Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Sunday, 29 April 2012

Just You chapter 12

Just You
Chapter 12

Besok malamnya, Minwoo, Junyoung dan Taehun mengunjungi Minna dan membuat suasana hati Minna lebih ceria. Mereka membawakan masakan Kevin yang enak dan bergizi sehingga dia bersyukur bisa meninggalkan menu rumah sakit yang sudah terasa membosankan baginya. Minna makan banyak sambil terus mengobrol.

“Jadi kata kalian, Jisuk-sshi membantuku mengurusi Hyomi beberapa hari ini?” tanya Minna sekali lagi, untuk memastikan.
Ne, jadi kau tenang saja, Minna. Hyomi dalam keadaan yang baik,” jawab Junyoung, “dia bilang akan datang besok pagi ketika tidak ada jadwal. Dia juga sangat mengkhawatirkanmu.”

Minna tersenyum tipis, melanjutkan makannya.

“Jangan pernah pingsan di depanku dan membuatku ketakutan lagi,” wanti Minwoo, pura-pura marah, “arasso, Minna?”
Ne. Jeongmal mianhae, Minwoo-sshi. Dan… gomawo,” ujar Minna tulus sambil tersenyum.
“Tapi kurasa dia sudah lebih sehat, Minwoo. Orang yang makan banyak pertanda dia akan segera sembuh,” jelas Taehun.
“Tentu saja. Aku akan segera sembuh. Aku yakin koq.”

Minna melanjutkan obrolan santainya dengan ketiga member ZE:A ini hingga malam itu berlalu begitu cepat baginya.

***

Keesokan harinya, Hyomi mengunjungi Minna bersama Heechul. Melihat dia bersama Hyomi bukan membuat perasaan Minna lebih baik. Heechul hanya bicara seperlunya, padahal dari sorot matanya, Minna tau jelas sesungguhnya banyak hal yang ingin dia katakan, tapi kondisi yang sekarang sangat tidak memungkinkan. Minna merasa sedih melihat Heechul begitu. Di lain sisi, Hyomi yang terlihat bahagia, suasana hati Hyomi terlihat kontras dengan suasana hati Minna. Tiba-tiba dia lebih ingin sakit, lebih ingin tinggal di rumah sakit lebih lama daripada kembali lagi ke kesibukannya dan melihat hal-hal yang lebih tidak ingin dilihatnya. Setelah keduanya pulang, dokter Shin memeriksa kondisi Minna sambil membawa sebuah amplop besar.

“Bagaimana Minna, sudah merasa lebih baik?” tanya dokter Shin, mengecek detak jantung Minna.
“Hanya merasa sedikit lelah pagi ini, tapi saya yakin sudah lebih baik, Shin uisa. Kamsahamnida,” ucap Minna, tersenyum pada dokter yang begitu baik padanya ini.
“Hasil check-up-mu sudah keluar. Biasanya tidak secepat ini, tapi karena kau pasienku, apalagi kau titipannya Minwoo, aku mengusahakan yang maksimal untukmu. Ini, bacalah.”

Minna menerima amplop besar itu dan mulai mengeluarkan setumpuk kertas di dalamnya. Ketika Minna membaca bagian pengecekan mata, dia menemukan kata-kata yang tidak dimengertinya.

“Ablasio retina… apa ini, Shin uisa?”
“Minna, kuminta kau untuk tenang sementara aku menjelaskan ini. Ablasio adalah keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina dan biasanya ini terjadi pada orang yang lanjut usianya. Ablasio ini biasanya terjadi pada orang yang juga menderita rabun jauh. Kau memakai kontak lens sudah cukup lama kan, Minna?”
“Ne. Saya sudah rabun jauh sejak usia 14 tahun. Tapi… lepasnya retina… bukannya… retina itu adalah sejenis lapisan pada mata kita yang peka terhadap cahaya? Maksud Shin uisa dengan keadaan lepasnya retina itu…” Minna membiarkan pertanyaannya menggantung.
“Minna, biasanya hal ini terjadi secara alami pada mata, karena semakin bertambah usia kita, retina menjadi tipis dan kurang sehat. Hanya saja, kejadian ini akan menjadi penyakit ketika proses alami itu mengakibatkan kerusakan karena menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih yang mengisi bagian tengah bola mata kita. Pemeriksaan menemukan bahwa kasusmu masih belum parah. Apakah kau mengalami gejala aneh pada matamu sebelum ini?”
“Selain kepalaku yang pusing dan penglihatanku kabur, kadang-kadang aku melihat benda yang melayang dan tidak pada tempat seharusnya. Aku kira itu efek dari pusingnya kepalaku, Shin uisa.”
“Dari gejala itu, benar memang kau mengalami gejala awal ablasio retina.”
“Apakah… retina saya akan terlepas? Apakah… saya akan…”
“Tidak, Minna, kami tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada matamu. Karena masih tahap awal, rajinlah melakukan pengobatan. Aku akan merujukmu ke bagian spesialis mata yang terbaik di rumah sakit ini, dia adalah sahabatku juga dan aku yakin, kau akan sembuh. Kau tidak akan mengalami kebutaan. Retina itu tidak akan terlepas dari matamu,” yakin dokter Shin.

Minna menundukkan kepalanya. Retina yang lepas? Kebutaan? Kenapa dia harus mengalami penyakit seaneh ini? Kesalahan apa yang sudah dilakukan Minna sehingga dia harus mengalaminya? Jika Minna buta… akan terasa seperti apakah? Tenggorokannya tercekat dan rasa takut memenuhi dirinya. Tidak… Minna tidak ingin buta, tidak ingin tidak bisa melihat Heechul lagi. Memang, melihatnya dekat dengan Hyomi membuat hati Minna hancur, tapi tidak melihatnya sama sekali sama saja dengan menyuruh Minna mati secepatnya. Dia tidak ingin lagi kehilangan orang yang dicintainya. Setelah dia tidak bisa melihat Ryeowook, sekarang Heechul-pun tidak bisa? Tidak… Minna menggeleng-gelengkan kepalanya, tubuhnya bergetar hebat. Sosok indah itu… akan menghilang dari pandangan Minna?

“Minna, wajar kau merasa takut. Tapi dengan pengobatan yang cepat, kau akan sembuh. Penyakitmu masih di stadium awal, Minna, kau jangan memikirkan hal-hal yang buruk dulu. Kau akan baik-baik saja, arasso?” hibur dokter Shin, “besok sebelum keluar dari rumah sakit, aku sendiri yang akan mengantarmu ke bagian spesialis mata. Kalian akan langsung bisa menyusun jadwal pengobatan. Jangan khawatir. Pulihkan dulu kondisi tubuhmu.”

