When Our Dreams Come
True
Secretly in Love
Chapter 7
Amelz dan Irene dijemput Karen dan
sopirnya pada hari Minggu jam setengah 5 sore. Mereka tampak girang diajak
jalan oleh Amelz, apalagi setelah Amelz bilang mereka akan jalan dengan Lee
Hom. Sesampainya di pintu gerbang pasar malam, udah terlihat suasana yang
ramai. Di dalam sana banyak tenda besar2. amelz celingukan mencari sosok Lee
Hom. Ternyata itu dia datang. Lee Hom memakai topi putih, kaos hijau muda dan
celana panjang jins warna putih. Di sebelahnya ada dua cwo, tampan dan tinggi
juga, tipikalnya mirip Lee Hom, yang satu pake kaos lengan panjang hitam, yang
satu lagi kaos oranye terang. Jelas2 ketiga gadis jadi berdiri kaku.
Lee Hom: “Hei girls. Kenalkan, ini
Wayne Chen.” *menunjuk cwo cakep berkaos hitam* “Dan ini Adrian Lin.” *menunjuk
cwo ceria berkaos oranye* “Boys, ini Irene Wang dan Karen Zhou, dan yang ini
Amelz Chen.”
Dengan perkenalan singkat dari Lee Hom,
mereka langsung hafal nama satu sama lain.
Lee Hom: “Ayo masuk. Aku traktir
semuanya hari ini.” XD
Begitu masuk, terasa lagi suasana yang
lebih ramai. Amelz yang takut keramaian mulai menempelkan dirinya sedemikian
rupa ke teman2nya. Lee Hom menyadari itu. dia menggenggam tangan Amelz. Mereka
mulai main berbagai permainan di pasar malam, mulai dari melempar gelang masuk
botol (disini Amelz yang jago, mereka dapat 9 botol minuman), membidik sasaran
panah mainan (Adrian yang paling banyak dapat hadiah), memancing ikan kertas
(Karen sangat menikmatinya sampe perlu ditarik supaya meninggalkan stand itu)
dan menangkap ikan dengan jala kecil (Irene membuat iri para cwo dengan
menangkap 8 ikan dalam waktu 10 menit). Mereka makan di stand masakan Korea,
makan sampe puas dan kekenyangan, sementara langit mulai gelap dan di pasar
malam dipasang banyak lampu taman dan obor2 tinggi menjulang. Amelz dan Karen
kebelet ke toilet, begitu juga para cwo, sementara Irene menunggui mereka di
luar toilet dan memegang barang2 cwe yang dititipkan padanya. Setelah itu
mereka sibuk berkeliling pasar malam lagi. Ada kandang besar yang berisi macan,
beruang, sapi Inggris (yang bercak hitam putih XD) pokoknya ini pasar malam
yang menyenangkan. Amelz dan Lee Hom sekarang sedang asyik memperhatikan
akuarium ikan duyung yang jelek dan aneh.
Amelz: “Iiiih aneh ah… ya kan, Irene?”
*menoleh* “Loh, Karen? Irene?”
Lee Hom: *menoleh* “Waah… teman2 kita
menghilang.”
Amelz: “Ayo kita hubungi mereka, ge.”
*mengambil hape*
Lee Hom: *menahan tangan Amelz* “Gak
perlu. Beri mereka waktu pribadi, Melz.”
Amelz: “Hah? Maksud ge ge?”
Lee Hom: “Kayaknya Adrian suka sama
Irene dan Wayne suka sama Karen loh.” XD
Amelz: “Benarkah?? Wah benar, aku gak
jadi menghubungi mereka.”
Lee Hom: “Dan kita juga butuh waktu
pribadi kan?”
Amelz: “Wo men?”
Lee Hom: *mengangguk* “Ayo, ke stand
yang lain.”
Lee Hom lupa menggandeng Amelz. Lee Hom
berjalan agak cepat dan Amelz segera kesusahan mengejar langkahnya. Terdengar
decak kagum orang2 di luar tenda. Begitu keluar tenda, Amelz tau apa yang
dikagumi orang2 itu. rupanya lagi ada kembang api. Amelz berhenti di dekat
pintu masuk tenda aquarium2 dan ikut mengagumi indahnya kembang api. Semua
orang juga terpaku di tempat mereka berdiri dan mendongak, seperti yang Amelz
lakukan.
