Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Monday, 23 April 2012

The X Life Story 2 chapter 21

The X Life Story 2
Chapter 21

MAY’S POV

Aku terbangun karena getaran ponselku yang berisik di meja samping ranjangku. Kuraba ponselku, dan kulihat… yeobo-ku Yesung-lah yang menelepon. Tunggu, ini masih jam empat subuh kan? Dan seingatku, dia masih di Paris kan? Kenapa dia menelepon? Mungkin dia lupa jam di Seoul masih subuh…

“Yoboseyo, oppa… ne, aku terbangun karena telepon oppa… hmm… gwaenchana. Apa? Mandi sekarang? Kenapa? Oh, hmm… baiklah, oppa…” kataku pada Yesung oppa di seberang sana.

Dengan kepala masih berat, aku turun perlahan dari ranjang. Kuelus sejenak perutku yang mulai terlihat buncit. Yesung oppa menyuruhku mandi… tapi kenapa? Sudahlah, lebih baik kuturuti saja, karena katanya ada yang akan menemuiku setelah ini dan merekalah yang akan menjelaskan alasannya. Dalam satu jam saja, aku sudah bersiap dan bahkan sudah sarapan sereal. Ah, pintu apartemen berbunyi! Siapakah yang akan menemuiku…?

“Anyeong, May, saengil chukahamnida!”

Mataku mengerjap bingung. Ada Wookie, Sungmin oppa, Junyoung dan Kwanghee. Kombinasi yang tidak biasa. Wookie menyodorkan sebuket mawar berwarna peach untukku. Kuterima bunga itu, tapi masih bingung.

“Kenapa kalian ada disini?”
“Karena ini ulangtahunmu,” jawab Junyoung.
“Bukan itu maksudku… Wookie, Sungmin oppa, bukannya kalian di Paris?”
“Kami sudah sampai di Seoul sekitar lima jam yang lalu,” jawab Wookie.
“Tapi dimana Yesungie oppa?”
“Dia akan menemuimu nanti.”
“Tapi kenapa kalian berempat bisa bersama-sama? Maksudku… ini kombinasi yang aneh.”
“Kau terlalu banyak tanya, May! Kami diajak Ryeowook hyung, pokoknya kami ingin merayakan ultahmu bersama-sama!” seru Kwanghee ceria.
“Tapi kan…”
“Jangan banyak tanya lagi, May. Ayo kita pergi,” ajak Sungmin oppa, menggandeng tanganku.
“Kita mau kemana?”
“Ke tempat mana saja yang bisa membuatmu senang!” jawab Kwanghee, menarik tanganku yang satunya.

Kami melakukan banyak hal berlima. Kami ke theme park, mengunjungi kebun binatang, makan dan jalan-jalan di tepian sungai Han… bahkan mereka mentraktirku belanja. Mereka memaksa supaya aku membeli nyaris semua pakaian dan perlengkapan bayi walau kubilang itu belum akan kupakai. Alhasil, tangan mereka berempat penuh kantong. Tapi yang kuhargai adalah senyum dan ketulusan mereka. Menghabiskan hari ultahku bersama mereka terasa sangat menyenangkan. Pada jam delapan malam, aku didandani di salon dengan pakaian hanbok dan riasan tradisional Korea lainnya. Aku memandangi hanbok yang kupakai, kombinasi warna hijau-pink-putih-emas yang luar biasa indah. Yang terakhir ini, hadiah dari Junyoung.

“Kalian tidak mungkin mengajakku jalan-jalan di kota dengan pakaian adat, kan?”
“Tidak, tapi kami akan membawamu ke suatu tempat,” jawab Wookie.

Kami semua masuk ke mobil Kwanghee yang kami jadikan alat transportasi hari ini. Mereka mengantarku ke sebuah bangunan rumah yang agak kuno, rumah pada zaman kekaisaran Korea.

“Kita mau minum teh disini?”
“Tidak, kami akan pamitan. Nanti ada orang lain lagi yang akan menemuimu.”
“Eh? Kenapa kalian meninggalkanku secepat ini?”
“Jangan khawatir, kau akan melupakan kami begitu bertemu dengan orang itu!” ujar Kwanghee sambil tertawa.

Dengan berat hati aku berpamitan dengan mereka semua. Seorang pelayan menungguku di depan rumah, menyambut kedatanganku, dan menyuruhku menunggu di meja makan yang tertata rapi dengan banyak makanan. Rasanya sudah lama aku menunggu sendirian sampai kudengar pintu di luar sana terbuka. Begitu aku berdiri, yang kulihat rupanya Yesung oppa, terbalut pakaian hanbok juga, warnanya merah-hitam. Dia tersenyum padaku.

