The X Life Story 2
Chapter 21
MAY’S POV
Aku
terbangun karena getaran ponselku yang berisik di meja samping ranjangku.
Kuraba ponselku, dan kulihat… yeobo-ku Yesung-lah yang menelepon. Tunggu, ini
masih jam empat subuh kan? Dan seingatku, dia masih di Paris kan? Kenapa dia
menelepon? Mungkin dia lupa jam di Seoul masih subuh…
“Yoboseyo,
oppa… ne, aku terbangun karena telepon oppa… hmm… gwaenchana. Apa? Mandi
sekarang? Kenapa? Oh, hmm… baiklah, oppa…” kataku pada Yesung oppa di seberang
sana.
Dengan
kepala masih berat, aku turun perlahan dari ranjang. Kuelus sejenak perutku
yang mulai terlihat buncit. Yesung oppa menyuruhku mandi… tapi kenapa?
Sudahlah, lebih baik kuturuti saja, karena katanya ada yang akan menemuiku
setelah ini dan merekalah yang akan menjelaskan alasannya. Dalam satu jam saja,
aku sudah bersiap dan bahkan sudah sarapan sereal. Ah, pintu apartemen
berbunyi! Siapakah yang akan menemuiku…?
“Anyeong,
May, saengil chukahamnida!”
Mataku
mengerjap bingung. Ada Wookie, Sungmin oppa, Junyoung dan Kwanghee. Kombinasi
yang tidak biasa. Wookie menyodorkan sebuket mawar berwarna peach untukku.
Kuterima bunga itu, tapi masih bingung.
“Kenapa
kalian ada disini?”
“Karena
ini ulangtahunmu,” jawab Junyoung.
“Bukan
itu maksudku… Wookie, Sungmin oppa, bukannya kalian di Paris?”
“Kami
sudah sampai di Seoul sekitar lima jam yang lalu,” jawab Wookie.
“Tapi
dimana Yesungie oppa?”
“Dia
akan menemuimu nanti.”
“Tapi
kenapa kalian berempat bisa bersama-sama? Maksudku… ini kombinasi yang aneh.”
“Kau
terlalu banyak tanya, May! Kami diajak Ryeowook hyung, pokoknya kami ingin
merayakan ultahmu bersama-sama!” seru Kwanghee ceria.
“Tapi
kan…”
“Jangan
banyak tanya lagi, May. Ayo kita pergi,” ajak Sungmin oppa, menggandeng
tanganku.
“Kita
mau kemana?”
“Ke
tempat mana saja yang bisa membuatmu senang!” jawab Kwanghee, menarik tanganku
yang satunya.
Kami
melakukan banyak hal berlima. Kami ke theme park, mengunjungi kebun binatang,
makan dan jalan-jalan di tepian sungai Han… bahkan mereka mentraktirku belanja.
Mereka memaksa supaya aku membeli nyaris semua pakaian dan perlengkapan bayi
walau kubilang itu belum akan kupakai. Alhasil, tangan mereka berempat penuh
kantong. Tapi yang kuhargai adalah senyum dan ketulusan mereka. Menghabiskan
hari ultahku bersama mereka terasa sangat menyenangkan. Pada jam delapan malam,
aku didandani di salon dengan pakaian hanbok dan riasan tradisional Korea
lainnya. Aku memandangi hanbok yang kupakai, kombinasi warna
hijau-pink-putih-emas yang luar biasa indah. Yang terakhir ini, hadiah dari
Junyoung.
“Kalian
tidak mungkin mengajakku jalan-jalan di kota dengan pakaian adat, kan?”
“Tidak,
tapi kami akan membawamu ke suatu tempat,” jawab Wookie.
Kami
semua masuk ke mobil Kwanghee yang kami jadikan alat transportasi hari ini.
Mereka mengantarku ke sebuah bangunan rumah yang agak kuno, rumah pada zaman
kekaisaran Korea.
“Kita
mau minum teh disini?”
“Tidak,
kami akan pamitan. Nanti ada orang lain lagi yang akan menemuimu.”
“Eh?
Kenapa kalian meninggalkanku secepat ini?”
“Jangan
khawatir, kau akan melupakan kami begitu bertemu dengan orang itu!” ujar
Kwanghee sambil tertawa.
Dengan
berat hati aku berpamitan dengan mereka semua. Seorang pelayan menungguku di
depan rumah, menyambut kedatanganku, dan menyuruhku menunggu di meja makan yang
tertata rapi dengan banyak makanan. Rasanya sudah lama aku menunggu sendirian
sampai kudengar pintu di luar sana terbuka. Begitu aku berdiri, yang kulihat
rupanya Yesung oppa, terbalut pakaian hanbok juga, warnanya merah-hitam. Dia
tersenyum padaku.