Tapi kata-kata dokter Shin tidak cukup untuk menenangkan Minna. Dia mencengkeram tangan dokter Shin dan memandang wajah dokter Shin ketakutan.

“Apapun itu, Shin uisa, bisakah saya memohon sesuatu?” pinta Minna, genangan air mata memenuhi kedua matanya yang indah.
“Apapun, Minna, apapun.”
“Tolong jangan memberitaukan kondisiku pada siapapun, termasuk Minwoo-sshi. Saya mohon… jebaljebal…”

Minna mulai menangis, rasa takut menang atas dirinya sekarang. Dia tidak bisa mencegah dirinya untuk memikirkan kemungkinan terburuk dari penyakitnya ini. Pengobatan… bagaimana kalau pengobatan itu tidak berhasil? Apa yang harus dilakukan Minna? Siapkah dia kehilangan semuanya? Tidak… Apalagi memikirkan reaksi Minwoo jika dia tau penyakit Minna… Dia sudah terlalu baik pada Minna, Minna tidak ingin membuatnya khawatir lagi.

“Baiklah, Minna, aku tidak akan mengatakannya. Tenangkan dirimu,” pinta dokter Shin.

Dokter Shin mengelus punggung Minna dan dia seolah merasakan appa-nya sudah kembali ke sisinya. Appa Minna dan Ryeowook sudah kembali, atau setidaknya, mengulurkan tangan mereka melalui dokter Shin untuk menenangkannya. Tapi Minna tidak bisa menghilangkan rasa khawatir ini. Dia ingin sembuh. Minna akan melakukan apapun untuk bisa sembuh. Dia berdoa dalam hatinya, memohon Tuhan untuk tidak mengambil harta berharga dari sisinya lagi.

***

Saturday, 28 April 2012

Brand New It's Magic chapter 9 part 3


Brand New It’s Magic
Chapter 9 part 3

May dan Amelz melawan Sembilan vampire dan empat hantu. Mereka hanya berdua… melawan segitu banyak musuh…

 “Julie, tadi aku mendengarnya,” ucap May, “kau melakukan Telepathy yah?”
“Hah? Benarkah itu?” Tanya Julie.
Amelz mengiyakan,iya. Aku juga mendengarnya. Apakah ada yang membalas Telepathy-mu?”
“Kurasa itu sia-sia, bukannya Telepathy baru berlaku kalau kita berada di dunia yang sama dengan orang-orang yang kita tuju? Lagian yang bisa Telepathy Cuma Junsu oppa. Kyaaaaa…”

May melesatkan Dragon Arrow pada vampir yang akan menyerang Julie.

 “Hah? Apa itu?”

May dan Julie melihat apa yang Amelz tunjuk. Jauh di atas sana, ada sebuah lingkaran besar. Lingkaran berwarna hitam itu tertutup sepenuhnya, tapi May bisa melihat siapa yang ada di dalam sana. Junsu dan Bella Rotislav.

 “Tunggu. Bukannya harusnya Yunhwa oppa yang ada disana?”
 “Tidak… tidak mungkin…” tolak May sambil melesatkan tiga Dragon Arrow sekaligus.
Amelz berpikir keras,tak mungkin Yunhwa oppa kalah… dan Junsu menggantikannya bertarung?”

May langsung terduduk lemas. Yunhwa sudah kalah. Dia sudah pergi untuk selamanya. May bertekad menembus tabir itu, dia ingin membantu Junsu dan membalaskan dendam Yunhwa.

 “Kau tidak boleh kesana sebelum mengalahkan kami, Wind!” hardik sesosok hantu.
May dicakar hantu di sepanjang kaki kiri,aduh!”
“May!” teriak Julie.
Amelz mengajak,ayo kita bereskan makhluk-makhluk pengganggu ini!”

***

Ryeowook muncul di dunia vampir. Dia mendengar suara ribut-ribut. dia segera berlari ke sumber suara. Disitu Amelz dan May melindungi Julie, melawan lima vampir dan dua hantu. Sementara mata Ryeowook terpancang pada kedua orang yang tengah bertarung di dalam tabir. Dan seketika Ryeowook tersentak. Hatinya pedih.

“Yunhwa hyung… hanya sampai disinikah takdirmu sebenarnya?” Tanya Ryeowook, “aku… ah, ayo, Ryeowook, kau harus kuat!”

Ryeowook menghilang sejenak, mengumpulkan bala bantuan…

***

Vani dan Kimbum kelelahan. Mereka baru mengalahkan tiga vampir. Seperti halnya Kimbum, sekarang Vani juga terluka.

“Ahhh…. Gimana ini??” Tanya Vani frustasi.
Kimbum menghardik,jangan frustasi, Vani. Kita harus berjuang.”
“Northern Chain!” seru seorang pria.

Vani dan Kimbum kaget melihat sekelebatan cowok berjubah putih yang terbang kesana-kemari dan membantu mereka melawan para vampir. Northern Chain yang digunakannya berkelebat sangat cepat dan mereka hanya bisa melihat hasilnya: tiga vampir langsung jadi abu terkena beberapa ayunan senjata si cowok.

“Tinggal 7,” kata si cowok, “kita bertiga bisa mengatasinya dengan cukup mudah.”
“Thanks… tapi siapa kau?” Tanya Vani.
Yesung menjawab, “Yesung. Aku datang sebagai bala bantuan terakhir.”
“Tapi kami tak mengenalmu, ucap Kimbum.
 “Jangan pedulikan itu. biar aku kasih tau kalian… Yunhwa dan Bella Rotislav tadinya bertarung, dan mereka melakukan Death Promise. Mungkin Vani mengerti apa itu Death Promise. Tapi Kimbum dan JiroMungkin kalian belum tau. Itu adalah pertarungan hidup mati antara Yunhwa dan Bella. Sebenarnya kalian tidak akan mungkin keluar dari kastil ini, dan Vani tidak akan mungkin masuk kesini kalau tabir perjanjian tidak pecah.”
Vani berujar,tunggu! Apakah Yunhwa oppa…”
 “Iya, Vani. Dia sudah pergi. Karena itu aku juga bisa masuk kesini dan bantu menyelamatkan kalian. Sekarang Junsu menggantikan Yunhwa untuk berduel dengan Bella. Aku merasakan hawa pembunuhan yang sangat besar, banyak yang dalam bahaya, termasuk May dan yang lainnya di luar sana. Ayo, kita harus cepat.”

