Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Wednesday, 18 April 2012

(When Our Dreams Come True) Secretly in Love chapter 9


When Our Dreams Come True
Secretly in Love
Chapter 9

Lee Hom kembali ke apartemen mewah yang ditinggalinya bersama sang manajer, Rico. Lee Hom gak luput dari air hujan rupanya, di kaos lengan panjang silvernya ada titik2 air hujan. Rico lagi sibuk dengan laptopnya di ruang tamu dan mendongak memandang Lee Hom. Wajah Lee Hom menunjukkan dia lagi gak bahagia.

Rico: “Kenapa? Biasanya kau pulang malam kalo jalan sama Amelz.”
Lee Hom: “Jalan2nya batal.”
Rico: “Wei shen me?” *kaget*
Lee Hom: “Yang pertama. Amelz gak menepati janjinya, kita udah janjian dari jam 3. Beberapa hari sebelumnya kami sih udah sepakat janjian jam 4, tapi kemarin dia tiba2 SMS minta percepatan jam dan penggantian tempat. Jadi aku menunggunya jam 3 di depan Gedung Taipei 101. Dia gak datang sampe jam 5, jadi aku pulang.”
Rico: *memandang wajah Lee Hom* “Kau marah padanya? Udah berusaha menghubunginya?”
Lee Hom: “Hapenya gak aktif.”
Rico: “Kupikir ini bukan kayak Amelz yang biasanya. Apa dia terjebak hujan?”
Lee Hom: “Jam 3 cuaca masih cerah.”
Rico: *mengedikkan bahu* “Kupikir sekarang kau perlu meneleponnya lagi.” *baru teringat* “Kau bilang itu baru alasan pertama? Alasan keduanya apa?”
Lee Hom: *mendesahkan nafas* “Salah seorang petugas di Gedung Taipei 101 memberiku ini.”

Lee Hom mengeluarkan amplop dari balik kaosnya. Rupanya Lee Hom melindungi supaya amplop itu gak basah. Dia melemparkan amplop itu di depan laptop Rico. Rico mengambilnya dengan keheranan dan mengeluarkan isi amplop itu. foto2. Foto2 yang juga pernah diterima Amelz. Mata Rico membelalak saat memperhatikan lembar demi lembar foto itu. ini sangat tidak lucu.

Rico: “Wo de Tian ah~ kalian dikuntit, Lee Hom!”
Lee Hom: “Itulah sebabnya.” *mendesahkan nafas*
Rico: “Ini… ini… jadi apa yang kau rencanakan?”
Lee Hom: “Keselamatan Amelz jadi prioritas utamaku.”
Rico: “Maksudmu?”
Lee Hom: “Aku… gak ingin dia dalam bahaya. Karena aku mencintainya.”
Rico: *kaget* “Tapi gak perlu seperti itu kan?”
Lee Hom: *marah* “Emangnya aku punya pilihan? Coba berikan alternatif yang lebih baik untukku, manager!”

Rico terdiam sambil memandangi foto Lee Hom dan Amelz yang tengah berciuman di pasar malam. Siapapun yang melakukan ini, orang itu keterlaluan.

***

Amelz pulang dengan kelelahan ke apartemennya. Syukurlah Chen Mama belum pulang dari kampung, ato dia akan shock melihat keadaan anak gadis semata wayangnya ini. Masih merasa sedih, dingin dan lelah, Amelz menyelamatkan Nokia hadiah Calvin untuk ultahnya yang ke-12 tahun. Dia melepaskan baterenya dan mengeringkannya dengan hair dryer Chen Mama. Setelah merasa cukup kering, Amelz langsung memasang baterenya kembali. Tolong, tolong hiduplah, batin Amelz. Hape itu menyala! Setelah sekian lama menemani Amelz, tentu Nokia itu punya ikatan batin yang cukup bagus dengan Amelz. Amelz menunggu, namun gak ada satupun SMS ato pesan di voice callnya. Tanpa menunggu lama, Amelz langsung menekan tombol 7, dimana tombol itu mengarahkannya langsung menelepon hape Lee Hom. Ge, kumohon angkatlah, kumohon…

Lee Hom: “Wei…”
Amelz: “Lee Hom ge! Ge ge dimana?”
Lee Hom: “Zai jia li.”
Amelz: “Ge, dui bu qi yah tadi aku telat datang ke tempat ketemuan kita. Aku terjebak hujan.”
Lee Hom: “Mei guan xi. Kau udah di rumah?”
Amelz: “Iya. Ge…”
Lee Hom: *cut* “Aku akan pergi job sekarang, Melz. Besok kita baru contact lagi, okey?”
Amelz: “Loh? Bukannya jadwal ge ge kosong malam ini?”
Lee Hom: “Aku punya kerjaan mendadak. Zai jian.”

Belum sempat Amelz mengucapkan apa2, pembicaraan udah diputus Lee Hom.

Amelz: “Lee Hom ge… kenapa… ge ge terasa begitu dingin? Apa ge ge marah padaku? Mudah2an aku bisa segera janjian dengan dia lagi. Aku perlu memberinya penjelasan. Dan kalo bisa… ya, kenapa gak? Aku cerita padanya soal foto ancaman itu! ya… benar!”