“Yesungie…
oppa…”
“May,
saengil chukahamnida…” ujar Yesung oppa, membuka kedua tangannya lebar-lebar.
Aku
berlarian ke pelukannya, merindukannya setengah mati.
“May,
tunggu sebentar, aku masih punya kado untukmu. Duduklah dulu.”
Aku
kembali duduk di hadapan meja di lantai, keheranan melihat Yesung oppa
mendorong sebuah kotak dengan bungkusan warna oranye menyala dan pita ungu.
Sepertinya kotak itu isinya berat sekali. Dia hanya mendorongnya hingga ke
pertengahan taman, sepertinya tidak mungkin mengangkatnya masuk ke ruang tamu,
tidak sanggup mengangkatnya melewati tiga anak tangga. Penasaran, aku
menghampirinya di tengah taman.
“Oppa,
apa ini?”
“Kado
terakhir dariku.”
“Oh,
apa isinya? Sepertinya berat sekali… boleh aku buka?”
“Nanti
dulu. Biarkan aku tanya padamu, apakah kau bahagia hari ini? Akulah yang
mengutus mereka berempat.”
“Oppa
yang mengutus? Termasuk Junyoung dan Kwanghee?” tanyaku bingung.
“Iya.
Memangnya kau tidak merindukan mereka?”
“Aku…
aku rindu mereka…”
“Jadi,
apakah kau bahagia? Apakah mereka membelikan apapun yang kau inginkan dan pergi
ke tempat manapun yang kau inginkan?”
“Hmm…
ne, oppa. Aku bahagia. Aku tidak pernah menyangka oppa melakukan itu…”
“Kalau
begitu, cium aku.”
Aku
tertawa sebelum menarik tengkuk Yesung oppa dengan kedua tanganku. Kucium
bibirnya dengan perasaan rindu, terima kasih, dan cinta yang mendalam. Yesung
oppa membalas ciumanku dengan gairah yang sama. Aku sudah yakin aku akan
kehilangan akal sehatku dan kami akan berhubungan seks di tengah taman andaikan
dia tidak menghentikan ciuman kami.
“May,
apakah kau bahagia bersamaku?”
“Apa
yang oppa tanyakan? Tentu saja aku bahagia!” jawabku bingung.
“Tapi
matamu tidak… sikapmu juga tidak. Aku tau… ada sesuatu yang terjadi, sehingga
kau tidak bisa bahagia hanya denganku seorang.”
“Maksud
oppa…?”
“Kuingin
kau bahagia sepenuhnya, bahagia seperti dulu sebelum… ah, gwaenchana, May. Aku
yakin, dengan begini, kita semua akan bahagia. Percayalah, aku bahagia jika
melihatmu bahagia, May. Dan aku tidak akan meninggalkan sisimu juga. Kita akan
berbahagia selamanya, bersama-sama. Arasso?”
“Apa
yang oppa katakan sih?”
“Bukalah
kadonya dan kau akan mengerti. Tapi… berjanjilah satu hal padaku. Jangan
tinggalkan aku, May. Kita harus bersama-sama.”
“Dengar
oppa, apapun yang terjadi, aku tidak akan meninggalkan oppa.”
Yesung
oppa memelukku sejenak. Dia mengedikkan kepalanya ke arah kado raksasa itu.
Kado itu setinggi dada Yesung oppa, jadi aku penasaran sekali, apa isinya… Aku
mulai menarik lepas pita ungu itu. Pita itu perlahan terlepas… dan kubuka tutup
kotaknya. Aku melongok ke dalam kotak itu, dan seketika mundur ketakutan. Bukan
takut sebenarnya, tapi aku terkejut. Yesung oppa memegangi sikuku supaya aku
tidak jatuh.
“May,
gwaenchana?” tanya Yesung oppa.
Aku
menggelengkan kepalaku, tidak jelas apakah aku tidak apa-apa atau justru
bermasalah. Dia muncul dari dalam kotak kado itu. Di lehernya terikat pita
hijau cerah. Dia… Jungchul. Sudah lama sekali aku tidak melihatnya… sudah lebih
dari sebulan, dan aku merindukannya. Dia tersenyum lebar, tampak lebih tampan
lagi dari terakhir kali aku melihatnya. Dia juga memakai hanbok berwarna
cokelat-putih.
“May,
saengil chukahamnida,” ujar Jungchul.
Bahkan
suaranya juga kurindukan. Air mata sudah menggenang di mataku, hanya tunggu
waktu saja sebelum semuanya tumpah keluar. Aku tidak mengerti, kenapa Yesung oppa
membawa Jungchul sebagai kado untukku?
“Kalau
kau merindukannya, kau boleh memeluknya, May.”