Vani, berderai air mata, ikut membantai vampir dengan marah.

***

Stella menjatuhkan pena yang dipakainya waktu tiba-tiba melihat Ryeowook muncul di luar pintu kelas. Stella yakin teman-temannya bahkan dosennya tak melihat kemunculan Ryeowook. Stella kebetulan melihat karena daritadi Stella melamun memikirkan May, Amelz dan Junki yang tidak kuliah tanpa mengabarinya hari ini. Ryeowook memberikan isyarat supaya Stella keluar.

Stella mengangkat tangannya, “Chen laoshi! Saya mau ke toilet!”
“Hao, Chen laoshi mengiyakan.

Stella bergegas menemui Ryeowook.

Ryeowook menjelaskan,tak sempat menjelaskan secara detail. Yunhwa hyung kalah. May, Amelz dan Julie di dunia vampir, butuh bantuan. Junsu sekarang bertarung dengan Bella. Aku akan menjemputmu dan Annie. Sekalian menugaskan Warriors’ Helper untuk berjaga. Siapa tau para hantu memanfaatkan dunia yang kosong ini dan menyerang.”

Stella tampak shock mendengar penjelasan cepat Ryeowook.

 “Aigo… cepat, Stella!”

Ryeowook menarik tangan Stella menuju lantai bawah, ketika Hyunjoong dan Junki muncul tiba-tiba di hadapan mereka.

Hyunjoong mengajak,ayo kita jemput Annie. Junki, kau harus berjaga disini. Kita sebarkan si kecil, Ryeowook.”

Mereka telah sampai di kelas Annie. Stella berdiri di luar pintu kelas yang terbuka, dan Thia melihat Stella.

 “Annie… Stella jie memanggilmu, ucap Thia.
Annie mengangkat tangan,laoshi! Aku mau ke toilet!”

Tanpa menunggu laoshi menjawab, Annie sudah melesat keluar kelas.

 “Ke dunia vampir sekarang,” perintah Ryeowook, “tak sempat menjelaskan. Suruh para Helper berjaga. Kami akan sebarkan si kecil.”
 “Oh yah, kita ketambahan dua Helper. Chun dan Calvin ge sekarang Warriors’ Helper juga.”
Hyunjoong berujar,oh ya? Syukurlah.”

Mereka semua berlari masuk ke salah satu kelas kosong. Ryeowook memunculkan Elder Sword, dan membentuk ‘si kecil’ hewan imut bulat dengan mata besar tanpa mulut berwarna biru. Pada awalnya makhluk itu tak bisa disebut si kecil, karena tingginya sekitar seratus centimeter. Tapi kemudian hewan itu pecah menjadi tiga bentuk kecil, masing-masing tingginya sekitar 30cm, salah satunya melompat ke bahu Junki. Yang dua lagi menghilang. Hyunjoong juga memunculkan Double Sword dan membentuk ‘si kecil’ warna merah. Si kecil berpencar menjadi tiga dan menghilang.

“Aku mengirimkan dua lagi pada Clara dan Calvin, jelas Ryeowook.
“Aku kirimkan pada Rin, Chun dan Fennie. Sekarang kalian harus bertemu dengan Kyujong dan Youngsaeng, dan pastikan kalian tidak terpisah, seperti biasa.”
Junki memutuskan,sekarang aku langsung mencari Kyujong hyung.”
“Ayo, Stella, Annie, ajak Ryeowook.

Ryeowook menggandeng Annie, sedangkan Hyunjoong menggandeng Stella.

***

Clara tengah bercermin sehabis mandi ketika melihat ada makhluk kecil berwarna biru di pundaknya.

Clara berkata,ahh… ini. Tanda dari Ryeowook oppa. Mungkin aku perlu tanya Rin.”

Baru saja Clara mengeluarkan hapenya, ada SMS masuk dari Junki.

Mereka semua ke dunia vampir. Clara, Rin, Youngsaeng hyung, cepat berkumpul di kampus. Aku sudah bersama Kyujong hyung juga sekarang. Teman2 kita yang lain juga semua ada di kampus.

Clara bertanya,hah? Ini artinya… waktunya beraksi? Wow… asyik!”

***

Sementara itu, Calvin kaget bukan kepalang waktu hewan kecil berwarna biru itu nangkring di pundaknya. Calvin memandangi si kecil yang balik memandangnya dengan mata besar yang innocent. Calvin tersenyum sendiri, tak jadi mengusirnya. Tapi dalam hati bertanya… apa ini sebenarnya? Makhluk ini juga tidak punya mulut. Jelas tidak bisa ngomong. Kelas bubar dan Calvin sedikit heran. Teman-temannya mengajaknya ngobrol tanpa melirik ataupun menyinggung makhluk di pundaknya. Tapi Calvin menduga ini ada hubungannya dengan para Warrior dan kapasitasnya sebagai Warriors’ Helper. Fennie muncul agak terengah di depan kelas Calvin.

 “Calvin ge…” panggil Fennie.
Calvin bertanya, “Fennie?”

Calvin heran melihat ada makhluk kecil yang mirip dengan punya dia, tapi berwarna merah di pundak Fennie. Fennie masuk ke kelas dan menggandeng tangan Calvin. Teman-teman Calvin menyoraki mereka.

 “Ge, kita harus berkumpul. Ahh, sekalian kita jemput Aaron ge. Kita harus melindungi teman-teman. para Element Warriors pergi ke dunia vampir, jadi kita semua diandalkan menjaga dunia ini untuk sementara.”
 “Apa sebenarnya ini?”

Calvin menunjuk si kecil yang ada di pundaknya.

 “Ahh aku kurang tau namanya. Tapi Thia menjelaskan ini tanda-tanda yang dibuat para vampir, mungkin Hyunjoong oppa kawan-kawan vampir kita.”
“Ini lucu.”

Keduanya berhenti di depan kelas Aaron dan melihat Aaron baru saja mau keluar kelas.

“Aaah, kebetulan, Aaron ge. Ayo, kita harus pergi.”
Aaron heran tangannya ditarik Calvin dan Fennie,kemana?”
“Pokoknya ikut, jawab Calvin.

Fennie mengecek hapenya dan menerima SMS dari Junki bahwa mereka harus berkumpul di ruangan teater.

Fennie melaporkan,semuanya ada di ruangan teater.”

Mereka berlari-lari menuju ruangan teater, yang gedungnya agak jauh dari gedung pertama. Ketiganya langsung melihat Chun, Thia, Junki, Kyujong, Clara, Rin, Youngsaeng dan bahkan Alend.

