No Other The Story
Chapter 31
SHINDONG’S DIARY
CHAPTER 31
IN MY ARMS
SUB-DIARY: SIWON’S
“KAU BERCANDA!” teriakku dan
Henry bersamaan.
Kibummie yang datang berkunjung
ke apartemen kami, yang duduk di sofa ruang tamu kami dengan tenangnya membalas
tatapan dan teriakan kami.
“Aku tidak bercanda. Aku lihat
pakai mata kepalaku sendiri koq,” katanya tenang sambil mengedikkan bahunya.
“Ka… kata hyung, Meifen noona
dan Siwon hyung pacaran? Tapi… bagaimana mungkin? Maksudku, yang tidak beres
bukan di mereka berdua sih,” ucap Henry sambil garuk-garuk kepala.
“Aku tau maksudmu, Henry.
Masalahnya itu di appa-nya Siwonnie. Kita cukup tau kan kalau selama ini dia
selalu menjodohkan Siwonnie ke wanita-wanita kelas atas,” ujarku bingung.
“Yah, kita doakan saja semoga
tak ada masalah yang menimpa mereka. Kita harus dukung Siwon hyung sepenuhnya.
Ingat kalau hubungan Siwon hyung dengan wanita-wanita sebelumnya tidak ada yang
beres?” Kibummie mengingatkan.
“Ne. siwonnie cukup pilih-pilih.
Dia paling sensitive dengan wanita yang memanfaatkan ketampanannya, uangnya,
kedudukannya atau popularitasnya. Tapi kupikir Meifen tidak sama dengan
wanita-wanita itu.”
“Bisa jadi. Lagipula kita
mengenal Yifang, Manshi, Xili, Suxuan, mereka semua wanita yang baik, kan?
Pastilah Meifen juga begitu.”
“Kita doakan sajalah semoga
appa-nya Siwon hyung tidak ikut campur,” harap Henry.
“Kapan giliran Shindong hyung
pacaran? Sepertinya belakangan ini banyak yang jadian. Lihat Leeteuk hyung dan
Suxuan, Yifang dan Yesung hyung, lalu Siwon hyung dan Meifen.”
“Kenapa hyung tidak Tanya aku?”
Tanya Henry tersinggung.
“Karena kau masih kecil.”
“Enak sajaaa! Lagian aku baru
patah hati. Huhu… Yesung hyung curang sekali mengambil Yifang noona duluan!!!”
“Salah sendiri tidak berusaha.
Ngomong-ngomong sudah bertemu Manshi belum? Dia sudah jauh lebih langsing
sekarang.”
“Belum,” kataku, jantungku
berdebar ketika Kibummie menyebut namanya.
Manshi… jujur saja sebenarnya
aku merindukannya. Tapi aku masih ragu apakah harus maju mengejarnya atau
melepasnya begitu saja? Manshi… mana mau punya pacar yang tidak berkemampuan
dan gemuk sepertiku. Dia yang begitu modis, stylish terkenal, lebih cocok
dengan orang yang terkenal juga.
“Eh, tunggu sebentar. Yoboseyo,
hyung. Mwo? Yifang? Oh, begitu… besok ya? Aku membawanya? Baiklah… ne. sampai
ketemu.”
“Waeyo?”
“Managerku. Katanya agensi kami
mau bertemu dengan Yifang. Kemungkinannya Yifang mau dikasih job. Mungkin
karena nilainya tinggi dan popularitasnya yang meningkat di radio dan di dunia
internet. Follower-nya di Twitter banyak sekali. Aku tidak heran kalau dia
sudah jadi ullzzang juga sekarang.”
“Yifang noona memang keren koq,”
kata Henry bangga.
“Tapi menurutku Manshi aktingnya
lebih bagus, lebih beragam. Yifang lebih cocok ke peran yang bodoh atau yang
penuh air mata begitu, tapi kalau Manshi lebih ke yang lucu-lucu. Aku lebih
menyukainya.”
“Tapi beruntung juga kalau
Yifang ditawari job,” ucapku.
“Oh ya, kembali lagi ke tadi,
soal Manshi. Aku mau Tanya pendapat kalian. Bagaimana kalau… kalau aku
bersamanya, apa kami cocok?”
Dan terjadi jeda waktu yang
begitu lama, terutama di otakku yang seolah macet. Apa kata Kibummie tadi?
Bersama… maksudnya… pacaran? Dia… dan Manshi? Apa aku sedang bermimpi buruk?
