The X Life Story 2
Chapter 19
Taemin
berdiri dan mondar-mandir di depan suatu gedung karaoke. Malam makin larut,
tapi dia masih tetap menunggu… jemputannya. Ponsel Taemin yang digenggamnya
berdering. Cepat-cepat dia membaca pesan yang masuk.
Taemin,
mobilku mogok tiba-tiba. Mintalah yang lain menjemputmu.
Hyung
manager-lah yang mengirimkan SMS. Taemin mendesahkan nafasnya. Dia baru saja
hang out bersama Onew dan beberapa rekan artis dari SME, dan Taemin menumpang
mobil Onew untuk datang kesini tadi. Masalahnya, Onew belum mau pulang dan
Taemin berencana pulang lebih awal karena kaki kirinya terasa berdenyut lagi.
Saat performance mereka di Mucor kemarin, Taemin tidak sengaja mencederai
kakinya dan karena tidak terlalu sakit, dia tidak menyampaikan pada siapapun
tentang cedera ini. Tapi dia sendiri salah mengira dirinya baik-baik saja.
Kakinya terasa berdenyut dan agak sakit sepanjang hari ini. Taksi keempat lewat
di hadapannya dan taksi itu juga sudah di-booking. Terlalu beresiko bagi Taemin
untuk menaiki kendaraan public hari ini tanpa penyamaran yang cukup. Harapan
terakhirnya adalah Minho, karena Jonhyung dan Key sedang keluar kota. Dia segera
mengirimkan pesan pada Minho. Sejurus kemudian, Minho membalas pesannya.
Mian,
Taem… aku sedang menemani bibiku belanja. Kau tau sendirilah betapa cerewetnya
dia. Sepertinya aku bakal terdampar di luar sampai entah jam berapa hari ini.
Jeongmal mianhae…
Taemin
menghela nafas lagi. Dia merasa terlalu sial hari ini.
“Ya
sudah, aku jalan kaki saja, mengambil jalan pintas pulang ke dorm sambil
melihat kalau-kalau aku menemukan taksi kosong,” putus Taemin, bicara pada
dirinya sendiri.
Taemin
memasang headset di telinganya dan mulai berjalan santai pulang menuju dorm
SHINee. Karena hafal beberapa jalan pintas, langkah kaki Taemin otomatis
berjalan memasuki lorong-lorong agak remang-remang di kota Seoul. Karena sibuk
dengan ponselnya, Taemin-pun tidak memperhatikan kalau dari arah berlawanan
dengannya, datanglah serombongan pria yang tubuhnya kekar. Pria-pria itu
memperhatikan Taemin dan menyadari bahwa Taemin bukanlah pemuda Seoul biasa.
Dua pria di antaranya menggunakan bahasa isyarat dan kepala mereka mengedik ke
arah Taemin. Pria lainnya mengangguk, lalu kelima pria itu kompak mengepung
Taemin. Taemin menabrak salah satu pria, lalu dia cepat-cepat melepas
headsetnya.
“Ah,
mianhamnida.”
Taemin
membungkukkan badannya meminta maaf. Namun sebelum Taemin sempat menyadari dia
dikepung, kelima pria itu langsung mengerumuni Taemin.
“Hei,
apa yang kalian lakukan! Lepaskan! Tidaaaaak!”
Taemin
merasa tas ranselnya dan segala isi kantong jeans-nya dirampas. Seorang pria
mendorong Taemin hingga terdesak ke tembok, menekan dada Taemin. Pria itu
meneliti wajah Taemin.
“Ternyata
memang benar kau tidak tampak seperti pria biasa… rupanya kau Lee Taemin…
member SHINee,” ujar si pria.
“Kalau
iya, memangnya kenapa?”
“Kalau
kau kami sekap… berapa uang yang akan kami dapatkan?”
“Aku
tidak akan membiarkan kalian semudah itu menyekapku!”
Taemin
berontak melepaskan diri dari si pria, lalu terlibat adu jotos dengan pria
lainnya. Taemin cukup menguasai dasar-dasar ilmu bela diri, jadi dia berusaha
merebut kembali barang-barang yang dirampas dan mencegah mereka mencengkeram
dirinya. Tapi Taemin kalah jumlah, dan dia tidak bisa menggunakan
tendangan-tendangan yang dipelajarinya sebelumnya karena kakinya yang sakit.
“Kau
merepotkan!”
Seorang
pria lainnya meninju dada Taemin, lalu pelipis Taemin. Punggung Taemin menabrak
tembok dan dia terduduk sakit. Kepalanya sedikit pusing dan dia merasakan ada
yang menendang kakinya yang sudah cedera.
“Aaaa!!!”
teriak Taemin.
