Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Sunday, 15 April 2012

The X Life Story 2 chapter 19


The X Life Story 2
Chapter 19

Taemin berdiri dan mondar-mandir di depan suatu gedung karaoke. Malam makin larut, tapi dia masih tetap menunggu… jemputannya. Ponsel Taemin yang digenggamnya berdering. Cepat-cepat dia membaca pesan yang masuk.

Taemin, mobilku mogok tiba-tiba. Mintalah yang lain menjemputmu.

Hyung manager-lah yang mengirimkan SMS. Taemin mendesahkan nafasnya. Dia baru saja hang out bersama Onew dan beberapa rekan artis dari SME, dan Taemin menumpang mobil Onew untuk datang kesini tadi. Masalahnya, Onew belum mau pulang dan Taemin berencana pulang lebih awal karena kaki kirinya terasa berdenyut lagi. Saat performance mereka di Mucor kemarin, Taemin tidak sengaja mencederai kakinya dan karena tidak terlalu sakit, dia tidak menyampaikan pada siapapun tentang cedera ini. Tapi dia sendiri salah mengira dirinya baik-baik saja. Kakinya terasa berdenyut dan agak sakit sepanjang hari ini. Taksi keempat lewat di hadapannya dan taksi itu juga sudah di-booking. Terlalu beresiko bagi Taemin untuk menaiki kendaraan public hari ini tanpa penyamaran yang cukup. Harapan terakhirnya adalah Minho, karena Jonhyung dan Key sedang keluar kota. Dia segera mengirimkan pesan pada Minho. Sejurus kemudian, Minho membalas pesannya.

Mian, Taem… aku sedang menemani bibiku belanja. Kau tau sendirilah betapa cerewetnya dia. Sepertinya aku bakal terdampar di luar sampai entah jam berapa hari ini. Jeongmal mianhae…

Taemin menghela nafas lagi. Dia merasa terlalu sial hari ini.

“Ya sudah, aku jalan kaki saja, mengambil jalan pintas pulang ke dorm sambil melihat kalau-kalau aku menemukan taksi kosong,” putus Taemin, bicara pada dirinya sendiri.

Taemin memasang headset di telinganya dan mulai berjalan santai pulang menuju dorm SHINee. Karena hafal beberapa jalan pintas, langkah kaki Taemin otomatis berjalan memasuki lorong-lorong agak remang-remang di kota Seoul. Karena sibuk dengan ponselnya, Taemin-pun tidak memperhatikan kalau dari arah berlawanan dengannya, datanglah serombongan pria yang tubuhnya kekar. Pria-pria itu memperhatikan Taemin dan menyadari bahwa Taemin bukanlah pemuda Seoul biasa. Dua pria di antaranya menggunakan bahasa isyarat dan kepala mereka mengedik ke arah Taemin. Pria lainnya mengangguk, lalu kelima pria itu kompak mengepung Taemin. Taemin menabrak salah satu pria, lalu dia cepat-cepat melepas headsetnya.

“Ah, mianhamnida.”

Taemin membungkukkan badannya meminta maaf. Namun sebelum Taemin sempat menyadari dia dikepung, kelima pria itu langsung mengerumuni Taemin.

“Hei, apa yang kalian lakukan! Lepaskan! Tidaaaaak!”

Taemin merasa tas ranselnya dan segala isi kantong jeans-nya dirampas. Seorang pria mendorong Taemin hingga terdesak ke tembok, menekan dada Taemin. Pria itu meneliti wajah Taemin.

“Ternyata memang benar kau tidak tampak seperti pria biasa… rupanya kau Lee Taemin… member SHINee,” ujar si pria.
“Kalau iya, memangnya kenapa?”
“Kalau kau kami sekap… berapa uang yang akan kami dapatkan?”
“Aku tidak akan membiarkan kalian semudah itu menyekapku!”

Taemin berontak melepaskan diri dari si pria, lalu terlibat adu jotos dengan pria lainnya. Taemin cukup menguasai dasar-dasar ilmu bela diri, jadi dia berusaha merebut kembali barang-barang yang dirampas dan mencegah mereka mencengkeram dirinya. Tapi Taemin kalah jumlah, dan dia tidak bisa menggunakan tendangan-tendangan yang dipelajarinya sebelumnya karena kakinya yang sakit.

“Kau merepotkan!”

Seorang pria lainnya meninju dada Taemin, lalu pelipis Taemin. Punggung Taemin menabrak tembok dan dia terduduk sakit. Kepalanya sedikit pusing dan dia merasakan ada yang menendang kakinya yang sudah cedera.

“Aaaa!!!” teriak Taemin.