Yang kutakutkan benar-benar terjadi? Sebenarnya ini hal yang kutakutkan atau
kuharapkan, sih?
“HYUNG SUKA DENGAN MANSHI
NOONA?” teriak Henry tanpa peduli suaranya bisa didengar tetangga atas-bawah-kiri-kanan
kami.
“Dia sangat uniq. Kalian taulah
aku suka dengan tipe yang uniq. Kalau si Yifang sih sudah mengarah ke aneh,
makanya dia sama Yesung hyung cocok.”
“Jangan bilang kau suka dia
karena dia langsing?” tanyaku, nada suaraku tiba-tiba jadi tegang.
“Oh, ani, hyung. Aku Cuma bilang
dia sekarang kelihatan lebih cantik lagi, tapi bukan berarti kalau dia gemuk
dia tidak cantik. Dia lucu, berbakat, pokoknya aku suka. Ada untungnya jadi
sunbae-nya dan Yifang, aku jadi bisa mengenalnya.”
“Tapi apa kau bisa menjaganya?
Bagaimana kalau fans-mu tidak setuju? Bagaimana karena kau sibuk, kau tidak
bisa selalu ada untuknya?”
“Aku akan tetap berusaha
menjaganya, hyung, kalau bisa mempromosikan supaya dia masuk dunia artis juga,
kan aktingnya juga bagus.”
“Kulihat… lumayan sih. Bisa jadi
kalian cocok. Bakat yang sama, terkenal di bidang pekerjaan yang berbeda, keren
juga,” pendapat Henry.
“Tapi kau tidak boleh pacaran
dengannya!” teriakku.
“Waeyo, hyung?” Tanya Kibummie
heran.
Aigo… aku mana boleh begini pada
dongsaeng-ku? Bukannya aku ingin Manshi bahagia, juga ingin melihat Kibummie
bahagia? Kenapa aku bicara begini? Tapi aku tidak rela!!! Aku tidak mau lagi
dengan bodohnya merelakan wanita yang kucintai ke tangan pria lain! Tapi
sekarang aku hanya cemburu, aku sendiri tidak berdaya, tidak berani menghadapi
cinta itu…
“Hyung?” Tanya Henry,
mengibaskan tangannya di depan wajahku.
“Pokoknya tidak boleh!” tegasku.
Aku langsung saja berlarian
keluar. Aigo, aku bodoh sekali! Aku sebenarnya kenapa sih? Aku begitu
pengecut!!! Jika aku memang tidak mau Kibummie pacaran dengannya, harusnya aku
sekarang juga berusaha mengejar Manshi, dong! Tapi yang kulakukan selama
sebulan lebih ini hanya menghindarinya.
Manshi,
kudengar kau sedang berdiet ya? Jangan paksakan dirimu, nanti sakit.
Sent. Aigo~ kenapa aku tidak
pikir dua kali sebelum mengirim SMS itu? Aku kedengarannya bodoh sekali. Aku
kurang memberikan kata-kata perhatian! Aigo… kenapa aku tidak langsung
menemuinya saja? Sebenarnya apa mauku sih? Bukannya aku menghindarinya karena
aku ingin melupakannya, ingin dia dengan pria yang lebih pantas untuknya? Tapi
kenapa sekarang aku malah cemburu?
Jangan
ikut campur
Dan aku termenung membaca
balasan SMS Manshi yang cepat dan hanya berisi beberapa huruf itu. Dia benar.
Aku tidak berhak ikut campur. Dan mungkin saja aku terlambat… sudah berapa lama
aku dengar tentang itu, tapi aku tidak pernah menanyakan keadaannya, sampai
sekarang ketika Kibummie ingin merebutnya, aku baru bergerak. Rasanya aku
seperti sapi pertanian yang harus dilecut baru mau membajak tanah.
“Lho, Shindong?”
Aku mendongak memandang mobil
yang merapat ke trotoar. Leeteuk hyung, membuka kaca, dan di sampingnya Suxuan
melambai padaku.
“Kenapa kau berjalan begitu
lesu? Atau kau lagi bengong? Hati-hati kau kecopetan atau apalah,” nasehat
Leeteuk hyung.
“Ah, hyung, gwaenchana. Kalian
mau kemana?” tanyaku, jarang melihat Leeteuk hyung yang punya waktu luang.
“Kami mau nonton dan makan. Mau
ikut kami, oppa?” Tanya Suxuan.
“Eng… ani, kalian pergi sajalah.
Sampai ketemu.”
