No Other The Story
Chapter 27
MANSHI’S DIARY
CHAPTER 27
WHAT IF?
Tidak ada yang salah pada diriku,
itu sudah jelas. Aku bahagia dengan keadaanku yang sekarang, itu juga sudah
jelas. Aku Cuma kegemukan. Aku memandangi Yifang yang sedang latihan sparing
dengan Kangin. Kenapa dia bisa kurus begitu? Apa dengan kerja di bar, dia bisa
berdiet dengan baik? Dia juga belajar taekwondo dengan cepat…
“Manshi, kenapa lesu begitu?”
Tanya Kangin, duduk di sampingku.
Yifang-pun duduk di sampingnya,
wajahnya penuh keringat.
“Ayo ikut sparing, Manshi, kita
keroyok Kanginnie oppa. Kalau tidak aku tidak pernah bisa menang,” ajak Yifang,
“tapi yang enak tentu saja karena aku bisa berkeringat di musim dingin.”
“Kau cukup berbakat, Yifang,
tapi kurang tenaga. Kalau Manshi bertenaga tapi kurang teknik. Kalau kalian
bergabung pasti keren.”
“Aigo~ pujian dan celaan
sekaligus.”
“Aku belum dapat cerita lengkap
soal kalian. Coba ceritakan lagi kenapa kalian bisa ada disini? Setauku Yifang,
Xili dan Meifen mau menemui KRYSD?”
“Itu benar. Kalau Manshi
ceritanya lain. Kami baru kenal dia disini malahan.”
“Oh ya? Bagaimana, Manshi?”
“Dulu aku kenal dengan seorang
cowok Korea yang menawariku ke Seoul, katanya kalau aku kesini dia akan
membantuku cari kerja, soalnya aku tidak mau kuliah, oppa. Kami kenal lewat
Twitter. Tapi begitu aku sampai di Seoul, dia tak bisa kuhubungi,” jawabku,
menceritakan cerita ini mungkin untuk yang kedelapan kalinya.
“Waeyo? Memangnya kemana temanmu
itu? Kurang ajar sekali menelantarkanmu. Tapi ada pepatah yang bilang jangan
percaya pada teman cyber-mu, kan?”
“Dia menghapus account
Twitter-nya dan memberikan nomor hape yang ternyata tak bisa kuhubungi.
Untunglah aku bisa bertahan hidup disini dan akhirnya bertemu dengan Yifang dan
yang lainnya, hidupku berubah.”
“Aih~ pasti hanya cowok brengsek
yang begitu.”
“Lha, bukannya hyung juga dulu
pernah mengalami kejadian yang mirip?” Tanya Henry, tiba-tiba muncul dan
membuat kami kaget.
“Henry! Sejak kapan kau disini?”
“Sudah 10 menit tampaknya.
Kalian lagi asyik ngobrol sih. Sekali lagi aku mau bilang, bukannya hyung mengalami
hal yang mirip? Maksudku, hyung pernah kecopetan ponselnya dan membuat kami
kelimpungan karena tidak bisa menghubungi hyung.”
“Ah, aku ingat itu. Untung
kalian masih bisa menemuiku di rumah.”
“Dan account Twitter! Hyung sih
main hapus saja account Twitter yang lama, tiba-tiba follow dengan nama baru,
aku mana tau kan… hyung malah marah tidak di follow back… padahal account
strongraccoon itu banyak follower-nya, hyung bisa jadi ulzzang…”
“Jangan mimpi kau, Henry, mana
bisa aku jadi ulzzang kalau sainganku itu Heechul hyung atau Shindong.”
“Woa~ kalau jadi ulzzang
sepertinya keren. Kasih tau aku dong gimana caranya biar bisa punya banyak
follower… account-ku mah banyakan following daripada follower-nya,” kata
Yifang, nimbrung.
Apa? Apa tadi katanya? Apa aku
tidak salah dengar? Katanya tadi, strong… raccoon…?
