When Our Dreams Come
True
Secretly in Love
Chapter 9
Lee Hom kembali
ke apartemen mewah yang ditinggalinya bersama sang manajer, Rico. Lee Hom gak
luput dari air hujan rupanya, di kaos lengan panjang silvernya ada titik2 air
hujan. Rico lagi sibuk dengan laptopnya di ruang tamu dan mendongak memandang
Lee Hom. Wajah Lee Hom menunjukkan dia lagi gak bahagia.
Rico: “Kenapa?
Biasanya kau pulang malam kalo jalan sama Amelz.”
Lee Hom:
“Jalan2nya batal.”
Rico: “Wei shen
me?” *kaget*
Lee Hom: “Yang
pertama. Amelz gak menepati janjinya, kita udah janjian dari jam 3. Beberapa
hari sebelumnya kami sih udah sepakat janjian jam 4, tapi kemarin dia tiba2 SMS
minta percepatan jam dan penggantian tempat. Jadi aku menunggunya jam 3 di
depan Gedung Taipei 101. Dia gak datang sampe jam 5, jadi aku pulang.”
Rico: *memandang
wajah Lee Hom* “Kau marah padanya? Udah berusaha menghubunginya?”
Lee Hom: “Hapenya
gak aktif.”
Rico: “Kupikir
ini bukan kayak Amelz yang biasanya. Apa dia terjebak hujan?”
Lee Hom: “Jam 3
cuaca masih cerah.”
Rico:
*mengedikkan bahu* “Kupikir sekarang kau perlu meneleponnya lagi.” *baru
teringat* “Kau bilang itu baru alasan pertama? Alasan keduanya apa?”
Lee Hom:
*mendesahkan nafas* “Salah seorang petugas di Gedung Taipei 101 memberiku ini.”
Lee Hom
mengeluarkan amplop dari balik kaosnya. Rupanya Lee Hom melindungi supaya
amplop itu gak basah. Dia melemparkan amplop itu di depan laptop Rico. Rico
mengambilnya dengan keheranan dan mengeluarkan isi amplop itu. foto2. Foto2
yang juga pernah diterima Amelz. Mata Rico membelalak saat memperhatikan lembar
demi lembar foto itu. ini sangat tidak lucu.
Rico: “Wo de Tian
ah~ kalian dikuntit, Lee Hom!”
Lee Hom: “Itulah
sebabnya.” *mendesahkan nafas*
Rico: “Ini… ini…
jadi apa yang kau rencanakan?”
Lee Hom:
“Keselamatan Amelz jadi prioritas utamaku.”
Rico: “Maksudmu?”
Lee Hom: “Aku…
gak ingin dia dalam bahaya. Karena aku mencintainya.”
Rico: *kaget*
“Tapi gak perlu seperti itu kan?”
Lee Hom: *marah*
“Emangnya aku punya pilihan? Coba berikan alternatif yang lebih baik untukku,
manager!”
Rico terdiam
sambil memandangi foto Lee Hom dan Amelz yang tengah berciuman di pasar malam.
Siapapun yang melakukan ini, orang itu keterlaluan.
***
Amelz pulang
dengan kelelahan ke apartemennya. Syukurlah Chen Mama belum pulang dari
kampung, ato dia akan shock melihat keadaan anak gadis semata wayangnya ini.
Masih merasa sedih, dingin dan lelah, Amelz menyelamatkan Nokia hadiah Calvin
untuk ultahnya yang ke-12 tahun. Dia melepaskan baterenya dan mengeringkannya
dengan hair dryer Chen Mama. Setelah merasa cukup kering, Amelz langsung
memasang baterenya kembali. Tolong, tolong hiduplah, batin Amelz. Hape itu
menyala! Setelah sekian lama menemani Amelz, tentu Nokia itu punya ikatan batin
yang cukup bagus dengan Amelz. Amelz menunggu, namun gak ada satupun SMS ato
pesan di voice callnya. Tanpa menunggu lama, Amelz langsung menekan tombol 7,
dimana tombol itu mengarahkannya langsung menelepon hape Lee Hom. Ge, kumohon angkatlah,
kumohon…
Lee Hom: “Wei…”
Amelz: “Lee Hom
ge! Ge ge dimana?”