“Hati-hati, Shindong,” nasehat
Leeteuk hyung sekali lagi sebelum membawa mobilnya pergi.
Aku sendirian lagi. Apa jadinya
kalau aku hidup di dunia yang begini sepi? Lihat orang-orang di sekitarku…
seperti tadi, Leeteuk hyung dan Suxuan kelihatannya bahagia. Dan lihat… begitu
banyak pasangan yang sepertinya sedang pamer kalau mereka pacaran, jalan di
sekitarku. Sepanjang jalanan ini penuh resto… aku pernah mendatanginya dengan
Manshi. Kami sama-sama suka makan, dan selalu bertaruh dengan serunya siapa
yang bisa makan lebih banyak. Tentu saja dia selalu kalah, tapi dia selalu
ingin bertaruh. Makan dengannya memang berbeda dari makan sendirian. Selalu
terasa lebih seru. Ah… ada lomba makan… apa aku ikut ya?
“Ya~ Shindong hyung, hyung datang
juga. Hyung mau ikut lomba?”
Aku menoleh dan menyadari yang
baru saja bicara adalah Hyunjoong, leader grup boyband terkenal SS501, aku
mengenalnya dari KRYSD, tentu saja. Aku melihat di sekitarnya, suasana resto
ramai, tapi tak ada satupun yang mengenalinya sebagai Hyunjoong. Dan juga, dia
sendirian, tidak bersama rekan grupnya. Dia cukup tau aku suka makan, soalnya
aku pernah ikut lomba makan dan KRYSD mengajaknya menonton aksiku.
“Ng… boleh juga sih,” jawabku,
agak sedikit ragu sebenarnya.
Dia menarikku duduk di salah
satu meja.
“Ahjussi, yang satu ini mau ikut
lomba. Mana lawannya?” Tanya Hyunjoong, memanggil bos resto ini.
Kasak-kusuk mulai terdengar,
seperti biasalah pasti seru kalau menonton orang lomba makan. Tak sampai lima
menit kemudian, ada seorang pria yang lebih gemuk dariku, duduk di hadapanku.
“Aku menantangmu,” ucapnya.
“Sepertinya dia lawan yang
berat. Hyung, semoga menang. Kami disana sudah bertaruh, dan lebih banyak yang
bertaruh untuk lawan hyung ini, tapi aku bertaruh untuk hyung. Jangan kecewakan
aku ya.”
Aku hanya mengangguk tak jelas.
Kalau dengan makan banyak bisa menghilangkan sakit hatiku atas balasan SMS
Manshi, aku rela melakukannya. Dan semangkuk besar ramen lada hitam diledakkan
di hadapan kami, masing-masing semangkuk.
“Mulai!” teriak si ahjussi
disusul tiupan peluit.
Aku memandangi mangkuk yang
berasap itu, sementara lawanku sudah mulai makan dengan rakus. Kau tidak akan
pernah bisa menang dari Shin Donghae! Aku makan dengan kecepatan yang sama
dengan kecepatan mobil balap melintasi jalanan. Pedas? Ani. Ini tidak ada
apa-apanya untukku. Ramennya enak, dan kebetulan aku ingat aku belum makan tadi
siang karena bengong-bengong di jalanan.
“Yeah, Shindong hyung, keren
sekali! Hwaiting!”
Mangkuk-mangkuk datang silih berganti.
Dia masih berusaha mengimbangiku dalam 20 menit pertama (aku sudah menghabiskan
4 mangkuk), tapi setelah itu kecepatannya berkurang. Aku juga tidak mau
memaksakan diriku, jadi aku mengurangi kecepatanku, dan 40 menit kemudian
(berarti tepat satu jam lomba, aku total sudah menghabiskan 8 mangkuk, sekarang
sedang menyantap mangkuk kesembilan), dia menyerah.
“Hyung!!! Aku mendapatkan banyak
uang!”
Aku membayangkan yang bersorak
untukku itu Manshi, bukan Hyunjoong. Tapi… ada baiknya aku tidak sendirian
dalam keadaan galau begini. Hyunjoong mengambil uang bagiannya dan duduk
bersamaku.
“Hyung, sebagai hadiahnya hyung
boleh makan gratis disini selama seminggu. Bagaimana kalau hyung pesan banyak,
sekalian untukku?” tanyanya.
“Tak masalah. Pesan saja apa
yang mau kau makan, Hyunjoong. Pesankan bagianku juga,” pintaku, menyerahkan
daftar menu padanya.