“Mwo? Apa nama account Twitter
Kangin oppa yang lama?” tanyaku, perlu mengecek telingaku sendiri.
“Strong raccoon. Itu sih
gara-gara mereka suka memanggilku rakun, jadi aku buat nama account itu.
Lumayan uniq dan gampang diingat, kan?” jawab Kangin.
“Ne. gampang diingat. Tidak akan
pernah aku lupakan.”
“Hahaha… aku jadi tersanjung,
Manshi. Memangnya apa nama account Twitter-mu? Ngomong-ngomong kita belum
bertukar kontak.”
“Daysofpoet. Pernah lihat?”
“Ah, rasanya tak asing. Namanya
juga bagus! Itu…”
Tiba-tiba dia terdiam. Aku tidak
mengeluarkan emosi apa-apa saat memandangi wajahnya, hanya saja otakku macet,
badanku panas dan jantungku berdebar keras. Kalau ini tandanya seseorang akan
meledak, aku yakin ketika aku menghitung mundur dari 10, aku pasti akan
meledak…
“Tak mungkin! Monica?”
“Sekarang kau ingat padaku hah,
dasar brengsek!”
Sial, reflex-nya cepat sekali!
Sebelum aku bisa menangkapnya, dia sudah kabur! Aku harus mengejarnya! Aku
harus menangkapnya dan menghajarnya sampai hancur berkeping-keping!
“Eng… noona, mereka kenapa? Main
kejar-kejaran?” Tanya Henry lugu.
“Eng… aku tak tau juga, Henry.
Tapi asyik juga lihat mereka… eng… pemanasan, mungkin?” usul Yifang, berusaha
mencari kata-kata yang cocok.
Dan melihat putaran larinya si
Kangin yang begitu-begitu saja, aku akhirnya berbalik arah lari dan
menghadangnya. Aku memukulinya dengan membabi buta, tapi dia melindungi wajah
dan badannya dengan tangan dan kakinya.
“Monica! Mian… aku benar-benar
tidak sengaja…” teriaknya ketakutan.
“Apa kau tau aku nyaris jadi
pengemis disini, hah? Kalau saja aku tidak bertemu Yifang, mungkin aku sudah
ditarik balik ke Beijing!” jeritku marah, masih memukulinya.
“Aku bisa jelaskan itu semua.
Bukannya tadi kau dengar Henry bilang ponselku kecurian? Semuanya kenyataan!
Aku juga sudah terlanjur menghapus account-ku yang lama, jadi aku tak bisa
menghubungimu! Aku tak tau kau benar-benar sudah disini!”
“Aku membencimu! AKU AKAN
MEMBUNUHMU!”
“Tapi… lihatlah apa berkahnya
karena kau tetap disini, kau bisa bertemu Yifang dan berteman dengan kami!
Bukan itu saja, tapi kau bisa menemukan pekerjaan yang bagus!”
“Ah… aku ingat! Manshi, apa dia
Strong Raccoon? Kanginnie oppa adalah orang yang membuatmu ke Seoul?” Tanya
Yifang dari seberang ruangan.
“Hah? Geuraeyo? Bagaimana
mungkin semuanya begitu kebetulan?” Tanya Henry tak percaya.
“Ne. aku akan membunuhnya
sekarang!” balasku.
“Tu… tunggu, Monica! Karena kau
disini, kau bisa bertemu Shindong dan akrab dengannya! Bukannya itu bagus?”
tawar Kangin.
Dan semangatku untuk memukulinya
hilang begitu dia sebut nama yang terakhir. Shindong… dia sekarang jarang
menghubungi atau bertemu denganku. Kalau menurut Aqian yang mengikuti kelas
menarinya bersama Xili seminggu dua kali, Shindong sangat sibuk, muridnya
bertambah. Tapi apa karena alasan itu… dia tak mau lagi berteman denganku? Aku
berjalan lesu menuju luar gedung.
“Eh? Manshi? Kau mau kemana?”
bahkan suara Yifang yang bertanya hanya terdengar samar-samar.