Lee Hom: “Zai jia
li.”
Amelz: “Ge, dui
bu qi yah tadi aku telat datang ke tempat ketemuan kita. Aku terjebak hujan.”
Lee Hom: “Mei
guan xi. Kau udah di rumah?”
Amelz: “Iya. Ge…”
Lee Hom: *cut*
“Aku akan pergi job sekarang, Melz. Besok kita baru contact lagi, okey?”
Amelz: “Loh?
Bukannya jadwal ge ge kosong malam ini?”
Lee Hom: “Aku
punya kerjaan mendadak. Zai jian.”
Belum sempat
Amelz mengucapkan apa2, pembicaraan udah diputus Lee Hom.
Amelz: “Lee Hom
ge… kenapa… ge ge terasa begitu dingin? Apa ge ge marah padaku? Mudah2an aku
bisa segera janjian dengan dia lagi. Aku perlu memberinya penjelasan. Dan kalo
bisa… ya, kenapa gak? Aku cerita padanya soal foto ancaman itu! ya… benar!”
***
Tiga hari telah
berlalu semenjak kejadian itu. ada satu hal yang membuat Amelz heran. Sejak
kemarin hape Lee Hom gak bisa dihubungi. YM Lee Hom juga gak pernah aktif lagi.
Amelz mulai panik, tapi gak tau harus menghubungi siapa. Dia gak tau nomor hape
Rico. Nomor hape Lee Hom yang disimpan Calvin, Ri Na dan Jiro sama dengannya,
dan mereka yakin Lee Hom gak punya nomor pribadi yang lain. Dengan sedih, Amelz
berjalan lunglai keluar dari studio pada hari Jumat siang. Amelz melewati café
itu lagi, café tempatnya pertama kali bertemu Lee Hom. Lee Hom ge, ge ge
dimana, tanya Amelz, padahal ge ge bilang gak bisa hidup tanpaku, tapi buktinya
ge ge sekarang pergi entah kemana. Dan Amelz terkesiap. Dia melihat Lee Hom.
Itu benar2 Lee Hom! Meskipun telah memakai kacamata hitam, Amelz yakin itu
sosok cinta pertamanya! Sosok sempurnanya berjalan keluar dari café… sambil
menggandeng… seorang gadis! Gadis itu tinggi dan cantik, perawakannya seperti
model! Pegangan tangan itu sangat erat… dan pandangan Lee Hom gak pernah lepas
dari wajah tersenyum si cwe, dan mereka masuk ke Ferrari hitam Lee Hom. Amelz
gak mampu bergerak, bahkan setelah Ferrari itu berjalan jauh. Ada yang gak
beres… batin Amelz. Ya… pasti ada sesuatu yang salah. Itu gak mungkin… gak
mungkin Lee Hom ge mengkhianatiku kan? Gak mungkin… ><
***
Irene dan Karen
main ke apartemen Amelz lagi. Keduanya kali ini gak perlu dijemput lagi karena
udah tau lokasi apartemen Amelz sekarang. Keduanya tampak bahagia karena
menikmati masa liburan, sangat kontras dengan Amelz yang lesu. Amelz tengah
memikirkan isi SMS antara dia dan Ri Na semalam. Amelz curhat pada Ri Na soal
dia melihat Lee Hom jalan dengan cwe, juga tentang foto ancaman.
From: Ri Na onnie
Sekarang begini…adakah yang tau kalian pacaran?
Selain onnie, Jiro oppa, Calvin ge, Lee Hom ge, Rico ge managernya, dan Chen
Mama?