Taemin
memejamkan matanya, merasakan sakit yang semakin menusuknya dari kakinya. Namun
dia kembali membuka matanya ketika pria-pria itu menjerit seru. Mereka tidak
lagi mengerumuni Taemin, tetapi berlarian ke salah satu arah. Mata Taemin
membelalak: ada film action terjadi di hadapannya. Seorang gadis jangkung
tengah bertarung melawan lima pria kekar sekaligus. Taemin melihat kelebatan
bayangan tendangan si gadis, beberapa pria yang jatuh bangun… teriakan
pria-pria… tapi tak ada jeritan si gadis. Siapapun dia, Taemin yakin, pasti
cukup tangguh dan berani. Dan ketika si gadis berjongkok di depan Taemin, dia
baru menyadari siapakah sebenarnya si gadis itu.
“Ini
ranselmu. Lalu dompet, Ipad, Iphone… masih ada yang kurang?” tanya Teph.
“Ponsel…”
Teph
langsung mengejar pria-pria itu, larinya lincah, menyerang satu persatu rombongan
itu sampai ada yang terhempas ke tembok. Sejurus kemudian, mereka berlari
tunggang-langgang dan Teph kembali ke sisi Taemin. Dia mengangsurkan ponsel
Taemin ke si empunya.
“Ini
dia.”
“Tunggu,
Teph… bagaimana kau bisa menolongku?”
“Ceritanya
panjang dan…”
Teph
berhenti sejenak, memandangi keadaan Taemin. Taemin merasa malu sendiri karena
dia yakin penampilannya jauh lebih parah dari Teph, malah kelihatannya tidak
terjadi sesuatu yang berlebihan pada Teph. Teph hanya berkeringat seperti baru
selesai marathon. Teph memasukkan semua barang elektronik dan dompet Taemin
yang berhamburan ke dalam backpack Taemin, memanggulnya, lalu mengulurkan
tangan ke hadapan Taemin.
“Ayo,
kita pulang,” ajak Teph, dan untuk pertama kalinya, dia melihat Teph tersenyum.
Taemin
meletakkan tangannya di telapak tangan Teph yang terasa hangat, lalu Teph
membantunya bangkit. Taemin malu ketika Teph mengalungkan sebelah lengannya ke
bahu Teph, tapi Teph yang tidak berkata apa-apa membuat Taemin nyaman. Bukan
hanya Teph yang tanpa bicara saja yang membuat Taemin nyaman. Tinggi tubuh Teph
juga… kehadiran Teph juga… dan dia baru menyadari nyawanya baru saja ditolong
oleh Teph. Pikiran itu tidak berlebihan, karena seandainya Teph tidak datang
tadi, mungkin dia akan terluka parah dan SME terpaksa terlibat untuk memberi
tebusan atas dirinya.
“Taemin…
finger scan.”
Permintaan
Teph menyadarkan Taemin dari lamunannya. Taemin mengarahkan jari jempolnya ke
intercom yang langsung membuat pintu terbuka dengan suara ceklik pelan. Taemin
masih bingung dia akhirnya sudah kembali ke dorm-nya yang gelap gulita. Teph
mencoba menebak-nebak dimana sofa berada dan mendudukkan Taemin.
“Dimana
sakelarnya?”
“Oh,
itu, di samping intercom,” jawab Taemin.
Dalam
sekejap, dorm SHINee sudah terang benderang lagi. Ketika Teph kembali ke
sisinya, Taemin sungguh ingin punya cermin untuk melihat seberapa parah dirinya
sekarang. Teph meneliti wajah Taemin.
“Kalian
punya obat?”
“Ne.
Di samping lemari ada kotak P3K tergantung di dinding.”
Teph
bergerak perlahan dan kembali dengan kotak P3K yang dimaksud. Teph meraih
obat-obatan yang diperlukannya dan mulai mengoleskan kapas berisi obat ke luka
di pelipis Taemin.
“Aaa…”
“Oh,
mianhae…”
“Teph,
gwaenchana?”
“Hah?
Aku? Aku baik-baik saja,” jawab Teph bingung.
“Tapi
kau juga terluka.”
Taemin
mengangkat tangan kirinya untuk menyentuh sudut bibir Teph.
“Disini.”
Teph
yang kaget dengan sentuhan Taemin, mundur dengan geragapan dan nyaris membuat
kotak P3K di meja terjatuh, tapi sikunya menekan kaki Taemin.
“AAAAAAARGH!!!”
“Hah?
Apa? Apa aku melukai kakimu? Mianhae…”
“Bukan,
Teph, itu sudah cedera dari kemarin sebenarnya. Tapi mereka membuat lukaku
lebih parah sekarang.”
“Aku
bisa mengurut, yah… kalau kau tidak keberatan.”