***

Tiga hari telah berlalu semenjak kejadian itu. ada satu hal yang membuat Amelz heran. Sejak kemarin hape Lee Hom gak bisa dihubungi. YM Lee Hom juga gak pernah aktif lagi. Amelz mulai panik, tapi gak tau harus menghubungi siapa. Dia gak tau nomor hape Rico. Nomor hape Lee Hom yang disimpan Calvin, Ri Na dan Jiro sama dengannya, dan mereka yakin Lee Hom gak punya nomor pribadi yang lain. Dengan sedih, Amelz berjalan lunglai keluar dari studio pada hari Jumat siang. Amelz melewati café itu lagi, café tempatnya pertama kali bertemu Lee Hom. Lee Hom ge, ge ge dimana, tanya Amelz, padahal ge ge bilang gak bisa hidup tanpaku, tapi buktinya ge ge sekarang pergi entah kemana. Dan Amelz terkesiap. Dia melihat Lee Hom. Itu benar2 Lee Hom! Meskipun telah memakai kacamata hitam, Amelz yakin itu sosok cinta pertamanya! Sosok sempurnanya berjalan keluar dari café… sambil menggandeng… seorang gadis! Gadis itu tinggi dan cantik, perawakannya seperti model! Pegangan tangan itu sangat erat… dan pandangan Lee Hom gak pernah lepas dari wajah tersenyum si cwe, dan mereka masuk ke Ferrari hitam Lee Hom. Amelz gak mampu bergerak, bahkan setelah Ferrari itu berjalan jauh. Ada yang gak beres… batin Amelz. Ya… pasti ada sesuatu yang salah. Itu gak mungkin… gak mungkin Lee Hom ge mengkhianatiku kan? Gak mungkin… ><

***

Irene dan Karen main ke apartemen Amelz lagi. Keduanya kali ini gak perlu dijemput lagi karena udah tau lokasi apartemen Amelz sekarang. Keduanya tampak bahagia karena menikmati masa liburan, sangat kontras dengan Amelz yang lesu. Amelz tengah memikirkan isi SMS antara dia dan Ri Na semalam. Amelz curhat pada Ri Na soal dia melihat Lee Hom jalan dengan cwe, juga tentang foto ancaman.

From: Ri Na onnie
Sekarang begini…adakah yang tau kalian pacaran? Selain onnie, Jiro oppa, Calvin ge, Lee Hom ge, Rico ge managernya, dan Chen Mama?

To: Ri Na onnie
Ada sih, onnie. Kedua sahabatku, onnie udah pernah bertemu mereka. Irene dan Karen.

From: Ri Na onnie
Bukannya onnie mau nyalahin sih… Cuma… mereka juga patut dicurigai. Okey, mungkin mereka baik padamu, tapi kita kan gak pernah tau… coba Amelz tanya dengan mereka, tanya ajah baik2… kalo emang bukan mereka, kita akan pikirkan lagi, kira2 siapa dalang di balik semua ini.

Amelz memandang kedua sahabatnya. Gak mungkin Irene dan Karen yang melakukan itu. tapi Ri Na juga benar, yang tau hubungan mereka berdua adalah kedua sahabatnya ini. Ada banyak petunjuk untuk mendukung, maupun untuk mematahkan teori ini. Kedua sahabatnya baru tau hubungan Amelz-Lee Hom sebelum mereka janjian di café waktu hujan itu. sedangkan foto2 yang dikirim mulai dari pasar malam, ini jelas pada saat mereka belum tau hubungan Amelz-Lee Hom. Tapi sekaligus, kedua sahabatnya ada juga di pasar malam, dan kemungkinan mereka berdua mengambil foto mereka berciuman dengan diam2. Tapi bagaimana dengan foto di balkon? Siapa yang mengambilnya?

Irene: “Kau kenapa sih, Amelz? Gak sehat?”
Amelz: “Aaah… gapapa, Irene.”
Karen: “Lee Hom ge gimana? Kita jalan dengan dia lagi yuk…” ^^
Amelz: “Gak bisa, dan gak akan pernah lagi.”
Karen: “Emang kenapa?”

Amelz melemparkan foto2 ancaman ke pangkuan kedua sahabatnya. Irene dan Karen memandangi satu persatu foto dengan tampang pucat dan mata membelalak. Apakah kalian sungguh pelakunya, tanya Amelz dengan sakit hati, ato salah satu dari kalian? Benarkah teori Ri Na onnie? Irene… dia fans Lee Hom ge, tapi dia dewasa… dia gak mungkin melakukan perbuatan bodoh begini. Karen… dia yang lebih kekanak-kanakan… mungkinkah Karen…?