“Loh? Sebenarnya ada apa sih ini?” Tanya Aaron bingung.
Junki memutuskan,waktunya Aaron ge mengetahui kenyataan yang mengagetkan. Tenanglah, kami akan ceritakan situasi yang gawat ini.”

***

 “Iya. Itu yang terakhir,” ucap Yesung, “bagus, Kimbum!”

Kimbum, Vani dan Yesung telah membantai habis para vampir yang menghadang mereka. Yesung menyabetkan Northern Chain ke pintu depan, dan pintu itu langsung hancur seketika.

 “Semuanya, berkumpullah disini. Aku akan membuat lingkaran perlindungan untuk kalian!”

Kimbum mengatur semua orang untuk berkumpul.

Jiro menolak,aku tak mau dilindungi. Aku mau ikut.”
“Jiro ge, tapi gege tidak bersenjata!” sergah Vani.
“Aku perlu melihat Julie. Aku tidak mau dia terluka.”
“Tapi…”
Yesung menengahi,sudahlah. Tidak apa-apa, Vani, aku yang akan bertanggungjawab terhadap Jiro.”

Yesung berdiri agak jauh dari yang lain, lalu menghadap orang-orang yang berkerumun, mengarahkan Northern Chain ke udara dan melambai-lambaikannya di udara membentuk semacam huruf S beberapa kali dan akhirnya memukulkan rantai itu ke tanah. Lalu di sekeliling orang-orang itu tampak sebuah tabir transparan yang melindungi mereka dengan sempurna.

Yesung memutuskan,aku akan membuka tabir ini waktu keadaan aman. Ayo, sekarang kita harus menyelamatkan Element Warriors dan membantu Junsu.”

Yesung berlari maju disusul Kimbum dan Jiro. Tak jauh setelah mereka berlari, mereka melihat Amelz, May dan Julie yang berjuang melawan 7 vampir dan 2 hantu. Mereka agak kelelahan.

 “Ahh itu Junsu!”

Mereka mendongak ke atas dan melihat tabir tempat Junsu dan Bella bertarung. Tampaknya keduanya berimbang.

 “Ayo kita bantu May, ajak Kimbum.

Sebelum mereka bergerak, mereka dikagetkan dengan kemunculan Hyunjoong, Ryeowook, Annie dan Stella.

Annie bertanya,hah? Kimbum oppa? Jiro ge? Vani onnie??”
“Annie, Stella!” panggil Jiro, Hyunjoong dan Ryeowook… syukurlah kalian ada disini!”
“Ahh, karena perjanjian terputus, kalian bisa keluar? Kenapa kau ada bersama mereka, Vani?” Tanya Hyunjoong.
Vani menjawab,aku bisa masuk setelah berkeliling kastil cukup lama, aku bisa menemukan pintunya kupikir setelah perjanjian terputus. Tapi kami terjebak di dalam, musuh banyak. Dan Yesung oppa menolong kami.”
 “Yesung?” Tanya Ryeowook memandangi Yesung,siapa kau?”
 “Yah… itu tidak penting. Ayo cepat kita tolong May, dan berikutnya Junsu. Kupikir Bella ini pasti sudah melakukan sesuatu sampai bisa mengalahkan Yunhwa. Dengan kemampuan Yunhwa, dia harusnya tidak kalah, jawab Yesung.
 “Kenapa kau seolah tau tentang segalanya?”
 “Itu tak penting, Kim Ryeowook.”
Stella mendesak,aigo… cepat!!”

Stella sudah tidak sabar dan dengan Telekinetic mencabut batang pohon dan menghantamnya pada vampir yang mengintimidasi Julie. Hal ini menyadarkan rombongan satunya untuk langsung membantu May, dkk.

***

No Other The Story chapter 32


No Other The Story
Chapter 32

MANSHI’S DIARY
CHAPTER 32
OFF MY MIND

                “Aku pulang.”

                Begitu aku membuka pintu, aku melihat Yifang dan Yesung, keduanya duduk di sofa. Yesung merangkul Yifang dan Yifang tiduran di dadanya Yesung. Aku tidak tahan lagi dengan pemandangan ini. Aku ingin Yesung kembali ke apartemennya saja.

                “Lho, Yifang, kau tidak ke bar?” tanyaku heran.

                Otomatis keduanya langsung menempelkan jari telunjuk di bibir masing-masing. Aku jadi bingung.

                “Mwo?”
                “Ada Siwonnie di dalam sana,” jawab Yesung, menunjuk ke belakang dengan jempolnya.

                Ah, aku lupa. Aqian baru saja jadian dengan Siwon. Sekarang lengkap sudah penderitaanku. Aku ingin pacaran juga, jadi panas juga melihat mereka mesra-mesraan. Harusnya aku Tanya Xili apa dia keberatan dengan semua ini.

                “Eh, bukannya kau pergi syuting ya, Yifang?”
                “Syutingnya baru selesai satu jam yang lalu. Ngomong-ngomong aku mau pinjam catatan kuliahmu hari ini ya,” jawab Yifang.
                “Aku tadi pinjam punya Xander. Taulah aku juga malas mencatat. Punya dia lengkap koq.”
                “Kau sendiri lembur hari ini?”
                “Ne. aku nanti kasih kau catatannya. Aku ke kamar dulu.”

                Asyiknya Yifang, sepertinya keberuntungan datang berturut-turut dalam hidupnya, setelah sempat menderita. Dia sudah mendapat peran figuran di salah satu drama yang akan tayang dua bulan lagi, dan dia akan muncul di Sembilan episode. Untuk itu dia mendapat bayaran cukup tinggi. Katanya sih, dia mulai bisa menyisihkan untuk mencicil utang. Selain beruntung disitu, dia juga mendapat Yesung. Aku? Yah… keadaanku masih begini juga. Dietku belum terlalu berhasil, masih perlu 4 kg lagi, tapi entah mengapa yang 4 kg ini susah dicapai. Tapi kata Kangin, kekuatanku dalam main taekwondo jadi menurun, malah sekarang Yifang lebih kuat dariku. Ya ampun, mau jadi apa aku. Aih, aku lupa mengembalikan pelembap wajahnya Aqian, pasti dia mau pakai nih. Aku ke kamarnya saja, jangan menoleh-noleh lagi ke ruang tamu, jangan-jangan nanti aku melihat adegan yang… lha, pintu kamar Aqian tidak ditutup? Koq tak ada suara? Apa mereka mengerjaiku dengan bilang Siwon ada disini? Ah!!! Tak seharusnya aku mengintip! Aku kembali ke kamar dengan sedikit terengah. Aku… tadi… melihat… Aqian... dan… Siwon… ciuman… ya ampun!!! Mau menghindari malah melihat adegan yang tidak-tidak. Hhh… nasibku bagaimana, coba? Kibum… Kibum… lho, kenapa aku jadi memikirkan dia? Bukannya aku sendiri yang… huh… kemana sih si pabho Shindong itu? Apa tidak tau aku merindukannya? Harusnya aku tidak boleh menganggapnya teman lagi!

