau suka punya banyak fans. Tapi jangan jadikan itu alasan kau nggak mau mengakui Mei-Mei.”
“Oke, itu bukan alasanku yang sebenarnya. Aku akan mengumumkannya pada saat yang tepat.”
“Kapan? Sampai kau berani kehilangan sebagian fansmu?”
“Jangan ngomong begitu.”
“Dengar, Xiang Chen. Aku nggak pernah mau bersaing denganmu, soal siapa yang lebih banyak punya fans. Jumlah fans memang berarti, tapi kehadiran mereka bukan untuk membuatmu takabur,” nasehat Nathan, “jadi aku sarankan kau secepatnya mengakui Mei-Mei. Itu aja.”

Nathan keluar dari kamar, meninggalkan Alex yang mendongkol.

*******

Chaterine dan Lydia tiba di rumah Gisela tepat pada waktu yang dijadwalkan. Mereka tidur di kamar yang tadinya dipakai Franco. Mereka melepas kangen.

Mei-Mei, kau jadi cantik sekali!
Kau benar, Cat. Semua orang iri kami berteman denganmu!” seru Lydia.
Kalau kalian bangga dan bahagia karena aku, aku senang sekali,” kata Gisela.
Kau mau kenalkan kami ke David Wang juga, kan?
Pasti. Rumahnya di dekat sini, kok.
Mana Alex? Apa hubungan kalian lancar?” tanya Chaterine.
Sejauh ini lancar. Dia bakal ke sini sebentar lagi.

Dan tak lama kemudian, bel pintu berbunyi. Terdengar pintu dibuka.

Itu pasti Xiang Chen ge. Kalian tunggu di sini aja, ya.

Gisela keluar dari kamar.

Percaya deh, kalian pasti nggak mau jadi nyamuk penggangu mereka pacaran. Aku gerah sekali kalau udah lihat mereka sama-sama,” ucap Viona.
Masa sih, segitunya?” tanya Lydia.
Kita ke rumah Ming-Ming ge aja, yuk. Dia dan mamanya menyenangkan. Sekalian kita bawa QQ jalan-jalan.
Siapa Ming-Ming ge?
David. Kalian harus biasakan panggil nama mandarin mereka juga. Ayo.
Tapi aku kepingin lihat Alex,” kata Chaterine.
Kita akan ketemu dia di ruang tamu, kok.

Ketiga sahabat Gisela ini turun. Rupanya Mai Mama yang membukakan pintu untuk Alex. Alex sekarang duduk di sofa dengan canggung. Mai Mama sedang mengajaknya ngobrol.

“Xiang Chen ge!” panggil Gisela.
“Mei-Mei, kau temani Xiang Chen dulu, ya. Mama ada janji pergi dengan Wang Mama. Dui bu qi, Xiang Chen, tapi lain kali datang lagi ke sini, ya,” ucap Mai Mama, “Mei-Mei, mama benar-benar harus pergi.”
“Nggak apa-apa, ma. Xiao xin! (hati-hati)”

Mai Mama pergi.

“Xiang Chen ge, ngapain ge ge pakai baju lengan panjang segala?”
“Aduh, Mei-Mei. Aku kan harus sopan pada pertemuan pertama dengan calon mertua,” jawab Alex.
“Tapi pertemuan pertamaku dengan Zhou Mama malahan aku basah sekujur tubuh.”
“Itu kan keadaan yang nggak bisa dihindarkan. Aku takut Mai Mama nggak suka aku. Dia pasti suka sama cowok yang rapi,” curhat Alex.
“Memang, sih. Mama suka gaya berpakaian Ming-Ming ge, Xiao Wei dan Ming Jun ge. Tapi aku yakin mama lebih suka ge ge menjadi diri sendiri,” kata Gisela, “kan mama juga menilai inner beauty ge ge. Aku juga yakin kok, pilihanku tepat.”
“Xie xie, Mei-Mei.”

Viona berdeham dan dia, Lydia serta Chaterine muncul dari dalam rumah.

“Halo, Alex… eh… Xiang Chen ge,” sapa Lydia.
“Kalian Lydia dan Chaterine, kan? Lama nggak ketemu!”
“Iya. Udah lama sekali, ya?”
“Ehm… Mei-Mei, Xiang Chen ge, kami mau ke rumahnya Ming-Ming ge, nih, sekalian ngajakin QQ jalan-jalan sore. Boleh, kan?” tanya Viona.
“Eh, kenapa harus sekarang?” Gisela balik bertanya.
“Soalnya kami kepingin kenalan sama David,” jawab Chaterine cepat.
“Oke, deh. Hati-hati, ya.”

Rumah jadi sangat sepi. Gisela dan Alex jadi merasa canggung. Gisela melirik kantong besar yang dibawa Alex.

“Ehm… ge ge, itu apa, sih?”
“Oh, ini… hadiah untukmu.”

Alex mengeluarkan boneka Minnie Mouse raksasa.

“Kau pernah lihat Mickey di kamarku, kan? Nih, pasangannya untukmu.”
“Xie xie, big Mickey.”

Gisela memeluk Alex.

“Ehm… aku langsung bawa ke kamar aja, deh. Ayo, ge ge.”

Keduanya menuju kamar Gisela. Semenjak Viona tinggal sekamar dengan Gisela, keadaan kamarnya jadi sedikit lebih rapi. Setidaknya Viona tidak mau melihat lemari baju dalam keadaan berantakan. Gisela meletakkan Minnie di ranjangnya. Alex mengambil buku skenario Memories of The Heart di meja belajar Gisela.

“Nggak terasa, ya, syuting udah hampir selesai.”
“Iya. Aku juga nggak nyangka, udah berkarier sekitar sembilan bulan. Udah serial kedua, lagi.”

Mereka berdua duduk di tepi ranjang.

“Kalau dipikir-pikir, pertemuan kita memang nggak disengaja, ya. Gimana kalau Shu ge nggak menemukanmu?”
“Dan aku tetap nggak tahu siapa sesungguhnya Summer Boyz.”
“Dan aku nggak tahu bagaimana harus mencintai Snowy Flower.”

Alex menatap Gisela. Gisela merasa wajahnya memerah. Bagaimanapun, dia masih tak terbiasa apabila Alex memandang langsung ke matanya.

“Kenapa kau nggak berani memandangku?”

Gisela menggeleng. Alex mengangkat wajah Gisela, dan dia mendekatkan wajahnya. Dia mencium Gisela. Tapi Gisela ternyata…

“Mei-Mei! Kenapa kau selalu pingsan di saat begini? Kita kan udah pernah ciuman di serial! Kau ini… dasar…”

*******


No comments:

Post a Comment