“Apa dia marah dengan Kangin
hyung?” Tanya Henry.
“Sudah, tak apa-apa, nanti aku
akan menenangkannya. Aku pulang dulu, Henry, Kanginnie oppa. Hei, Manshi!!!”
Dan aku masih sama lesunya
ketika sudah sampai di apartemen kami yang sepi, tanpa Aqian dan Xili. Aku hari
ini off dari salon, menikmati hari-hariku yang santai. Pikiranku masih
berkelebat di seputar Kangin, kehidupanku disini dan Shindong… Bagaimana
semuanya bisa begini kebetulan? Apakah itu tandanya kami semua berjodoh? Dan
Shindong… apa harusnya aku yang menghubunginya? Jujur aku jadi kehilangan teman
untuk jalan-jalan dan makan di luar…
“Manshi, apa kau marah dengan
Kanginnie oppa?”
Aku memandangi Yifang yang duduk
di sampingku di ranjang bertingkatku.
“Tidak lagi. Aku Cuma merasa
aneh. Semuanya rasanya seperti sudah diatur. Pertemuan kita, rencana kita,”
jawabku.
“Memang ada yang bilang begitu,
Manshi, kalau jalan kehidupan kita itu sudah diatur sama yang di atas. Kau tau,
aku percaya pasti kita sedang dituntun ke jalan yang lebih cerah setelah ini.
Jangan marah lagi padanya ya. Kalau dipikir-pikir, karena dialah kita semua
bisa bersahabat. Setuju?”
Pendapat Yifang merasuk perlahan
ke otakku. Benar juga. Kalau tanpa dia, mana mungkin aku bisa seperti sekarang.
“Makan yuk. Kita mau pesan
makanan apa dari restonya Geng oppa? Aku lagi malas keluar.”
“Kau tidak mengecek dapur?
Biasanya kan Ryeowook oppa memasakkan sesuatu.”
Yifang terlihat ragu,
ekspresinya berubah. Aku juga merasa aneh, sejak malam tahun baru, dia dan
Ryeowook jadi jarang terlihat bersama. Yang ada hanyalah dia dan Yesung yang
semakin dekat. Tapi sejauh dia bahagia, akupun tak ada masalah. Lagipula akupun
punya banyak masalah. Yifang beranjak keluar dan tak lama kemudian memanggilku.
“Manshi, ayo makan. Disini ada
empat lauk lho,” ajak Yifang dari dapur.
Aku beranjak menemuinya, melihat
meja kecil kami penuh, lalu melihat Yifang yang menyelipkan selembar kertas ke
dalam saku celana jeans pendeknya. Makanannya kelihatan enak dan aku lapar,
tapi aku… tak bisa makan, kan?
“Aku tidak makan. Kau saja yang
makan.”
“Waeyo? Makanannya enak sekali
lho, namanya juga masakan Wookie. Tidak menyesal?”
“Lagi tidak selera.”
Yifang memandangi aku yang
berbalik pergi. Aku ingin berdiet, aku ingin jadi cantik. Kalau dengan badan
begini, bagaimana aku bisa memakai bikini pada musim panas nanti? Aku tidak
akan pernah bisa memakai pakaian begitu. Wajah Yifang muncul di ambang pintu
kamarku, kira-kira 15 menit kemudian.
“Aku sisakan bagianmu kalau kau
sudah berselera lagi, Manshi.”
Lalu kudengar pintu kamarnya
dibuka dan menutup, dia pasti akan lama di dalam kamarnya, tidak keluar sampai
dia mau ke bar nanti malam. Aku bukan hanya tidak berselera makan, tidur, atau
melakukan hal apapun. Akhirnya aku pikir lebih baik aku menonton tivi. Aku
duduk di sofa dan membuka saluran yang menampilkan acara opera humor, tapi aku
juga tak berselera nonton.