“Yeah, keren!”
Mungkin tak akan ada yang
menyangka, di balik sosoknya yang terlihat seperti pangeran, Hyunjoong
sebenarnya suka makan di resto sederhana seperti ini. Tapi aku suka padanya dan
kepribadiannya yang 4D. dan aku masih makan entah berapa piring nasi dan mie
lagi, sambil minum-minum dengannya.
“Hyunjoong-ah… tak kusangka kau
kuat minum juga…”
“Ah, hyung… aku hanya bisa
minum, tapi tak bisa makan sebanyak hyung…”
“Jangan makan sebanyak aku,
Hyunjoong, itu tidak baik untuk kesehatan…”
Aku merasa badanku panas dan kepalaku agak pusing, bahkan
kadang melihat Hyunjoong jadi ada dua. Tapi aku yakin dia juga mulai sepertiku,
soalnya dia sering menumpahkan soju saat menuangnya ke gelas kami.
“Hyunjoong… beri selamat untukku… aku baru saja patah hati…”
pintaku.
“Wah… kalau begitu mari kita
bersulang… ah salah… siapa yang berani membuat hyung patah hati?”
“Seorang gadis yang uniq dan
terkenal. Dia lucu dan selalu membuatku ingin bersamanya…”
“Apa dia artis?”
“Bukan… tapi menurutku dia sama
indahnya dengan artis-artis wanita…”
“Memangnya cinta hyung ditolak
ya?”
Dia kembali menuangkan soju.
Ternyata aku bisa mengobrol banyak dengannya. Dia bisa jadi teman minum yang
menyenangkan, lagipula dia masih belum roboh sampai sekarang.
“Ani… tapi sahabat dekatku
menyukainya… dan salahku… aku menghindari si wanita belakangan ini… dan aku
tidak tau apakah perkembangan sahabatku untuk mengejarnya sudah jauh mendahuluiku…”
“Kenapa hyung membuat kesalahan
yang fatal begitu? Hati-hati dia benar-benar diambil sahabat hyung…” nasehat
Hyunjoong, menunjuk-nunjuk wajahku.
“Dia memang bilang ingin pacaran
dengannya. Bagaimana ini, Hyunjoong? Tadi saat aku mengirim SMS padanya, dia
membalasku dengan ketus…”
“Kupikir sekarang pilihan yang
ada untuk hyung hanya dua… mau dengar pendapatku?”
“Apa?”
“Satu, lupakan dia… dua, hik, minta
maaf padanya dan kejar dia lagi, tak usah pedulikan sahabat hyung itu… coba
dipikir-pikir… kalau mereka memang pacaran, hik, apa hyung bisa tahan melihat
mereka bermesraan di depan hyung?”
“Ani… aku tidak akan tahan,
Hyunjoong…”
“Kalau begitu ayo pergi padanya
dan kejar dia lagi… kalau bisa, sekarang juga hyung, hik…”
“Kau benar juga, Hyunjoong…
hahaha… tak kusangka aku begitu bodoh sampai aku tidak bisa berpikir apa yang
harus, hik, kulakukan… untung aku bertemu denganmu… masalahnya jadi langsung
beres…”
“Ah, ini bukan apa-apa, hik,
hyung… mari bersulang… untuk kesuksesan hyung… kalau kalian berpacaran,
kenalkan dia padaku hyung, hik… dia pasti gadis yang hebat,” ucap Hyunjoong
yang mulai cegukan sama denganku, mengangkat gelas sojunya.
Soju kami tumpah kemana-mana
ketika kami bersulang.
“Ayo hyung, aku temani hyung ke
tempat, hik, gadis itu…”
Dan akhirnya kami sama-sama
berjalan sempoyongan di jalanan, sambil saling merangkul dan bernyanyi, lebih
tepatnya dia masih bernyanyi lebih bagus dalam keadaan mabuk daripada aku yang
kedengarannya hanya mendengkur. Aku tadinya ragu dan takut, tapi entah mengapa
kini aku kini sedikit lebih berani. Mungkin juga karena aku ditemani Hyunjoong.
Aneh sekali, sebelum ini aku merasa dia seorang yang asing, tapi berjalan
bersama begini kami jadi merasa akrab…
“Ah hyung… aku lupa. Aku bawa
mobil.”
Dia mengangkat kunci mobil ke
depan wajahku, padahal kami mungkin sudah berjalan sebelas blok jauhnya dari
resto yang tadi. Aku tertawa, dan dia ikut tertawa bersamaku.