To: Ri Na onnie
Ada sih, onnie. Kedua sahabatku, onnie udah pernah
bertemu mereka. Irene dan Karen.
From: Ri Na onnie
Bukannya onnie mau nyalahin sih… Cuma… mereka juga
patut dicurigai. Okey, mungkin mereka baik padamu, tapi kita kan gak pernah
tau… coba Amelz tanya dengan mereka, tanya ajah baik2… kalo emang bukan mereka,
kita akan pikirkan lagi, kira2 siapa dalang di balik semua ini.
Amelz memandang
kedua sahabatnya. Gak mungkin Irene dan Karen yang melakukan itu. tapi Ri Na
juga benar, yang tau hubungan mereka berdua adalah kedua sahabatnya ini. Ada
banyak petunjuk untuk mendukung, maupun untuk mematahkan teori ini. Kedua
sahabatnya baru tau hubungan Amelz-Lee Hom sebelum mereka janjian di café waktu
hujan itu. sedangkan foto2 yang dikirim mulai dari pasar malam, ini jelas pada
saat mereka belum tau hubungan Amelz-Lee Hom. Tapi sekaligus, kedua sahabatnya
ada juga di pasar malam, dan kemungkinan mereka berdua mengambil foto mereka
berciuman dengan diam2. Tapi bagaimana dengan foto di balkon? Siapa yang
mengambilnya?
Irene: “Kau
kenapa sih, Amelz? Gak sehat?”
Amelz: “Aaah…
gapapa, Irene.”
Karen: “Lee Hom
ge gimana? Kita jalan dengan dia lagi yuk…” ^^
Amelz: “Gak bisa,
dan gak akan pernah lagi.”
Karen: “Emang
kenapa?”
Amelz melemparkan
foto2 ancaman ke pangkuan kedua sahabatnya. Irene dan Karen memandangi satu
persatu foto dengan tampang pucat dan mata membelalak. Apakah kalian sungguh
pelakunya, tanya Amelz dengan sakit hati, ato salah satu dari kalian? Benarkah
teori Ri Na onnie? Irene… dia fans Lee Hom ge, tapi dia dewasa… dia gak mungkin
melakukan perbuatan bodoh begini. Karen… dia yang lebih kekanak-kanakan…
mungkinkah Karen…?
Irene: “Apa ini,
Amelz? Siapa yang mengirimkan ini padamu?”
Amelz: “Orang
yang iri pada hubungan kami.”
Karen: “Huah…
orang ini parah. Kurang kerjaan sampe buat yang beginian.”
Amelz: “Orang itu
kau kan, Karen?”
Karen:
*mendongak* “Hah? Aku? Apa maksudmu, Amelz?”
Amelz: “Kau yang
melakukan ini kan? Kau iri pada hubunganku dan Lee Hom ge?”
Karen: “Kenapa
kau menuduhku begitu?”
Amelz: “Karena
kau masih childish dan egois! Itu sebabnya kau iri padaku!”
Karen: “Kau… kau
jaat, Amelz! Aku gak melakukannya!” T.T
Karen berlari
keluar dari apartemen. Irene memandang punggung Karen dan Amelz dengan cemas.
Irene: “Kau gak
perlu keras begitu, Amelz. Belum tentu Karen yang melakukannya kan?”
Amelz: “Siapa
lagi kalo begitu?”
Irene:
*mendesahkan nafas* “Kau tenangkan dirimu dulu, biar aku yang bujuk Karen.”
Irene pergi
meninggalkan Amelz yang makin gelisah. Harusnya dia menanyakan apakah Karen
yang melakukannya, bukannya langsung menyalahkannya seperti itu.