“Aigo~ Manshi, kau bisa bantu
aku ke atas cari siapa saja di antara oppadeul? Sepertinya bola lampu di
kamarku perlu diganti, soalnya tiba-tiba mati nih,” pinta Yifang, berteriak
dari dalam kamar.
“Ne.”
Daripada tak ada sesuatu yang
bisa kukerjakan, jalan ke atas sebentar juga lumayan. Aku keluar dan naik lift
menuju lantai tujuh. Aku baru akan menekan bel apartemen nomor 707 ketika aku
sadar pintunya terbuka sedikit. Aku mendorongnya, tapi langsung menyembunyikan
badanku, karena aku melihat pemandangan yang tidak enak dipandang. Di sofa,
duduklah Leeteuk, sedang memeluk seorang cewek yang hanya bisa kulihat
punggungnya, tapi aku berani bertaruh dari model rambutnya bahwa itu Suxuan.
Apa yang mereka lakukan? Tiba-tiba koq aku jadi semangat ya?
“Suxuan… omona… mianhae… yang
mana yang sakit? Beritau aku… jangan takuti aku…” suara Leeteuk kedengaran
ketakutan.
“O… oppa… aku tidak apa-apa koq.
Aku tadi… kurasa aku pingsan karena aku melihat darah, jadi bukannya sakit,”
ucap Suxuan.
“Aku… aku takut kau kemarin
ketularan virus tak jelas di rumah sakit yang membuatmu pingsan tiba-tiba, aku
juga takut memberimu obat yang salah, apalagi tadi kau pingsan lagi.”
“Oppa, gwaenchana… aku Cuma
melihat darah dan pingsan. Kemarin sih karena melihat langsung, tapi kali ini
melihat itu yang di tivi. Kalau darahnya sedikit saja di tivi, mungkin aku tak
akan takut, tapi yang ini seram sekali.”
“Jangan… pernah… menakutiku lagi
ya…”
“Aku tak akan, oppa. Cuma…
apakah aku bisa jadi artis kalau aku takut darah? Aku jadi khawatir pada masa
depanku…”
Aku tersenyum. Leeteuk, ternyata
dia lembut sekali orangnya. Aku kira dia dan Suxuan masih akan ribut, sama-sama
tidak dewasa, tapi aku salah. Melihat hubungan mereka yang sekarang, aku yakin
mereka cepat atau lambat, atau sudah, akan terjadi hal yang lain.
“Jangan takut, Suxuan. Aku dulu
juga takut darah, kau tau? Tapi kami yang masuk jurusan kedokteran diajarkan
trik-trik khusus untuk mengatasi ketakutan itu. Aku akan mengajarimu,” jelas
Leeteuk.
“Benar, oppa?”
Leeteuk mengangguk dan tersenyum
manis, kedua lesung pipinya terlihat jelas. Aku malah ikut tersenyum. Aigo, aku
tak tega mengganggu suasana romantic seperti itu. Akhirnya aku pulang dengan
tangan kosong dan Yifang malah semakin kebingungan. Tapi ketika aku cerita
padanya tentang apa yang kulihat di atas, dia bersorak senang sekali.
“Tak kusangka, ada yang terlibat
cinta kilat, hahaha… aku senang sekali,” ujar Yifang sambil tertawa terbahak,
berlebihan.
“Tapi itu kan baru dugaan kita,
belum ada yang lain sih, lagian Cuma peluk, belum tentu ada maksud lain, kan?”
dugaku.
“Tapi tentu saja itu menunjukkan
ada sedikit yang… ehm… tak biasa. Coba bayangkan misalnya Yesungie oppa
memelukku atau Ndong oppa memelukmu…”
Tapi kemudian suaranya
menghilang, dia terlihat menerawang. Pikiranku juga kembali tidak disini. Aku
berpikir… mungkin aku merindukannya? Merindukan Shindong? Yifang kini sibuk
dengan ponselnya, dan setelah itu kembali termenung. Tak lama kemudian lagu
Chui Yiyang de Feng-nya KRYSD berbunyi dari ponselnya, dan dia menekan
ponselnya, sepertinya itu SMS.