“Yesungie… oppa…”
“May, saengil chukahamnida…” ujar Yesung oppa, membuka kedua tangannya lebar-lebar.

Aku berlarian ke pelukannya, merindukannya setengah mati.

“May, tunggu sebentar, aku masih punya kado untukmu. Duduklah dulu.”

Aku kembali duduk di hadapan meja di lantai, keheranan melihat Yesung oppa mendorong sebuah kotak dengan bungkusan warna oranye menyala dan pita ungu. Sepertinya kotak itu isinya berat sekali. Dia hanya mendorongnya hingga ke pertengahan taman, sepertinya tidak mungkin mengangkatnya masuk ke ruang tamu, tidak sanggup mengangkatnya melewati tiga anak tangga. Penasaran, aku menghampirinya di tengah taman.

“Oppa, apa ini?”
“Kado terakhir dariku.”
“Oh, apa isinya? Sepertinya berat sekali… boleh aku buka?”
“Nanti dulu. Biarkan aku tanya padamu, apakah kau bahagia hari ini? Akulah yang mengutus mereka berempat.”
“Oppa yang mengutus? Termasuk Junyoung dan Kwanghee?” tanyaku bingung.
“Iya. Memangnya kau tidak merindukan mereka?”
“Aku… aku rindu mereka…”
“Jadi, apakah kau bahagia? Apakah mereka membelikan apapun yang kau inginkan dan pergi ke tempat manapun yang kau inginkan?”
“Hmm… ne, oppa. Aku bahagia. Aku tidak pernah menyangka oppa melakukan itu…”
“Kalau begitu, cium aku.”

Aku tertawa sebelum menarik tengkuk Yesung oppa dengan kedua tanganku. Kucium bibirnya dengan perasaan rindu, terima kasih, dan cinta yang mendalam. Yesung oppa membalas ciumanku dengan gairah yang sama. Aku sudah yakin aku akan kehilangan akal sehatku dan kami akan berhubungan seks di tengah taman andaikan dia tidak menghentikan ciuman kami.

“May, apakah kau bahagia bersamaku?”
“Apa yang oppa tanyakan? Tentu saja aku bahagia!” jawabku bingung.
“Tapi matamu tidak… sikapmu juga tidak. Aku tau… ada sesuatu yang terjadi, sehingga kau tidak bisa bahagia hanya denganku seorang.”
“Maksud oppa…?”
“Kuingin kau bahagia sepenuhnya, bahagia seperti dulu sebelum… ah, gwaenchana, May. Aku yakin, dengan begini, kita semua akan bahagia. Percayalah, aku bahagia jika melihatmu bahagia, May. Dan aku tidak akan meninggalkan sisimu juga. Kita akan berbahagia selamanya, bersama-sama. Arasso?”
“Apa yang oppa katakan sih?”
“Bukalah kadonya dan kau akan mengerti. Tapi… berjanjilah satu hal padaku. Jangan tinggalkan aku, May. Kita harus bersama-sama.”
“Dengar oppa, apapun yang terjadi, aku tidak akan meninggalkan oppa.”

Yesung oppa memelukku sejenak. Dia mengedikkan kepalanya ke arah kado raksasa itu. Kado itu setinggi dada Yesung oppa, jadi aku penasaran sekali, apa isinya… Aku mulai menarik lepas pita ungu itu. Pita itu perlahan terlepas… dan kubuka tutup kotaknya. Aku melongok ke dalam kotak itu, dan seketika mundur ketakutan. Bukan takut sebenarnya, tapi aku terkejut. Yesung oppa memegangi sikuku supaya aku tidak jatuh.

“May, gwaenchana?” tanya Yesung oppa.

Aku menggelengkan kepalaku, tidak jelas apakah aku tidak apa-apa atau justru bermasalah. Dia muncul dari dalam kotak kado itu. Di lehernya terikat pita hijau cerah. Dia… Jungchul. Sudah lama sekali aku tidak melihatnya… sudah lebih dari sebulan, dan aku merindukannya. Dia tersenyum lebar, tampak lebih tampan lagi dari terakhir kali aku melihatnya. Dia juga memakai hanbok berwarna cokelat-putih.

“May, saengil chukahamnida,” ujar Jungchul.

Bahkan suaranya juga kurindukan. Air mata sudah menggenang di mataku, hanya tunggu waktu saja sebelum semuanya tumpah keluar. Aku tidak mengerti, kenapa Yesung oppa membawa Jungchul sebagai kado untukku?

“Kalau kau merindukannya, kau boleh memeluknya, May.”

Aku berlarian ke pelukan Jungchul, sambil menangis. Aku mencintainya… sungguh merindukannya. Bau tubuhnya… dekapannya… sesaat aku lupa Yesung oppa di belakangku, memandangi kami.