Aku
berlarian ke pelukan Jungchul, sambil menangis. Aku mencintainya… sungguh
merindukannya. Bau tubuhnya… dekapannya… sesaat aku lupa Yesung oppa di belakangku,
memandangi kami.
“May,
bantu aku keluar yuk.”
Kubiarkan
Jungchul memegangi pundakku untuk membantunya keluar dari kotak. Kami berdua
menghampiri Yesung oppa.
“Oppa…
apa maksudnya ini?” tanyaku bingung.
“Kita
bicara sambil duduk yuk,” ajak Yesung oppa.
Aku
duduk diapit Yesung oppa dan Jungchul, membuat perasaanku campur aduk.
“May,
aku sudah tau semuanya. Aku sudah tau hubunganmu dengan Heechul. Selama ini aku
menyuruh seseorang untuk membuntutimu… jadi aku tau semuanya. Aku tau sejauh
mana hubungan kalian berdua.”
“Oppa…
mianhae…”
Aku
mulai menangis. Ya Tuhan, apa yang kulakukan? Bagaimana mungkin aku tidak
menyangka Yesung oppa tidak akan mengetahui perselingkuhan kami? Aku pasti
sudah mematahkan hatinya. Kenapa aku tidak jujur padanya? Dia pasti benci
padaku…
“Aku
sudah menyuruh Heechul untuk menjauhimu sejak kau nyaris keguguran. Kami sudah
menyepakati itu, yah, meskipun… tentu saja Heechul tidak rela. Tapi sejak itu,
aku tau kau tidak bahagia, May. Dan aku sering mendengarmu menjerit dalam tidurmu.
Aku tau, kehadiranku saja tidak cukup untukmu. Kau… membutuhkan Jungchul.”
“Tapi…
bukan itu, oppa… aku… aku sesungguhnya… membutuhkan kalian berdua. Aku…
mianhae, Yesung oppa, Jungchul… kalian tidak akan mengerti. Aku bersalah pada
kalian berdua. Sungguh… setelah kita bersama seperti ini… kalian boleh
tinggalkan aku jika kalian tidak bisa menerima kenyataan ini…” jelasku, mulai
menangis semakin kencang.
“Setelah
kami disini sekarang, bersamamu, kau malah ingin kami pergi? Tidak, May, kami
disini untuk bersamamu. Kita, bertiga,” ujar Jungchul sambil menghapus air
mataku.
“Ber…
tiga? Artinya aku tidak adil pada kalian berdua!”
“Tidak,
ini pilihan kami. Kita akan hidup bertiga setelah ini,” kata Yesung oppa.
“Apakah
oppa akan sedih kalau kita seperti ini?”
“Tidak,
May. Sungguh. Akulah yang tadinya membuat keputusan ini.”
“Jungchul,
bagaimana denganmu? Apakah kau rela kita seperti ini?”
“May,
aku bahagia bersamamu. Tidak ada pilihan yang lebih baik dari ini,” jawab
Jungchul.
Aku
tidak tau harus berkata apa lagi ketika aku dikelilingi dua pria yang paling
kucintai di dunia ini. Yang satu memelukku, yang satu menghapus air mataku.
“Kita
pasti akan kena masalah besar setelah ini. Aku pasti… akan dalam kesulitan.”
“Kami
akan melindungimu. Kita akan menyelesaikan masalah-masalah itu. Percayalah,”
pinta Yesung oppa.
Aku
pasti bermimpi… jika aku terlalu bahagia, aku pasti bermimpi. Kami makan
bertiga, tertawa bersama… Yesung oppa dan Jungchul terlihat seperti hyung dan
dongsaeng kandung, aku bahagia melihat mereka menjadi akrab. Apakah mereka bisa
begini karena aku? Bolehkah aku memiliki kebahagiaan ini selamanya?
“Sudah
lama kau tidak minum ini kan, May?” tanya Jungchul, mengeluarkan sebotol soju
entah dari mana.
“Iya.
Bolehkah aku minum?”
“Kau
sedang hamil,” jawab Yesung oppa.
“Tapi,
aku ingin, oppa.”
“Hyung,
izinkanlah May minum sedikit,” bujuk Jungchul.
“Yah…
baiklah,” setuju Yesung oppa, tersenyum.
Kami
kembali makan, bercerita, dan minum… dan aku merasa bahagia sepenuhnya.
Kalaupun aku mati… aku pasti akan menutup mataku sambil tersenyum. Aegi-ah… kau
akan punya dua appa paling hebat di dunia ini. Apakah kau juga bahagia?
***
hhmmm ,,
ReplyDeleteksian Yesung ddeh ..
opppa ma aku ajj sni ..
*peluk Yesung
Ak sudah menduga ni keknya kadonya bakal Jungchul...
ReplyDeleteTapi ah, ya ampyun, jadi hidup ber 3? .____.
yg penting bahagia deh yah lol