“Ah, syukurlah, Kibummie sudah
mau sampai apartemen. Aku bisa minta tolong dia gantikan bola lampunya. Manshi,
nanti tolong bukakan pintunya ya, aku mau lanjut di depan laptop dulu.”
Yifang kembali menghilang ke
dalam kamarnya. Apa aku… minta Yifang bantu menghubungi Shindong dan bertanya
dia sibuk apa belakangan ini… soalnya Yifang kelihatannya gampang berhubungan
dengan mereka. Tapi… kalau Yifang banyak Tanya, tapi bukannya lebih baik aku
curhat tentang perasaanku sekarang… bel pintu yang berbunyi mengagetkanku. Aku
beranjak menuju pintu dan melihat Kibum tersenyum, masih berpakaian tebal
karena cuaca yang masih juga belum hangat.
“Hai, Manshi. Dimana Yifang?”
Tanya Kibum.
“Dia ada di kamar. Langsung
masuk saja, oppa,” jawabku.
Kibum melepas sepatunya lalu
masuk ke kamarnya Yifang yang pintunya tidak ditutup. Aku mendengar mereka
ngobrol lalu ada suara kursi digeser. Sekarang bola lampu sudah diganti,
kupikir.
“Aigo~ koq ada yang begini?”
“Mwo?” Tanya Kibum.
“Yang ini, comment di bawah
video-nya… omona!! Yang jelas Manshi tidak boleh melihat ini. Kita tak boleh
kasih tau dia.”
“Suaramu pelankan sedikit dong,
pintunya kan terbuka. Mana sini aku lihat…”
“Coba nanti Tanya Siwonnie oppa,
ada mention apa ke dia yang ada hubungannya sama video ini…”
Aku mendengar kasak-kusuk itu,
dan apa yang tidak boleh aku ketahui sih? Aku berjalan dengan agak marah ke dalam
kamar Yifang. Aku melihatnya dan Kibum sedang memelototi laptop Yifang dengan
serius, dan kaget ketika menyadari aku masuk.
“Eh, Manshi…”
“Yifang, apa itu? Apa yang tidak
boleh kulihat? Mana sini!” sergahku, agak kasar.
“Ani~” protes Kibum.
Tapi aku sudah mendorong Kibum
minggir dan mengambil alih laptop Yifang. Yifang sedang membuka Twitter dan
tengah menonton video yang diposting Siwon. Itu video dimana Shindong berusaha
menangkap kami, dan berakhir setelah sapu tangan di matanya dilepas kembali.
Tapi fokusku kini beralih ke comment-nya, karena aku merasa tak ada yang tak
beres pada videonya. Dan comment-nya… rata-rata… mereka bilang aku terlalu
gemuk… mereka bilang bagaimana mungkin cewek sepertiku bisa bersama-sama dengan
KRYSD dan teman-temannya… mereka bilang aku sama sekali tak cocok berteman
dengan mereka, lalu mereka harap Siwon menghindariku… bagaimana mungkin?
“Manshi! Jangan baca!”
Kibum menutup layar laptop
Yifang, dan aku mematung disitu.
“Aku… aku memang gemuk… aku
tidak pantas berteman dengan kalian yang artis… kalian harusnya menghindariku…”
“Andwae! Jangan bilang begitu,
Manshi!” protes Yifang.
“Tapi aku memang tidak cantik!
Untuk apa karir dan study-ku, mau sebaik apapun, aku tidak cantik!”
“Siapa yang bilang kau tidak
cantik? Manshi, kau cantik, berbakat, menyenangkan, aku menyukaimu, yang lain
juga!” seru Kibum panic.