Taemin memejamkan matanya, merasakan sakit yang semakin menusuknya dari kakinya. Namun dia kembali membuka matanya ketika pria-pria itu menjerit seru. Mereka tidak lagi mengerumuni Taemin, tetapi berlarian ke salah satu arah. Mata Taemin membelalak: ada film action terjadi di hadapannya. Seorang gadis jangkung tengah bertarung melawan lima pria kekar sekaligus. Taemin melihat kelebatan bayangan tendangan si gadis, beberapa pria yang jatuh bangun… teriakan pria-pria… tapi tak ada jeritan si gadis. Siapapun dia, Taemin yakin, pasti cukup tangguh dan berani. Dan ketika si gadis berjongkok di depan Taemin, dia baru menyadari siapakah sebenarnya si gadis itu.

“Ini ranselmu. Lalu dompet, Ipad, Iphone… masih ada yang kurang?” tanya Teph.
“Ponsel…”

Teph langsung mengejar pria-pria itu, larinya lincah, menyerang satu persatu rombongan itu sampai ada yang terhempas ke tembok. Sejurus kemudian, mereka berlari tunggang-langgang dan Teph kembali ke sisi Taemin. Dia mengangsurkan ponsel Taemin ke si empunya.

“Ini dia.”
“Tunggu, Teph… bagaimana kau bisa menolongku?”
“Ceritanya panjang dan…”

Teph berhenti sejenak, memandangi keadaan Taemin. Taemin merasa malu sendiri karena dia yakin penampilannya jauh lebih parah dari Teph, malah kelihatannya tidak terjadi sesuatu yang berlebihan pada Teph. Teph hanya berkeringat seperti baru selesai marathon. Teph memasukkan semua barang elektronik dan dompet Taemin yang berhamburan ke dalam backpack Taemin, memanggulnya, lalu mengulurkan tangan ke hadapan Taemin.

“Ayo, kita pulang,” ajak Teph, dan untuk pertama kalinya, dia melihat Teph tersenyum.

Taemin meletakkan tangannya di telapak tangan Teph yang terasa hangat, lalu Teph membantunya bangkit. Taemin malu ketika Teph mengalungkan sebelah lengannya ke bahu Teph, tapi Teph yang tidak berkata apa-apa membuat Taemin nyaman. Bukan hanya Teph yang tanpa bicara saja yang membuat Taemin nyaman. Tinggi tubuh Teph juga… kehadiran Teph juga… dan dia baru menyadari nyawanya baru saja ditolong oleh Teph. Pikiran itu tidak berlebihan, karena seandainya Teph tidak datang tadi, mungkin dia akan terluka parah dan SME terpaksa terlibat untuk memberi tebusan atas dirinya.

“Taemin… finger scan.”

Permintaan Teph menyadarkan Taemin dari lamunannya. Taemin mengarahkan jari jempolnya ke intercom yang langsung membuat pintu terbuka dengan suara ceklik pelan. Taemin masih bingung dia akhirnya sudah kembali ke dorm-nya yang gelap gulita. Teph mencoba menebak-nebak dimana sofa berada dan mendudukkan Taemin.

“Dimana sakelarnya?”
“Oh, itu, di samping intercom,” jawab Taemin.

Dalam sekejap, dorm SHINee sudah terang benderang lagi. Ketika Teph kembali ke sisinya, Taemin sungguh ingin punya cermin untuk melihat seberapa parah dirinya sekarang. Teph meneliti wajah Taemin.

“Kalian punya obat?”
“Ne. Di samping lemari ada kotak P3K tergantung di dinding.”

Teph bergerak perlahan dan kembali dengan kotak P3K yang dimaksud. Teph meraih obat-obatan yang diperlukannya dan mulai mengoleskan kapas berisi obat ke luka di pelipis Taemin.

“Aaa…”
“Oh, mianhae…”
“Teph, gwaenchana?”
“Hah? Aku? Aku baik-baik saja,” jawab Teph bingung.
“Tapi kau juga terluka.”

Taemin mengangkat tangan kirinya untuk menyentuh sudut bibir Teph.

“Disini.”

Teph yang kaget dengan sentuhan Taemin, mundur dengan geragapan dan nyaris membuat kotak P3K di meja terjatuh, tapi sikunya menekan kaki Taemin.

“AAAAAAARGH!!!”
“Hah? Apa? Apa aku melukai kakimu? Mianhae…”
“Bukan, Teph, itu sudah cedera dari kemarin sebenarnya. Tapi mereka membuat lukaku lebih parah sekarang.”
“Aku bisa mengurut, yah… kalau kau tidak keberatan.”
“Jinjja? Tentu tidak keberatan! Siapa tau setelah diurut, aku tidak perlu memberitau pada manager dan member lainnya kalau aku kemarin terluka,” ujar Taemin senang.
“Tapi… err… aku tidak bisa mengurutmu begini kan?”