***
Amelz gelisah
karena udah seminggu gak dapat kabar dari Lee Hom. Akhirnya Amelz mengosongkan
jadwal di hari minggu dan menunggu sosok Lee Hom di depan gedung MOVE
Entertainment dan berniat meminta penjelasan pada Lee Hom. Dari jam 9 pagi
Amelz udah duduk di kursi taman di depan gedung. Tapi sosok Lee Hom gak tampak
sampai jam 6 malam. Amelz gak beranjak dari tempat itu, karena takut bila
beranjak, dia gak tau Lee Hom datang ato pergi dari sana. Jadi Amelz udah
menahan rasa laparnya sejak pagi tadi. Dan pada jam 6 sore, sosok yang Amelz
tunggu muncul dari dalam gedung. Lee Hom gak memakai penyamaran apapun, dan
Rico berdiri di kanannya, sementara sosok di kiri Lee Hom membuat Amelz
tertegun. Itu cwe yang berkencan dengan Lee Hom di café waktu itu. tapi Amelz
memberanikan dirinya dan maju beberapa langkah.
Amelz: “Lee Hom
ge.”
Ketiga sosok itu
memandang Amelz. Tapi tatapan Lee Hom yang dingin membuat Amelz khawatir.
Amelz: “Lee Hom
ge, kenapa gak pernah menghubungiku lagi?”
Lee Hom: “Kau
siapa?”
Amelz tertegun.
Gak mungkin…
Amelz: “Aku Amelz
Chen, Lee Hom ge.”
Lee Hom: “Aku gak
mengenalmu.”
Sebuah mobil
Honda berhenti di depan mereka bertiga.
Amelz: “Xiao Tu
merindukan Lee Hom ge.”
Lee Hom: “Ayo
pergi. Aku sedang malas meladeni fans.”
Amelz panik. Lee
Hom gak memandangnya lagi. Mereka membuka pintu mobil.
Amelz: “Ge, ni bu
ai wo le ma?”
Lee Hom: “Wo gao
su ni. Wo chen jing mei you ai guo ni!” *melotot*
Mereka masuk ke
mobil dan menghilang dari pandangan Amelz. Amelz terduduk lemas di jalanan.
Harapannya telah sirna…
***
Si cwe cantik
memandang ke belakang dari dalam mobil. Sosoknya yang cantik memandang Amelz
yang terduduk lemas dengan cemas. Lalu dia memandang Lee Hom di sampingnya dan
Rico yang duduk di ujung sana.
Cwe: “Apa itu
baik, Lee Hom? Rico?”
Lee Hom:
“Setidaknya… dia gak akan terancam, Esther jie.”
Esther: “Aku
benar2 khawatir dengannya. Kau tau, Lee Hom, harusnya kau bisa melakukan
sesuatu hal yang lain.”
Lee Hom: *marah*
“Apapun solusinya, aku akan selalu membuat Amelz berada dalam bahaya!”
Esther Wang kaget
melihat adik sepupunya ini marah. Dia teringat kejadian beberapa hari yang
lalu.
Esther mendengar cerita Lee Hom mengenai Amelz.
Dan juga mendengarkan dengan seksama rencana Lee Hom…
Esther: *menggelengkan kepala* “Bu yao. Aku gak
mau melakukan rencana itu denganmu.”
Lee Hom: “Wo qiu jiu ni, jie… aku bisa minta
tolong pada siapa lagi?”
Esther: “Kau memintaku pura2 kencan denganmu dan
sengaja muncul di depannya setelah dia siaran. Itu keterlaluan dan akan
membuatnya sakit, Lee Hom.”
Lee Hom: “Tapi aku mengkhawatirkan keselamatannya.
Kami dikuntit, jie.”
Esther: “Sui bian ni la. Asal kukasih tau ya, Wang
Lee Hom, sebaiknya kau jelaskan ajah keadaanmu daripada kau pakai cara pengecut
dan ringkas kayak gini.”
Esther melipat
kedua tangannya di depan dadanya.
Esther: “Kau gak
liat pandangan terlukanya?”
Lee Hom: “Jangan
ikut campur, jie.” *geram*
Esther: “Sui bian
ni la. Dasar anak2.”
***
No comments:
Post a Comment