                “Manshi, kau mau kupecat ya? Jangan pikir karena kau Make Over Leader disini aku tak berani memecatmu ya.”

                Aku kaget mendengar komentar pedas Heechul. Aih, apa yang kulakukan? Bengong saat bekerja? Aku bisa menurunkan reputasi salon nih!

                “Sini, ke kantorku,” perintah si dictator Heechul.

                Aku mencibir dan mengikutinya. Apa lagi maunya dia? Terakhir kali dia menyuruhku ke kantor adalah karena dia ingin aku mendaftar kuliah. Sekarang ada keanehan apa lagi? Dia menunjuk kursi dan aku langsung duduk.

                “Mwo, oppa?” tanyaku dengan nada malas yang kurang ajar.
                “Mulai besok harus bisa bagi waktu dengan baik di tiga tempat: kampus, salon dan pekerjaan yang baru. Aku tak mengizinkan kau sampai bolos bekerja disini.”

                Tiga bagaimana? Apa dia mabuk? Jelas-jelas sekarang aku Cuma beraktivitas di kampus dan salon koq.

                “Tiga? Kan Cuma dua.”
                “Aku bilang mulai besok! Nih!”

                Dia melempar selembar kertas yang kutangkap dengan tangkas. Surat pemberitahuan apa yang ribet dalam Hangul ini? Hah… HAH?

                “Oppa, ini… tidak bercanda? Aku… jadi kepala stylish untuk drama ini? Dramanya Kibum oppa?”
                “Memangnya Hangul-mu bermasalah ya? Nah, ada selembar lagi nih untuk jam kerjamu disana. Di luar jam itu dan jam kuliah, kau harus di salon. Jadi kemungkinan besar kau harus di salon sampai malam setiap harinya,” katanya, memberi selembar kertas lagi padaku.

                Aku memandangi kertas pertama lagi. Bayarannya… bayarannya tinggi! Dan aku bertanggungjawab atas make-up pemeran utama (dalam hal ini Kibum) dan pemeran utama wanitanya.

                “Tapi oppa, kenapa bisa begini tiba-tiba?”
                “Banyak alasan kupikir. Bisa jadi karena popularitas Siwonnie sebagai CEO, karena salon kita maju dan dinobatkan sebagai salon terbaik se-Seoul tahun kemarin, atau karena popularitasmu juga meningkat. Aku sudah bilang pada mereka kalau kau terima kerja ini.”

                Akan kumakan dia kalau dia tidak kurus. Seenaknya saja bilang aku mau terima. Tapi angkanya menggiurkan sih…

                “Baiklah. Aku akan bagi waktu.”

                Dan begitulah kesibukanku dimulai keesokan harinya. Jam 10 pagi aku kuliah sampai jam 2, lalu buru-buru ke salon, dan jam 5 aku sudah berada di lokasi syuting. Disana aku bertemu dengan Suxuan dan Kibum. Semenjak kejadian yang waktu itu, inilah pertemuan pertamaku dengan sunbae-ku ini.

                “Manshi, selamat datang,” sapanya ramah.

                Melihat senyum di wajahnya, aku merasa sedikit lega. Aku tak ingin ada cekcok dengan siapapun, ingin hidupku tenang.

                “Sepertinya kita semua memang tidak jauh dari dunia hiburan ya. Mulai dari Suxuan, Yifang, dan berikutnya kau.”
                “Kibum oppa yang mengusulkanmu ke produser lho,” lapor Suxuan.
                “Aih, kau Suxuan, untuk apa dikasihtau yang itu?”

                Aku memandang Kibum dengan pandangan penuh rasa terima kasih.

                “Ng… Kibum oppa, gomawo,” ucapku.
                “Ani, jangan berterimakasih. Aku hanya mengusulkan namamu saja koq. Lagipula mereka langsung setuju karena mereka tau popularitasmu dan percaya pada hasil kerjamu. Berikutnya kan tergantung pada skill-mu juga?”

                Aku tersenyum. Tapi setidaknya, aku mendapatkan pekerjaan dan sumber penghasilan baru sekarang. Dan aku benar-benar sibuk, tak kalah sibuknya dengan Yifang. Pernah pada suatu hari Xili benar-benar ditinggal sendirian di apartemen (sendirian atau dengan Donghae, aku tak tau, soalnya mereka dekat belakangan ini), Aqian dan aku pulang jam 9 malam, sedangkan Yifang jam 4 subuh. Ternyata mencari uang memang tak mudah. Aku makin kesulitan menahan rasa laparku, soalnya kegiatanku sangat banyak dan Seoul mulai panas. Di hari Kamis, aku mendapat cuti dari salon dan jadwal kuliahku kosong, baru akan ke tempat syuting jam 12 siang. Aku akan ke mall untuk menambah koleksi bajuku, karena baju lama sudah banyak yang kebesaran. Aku sedang mempertimbangkan apa perlu beli bikini. Aigo… cuacanya panas sekali. Melihat orang-orang yang makan es krim, aku jadi kepingin dan haus… tapi aku berhasil menahan godaan itu. Aku berbelanja dengan puas dan bekerja dengan semangat siang harinya.

                “Manshi, kau pulang sendirian ya?” Tanya Kibum saat kami sudah mulai beres-beres.

                Aku melihat arlojiku, jam 9 malam.

                “Ne.”
                “Bareng saja yuk.”
                “Ani, oppa. Aku akan jalan kaki saja, lagian baru jam 9 malam nih. Bagus untuk diet.”
                “Tapi… kalau pulang kan harus jalan kaki lama sekali. Kau yakin, Manshi?”
                “Yakin. Jangan khawatir, oppa.”
                “Ya sudah. Kalau ada apa-apa, telepon aku ya.”
                “Aigo, Manshi!”

                Aku kaget melihat Leeteuk berlarian ke arahku dan langsung mengguncang-guncang tubuhku. Aku jadi nyaris roboh dalam guncangannya. Hei, Leeteuk, aku rapuh sekarang, jangan perlakukan aku begitu.

                “KENAPA KAU BISA SEKURUS INI? TAK ADA YANG MEMBERIMU MAKAN, YA?” Tanya Leeteuk dengan suara yang besar sekali.