Amelz: “Aaah… Lee Hom ge.”
Amelz lupa kalo tadi dia sedang
mengejar Lee Hom. Dia menoleh panik dan gak menemukan sosok Lee Hom. Dengan
cerdas, Amelz langsung menarik hapenya untuk menghubungi Lee Hom. Tapi hapenya
gak ada sinyal, karena keadaan yang terlalu rame. Amelz mulai panik. Dia gak
suka seperti ini. Amelz berjalan meninggalkan tempatnya, berjalan menabrak
orang2 dalam usahanya mencari Lee Hom ato teman2nya. Rasa panik mulai menguasai
akal sehatnya. Matanya terasa basah. Dia takut… takut di keramaian… takut gak
bisa bertemu Lee Hom lagi… dan tiba2 ada yang menarik lengan kiri Amelz. Sosok
itu menariknya menjauh dari kerumunan menuju samping tenda yang sepi. Amelz
ketakutan… dia diculik! Amelz berontak berusaha melepaskan diri, namun tarikan
itu sangat kuat.
Lee Hom: “Zhe shi wo, Amelz.”
Amelz: “Fang kai! Fang kai wo!!”
Lee Hom: “Amelz! Wo shi Wang Lee Hom!”
Amelz: “Fang kai wo!!”
Lee Hom kaget dan melepas tarikan pada
tangan Amelz. Amelz memandang wajah Lee Hom dengan ketakutan, jelas akal
sehatnya membuatnya buta bahwa itu emang Lee Hom yang asli, yang udah
melepaskan topinya. Lee Hom balik memandang Amelz dengan tatapan terluka. Dia
ketakutan, batin Lee Hom, karena salahku, aku membuatnya ketakutan! Wang Lee
Hom, kau pantas mati! Lee Hom maju dan memeluk Amelz. Amelz mulai berontak dan
tenaganya kuat sekali. Tapi Lee Hom bertahan meski Amelz mulai memukuli
punggungnya.
Lee Hom: “Amelz, dui bu qi… zhen de dui
bu qi… zhe shi wo de cuo…”
Amelz: “Fang kai…”
Lee Hom memeluk Amelz lebih kencang dan
tenaga Amelz makin menghilang. Lee Hom mengambil jarak dan meletakkan kedua
tangannya di bahu Amelz dan memandang wajahnya. Mata Amelz masih memancarkan
sorot ketakutan. Lee Hom menjaga kontak matanya dan membatin supaya Amelz
mengenalnya. Ato dia akan dibunuh Calvin, sesegera mungkin. Amelz mulai lebih
tenang, dan pandangannya mulai hangat. Matanya berair.
Lee Hom: “Oh, bu yao, Amelz, bu yao
ku...”
Amelz: “Lee Hom ge… dui bu qi…”
Lee Hom: “Kau udah bisa mengenaliku?
Oh, dui bu qi Amelz, aku meninggalkanmu. Dui bu qi…”
Amelz: .><.
Lee Hom: “Bu yao ku. Zhen de… yuan
liang wo. Aku yang ketakutan, Amelz, aku pikir kau yang meninggalkanku. Kau adalah
matahariku, bagaimana aku bisa bertahan tanpamu? Dui bu qi…”
Amelz berusaha menahan air matanya yang
nyaris jatuh. Memalukan. Dia gak seharusnya menangis. Ini gak tampak seperti
Amelz Chen yang biasanya tomboy dan kuat. Lee Hom panik melihatnya, dan rupanya
kata2nya malah membuat Amelz bingung. Gak ada jalan lain, pikir Lee Hom. Dengan
cepat, Lee Hom menarik tubuh Amelz mendekat dan mengecup bibirnya. Amelz
berdiri kaku. Ini ciuman pertamanya, oleh cinta pertamanya. Dia gak ngerti
bagaimana membalas ciuman Lee Hom yang hangat dan berasa mint. Kedua lengan
dewasa Lee Hom melingkar di punggung dan pinggang Amelz. Ciuman itu
membimbingnya… dan Amelz tau bagaimana membalasnya. Dia merasakan bibir Lee Hom
yang lembut mengecup lembut bibirnya, seakan takut bibir Amelz akan terluka
kalo dia melakukannya dengan bernafsu. Dan setelah sekian lama yang gak Amelz
tau dengan pasti, dan ketika masih dalam pesta kembang api, Lee Hom melepaskan
Amelz. Amelz memandang Lee Hom dengan wajah memerah dan menutupi bibirnya dengan
tangan kanannya. Lee Hom tersenyum sangat manis.