Irene: “Apa ini, Amelz? Siapa yang mengirimkan ini padamu?”
Amelz: “Orang yang iri pada hubungan kami.”
Karen: “Huah… orang ini parah. Kurang kerjaan sampe buat yang beginian.”
Amelz: “Orang itu kau kan, Karen?”
Karen: *mendongak* “Hah? Aku? Apa maksudmu, Amelz?”
Amelz: “Kau yang melakukan ini kan? Kau iri pada hubunganku dan Lee Hom ge?”
Karen: “Kenapa kau menuduhku begitu?”
Amelz: “Karena kau masih childish dan egois! Itu sebabnya kau iri padaku!”
Karen: “Kau… kau jaat, Amelz! Aku gak melakukannya!” T.T

Karen berlari keluar dari apartemen. Irene memandang punggung Karen dan Amelz dengan cemas.

Irene: “Kau gak perlu keras begitu, Amelz. Belum tentu Karen yang melakukannya kan?”
Amelz: “Siapa lagi kalo begitu?”
Irene: *mendesahkan nafas* “Kau tenangkan dirimu dulu, biar aku yang bujuk Karen.”

Irene pergi meninggalkan Amelz yang makin gelisah. Harusnya dia menanyakan apakah Karen yang melakukannya, bukannya langsung menyalahkannya seperti itu.

***

Amelz gelisah karena udah seminggu gak dapat kabar dari Lee Hom. Akhirnya Amelz mengosongkan jadwal di hari minggu dan menunggu sosok Lee Hom di depan gedung MOVE Entertainment dan berniat meminta penjelasan pada Lee Hom. Dari jam 9 pagi Amelz udah duduk di kursi taman di depan gedung. Tapi sosok Lee Hom gak tampak sampai jam 6 malam. Amelz gak beranjak dari tempat itu, karena takut bila beranjak, dia gak tau Lee Hom datang ato pergi dari sana. Jadi Amelz udah menahan rasa laparnya sejak pagi tadi. Dan pada jam 6 sore, sosok yang Amelz tunggu muncul dari dalam gedung. Lee Hom gak memakai penyamaran apapun, dan Rico berdiri di kanannya, sementara sosok di kiri Lee Hom membuat Amelz tertegun. Itu cwe yang berkencan dengan Lee Hom di café waktu itu. tapi Amelz memberanikan dirinya dan maju beberapa langkah.

Amelz: “Lee Hom ge.”

Ketiga sosok itu memandang Amelz. Tapi tatapan Lee Hom yang dingin membuat Amelz khawatir.

Amelz: “Lee Hom ge, kenapa gak pernah menghubungiku lagi?”
Lee Hom: “Kau siapa?”

Amelz tertegun. Gak mungkin…

Amelz: “Aku Amelz Chen, Lee Hom ge.”
Lee Hom: “Aku gak mengenalmu.”

Sebuah mobil Honda berhenti di depan mereka bertiga.

Amelz: “Xiao Tu merindukan Lee Hom ge.”
Lee Hom: “Ayo pergi. Aku sedang malas meladeni fans.”

Amelz panik. Lee Hom gak memandangnya lagi. Mereka membuka pintu mobil.

Amelz: “Ge, ni bu ai wo le ma?”
Lee Hom: “Wo gao su ni. Wo chen jing mei you ai guo ni!” *melotot*

Mereka masuk ke mobil dan menghilang dari pandangan Amelz. Amelz terduduk lemas di jalanan. Harapannya telah sirna…

***

Si cwe cantik memandang ke belakang dari dalam mobil. Sosoknya yang cantik memandang Amelz yang terduduk lemas dengan cemas. Lalu dia memandang Lee Hom di sampingnya dan Rico yang duduk di ujung sana.

Cwe: “Apa itu baik, Lee Hom? Rico?”
Lee Hom: “Setidaknya… dia gak akan terancam, Esther jie.”
Esther: “Aku benar2 khawatir dengannya. Kau tau, Lee Hom, harusnya kau bisa melakukan sesuatu hal yang lain.”
Lee Hom: *marah* “Apapun solusinya, aku akan selalu membuat Amelz berada dalam bahaya!”

Esther Wang kaget melihat adik sepupunya ini marah. Dia teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

Esther mendengar cerita Lee Hom mengenai Amelz. Dan juga mendengarkan dengan seksama rencana Lee Hom…

Esther: *menggelengkan kepala* “Bu yao. Aku gak mau melakukan rencana itu denganmu.”
Lee Hom: “Wo qiu jiu ni, jie… aku bisa minta tolong pada siapa lagi?”
Esther: “Kau memintaku pura2 kencan denganmu dan sengaja muncul di depannya setelah dia siaran. Itu keterlaluan dan akan membuatnya sakit, Lee Hom.”
Lee Hom: “Tapi aku mengkhawatirkan keselamatannya. Kami dikuntit, jie.”
Esther: “Sui bian ni la. Asal kukasih tau ya, Wang Lee Hom, sebaiknya kau jelaskan ajah keadaanmu daripada kau pakai cara pengecut dan ringkas kayak gini.”

Esther melipat kedua tangannya di depan dadanya.

Esther: “Kau gak liat pandangan terlukanya?”
Lee Hom: “Jangan ikut campur, jie.” *geram*
Esther: “Sui bian ni la. Dasar anak2.”

***

No comments:

Post a Comment