                Aku jadi malu.

                “Oppa, aku diberi makan di salon, disini dan di apartemen. Aku tak ada masalah, koq,” jawabku.

                Aku mengedipkan mata pada Kibum, yang dibalas Kibum dengan anggukan cepat. Untunglah, itu berarti Kibum tau aku menyuruhnya tutup mulut soal dietku. Tapi Leeteuk memandangku curiga.

                “Jangan bilang kau lagi diet ya.”
                “Ani, oppa. Aku sibuk begini, kalau masih diet bisa-bisa aku mati nih.”
                “Ya sudah kalau begitu. Kalau kau sakit, periksa padaku ya. Aku pulang dulu.”
                “Bye oppa, Manshi…” lambai Suxuan, tangan kirinya menggandeng tangan Leeteuk.

                Aku dan Kibum menghela nafas lega. Leeteuk memang dokter hebat, dia langsung curiga aku diet hanya dari melihat tampangku saja. Maaf, pak dokter, aku bohong padamu.

                “Kibum, bisa kesini?”

                Sutradara memanggil Kibum, jadi aku langsung pamitan pada mereka berdua sekaligus. Aku merenggangkan badanku ketika keluar dari lokasi syuting yang berupa halaman belakang hotel bintang lima. Tulangku berderak semua. Aku pasti terlalu capek. Aku menguatkan diriku yang membawa tas backpack besar berisi peralatan make-up-ku, dan mulai berjalan. Yang paling aku benci, pulang ke apartemen aku harus melewati satu jalanan yang di kanan-kirinya penuh restoran atau makanan kaki lima. Aku tergiur dengan bau cumi-cumi bakar (aku harus menyalahkan Yifang, gara-gara dia aku suka makan cumi-cumi), tapi terpaksa menelan liurku dan terus berjalan. Dan harusnya Valentine sudah lewat, Cuma yang membuatku sebal adalah aku melihat banyak orang berpacaran. Dasar sial. Tidak di luar, tidak di apartemen, melihat orang pacaran. Harusnya aku juga sudah berpacaran, tau, dengan actor terkenal! Tapi aku sudah menolaknya. Andaikan yang kuinginkan adalah popularitas, aku pasti menerimanya. Tapi aku tak bisa lupa orang-orang yang memberi komentar itu… mereka bilang aku gemuk… kalau memang aku jadian dengan Kibum, bukannya akan makin banyak komentar jelek, atau anti-fans? Aku menggeleng-gelengkan kepalaku ngeri. Bau ramen… bau nasi goreng… bau sushi… bau hotpot… ya ampun, aku memang pintar mengenali bau-bau itu. Aku jadi teringat pada Shindong lagi. Semenjak mengenalnya, aku jadi tau lebih banyak tempat yang makanannya enak-enak dan murah. Kami juga punya kebiasaan untuk mencobai tempat makan baru, yang akan langsung kami masukkan dalam dua kategori: oke atau tidak oke. Kalau oke (dari segi menu, harga dan kebersihan) kami akan datangi lagi lain kali, tapi kalau tidak oke, jangan harap kami datang lagi. Tapi… aku menggelengkan kepalaku lagi. Itu semua rasanya seperti masa lalu. Shindong… kau dimana sekarang? Aku merindukan masa-masa itu… dan aku melihat pintu sebuah resto yang jauhnya empat blok dariku menjeblak terbuka (untung aku bukan di depannya, pasti aku bisa melayang), dan keluarlah dua pria yang sempoyongan dan sambil berangkulan. Ya ampun, mereka pasti mabuk. Aku harus jaga jarak dari mereka supaya aku tidak diganggu atau apalah. Aku berjalan di belakang mereka saja. Ya ampun, kombinasi mereka juga aneh. Yang satu sangat gemuk, yang satu lagi kurus. Dunia ini memang aneh. Mereka berjalan lambat sedangkan aku sudah sedikit lebih cepat, hanya enam langkah di belakang mereka sekarang. Bahkan aku bisa mendengar mereka bernyanyi sekarang: yang gemuk suaranya sumbang, yang kurus suaranya bagus.

                “Hyung, lupakanlah wanita, hik, itu… Masih banyak wanita yang lain, kan?” Tanya si kurus.
                “Tapi bagiku hanya dialah yang kucintai… hik… bagaimana ini… Hyunjoong?” Tanya yang gemuk.
                “Nanti aku kenalkan pada hyung wanita-wanita… hik… yang lain. Akan kucarikan yang seperti wanita itu. Setuju?”

                Hyunjoong? Koq rasanya nama itu tidak asing, ya? Pernah dengar atau lihat dimana, ya? Tiba-tiba wajah Yifang terlintas di benakku. Ah… aku ingat. Katanya Yesung pernah mengenalkannya pada Hyunjoong, penyanyi dari grup boyband juga… yang aku tak ingat nama grupnya. Ya ampun, dia sampai mabuk begitu?

                “Gomawo, Hyunjoong… tapi aku… tidak berminat… lagi… hik…”
                “Jadi kata hyung tadi, si wanita itu sekarang berpacaran dengan… hik… siapa namanya? Si actor?”
                “Kim Kibum…”
                “Ah ya, aku lupa lagi namanya. Soalnya namanya sama dengan dongsaengnya… hik… teman grupku…”
                “Aku ingin membencinya, tapi tak bisa… aku sudah bersahabat lama sekali dengannya… tak… hik… enak kan kalau ada cekcok?”

                Tunggu. Sekarang aku mengenal suaranya juga, yang gemuk. Kibum? Nama Kibum disebut? Berpacaran dengan Kibum? Bersahabat lama dengan Kibum? Apakah dia… jadi lebih gemuk lagi sekarang?

                “Hyung, hik, berteriaklah. Lepaskan saja emosimu. Setelah itu, jangan mabuk-mabukan lagi,” usul Hyunjoong.
                “Ne, kau memang, hik, pintar, Hyunjoong. Kita hari ini minum banyak sekali. Baiklah, akan kuteriakkan dan lupakan wanita itu… hik… CAI MANSHI, SARANGHAEYO!!!”

                Dan aku membeku di tempatku berdiri. Dia… itu memang dia… bagaimana mungkin, ketika aku ingin bertemu dengannya, ternyata dia memang muncul di hadapanku? Dan apakah yang diucapkannya tadi benar, kalau dia mencintaiku? Dan… dan… aku harus berpikir… dia pikir aku pacaran dengan Kibum, begitu?

                “Shindong,” panggilku, setengah berbisik.