Lee Hom: “Dui bu qi Amelz, aku merebut
ciuman pertamamu.” XD
Amelz: “Ge ge…”
Lee Hom: “Sekarang kau ngerti, kan?
Tetaplah di sampingku, okey? Aku juga gak akan meninggalkanmu.”
Amelz: ^^
Lee Hom: “Ayo, aku gak akan
melepaskanmu lagi.”
Masih banyak orang yang asyik menonton
pesta kembang api sambil berdiri ketika Lee Hom menggandeng Amelz mencari
stand2 lain. Mereka gak merasa kembang api menarik lagi, karena yang menarik
bagi mereka adalah kehadiran satu sama lain. Akhirnya mereka sampai di tenda
yang putih dan bersinar. Keduanya bertukar pandang memandang tulisan di pintu
masuk tenda: STAND TAROT BERSAMA MADAM MAY.
Amelz: “Aaaah… kalo yang ini aku tau!!”
Lee Hom: “Hah? Maksudnya tarot? Aku
juga tau.”
Amelz: “Bukan ge, Madam May. Dia ini
peramal terkenal, loh. Ri Na onnie pernah cerita tentangnya. Selain ramalannya
tepat dan udah keliling di banyak negara, dia juga bisa ngomong banyak bahasa.”
Lee Hom: “Oh ya? Mau masuk?”
Amelz: “Karena tendanya putih, jadi gak
terlalu ngeri. Ayo masuk, ge.”
Mereka berdua sempat ragu di depan
pintu masuk tenda. Ada aura aneh disana. Tapi aura itu bukan membuat mereka
takut, mereka hanya segan. Aura itu terasa lembut dan mereka mencium bau wangi
misterius.
Cwe: “Selamat datang, Amelz Chen dan
Wang Lee Hom. Silakan masuk dan jangan takut.”
Jelas Amelz dan Lee Hom takut karena
Madam May tau nama mereka. Mereka masuk dengan perlahan, dan menemukan sosok
Madam May duduk di balik meja kecil. Ternyata itu yang namanya Madam May.
Umurnya mungkin gak beda jauh dengan Jiro. Dia tersenyum manis pada kedua
tamunya, dan memakai kerudung putih. Interior tenda semuanya berwarna putih,
bukan hitam seperti pada umumnya paranormal.
May: “Aku Madam May. Duduklah di kedua
kursi di depanku. Aku mempersiapkan dua kursi karena tau kalian akan datang.”
Mereka berdua duduk di kursi di hadapan
May. Rasa takut berkurang dalam diri mereka setelah tau Madam May masih muda
dan cukup manis (author narsis, maaf XDD). Ada kesan Melayu pada kulitnya yang
cokelat. Dia tersenyum pada kedua tamunya lagi.
May: “Meramal masa depan?”
Lee Hom: “Ya… ya… madam.”
May: “Amelz duluan?”
Amelz: “He-eh.”
May mengambil setumpuk kartu tarot dari
bawah meja. Seketika lampu di dalam tenda mati, Amelz mencengkeram lengan Lee
Hom, dan cahaya redup nampak ketika ada sebatang lilin putih yang dinyalakan
May. May tersenyum pada Amelz.
May: “Gak perlu takut. Kau akan
mengetahui apa yang pantas kau ketahui, Amelz. Kocok kartunya.”
Amelz menerima kartu tarot dari May dan
mulai mengocok dengan pikiran kosong. Dia terlalu takut untuk tau bahwa ramalan
May biasanya tepat dan penuh teka-teki. Ri Na pernah bilang dia ketakutan
karena ramalan itu tepat. Ri Na pernah diberi teka-teki mengenai kecelakaan,
dan ternyata Jiro dan Teukie, appanya, jatuh dari tangga perusahaan yang licin.