“Kalau begitu ayo kita pulang
ambil… apartemennya, hik, jauh juga dari sini kalau kita harus jalan kaki,”
usulku.
Akhirnya kami malah berjalan
balik. Ketika kami sudah sama-sama berada di samping Ferrari hitamnya, dia
memberikan kunci itu ke tanganku.
“Hyung yang bawa mobilnya.
Kepalaku pusing…”
“Tapi aku tidak bisa mengendarai
mobil…”
Dia memandangku dengan nanar,
dan aku juga membalasnya dengan pandangan yang sama. Sekali lagi kami tertawa
disertai bunyi cegukan. Dia membuka pintu mobilnya.
“Ya sudah, aku saja yang bawa
mobilnya…”
“Tapi tadi kau bilang kau lagi
pusing… apa tidak apa-apa? Atau, hik, kita naik taksi saja?”
“Ani… aku tidak mau meninggalkan
mobilku malam ini disini. Ayo hyung, hik, aku antar…”
Akhirnya mobil berjalan dengan
kecepatan yang tidak menentu, apalagi mobilnya miring ke kanan dan kiri tak
jelas. Atau… ini karena pengaruh kepalaku yang pusing?
“Ya~ Hyunjoong, hati-hati
sedikit. Itu di depan ada truk…” ujarku lemah.
“Aku tau, hyung, tenang saja.”
“Dan kau tau apartemen KRYSD?
Kita kesana…”
“Ne… aku sudah lebih dari lima
kali ke tempat mereka…”
Dan dua puluh menit kemudian,
aku sadar, harusnya apartemen itu bisa dicapai kurang dari waktu segini kalau
naik mobil. Aku menoleh kesana-kemari.
“Dimana ini?”
“Lha… kata hyung kita mau ke
apartemen KRYSD? Ya inilah jalan kesana…”
“Tapi aku tidak mengenali ini.
Tadi waktu di perempatan, kau belok kemana?”
“Aku tidak belok. Hyung tidak
melihatnya tadi?”
“Hyunjoong… kita salah jalan!
Berbalik, berbalik… kita harusnya belok kanan,” perintahku, merasa kepalaku
lebih pusing lagi.
“Ah, salah ya hyung? Baiklah,
aku berbalik…”
Dan Hyunjoong bukannya berbalik
di tempat yang disediakan di jalan raya, malahan hanya menghidupkan lampu sen
dan berbalik 360 derajat. Aku merasa melayang dari tempat dudukku, mendengar
bunyi ban berdecit dan klakson mobil-mobil lainnya.
“Hahaha… asyik sekali ya hyung…”
Dan aku tidak menanggapinya.
Untung saja tidak terjadi apa-apa. Setelah 10 menit lagi, akhirnya dia
menurunkanku di depan apartemen.
“Nah hyung, hwaiting!”
“Hyunjoong, kau tunggu disini.
Aku akan cari salah satu dari mereka untuk mengantarmu, hik, pulang…”
“Ani… tidak perlu repot, hyung,
aku bisa pulang sendiri… sampai ketemu lagi hyung… ingat, kabari, hik, aku
perkembangannya…” dia mengingatkan.
“Hei… hei Hyunjoong…”
Tapi dia sudah melesat pergi.
Aku hanya berharap besok tak melihat wajahnya di headline Koran dengan dua
kemungkinan. Yang pertama, ditangkap polisi karena mabuk, atau yang kedua, rest
in peace. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku ngeri. Aku berusaha menguatkan
kakiku untuk melangkah menuju apartemen. Manshi… Manshi… tunggu aku!
“Ng, ada apa, oppa? Kenapa
mengajakku bertemu disini?”
Aku tidak akan salah dengar
kalau itu suara Manshi. Di depan apartemen di bawah lampu jalan, aku melihat
Manshi dan Kibummie. Belum terlambat bagiku untuk menyembunyikan diri, jadi aku
berlari ke balik semak-semak. Dari sini aku bisa melihat keduanya dari samping.
Manshi… sekarang dia memang tampak lebih langsing. Tapi dari sini dia terlihat
pucat, mungkin saja karena cahaya lampu yang jatuh ke wajahnya.
“Manshi… aku tidak mau bicara
panjang dengan alasan-alasan apapun. Aku hanya ingin bilang kalau aku
menyukaimu. Sejak aku mengenal kepribadianmu yang uniq dan lucu, aku merasa
hari-hariku lebih berwarna dengan adanya dirimu,” jawab Kibummie.
