Just You
Chapter 12
Besok malamnya, Minwoo, Junyoung dan Taehun mengunjungi Minna
dan membuat suasana hati Minna lebih ceria. Mereka membawakan masakan Kevin
yang enak dan bergizi sehingga dia bersyukur bisa meninggalkan menu rumah sakit
yang sudah terasa membosankan baginya. Minna makan banyak sambil terus
mengobrol.
“Jadi kata kalian, Jisuk-sshi
membantuku mengurusi Hyomi beberapa hari ini?” tanya Minna sekali lagi, untuk
memastikan.
“Ne, jadi kau
tenang saja, Minna. Hyomi dalam keadaan yang baik,” jawab Junyoung, “dia bilang
akan datang besok pagi ketika tidak ada jadwal. Dia juga sangat mengkhawatirkanmu.”
Minna tersenyum tipis, melanjutkan makannya.
“Jangan pernah pingsan di depanku dan membuatku ketakutan
lagi,” wanti Minwoo, pura-pura marah, “arasso,
Minna?”
“Ne. Jeongmal mianhae, Minwoo-sshi. Dan… gomawo,” ujar Minna tulus sambil tersenyum.
“Tapi kurasa dia sudah lebih sehat, Minwoo. Orang yang makan
banyak pertanda dia akan segera sembuh,” jelas Taehun.
“Tentu saja. Aku akan segera sembuh. Aku yakin koq.”
Minna melanjutkan obrolan santainya dengan ketiga member ZE:A
ini hingga malam itu berlalu begitu cepat baginya.
***
Keesokan harinya, Hyomi mengunjungi Minna bersama Heechul.
Melihat dia bersama Hyomi bukan membuat perasaan Minna lebih baik. Heechul
hanya bicara seperlunya, padahal dari sorot matanya, Minna tau jelas
sesungguhnya banyak hal yang ingin dia katakan, tapi kondisi yang sekarang
sangat tidak memungkinkan. Minna merasa sedih melihat Heechul begitu. Di lain
sisi, Hyomi yang terlihat bahagia, suasana hati Hyomi terlihat kontras dengan
suasana hati Minna. Tiba-tiba dia lebih ingin sakit, lebih ingin tinggal di
rumah sakit lebih lama daripada kembali lagi ke kesibukannya dan melihat
hal-hal yang lebih tidak ingin dilihatnya. Setelah keduanya pulang, dokter Shin
memeriksa kondisi Minna sambil membawa sebuah amplop besar.
“Bagaimana Minna, sudah merasa lebih baik?” tanya dokter
Shin, mengecek detak jantung Minna.
“Hanya merasa sedikit lelah pagi ini, tapi saya yakin sudah
lebih baik, Shin uisa. Kamsahamnida,” ucap Minna, tersenyum
pada dokter yang begitu baik padanya ini.
“Hasil check-up-mu sudah keluar. Biasanya tidak secepat ini,
tapi karena kau pasienku, apalagi kau titipannya Minwoo, aku mengusahakan yang
maksimal untukmu. Ini, bacalah.”
Minna menerima amplop besar itu dan mulai mengeluarkan
setumpuk kertas di dalamnya. Ketika Minna membaca bagian pengecekan mata, dia
menemukan kata-kata yang tidak dimengertinya.
“Ablasio retina… apa ini, Shin uisa?”
“Minna, kuminta kau untuk tenang sementara aku menjelaskan
ini. Ablasio adalah keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina
dan biasanya ini terjadi pada orang yang lanjut usianya. Ablasio ini biasanya
terjadi pada orang yang juga menderita rabun jauh. Kau memakai kontak lens
sudah cukup lama kan, Minna?”
“Ne. Saya sudah rabun jauh sejak usia 14 tahun. Tapi…
lepasnya retina… bukannya… retina itu adalah sejenis lapisan pada mata kita
yang peka terhadap cahaya? Maksud Shin uisa
dengan keadaan lepasnya retina itu…” Minna membiarkan pertanyaannya
menggantung.
“Minna, biasanya hal ini terjadi secara alami pada mata,
karena semakin bertambah usia kita, retina menjadi tipis dan kurang sehat.
Hanya saja, kejadian ini akan menjadi penyakit ketika proses alami itu
mengakibatkan kerusakan karena menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih yang
mengisi bagian tengah bola mata kita. Pemeriksaan menemukan bahwa kasusmu masih
belum parah. Apakah kau mengalami gejala aneh pada matamu sebelum ini?”
“Selain kepalaku yang pusing dan penglihatanku kabur,
kadang-kadang aku melihat benda yang melayang dan tidak pada tempat seharusnya.
Aku kira itu efek dari pusingnya kepalaku, Shin uisa.”