“May, bantu aku keluar yuk.”

Kubiarkan Jungchul memegangi pundakku untuk membantunya keluar dari kotak. Kami berdua menghampiri Yesung oppa.

“Oppa… apa maksudnya ini?” tanyaku bingung.
“Kita bicara sambil duduk yuk,” ajak Yesung oppa.

Aku duduk diapit Yesung oppa dan Jungchul, membuat perasaanku campur aduk.

“May, aku sudah tau semuanya. Aku sudah tau hubunganmu dengan Heechul. Selama ini aku menyuruh seseorang untuk membuntutimu… jadi aku tau semuanya. Aku tau sejauh mana hubungan kalian berdua.”
“Oppa… mianhae…”

Aku mulai menangis. Ya Tuhan, apa yang kulakukan? Bagaimana mungkin aku tidak menyangka Yesung oppa tidak akan mengetahui perselingkuhan kami? Aku pasti sudah mematahkan hatinya. Kenapa aku tidak jujur padanya? Dia pasti benci padaku…

“Aku sudah menyuruh Heechul untuk menjauhimu sejak kau nyaris keguguran. Kami sudah menyepakati itu, yah, meskipun… tentu saja Heechul tidak rela. Tapi sejak itu, aku tau kau tidak bahagia, May. Dan aku sering mendengarmu menjerit dalam tidurmu. Aku tau, kehadiranku saja tidak cukup untukmu. Kau… membutuhkan Jungchul.”
“Tapi… bukan itu, oppa… aku… aku sesungguhnya… membutuhkan kalian berdua. Aku… mianhae, Yesung oppa, Jungchul… kalian tidak akan mengerti. Aku bersalah pada kalian berdua. Sungguh… setelah kita bersama seperti ini… kalian boleh tinggalkan aku jika kalian tidak bisa menerima kenyataan ini…” jelasku, mulai menangis semakin kencang.
“Setelah kami disini sekarang, bersamamu, kau malah ingin kami pergi? Tidak, May, kami disini untuk bersamamu. Kita, bertiga,” ujar Jungchul sambil menghapus air mataku.
“Ber… tiga? Artinya aku tidak adil pada kalian berdua!”
“Tidak, ini pilihan kami. Kita akan hidup bertiga setelah ini,” kata Yesung oppa.
“Apakah oppa akan sedih kalau kita seperti ini?”
“Tidak, May. Sungguh. Akulah yang tadinya membuat keputusan ini.”
“Jungchul, bagaimana denganmu? Apakah kau rela kita seperti ini?”
“May, aku bahagia bersamamu. Tidak ada pilihan yang lebih baik dari ini,” jawab Jungchul.

Aku tidak tau harus berkata apa lagi ketika aku dikelilingi dua pria yang paling kucintai di dunia ini. Yang satu memelukku, yang satu menghapus air mataku.

“Kita pasti akan kena masalah besar setelah ini. Aku pasti… akan dalam kesulitan.”
“Kami akan melindungimu. Kita akan menyelesaikan masalah-masalah itu. Percayalah,” pinta Yesung oppa.

Aku pasti bermimpi… jika aku terlalu bahagia, aku pasti bermimpi. Kami makan bertiga, tertawa bersama… Yesung oppa dan Jungchul terlihat seperti hyung dan dongsaeng kandung, aku bahagia melihat mereka menjadi akrab. Apakah mereka bisa begini karena aku? Bolehkah aku memiliki kebahagiaan ini selamanya?

“Sudah lama kau tidak minum ini kan, May?” tanya Jungchul, mengeluarkan sebotol soju entah dari mana.
“Iya. Bolehkah aku minum?”
“Kau sedang hamil,” jawab Yesung oppa.
“Tapi, aku ingin, oppa.”
“Hyung, izinkanlah May minum sedikit,” bujuk Jungchul.
“Yah… baiklah,” setuju Yesung oppa, tersenyum.

Kami kembali makan, bercerita, dan minum… dan aku merasa bahagia sepenuhnya. Kalaupun aku mati… aku pasti akan menutup mataku sambil tersenyum. Aegi-ah… kau akan punya dua appa paling hebat di dunia ini. Apakah kau juga bahagia?

***

2 comments:

  1. hhmmm ,,
    ksian Yesung ddeh ..
    opppa ma aku ajj sni ..
    *peluk Yesung

    ReplyDelete
  2. Ak sudah menduga ni keknya kadonya bakal Jungchul...
    Tapi ah, ya ampyun, jadi hidup ber 3? .____.

    yg penting bahagia deh yah lol

    ReplyDelete