                Dan mereka berdua menghentikan langkahnya.

                “Tadi kau memanggilku tanpa sebutan… hik… hyung, Hyunjoong?”
                “Ani… aku tidak memanggil hyung koq…” jawab Hyunjoong.
                “Ah, mungkin aku berhalusinasi. Dimana kau memarkir… hik… mobilmu yang keren itu sih?”

                Dasar pabho. Memangnya kau pikir suaraku ini suara pria ya? Kau memang pantas mati!

                “YA! SHIN DONGHAE! BERHENTI DISANA!” teriakku membahana.

                Dan mereka berhenti berjalan lagi. Kali ini keduanya menoleh, dan aku memang melihat wajanya yang bulat itu, yang pernah menghempaskanku dalam mimpi burukku.

                “Manshi?”

                Aku merasa badanku lemas, terlalu senang, atau bagaimana… aku tak tau sebabnya. Tapi aku suka melihatnya tersenyum padaku. Aku merasa… takdirlah yang membuat kami bertemu disini tanpa disengaja.

                “Manshi… itukah kau, Manshi…?”
                “Ini aku, oppa, ini aku…”

                Dan dia berjalan sempoyongan ke arahku, mataku mulai kabur, apa karena air mata? Tapi aku melihatnya tersandung sesuatu dan terjatuh, lalu detik berikutnya Hyunjoong juga terjatuh. Shindong jatuh ke jalanan, ditumpuk badan Hyunjoong. Aku kaget setengah mati, tapi suaraku untuk berteriak tak keluar. Aku langsung berlarian menghampiri mereka berdua dan mengguncang mereka.

                “Oppa… Hyunjoong… kalian kenapa?”

                Tapi tak ada reaksi dari keduanya. Yang ada hanyalah dengkuran. Sial, mereka tidur di saat begini? Aku berusaha mengangkat Hyunjoong, tapi dia berat, aku tak sanggup… apalagi si Shindong? Aku berlari ke tepian jalan dan berusaha memanggil taxi, tapi tak ada taxi yang lewat. Peluh memenuhi wajah dan tubuhku, aku kepanasan, dan kepalaku pusing. Aku harus menolong mereka… ah, Kibum! Itu mobil Kibum, kan? Aku melambai-lambai ke mobil baru Kibum, Mazda seri terbaru berwarna biru. Dia… harus melihatku…

                “Kibum oppa!” teriakku.

                Dan rupanya itu kata terakhir yang keluar dari mulutku, karena setelah itu aku merasakan sakit karena aku jatuh ke aspal…

                Gelap… semuanya gelap… panas… sirami aku dengan air, kumohon! Kerongkonganku kering, kepalaku pusing… perutku… lapar… aku dimana? Aku dimana?

                “Hhh… akhirnya kau bangun juga, Manshi.”

                Wajah di hadapanku perlahan jadi jelas. Leeteuk, stetoskop masih menggantung di lehernya. Dia terlihat lega.

                “Kupikir terjadi sesuatu yang parah denganmu, rupanya kau kurang gizi. Kau masih berani bohong padaku,” sergahnya resah.

                Aku tak bisa bicara, aku tak kuat bicara. Leeteuk membelai kepalaku sekali dan tersenyum, tak lagi marah.

                “Kau sudah di kamarmu. Tunggu sebentar ya, aku panggilkan yang lain. Semuanya resah karena keadaanmu ini.”

                Aku menolehkan kepalaku dengan lemah begitu dia sudah pergi. Oh ya, aku memang di kamarku. Aku bisa melihat ranjang di atasku, lalu perabotan kamarku.

                “Manshi sudah bangun.”
                “Kalau begitu aku bisa pulang sekarang.”

                Jantungku bereaksi ketika mendengar suaranya. Dia ada di luar. Dia tidak apa-apa.

                “Ngomong apa hyung? Kan daritadi hyung bolak-balik disini seperti bapak yang menunggui istrinya melahirkan,” ucap sebuah suara yang lembut, tak lain tak bukan suara Sungmin.

                Sungmin yang baik hati ada disini juga.

                “Sana temui dia dulu, Shindong,” tegas Yesung.
                “Dan tak boleh pulang malam ini. Kalau oppa sampai pingsan lagi di jalan, apa yang bisa kami pertanggungjawabkan pada orangtua oppa?” Tanya Yifang marah.

                Dan berturut-turut aku mendengar ceramah Xili dan Aqian juga. Akhirnya pintu kamarku dibuka, dan aku melihat Sungmin mendorongnya masuk. Mendorong Shindong.

                “Manshi, aku senang kau sudah sadar. Tidak ada yang sakit, kan?” Tanya Sungmin perhatian.
                “Tidak ada. Gomawo, oppa,” jawabku lemah.
                “Nah, aku tinggal ya.”

                Sekarang aku hanya berdua saja dengan Shindong. Dia kelihatan bingung. Wajanya masih kemerah-merahan karena mabuk, tapi kulihat dia sudah berganti pakaian yang agak kekecilan untuknya, entah pakaiannya siapa. Dia benar-benar makin gemuk, seolah-olah dagingku yang hilang pindah ke tubuhnya. Dia menoleh kesana-kemari, sepertinya bingung mau duduk dimana. Aku menepuk tepi ranjangku, dan aku merasa ranjangku sedikit berderak ketika dia duduk. Lalu dia menggaruk-garuk kepalanya bingung.

                “Oppa kenapa mabuk-mabukan begitu? Lihatlah, bahaya sekali.”
                “Aku… ng… kenapa kau ada disana, Manshi?” tanyanya.
                “Aku pulang dari lokasi syuting. Aku jadi kepala make-up artis di dramanya Kibum oppa.”
                “Oh… ng… kau tidak pulang dengan Kibummie? Kau malah berjalan kaki di belakang kami?”
                “Aku tidak ingin merepotkannya. Lagian aku pikir jalan kaki bisa membantu dietku.”
                “Merepotkan bagaimana? Dia kan pacarmu.”

                Aku mendengus. Rupanya ini masalahnya.

                “Dia bukan pacarku.”
                “Tapi…”
                “Sekarang aku mau Tanya. Sibuk apa oppa selama ini sampai tidak menemuiku? Mau bermusuhan denganku?”
                “Aku… kenapa kau membalas SMSku dengan begitu ketus? Padahal aku perhatian padamu?” dia balas bertanya.
                “Kenapa oppa baru SMS hari itu? Kan harusnya oppa sudah cukup lama tau aku berdiet, dari Aqian?”

                Dan dia tak berani menjawab. Rasanya aku ingin marah sekarang.