“Jinjja?
Tentu tidak keberatan! Siapa tau setelah diurut, aku tidak perlu memberitau
pada manager dan member lainnya kalau aku kemarin terluka,” ujar Taemin senang.
“Tapi…
err… aku tidak bisa mengurutmu begini kan?”
Teph
melirik jeans Taemin dan seketika Taemin tersadar.
“Oh…
ini gampang. Buka saja jeans-ku.”
“APA
KATAMU?” jerit Teph shock.
“Gwaenchana,
aku pakai boxer koq. Tolong bukakan jeans-ku.”
Ketika
Teph mulai mendekat dan membuka jeans Taemin, Taemin agak sedikit menyesali
permintaannya. Dia lupa kalau dia baru saja mengenal Teph dan permintaan ini
pastilah sebenarnya tidak sopan. Tapi hal terakhir yang disadarinya adalah
jeans-nya sudah terbuka sepenuhnya. Teph menanyakan daerah mana yang sakit dan
mulai mengurut kaki Taemin. Tapi Teph memang bisa mengurut, kakinya perlahan
tidak sesakit tadi lagi.
“Teph,
tadi kenapa kau ada disana dan menolongku?”
“Oh,
itu… tadi aku jalan dengan Ivana dan Yenny, lalu terpisah dari mereka. Ketika
aku berusaha mencari mereka, aku malah mendengar jeritan-jeritan. Aku tadinya
juga tidak tau aku menolongmu sampai aku berada di dekatmu.”
“Aku
beruntung kau berada di waktu dan tempat yang tepat.”
“Apa
mau mereka? Merampok? Dan kenapa kau hanya sendirian?” tanya Teph sambil tetap
memandangi betis Taemin yang diurutnya.
“Lebih
dari itu. Mereka tadinya ingin menculikku. Aku baru habis karaokean dengan Onew
hyung dan teman lainnya sebelum memutuskan pulang. Ada terlalu banyak halangan
bagi orang-orang yang kuminta untuk menjemputku dan aku tidak menemukan taksi
kosong. Makanya aku berjalan kaki.”
“Syukurlah
kau tidak diculik. Aku agak trauma mendengar kata itu setelah apa yang pernah
terjadi pada Amelz.”
Taemin
merasakan tekanan jari-jari Teph di betisnya.
“Teph,
gomawo…”
“Ah,
bukan apa-apa koq, Taemin. Mana lagi yang terluka?”
“Disini.”
Taemin
menunjuk dadanya. Teph terlihat ragu.
“Apakah
baik kalau…” ragu Teph.
“Karena
kau sudah kuanggap teman, kurasa tidak masalah kalau… yah, tapi kalau kau tidak
mau juga tidak apa-apa.”
“Tapi
ada orang bilang, menolong itu jangan setengah-setengah.”
Teph
menarik kaos Taemin hingga terlepas dari tubuh si empunya. Kini mata Teph bebas
menjelajahi tubuh mulus dan tegap milik Taemin… Teph duduk di hadapan Taemin
dan berkonsentrasi mengoleskan obat di luka-luka Taemin. Dia melakukannya dalam
diam dan kesempatan ini digunakan Taemin untuk memperhatikan sosok Teph
benar-benar. Taemin yakin Teph cantik, dan dia tertarik pada kepribadian Teph
yang sepertinya bukan seperti gadis pada umumnya. Ketika Teph berdiri, Taemin
tersentak.
“Kurasa
sudah semua. Kau perlu bercerita juga pada yang lain. Mereka pasti bisa melihat
luka-lukamu ini.”
“Ya.
Kurasa memang perlu.”
“Sekarang
aku akan pulang,” kata Teph, tersenyum sejenak.
“Kau
tidak ingin… maksudku, menunggu saja dulu hingga Onew hyung atau Minho hyung
pulang dan mengantarmu nanti?”
“Oh,
gwaenchana. Aku bisa naik taksi. Aku tau alamat apartemen Amelz. Jangan
khawatir.”
Taemin
memperhatikan sosok Teph yang berjalan menuju pintu depan apartemen.
“Semoga
lekas sembuh dan sampai jumpa lain kali.”
Senyum
tulus Teph pada Taemin telah menggetarkan sudut hati Taemin yang terdalam…
***
miris nasip Taemin ngak da yg mo anterin pulang xD
ReplyDeletengebayangin dy aja da kiyut xDD
Duh, ktemu org jaat pulak...
uwoww!! si teph bikin kagum! *O*
Jagooonya ntephh *O*
Untung da Teph yg nolongin, xixi
Teph, kok syok amat disuruh buka jeans? xixixixi
Mnunggu adegan yg lbh mesranya xD *kabur dari nteph*