Jantungku merosot sampai masuk
ke rongga perutku. Ani… Manshi, tolong jawablah tidak… tolong jangan terima
dia… lihatlah aku disini… aku ingin berteriak… atau apakah aku mabuk?
Mungkinkah sekarang yang di hadapanku ini hanya khayalanku? Disitu tak ada
Manshi, tak ada Kibummie?
“Oppa… kenapa… menyukaiku? Aku
kan… tidak cantik seperti lawan main oppa, aku hanya orang biasa. Lagipula aku
gemuk begini…” kata Manshi, suaranya bergetar.
“Aku tidak bilang kau gemuk koq.
Pokoknya aku suka kau, itu saja.”
Manshi memandang Kibummie sangat
lama, mulutnya terbuka, tapi tak satupun kata meluncur dari mulut itu. Manshi,
andwae… andwae… aku juga mencintaimu. Jangan terima Kibummie, tolonglah… lalu
tiba-tiba Kibummie memeluk Manshi. Manshi yang sekarang, ukurannya sangat pas
dalam dekapan Kibummie. Yang bisa kulihat kini wajah Manshi sepenuhnya memerah.
“Oppa…”
“Aku ingin mempunyai pacar
sepertimu, Manshi.”
Aku tak tahan lagi. Aku tak
ingin lagi mendengar kelanjutan adegan di drama seperti ini. Aku berlari
sekencang-kencangnya menerpa angin malam yang menyejukkan kulitku. Kurasakan
kepalaku pusing, perutku mual, tubuhku berkeringat, tapi aku tak peduli. Aku
hanya ingin melupakan semua sakit hati ini, melupakan Manshi, merelakannya
dengan Kibummie. Aku harus sadar bahwa Kibummie lebih pantas untuknya. Selamat
tinggal, Cai Manshi…
我抱着我的梦醒来了 眼前世界模糊了
I woke up holding my dream, the world in front of my eyes becomes blurry
有你的回忆奔跑着 幸福也走远了
The memories with you are running away, happiness left as well
我抱着我孤单来了 心碎你会听到吗
I come holding my loneliness, will you hear my heartbreak?
祝福的话和自己说 不能相信你不爱了
Tell myself words of congratulations, cannot believe you don't love anymore
I woke up holding my dream, the world in front of my eyes becomes blurry
有你的回忆奔跑着 幸福也走远了
The memories with you are running away, happiness left as well
我抱着我孤单来了 心碎你会听到吗
I come holding my loneliness, will you hear my heartbreak?
祝福的话和自己说 不能相信你不爱了
Tell myself words of congratulations, cannot believe you don't love anymore
Dear Diary,
Bisa
jadi kini aku menemukan wanita yang pantas untukku menghabiskan sisa hidupku. Meifen
dengan kemandiriannya dan sifatnya yang suka mengkritik, membuka pandanganku
terhadap dunia luar dari sudut pandang yang lain. Sejauh setengah bulan aku
menjalani hubungan dengannya, aku bahagia. Sebelumnya aku tak menyangka dia
sudah begitu lama hidup dalam hatiku, sampai ketika dia mengorbankan nyawanya
untukku, barulah mataku terbuka. Selama ini aku hanya terlalu tinggi hati.
Jika
semua ini berjalan lancar, aku ingin menikahinya. Entah kenapa, aku sejak dulu
menginginkan pernikahan muda, tapi kupikir Meifen memang pilihan yang tepat.
Diary, bantu aku lupakan semua caci-makiku yang pernah kutulis di dirimu ini
ya. Ternyata semua caci-maki itu adalah awal aku mencintainya. Dan kini aku
bersyukur, bisa memiliki hatinya sepenuhnya. Tapi aku tidak bisa bersantai, aku
baru boleh dikatakan berhasil kalau aku sudah membuatnya melupakan Hangeng
hyung. Dan aku pasti berhasil.
Kau
juga percaya itu, kan, Diary? Choi Siwon tak pernah gagal?
Siwon (February)
Eh, siyok tnyata Kibum juga suka Manshi? :O
ReplyDeleteShindong harus berusaha ni, saingan sama kibum xD
Eh, da Hyunjoong xD
jiah, kirain mo ikutan lomba juga =='
Aigoo, mpe mabuk2an gitu berdua...
Tadi udh da feeling kirain bakal ngalamin kecelakaan .____.
Untung ngak xD
Aahhh...Kibum akhrnya nembak Manshi ><
Shindonggieee gimana? ><