Amelz menyerahkan kartu yang telah dikocoknya pada May. May menyebarkan kartu
itu di meja kecilnya.
May: “Ambil satu kartu, Amelz.”
Tangan Amelz bergetar ketika menarik
satu kartu. May mengambil alih dan membuka kartu itu. amelz dan Lee Hom
mendekatkan wajah mereka pada kartu itu. gambar sebuah roda keberuntungan: The
Wheel of Fortune.
May: “Awal dan akhir, sebuah perubahan
keadaan, kau bertanggungjawab atas nasibmu sendiri, Amelz. Roda itu berputar
terus selamanya dan tidak ada yang tau apa yang akan dihasilkan di kehidupan
ini. Kau telah memilih awalmu dengan mengganti pekerjaan dan merubah keadaan
dengan memilih Lee Hom. Benarkah itu?”
Amelz: “I… i… iyah…”
May: “Ambil kartu berikutnya.”
Amelz kembali menarik satu kartu. May
membukanya: Three of Cups (tiga piala).
May: “Bergembira, perayaan,
kegembiraan, merepresentasikan pemenuhan. Kartu yang paling penuh kegembiraan.
Calvin Chen akan masuk asrama bulan depan, dan itu akan jadi sumber kebahagiaan
kalian. Ambil kartu berikutnya.”
Amelz makin ketakutan. Dan kartu yang
dipilihnya kali ini adalah: The Devil (setan). Amelz dan Lee Hom menegang
bersamaan. May tersenyum.
May: “Jangan takut. Ini berarti
frustasi, penghalang, rintangan, rasa takut, ini menghubungkan semua yang gelap
dan memalukan. Akan ada penghalang dan rintangan, Amelz. Untuk melepaskan diri
dari keadaan ini hanyalah dengan kepercayaan. Harus saling percaya, namun juga
harus berhati-hati untuk percaya.”
Amelz: “Maksudnya?”
May: “Yang baik belum tentu bisa
dipercaya, yang jahat belum tentu tampak jahat seperti yang kau bayangkan.”
Amelz merenung memikirkan teka-teki
May.
May: “Dan kau, Lee Hom, kocok kartunya
dan lakukan seperti Amelz tadi.”
Lee Hom mengambil kartu tarot yang
disodorkan May dan mengocoknya cepat. Seperti Amelz tadi, May menyebarkan kartu
Lee Hom. Lee Hom mengambil satu kartu dengan sorot mata penasaran, lupa bahwa
Amelz sibuk merenung. Dasar anak muda XD Dan kartu itu dibuka May: The Sun
(matahari).
May: “Energi, optimisme, kegembiraan,
kepercayaan, citra kelahiran kembali dan cahaya yang menyusul kegelapan. Dua
sisi jiwa dan simbol keutuhan dan integrasi. Karirmu bagus, Lee Hom, kau harus
melakukannya dengan optimisme dan Amelz memberimu kegembiraan. Kau akan jadi
artis yang terkenal sedunia.”
Lee Hom: “Hahahahah… asyik2.” XDD
May: “Kartu kedua.” *menunggu Lee Hom*
“Six of Wands (enam tongkat), wow, ckckck… keberhasilan, kemenangan, prestasi,
bersayap kemenangan. Bersilangan membangun bentuk X. ini gampang, Lee Hom,
koleksi pialamu nanti akan cukup memenuhi satu ruangan besar di rumahmu.”
Lee Hom makin bahagia. Dia sekarang
benar2 lupa Amelz masih merenung. Kartu ketiga: The Lovers (kekasih).
May: “Ahh… kartu ini. Ckckck… kontras
sekali.”
Lee Hom: “Kenapa? Bukannya kartu pasangan
berarti baik untuk para pasangan?”
Perhatian Amelz beralih. Dia
memperhatikan gambar di kartu: sepasang muda-mudi yang akan dipanah cinta oleh
cupid di langit, tapi di samping mereka ada seorang pria tua.
May: “Pilihan, pengorbanan, pengujian
hubungan, setiap keputusan yang diambil tentang hubungan, pasti timbul akibat.