                “Dan jangan sembarangan bilang aku dan Kibum oppa pacaran.”
                “Aku tidak sembarangan bilang, karena aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri! Melihat Kibummie memelukmu!”

                Mataku terbelalak. Dia melihatku dan Kibum berpelukan? Apa di malam itu?

                “Kenapa… oppa bisa melihatnya?”
                “Karena malam itu tadinya aku datang untuk minta maaf padamu dan… dan…”
                “Dan?” pancingku.

                Tapi dia malah diam dan menundukkan kepalanya.

                “Dia memelukku memang… tapi aku menolaknya. Aku tak pantas untuknya, dan tak ada dia di dalam hatiku.”
                “Kau… tidak pacaran dengannya?”
                “Aku sudah bilang tidak, jangan membuatku marah.”

                Dia diam lagi.

                “Dan oppa mencariku untuk minta maaf, lalu untuk apa?”
                “Aku… tak ada koq. Hanya untuk minta maaf saja.”
                “Apa yang kudengar tadi benar? Yang oppa teriakkan? Dengan nama lengkapku?”

                Wajahnya terlihat bingung ketika menatapku, tapi sinar paham muncul di matanya dan wajahnya kini semakin merah. Aku merasa wajahku juga merah.

                “Apa itu benar, oppa?” tanyaku sekali lagi.
                “Mian, mengganggu.”

                Pandangan kami teralih ke pintu. Yesung membawa dua piring besar nasi goreng. Baunya enak dan menggugah selera.

                “Kalian berdua harus makan untuk memulihkan kondisi kalian. Leeteuk hyung menunggu di depan. Manshi, kau harus menghabiskan jatahmu atau katanya kau akan disuntik vitamin penambah selera makan,” ucap Yesung, meletakkan nampan itu di meja belajarku.
                “Ya… ya…”
                “Aku keluar.”

                Dan begitu Yesung keluar, Shindong mengambil sepiring nasi.

                “Manshi, ayo makan,” bujuknya.

                Dia membantuku duduk bersandar di tembok, sementara dia mulai menyuapiku makan. Aku agak tak terbiasa seperti ini, apalagi dia begitu dekat.

                “Bagaimana kita bisa pulang?” tanyaku heran.
                “Kibummie bilang dia melihatmu melambai dan pingsan setelahnya. Dia menggotong kita bertiga ke dalam mobil. Dia kuat sekali, aku heran badannya begitu kecil. Ah ya, bertiga, karena ada Hyunjoong. Kau tau dia, kan, Kim Hyunjoong, leader SS501?”
                “Ne, aku tau dia, oppa.”
                “Nah, dia sekarang tidur di tempatnya Leeteuk hyung, masih belum sadar. Kasihan juga bocah itu, menemaniku minum sampai mabuk.”

                Aku memakan sesuap nasi itu, dan merasakan ciri khas masakan Aqian di nasinya. Nasi goreng vegetarian.

                “Jangan mengkritik orang deh, oppa sendiri mabuk.”
                “Aku mabuk karena memikirkanmu.”
               “Kenapa memikirkanku lantas menjadikan soju sebagai pelarian? Kalau memikirkanku ya temui aku dong, gampang, kan?”
                “Aku… menyesal menghindarimu,” ucapnya tiba-tiba.

                Aku kaget. Dia ternyata benar-benar menghindariku? Jadi dugaanku benar?

                “Kenapa… menghindariku?”
                “Karena kupikir aku tak pantas untukmu. Kau mana mau dengan pria gemuk dan jelek sepertiku. Kau yang begini keren, lebih baik dengan orang-orang seperti Kibummie.”
                “Jangan bercanda. Aku malah bermimpi oppa mencampakkanku di mimpi karena aku gemuk. Karena itulah aku berdiet.”
                “Karena mimpi? Pabho!”
                “Bukan hanya karena mimpi! Tapi video yang diposting Siwon oppa di Twitter… aku melihat komentar mereka…”
                “Untuk apa sih kau peduli pada komentar orang lain? Kan yang penting posisimu di hatiku.”
                “Memangnya kenapa posisiku di hati oppa?” tanyaku memancing.
                “Kau selalu nomor satu untukku.”
                Dia sudah mengatakannya. Aku yakin wajah kami sama merahnya sekarang.
                “Jangan diet lagi, itu semua tak perlu. Untuk apa aku mencintai Manshi yang kurus tapi tak sehat? Lebih baik aku mencintai Manshi apa adanya, karena memang Manshi yang apa adanya itulah yang membuatku jatuh cinta… sejak dulu… hingga sekarang…”

                Aku membatu. Aku berhenti mengunyah nasi yang enak ini. Dia menjulurkan jempolnya dan membersihkan nasi dari sudut bibirku. Jarinya yang menyentuh bibirku sangat lembut dan hangat. Aku tak menyangka dia bisa begitu lembut pada wanita.

                “Manshi… jangan hindari aku lagi… aku tak ingin berpisah darimu lagi…”

                Dan dia maju, sedikit demi sedikit, wajahnya… sementara aku tak berani bergerak. Dan aku merasakannya… kehangatan bibirnya di bibirku… meski aku tak berani bergerak, belum berani membalas ciuman yang tiba-tiba itu…

我的愛,全都給你
My love, I give it all to you
我就在這裡
I am here
我的心,不會放棄
My heart, will not give up
你是我唯一
You are my only
Girl
這不是意外, 你是我的女孩
Girl this is not an accident, you are my girl
I can’t get my mind off ya, off ya
我的愛,全都給你
My love, I give it all to you
我就在這裡
I am here
我的心,不會放棄
My heart, will not give up
你是我唯一
You are my only
Girl
這不是意外, 你是我的女孩
Girl this is not an accident, you are my girl
I can’t get my mind off ya, off ya (off my mind)

Bunyi gedubrakan apa itu? Aku merasakan Shindong mundur dariku cepat-cepat dan kami melihat ada sesuatu yang bergelimpangan di pintu. Salah. Sesuatu-sesuatu.

“Manshi… eh… oppa… eh… mianhae…” ucap Yifang, nyengir sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Dia terjatuh paling bawah, disusul Yesung menumpuknya, Sungmin, Aqian, Xili, dan Leeteuk paling atas. Yifang menyenggol Yesung dan mereka bangun dengan geragapan. Leeteuk dan Aqian langsung menghilang dari pandangan. Aku memandang marah Yifang.

“YIFANG!!! KAU MERUSAK MIMPI INDAHKU!” teriakku, yakin itu teriakan terkuatku sepanjang hidup.