“Dari gejala itu, benar memang kau mengalami gejala awal
ablasio retina.”
“Apakah… retina saya akan terlepas? Apakah… saya akan…”
“Tidak, Minna, kami tidak akan membiarkan sesuatu terjadi
pada matamu. Karena masih tahap awal, rajinlah melakukan pengobatan. Aku akan
merujukmu ke bagian spesialis mata yang terbaik di rumah sakit ini, dia adalah
sahabatku juga dan aku yakin, kau akan sembuh. Kau tidak akan mengalami
kebutaan. Retina itu tidak akan terlepas dari matamu,” yakin dokter Shin.
Minna menundukkan kepalanya. Retina yang lepas? Kebutaan?
Kenapa dia harus mengalami penyakit seaneh ini? Kesalahan apa yang sudah
dilakukan Minna sehingga dia harus mengalaminya? Jika Minna buta… akan terasa
seperti apakah? Tenggorokannya tercekat dan rasa takut memenuhi dirinya. Tidak…
Minna tidak ingin buta, tidak ingin tidak bisa melihat Heechul lagi. Memang,
melihatnya dekat dengan Hyomi membuat hati Minna hancur, tapi tidak melihatnya
sama sekali sama saja dengan menyuruh Minna mati secepatnya. Dia tidak ingin
lagi kehilangan orang yang dicintainya. Setelah dia tidak bisa melihat Ryeowook,
sekarang Heechul-pun tidak bisa? Tidak… Minna menggeleng-gelengkan kepalanya,
tubuhnya bergetar hebat. Sosok indah itu… akan menghilang dari pandangan Minna?
“Minna, wajar kau merasa takut. Tapi dengan pengobatan yang
cepat, kau akan sembuh. Penyakitmu masih di stadium awal, Minna, kau jangan
memikirkan hal-hal yang buruk dulu. Kau akan baik-baik saja, arasso?” hibur dokter Shin, “besok
sebelum keluar dari rumah sakit, aku sendiri yang akan mengantarmu ke bagian
spesialis mata. Kalian akan langsung bisa menyusun jadwal pengobatan. Jangan
khawatir. Pulihkan dulu kondisi tubuhmu.”
Tapi kata-kata dokter Shin tidak cukup untuk menenangkan
Minna. Dia mencengkeram tangan dokter Shin dan memandang wajah dokter Shin
ketakutan.
“Apapun itu, Shin uisa,
bisakah saya memohon sesuatu?” pinta Minna, genangan air mata memenuhi kedua
matanya yang indah.
“Apapun, Minna, apapun.”
“Tolong jangan memberitaukan kondisiku pada siapapun,
termasuk Minwoo-sshi. Saya mohon… jebal… jebal…”
Minna mulai menangis, rasa takut menang atas dirinya
sekarang. Dia tidak bisa mencegah dirinya untuk memikirkan kemungkinan terburuk
dari penyakitnya ini. Pengobatan… bagaimana kalau pengobatan itu tidak
berhasil? Apa yang harus dilakukan Minna? Siapkah dia kehilangan semuanya?
Tidak… Apalagi memikirkan reaksi Minwoo jika dia tau penyakit Minna… Dia sudah
terlalu baik pada Minna, Minna tidak ingin membuatnya khawatir lagi.
“Baiklah, Minna, aku tidak akan mengatakannya. Tenangkan
dirimu,” pinta dokter Shin.
Dokter Shin mengelus punggung Minna dan dia seolah merasakan appa-nya sudah kembali ke sisinya. Appa Minna dan Ryeowook sudah kembali,
atau setidaknya, mengulurkan tangan mereka melalui dokter Shin untuk
menenangkannya. Tapi Minna tidak bisa menghilangkan rasa khawatir ini. Dia
ingin sembuh. Minna akan melakukan apapun untuk bisa sembuh. Dia berdoa dalam
hatinya, memohon Tuhan untuk tidak mengambil harta berharga dari sisinya lagi.
***
pas ketiga member ze:A ngunjungin minna di RS itu si junyoung diem ajah lol
ReplyDeletehyomi bahagia2 ajah dhe u____u saya jd merasa dy kejam (?) orz
'Ablasio retina' O___O jie tahu ajah, google dulu yh, tau bgd itu :O
serem iih retina'a lepas D: minna dtimpa masalah beruntut u___u
jadi penasaran ntar yg tau duluan penyakit minna syapa yh,
firasat si junyoung nie :O
klo minwoo tahu, minwoo pasti langsung nangis2 dhe, abis dy imud (?)
klo heechul tahu, stress pasti dy .___. tp smoga nggak makin parah dan
mempengaruhi jalan cerita (?) yh u___u ntar jd tragis donk ;_____;
~Stella.