Percintaan merupakan pilihan penting. Kalian akan mendapatkan ujian. Kupikir…
kau dan Amelz dalam masalah yang sama. Kalian akan diuji. Kesulitan akan
dilewati dengan pengorbanan.”
Lee Hom: *bingung* “Bisakah Madam
menyampaikan langsung maksudnya?”
May: *tersenyum* “Tidak bisa. Aku hanya
menyampaikan sebatas apa yang boleh kusampaikan. Kalian yang menyelesaikan
teka-tekinya.” ^^
Amelz: “Tapi kami bingung.”
May: “Jalannya akan segera nampak.
Amelz, pesanku untukmu, jaga kepercayaan, kau harus bisa tau bahwa kulit yang
baik belum tentu berisi buah yang baik. Lee Hom, kau jangan terbuai dengan
prestasimu, ada yang harus kau korbankan dalam hubungan percintaan ini.”
Amelz: “Tapi… kami… Madam, bisakah
kami… bersama sampai akhir hayat kami?”
May: *tersenyum* “Tergantung bagaimana
kalian melewati ujian ini.” ^^ “Sekarang kalian bisa keluar dan pulang. Irene,
Karen, Adrian dan Wayne menunggu kalian dengan cemas di dekat mobil Ferrari
hitammu, Lee Hom.”
Lee Hom: “Hah? Benarkah? Dan Madam…
kami harus bayar berapa?”
May: “Tidak perlu. Aku membantu kalian.
Dan juga… hanya orang2 yang terpilih yang bisa masuk ke tenda ini. Itu berarti
aku punya jodoh dengan kalian.” ^^
Amelz: “Ri Na. madam pernah meramalnya.
Ramalan Madam tepat.”
May: “Ahh, Lee Ri Na… dia udah cukup
dapat banyak kesulitan. Dan Jiro Wang yang ceroboh telah jadi dewasa. Mereka
akan bahagia. Sampaikan salamku pada mereka.” ^^
A+L: “Xie xie ni, Madam.”
May: ^^
Mereka bergegas keluar tenda dan
mencari pintu keluar dari area pasar malam. Keduanya langsung menuju mobil Lee
Hom diparkir. Madam May benar, keempat teman mereka menunggu dengan wajah
cemas. Wayne memegang hape, jelas berusaha menghubungi Lee Hom.
Wayne: “Kalian membuat kami cemas!!”
Lee Hom: “Dui bu qi.”
Irene: “Tapi koq kalian tau kami
disini?”
Amelz: “Dari seseorang yang hebat.” ^^
Lee Hom: “Sekarang udah hampir jam 10.
Ayo kita bubar. Amelz, gimana kalian pulang?”
Amelz: “Sopir Karen akan mengantar kami
pulang.”
Adrian: “Kapan2 kita jalan lagi yah…”
^^
Karen: “Tentu.”
Mereka saling berpamitan dan Lee Hom
mengedip pada Amelz dan memberi isyarat bahwa Lee Hom akan meneleponnya nanti
malam. Amelz pergi dengan senyuman. Lee Hom masuk ke Ferrari hitamnya, Wayne
duduk di sampingnya dan Adrian duduk di jok belakang. Lee Hom mulai menjalankan
mobilnya. Jaguar silver Karen telah menghilang.
Wayne: “Kau tampaknya menikmati malam
ini yah, Lee Hom.”
Lee Hom: “Hahahahahaha… yah, gitu deh.”
XD
Adrian: “Apa yang kau lakukan dengan
Amelz? Kau memakannya?”
Lee Hom: “Memakan? Apa maksudnya itu?”
Adrian: “Istilah orang dewasa. Maksudku
kalian… ahh… melakukan sesuatu di tempat sepi.”
Lee Hom: “Aku hanya menciumnya koq.
Apakah itu sama dengan memakan?”
Wayne: “KAU MENCIUMNYA?
Huahahahahahaha… kau dalam kesulitan, Wang Lee Hom.” XDD
Adrian: “Ternyata kau cukup agresif.
Hati2, artis terkenal!” XDD
Lee Hom ikut tertawa bersama kedua
sahabatnya. Malam ini sangat berarti untuknya. Juga untuk Amelz, tentunya.
***
No comments:
Post a Comment