May’s Valentine Dream
Chapter 3
“Da Dong, disini banyak sekali kafe. Apa kamu tahu kafe yang tepat?” tanya Chun.
Keempat sosok personil FLH yang tampan berjalan kaki. Mereka sudah memakai samaran yang paling mengelabui, dari topi, kacamata hitam, jaket tebal, dan sebagainya. Mereka menemani Da Dong.
“Meskipun itu Cuma mimpi, aku yakin kami sudah membuat janji,” jawab Da Dong yang memakai topi dan kacamata hitam.
“Well, mau coba lihat-lihat yang ini?” tanya Yalun, menunjuk kafe di samping kirinya.
Keempatnya masuk ke kafe Italia. Da Dong celingukan kesana kemari mencari sosok May. Tapi May tak ada.
“Maaf, apa Anda mencari seseorang?”
Da Dong tak tahu apa yang dibicarakan si pelayan, tapi untunglah Chun mengerti bahasa Indonesia yang agak mirip bahasa Melayu.
“Ya, benar. Apa disini ada yang bernama May?”
“Oh, nona May meninggalkan pesan untuk temannya. Ini dia.”
Keempatnya mengerumuni kertas yang berisi pesan May. May menulis dalam karakter Mandarin yang mungil dan rapi.
Dear Da Dong,
maaf aku nggak bisa menemuimu
Ada hal penting yang harus kulakukan
Aku akan hadir di konsermu
Sampai ketemu lagi
May”
“Wuah, kalian benar-benar berjanji lewat mimpi?” tanya Yiru shock.
“Kalian hebat,” celetuk Yalun, “sayang ya nggak bisa ketemu.”
“Sabar, Da Dong, toh dia akan datang ke konser kita. Ayo, kita kembali ke hotel sekarang,” ajak Chun.
Da Dong sedih dan menyimpan kertas pesan May ke dalam saku jaketnya.
***
“Waaah, ramai banget yang datang,” celetuk Julie.
Mereka sudah memborong sepuluh tiket VIP, jadi jarak mereka dengan panggung kira-kira Cuma delapan meter. May duduk di antara Stella dan Amel. Kursi-kursi VIP dan VVIP mulai penuh, sementara di pintu masuk kelas festival, semuanya tengah sibuk berebutan tempat strategis.
“Jie, temani aku ke WC dung,” pinta Jeje.
“Ah… boleh,” kata May.
Keduanya melihat papan petunjuk menuju toilet. May menunggui Jeje. Setelah berkaca dan yakin penampilannya hari itu cantik, May menunggu di luar toilet. Tapi saat keluar toilet, dia menabrak seseorang.
“Aduh!”
“Ah, sorry. Are you ok?”
Bahasa Inggris?
“Ah, Lee Jun Ki sshi?”
“Ehm, yeah, it’s me. I’m so sorry, I’m in hurry.”
“Oh, no problem.”
Lee Jun Ki berjalan menjauh.
“Oppa!”
Lee Jun Ki menoleh.
“Hwaiting!”
Dia tersenyum sebelum berjalan menjauh.
“Siapa yang kamu bilang Jun Ki?” tanya Jeje yang sudah keluar dari toilet.
“Jeje, tadi itu Jun Ki, lho,” jawab May.
“Hah? Yang beneran?”
“Sumpah! Tapi dia baru saja pergi!”
Dan May heran melihat Soulmate Path Jeje melambai-lambai dan bertambah panjang. Benang itu makin panjang ke arah Jun Ki baru saja pergi.
Apakah itu mungkin… Jeje dan Jun Ki…
***
Konser dibuka dengan penampilan Lee Jun Ki yang menyanyikan lagu-lagu hot di atas panggung. May memperhatikan Soulmate Path Jeje dan Jun Ki menyambung.
Hah… terlalu riskan berubah disini, tapi aku nggak bisa ke toilet lagi, dung. Gimana ya?
Jun Ki maju ke depan panggung dan menunjuk Jeje.
“Jeje, dia menunjukmu, lho,” ucap Stella.
“Aku?” Jeje memegang dadanya.
Jun Ki terus menunjuk dan mengangguk.
“Cute girl wears pink T-Shirt, wanna dance with me?” tanya Jun Ki.
“Maju, cepat!” Amel mendorong Jeje.
Dengan serabutan, Jeje ke panggung dan akhirnya menyanyi dan juga menaci bersama Jun Ki.
Pasti bisa berlanjut… aku nggak perlu kerja sekarang…
Dan penampilan yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. FLH keluar dari belakang panggung. Keempatnya memakai jaket berwarna gold yang identik, tampak keren sekali. Mata May hanya tertuju pada Da Dong.
Da Dong, aku disini… apakah kamu nggak melihatku? Tapi… apa itu? Kenapa hati Da Dong begitu hitam? Hitam! Nggak mungkin!
“Kebencian menyebarlah!” seru Da Dong.
Seketika ada suara yang memekakkan telinga. Yalun, Chun dan Yiru, juga semua penonton menutup telinga mereka dengan kedua tangan. May juga demikian, tapi dia melihat dari hati Da Dong menyebar warna hitam dan mulai merasuki hati semua orang.
[I]Apa itu? Dan kenapa bisa begini?[/I]
May mengeluarkan bros busurnya…
“Duty with Love!”