Teph melirik jeans Taemin dan seketika Taemin tersadar.

“Oh… ini gampang. Buka saja jeans-ku.”
“APA KATAMU?” jerit Teph shock.
“Gwaenchana, aku pakai boxer koq. Tolong bukakan jeans-ku.”

Ketika Teph mulai mendekat dan membuka jeans Taemin, Taemin agak sedikit menyesali permintaannya. Dia lupa kalau dia baru saja mengenal Teph dan permintaan ini pastilah sebenarnya tidak sopan. Tapi hal terakhir yang disadarinya adalah jeans-nya sudah terbuka sepenuhnya. Teph menanyakan daerah mana yang sakit dan mulai mengurut kaki Taemin. Tapi Teph memang bisa mengurut, kakinya perlahan tidak sesakit tadi lagi.

“Teph, tadi kenapa kau ada disana dan menolongku?”
“Oh, itu… tadi aku jalan dengan Ivana dan Yenny, lalu terpisah dari mereka. Ketika aku berusaha mencari mereka, aku malah mendengar jeritan-jeritan. Aku tadinya juga tidak tau aku menolongmu sampai aku berada di dekatmu.”
“Aku beruntung kau berada di waktu dan tempat yang tepat.”
“Apa mau mereka? Merampok? Dan kenapa kau hanya sendirian?” tanya Teph sambil tetap memandangi betis Taemin yang diurutnya.
“Lebih dari itu. Mereka tadinya ingin menculikku. Aku baru habis karaokean dengan Onew hyung dan teman lainnya sebelum memutuskan pulang. Ada terlalu banyak halangan bagi orang-orang yang kuminta untuk menjemputku dan aku tidak menemukan taksi kosong. Makanya aku berjalan kaki.”
“Syukurlah kau tidak diculik. Aku agak trauma mendengar kata itu setelah apa yang pernah terjadi pada Amelz.”

Taemin merasakan tekanan jari-jari Teph di betisnya.

“Teph, gomawo…”
“Ah, bukan apa-apa koq, Taemin. Mana lagi yang terluka?”
“Disini.”

Taemin menunjuk dadanya. Teph terlihat ragu.

“Apakah baik kalau…” ragu Teph.
“Karena kau sudah kuanggap teman, kurasa tidak masalah kalau… yah, tapi kalau kau tidak mau juga tidak apa-apa.”
“Tapi ada orang bilang, menolong itu jangan setengah-setengah.”

Teph menarik kaos Taemin hingga terlepas dari tubuh si empunya. Kini mata Teph bebas menjelajahi tubuh mulus dan tegap milik Taemin… Teph duduk di hadapan Taemin dan berkonsentrasi mengoleskan obat di luka-luka Taemin. Dia melakukannya dalam diam dan kesempatan ini digunakan Taemin untuk memperhatikan sosok Teph benar-benar. Taemin yakin Teph cantik, dan dia tertarik pada kepribadian Teph yang sepertinya bukan seperti gadis pada umumnya. Ketika Teph berdiri, Taemin tersentak.

“Kurasa sudah semua. Kau perlu bercerita juga pada yang lain. Mereka pasti bisa melihat luka-lukamu ini.”
“Ya. Kurasa memang perlu.”
“Sekarang aku akan pulang,” kata Teph, tersenyum sejenak.
“Kau tidak ingin… maksudku, menunggu saja dulu hingga Onew hyung atau Minho hyung pulang dan mengantarmu nanti?”
“Oh, gwaenchana. Aku bisa naik taksi. Aku tau alamat apartemen Amelz. Jangan khawatir.”

Taemin memperhatikan sosok Teph yang berjalan menuju pintu depan apartemen.

“Semoga lekas sembuh dan sampai jumpa lain kali.”

Senyum tulus Teph pada Taemin telah menggetarkan sudut hati Taemin yang terdalam…

***

1 comment:

  1. miris nasip Taemin ngak da yg mo anterin pulang xD
    ngebayangin dy aja da kiyut xDD

    Duh, ktemu org jaat pulak...
    uwoww!! si teph bikin kagum! *O*
    Jagooonya ntephh *O*

    Untung da Teph yg nolongin, xixi
    Teph, kok syok amat disuruh buka jeans? xixixixi

    Mnunggu adegan yg lbh mesranya xD *kabur dari nteph*

    ReplyDelete