Tapi aku sudah berlari
meninggalkan mereka, masuk ke dalam kamarku. Air mata dan kegelisahan yang
terus menghantuiku semenjak beberapa waktu ini akhirnya tumpah. Aku mendengar
Kibum dan Yifang menggedor pintu kamarku, tapi aku tidak membukakan pintu. Tak
lama kemudian suasana lebih tenang, dan karena kelelahan, aku tertidur. Meski
aku tidur, aku merasa air mata tetap menetes dengan derasnya. Kenapa juga… kenapa
aku sejak dulu tidak bisa mengendalikan nafsu makanku? Meski aku bukan gadis
dengan berat badan 100 kg, tapi tetap saja, aku merasa aku gemuk. Dan aku
bermimpi… aku bermimpi banyak orang menertawaiku… aku melihat Shindong, berlari
ke sisinya, tapi dia menghindariku. Aku ingat jelas kata-katanya: dia bilang
meski dia gemuk, dia tidak menginginkan gadis yang gemuk untuk jadi pacarnya.
Dia lebih memilih Aqian…
“Manshi! Berhenti mengurung diri
di kamar begitu! Kalau kau masih tidak mau buka pintu, kami akan minta kunci
pada si ahjussi!” terdengar suara Aqian dan ketukan pintu yang seru.
Aku membuka mataku, tapi enggan
bergerak. Selain suara Aqian, ada juga suara kasak-kusuk Yifang dan Xili. Aku
melihat… sekarang sudah jam tujuh malam.
“Kami hitung sampai tiga, kalau
kau tidak buka pintu, kau…”
Tapi belum Aqian menyelesaikan
kata-katanya, aku sudah membuka pintu untuknya. Aku melihat ketiga sahabat
seapartemenku itu berkerumun di depan pintu kamarku. Aku kembali duduk di
ranjang, lalu mereka masuk mengikutiku. Xili dan Yifang duduk di kanan-kiriku,
tapi Aqian menarik kursi duduk di hadapanku.
“Kau jangan pikirkan apa ucapan
mereka. Terserahlah mereka mau kasih comment seperti apa, tapi kami tetap
menyukaimu koq.”
“Tapi aku sudah memutuskan
sesuatu,” kataku.
“MWORAGO?” Tanya ketiganya
kompak.
“Aku akan berdiet. Aku ingin
sekurus Yifang.”
“Jangan bercanda. Aku turun
delapan kilo ini bukan karena aku berdiet. Tapi kata Yesungie oppa aku
kekurangan asupan gizi dan kelelahan,” protes Yifang.
“Tapi aku tetap mau berdiet.
Pokoknya aku mau pakai bikini pada musim panas ini.”
Ketiganya saling lempar
pandangan, dan aku melihat senyum di sudut mata mereka. Teman macam apa mereka,
malah menertawakanku?
“Kalian jahat sekali!!!”
“Aigo~ aigo Manshi, jangan
menangis. Kami hanya… kaget dengan keputusanmu yang tiba-tiba ini,” ucap Xili
ketakutan.
Tak terasa air mataku kembali
menetes. Memalukan sekali, hanya karena masalah gampang seperti ini aku bisa
menangis?
“Manshi…” bujuk Aqian,
meyodorkan sekotak tissue padaku.
“Aku… aku ingin terlihat cantik.
Lihat kalian bertiga yang langsing, apalagi Yifang yang dulunya gemuk juga bisa
turun sebanyak itu berat badannya,” isakku, mengambil selembar tissue.
“Oke kalau kau mau diet, tapi
caranya bukan tidak makan begitu. Kau bisa membunuh dirimu sendiri.”
Aku mengelap air mataku, merasa
iri sekali pada mereka bertiga.
“Begini saja. Besok kita carikan
tips diet yang aman untukmu, oke? Tapi janji jangan tidak makan. Pasti ada tips
diet yang dengan tetap makan.”
Aku membuang tissue ke lantai
dan mengambil lembaran tissue keduaku.
“Kalian… pernah merasa malu
tidak sih kalau jalan denganku yang gemuk begini?”
“Mana mungkin!!! Kami
menyukaimu, koq!” jawab Yifang spontan.
Dan aku mengambil tissue lagi.