Semuanya sudah pingsan saat itu. Bercak hitam di hati semua orang perlahan berkembang, seakan-akan memenuhi hati mereka. May terbang rendah dan berdiri di ujung panggung, hanya berjarak tiga meter dari tempat Da Dong berdiri. May melihat bercak hitam juga cepat menyebar di hati Yalun, dan ini menyakitkan hati May. May memandang mata Da Dong yang kini sangat merah.
“Kenapa? Kenapa kamu lakukan semua ini? Kamu siapa?”
“Aku mau duel dengan Cupid. Bukan denganmu.”
Dan itu bukan suara Da Dong. Suara ini sama sekali tidak indah, malah terdengar mengerikan dan keji.
“Aku adalah asisten Cupid. Kalau kamu mau duel dengannya, kamu duel denganku sekarang!”
“Hoo… ckckck… sejak kapan Cupid punya asisten begini cantik? Aku selalu membenci hari Valentine, karena aku adalah kebencian itu sendiri.”
“Kata Cupid, kebencian nggak punya sosok!”
“Hooo, begitu? Salah! Kebencian itu adalah aku!”
“Kamu merebut sosok Da Dong!”
“Hmm? Mungkin. Yang jelas aku benci cinta. Cinta itu membosankan. Kamu lihat kan, orang yang bercinta pasti akan bertengkar, putus, dan sebagainya.”
“Soulmate Path nggak akan putus!”
“Tapi kalau hati mereka menghitam, Soulmate Path akan hilang. Apa Cupid nggak kasih tahu soal itu?”
May terkesiap. Matanya panas saat melihat hati teman-temannya yang menghitam.
“Aku nggak akan membiarkannya!”
“Cupid baru yang pemberani. Ayo, lawan aku!”
May menembakkan panah ke tangan Da Dong. Darah mengucur dari lukanya, tapi dia mencabut anak panah itu dan tertawa keji.
“Cuma ini kemampuanmu? Payah sekali.”
May kembali mencabut beberapa anak panah, menembaknya dalam sekali tarik, ke kaki Da Dong. Kembali darah mengucur dari luka-luka Da Dong.
“Kamu kurang konsentrasi…”
“Diam!”
“Kenapa? Apa dia adalah orang yang kamu cintai? Soulmate-mu?”
“Diam! Kubilang diam!”
Beberapa anak panah menancap di dada Da Dong.
“Dia terluka… dia akan makin terluka…”
Da Dong… kenapa kita harus bertemu dalam keadaan begini? Kenapa aku harus melukaimu? Kenapa?
Tembakan May mulai tidak terarah karena May mulai menangis. Matanya kabur dan sekujur tubuhnya gemetar. Dia tidak tahan melihat darah yang mengucur dari tubuh orang yang dicintainya. Sementara si iblis tertawa keji.
“Menyerah, ya?”
May menjatuhkan busurnya dan memeluk Da Dong.
“Da Dong, aku nggak bisa melakukannya. Aku nggak bisa melukaimu.”
“Kalau begitu kamu akan mati.”
“Biar saja… aku hanya nggak bisa melukaimu…”
Dari tangan kiri Da Dong muncul pedang panjang. Dia menyabetkannya ke punggung May.
“Aaah!”
Rasa perih menyerang punggung May, tapi dia tetap bertahan, memeluk Da Dong.
“Benar-benar mau mati ya?”
“Aku… nggak peduli…”
May kembali menerima serangan dari Da Dong. Meski sakit, May tetap memeluknya, karena dia tidak tega melukai Da Dong.
Mr. Cupid, maafkan aku… aku sudah gagal… aku memang bodoh… tapi aku terlalu mencintai Da Dong… aku nggak bisa melakukannya…
“May, lepaskan dia!!! Lawan aku, bodoh!”
Kesadaran May tinggal setengah saat dia mendengar suara Cupid.
***
Cupid melesat, menarik dan menggendong sosok May ke bangku penonton, membaringkannya.
“May… May… bertahanlah…”
“Cu… pid?”
“Aku akan membalas apa yang dia lakukan padamu!”
“Jangan… lu… kai… Da… Dong…”
“Bodoh! Aku nggak akan melukainya!”
Da Dong kembali tertawa keji.
“Cupid, aku senang bisa duel denganmu lagi!”
“Keluar kamu dari sana, iblis!”
Cupid melesatkan anak panah yang bersinar terang ke hati Da Dong. Seketika ada sosok hitam yang keluar, sedangkan Da Dong langsung ambruk begitu saja. Sosok itu membentuk diri menjadi malaikat juga, tapi pakaian dan sayapnya berwarna hitam. Matanya merah.
“Sosokmu…”
“Dunia ini penuh kebencian, penuh dendam. Aku mengumpulkan semuanya… semua rasa benci itu…”
“Dan kamu nggak bisa lagi lakukan itu! Lawan aku!”
Cupid menjatuhkan busurnya dan memunculkan tombak panjang. Duel mereka seimbang. Sosok Cupid yang tengah bertarung tampak serius dan tampan. Iblis melukai tangan Cupid. Cupid terpental ke dekat May berbaring…
“May…”
Cupid sedih melihat May yang terluka, mengeluarkan begitu banyak darah…
“Cupid…” May menyentuh lengan Cupid, “berju… anglah…”
Cupid mengangguk.
“Kembali ke neraka, Iblis!!!”
Cupid menusukkan tombak panjangnya ke sosok iblis…
***
No comments:
Post a Comment