“Bagaimana dengan oppadeul? Apa
mereka malu?”
“Aku jamin tidak. Tadi kan
Yifang jie cerita apa yang dikatakan Kibum oppa ketika melihat kau yang
menangis. Dia bilang dia masih menyukaimu,” jawab Xili, “aigo, Manshi… kamarmu
sudah berantakan jangan dibuat berantakan lagi dong. Nanti siapa juga coba yang
beresin…”
Xili mengambil tissue yang asal
kubuang, dan masih saja menangkapi tissue yang kulempar.
“Tapi janji… kalian harus
mencarikan aku tips diet ya.”
“Kami janji. Jadi kau jangan
menangis lagi. Melihatmu begini, kami jadi sakit hati dan khawatir, tau,” ujar
Aqian setengah marah.
“Ne. soalnya Manshi yang kita
kenal selalu ceria dan berpikiran positif. Hwaiting!” seru Yifang, mengepalkan
tangannya.
Aku tersenyum tipis.
“Sekarang kau bereskan gih
tampangmu yang begitu. Mengerikan sekali dilihat,” kata Xili mencela.
Aku menerima cermin kecil di
mejaku dari tangan Xili dan dia benar: tampangku berantakan karena eyeliner-ku
semuanya meleleh.
“Baiklah, aku mau bersih-bersih
dulu,” putusku.
“Nah, begitu dong… baru Manshi.
Okelah aku mau nonton tivi dulu. Xili, drama itu sudah mau dimulai lho,” Aqian
mengingatkan.
“Geuraeyo? Ayo cepat! Manshi,
kau juga jangan ketinggalan ya!” ucap Xili sambil menjejalkan semua tissue ke
tong sampah.
Dia dan Aqian bergegas keluar.
Yifang berdiri pelan-pelan dan merenggangkan otot-ototnya.
“Aigo~ aku harus ke bar. Oke,
Manshi, aku keluar dulu,” pamitnya.
Aku melambaikan tangan padanya.
Tiba-tiba aku ingat apa yang kumimpikan tadi. Aku berdiri dan mengejar sosoknya
yang sudah berjalan ke ambang pintu kamarnya.
“Yifang,” panggilku.
“Mwo?”
“Apa menurutmu… mimpi bisa jadi
kenyataan?”
“Mimpi ya? Ada kalanya sih… tapi
tergantung juga kita mimpi apa. Misalnya kita dapat uang 1 juta Won Cuma-Cuma
dalam mimpi, kayaknya tidak mungkin, kan? Hahaha… memangnya kau mimpi apa?”
Aku sedang berpikir,
mempertimbangkan apakah harus menceritakannya. Tapi… kalau begitu, mimpiku bisa
saja… masuk akal dan mungkin… itu alasan kenapa Shindong tak lagi
menghubungiku, kan? Semuanya karena satu hal…
“Manshi, aku harus pergi
sekarang. Ingat, kalau ada apa-apa, kau bisa cerita padaku, oke?”
Dan Yifang masuk ke kamarnya
dengan terburu-buru.
What
if 그대가 날 사랑한것만 같아 조금기다리면
What if you are going to love me if we wait a little bit
내게 올것만 같아서 이런 기대로 나는 그댈 떠날수없죠
And seems like you’re gonna come to me with these anticipations, I can’t leave you
그렇게 시간이 쌓여 아픔이 되는걸 잘 알고 있으면서
Though I know very well that as the time piled up it will become pain
Oh girl
What if you are going to love me if we wait a little bit
내게 올것만 같아서 이런 기대로 나는 그댈 떠날수없죠
And seems like you’re gonna come to me with these anticipations, I can’t leave you
그렇게 시간이 쌓여 아픔이 되는걸 잘 알고 있으면서
Though I know very well that as the time piled up it will become pain
Oh girl
Aku… merasa kesepian. Shindong,
apakah artinya ketika aku memikirkanmu begini, perasaanku… dan apakah
perasaanmu terhadapku…
No comments:
Post a Comment