Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 13 April 2012

Love's Arrived chapter 14 part 1

Love’s Arrived
Chapter 14 part 1

“Ming Jun, Xiang Chen kenapa sih?”

Albert dan Nathan sedang berkumpul di ruang keluarga di lantai dua setelah makan malam. Baik Michael maupun Alex, batang hidungnya tidak kelihatan.

“Entah, ya. Dia dari tadi cemberut terus,” jawab Nathan sambil mengangkat bahu.
“Jangan-jangan dia bertengkar sama Mei-Mei,” tebak Albert.
“Bisa jadi. kita tanyain aja kali, ya?”
“Boleh, boleh. Tapi hati-hati, ntar dia ngamuk. Jadi kau aja yang tanya, aku yang temenin.”
“Kalau dia hadapin kau, mungkin aja dia marah. Yuk, ah.”

Albert mengekori Nathan menuruni tangga menuju kamar Alex. Seketika mereka berjumpa Michael di depan kamar Alex.

“Lho, Xiao Wei? Kau dari mana?”
“Aku baru dari rumahnya Mei-Mei,” jawab Michael.
“Belakangan ini kau sering banget ya, ke rumahnya Mei-Mei?” tanya Albert, sebelah alisnya terangkat.
“Ya… karena aku ada… urusan.”
“Ngapain kau berdiri di depan kamar Xiang Chen?”
“Oh, aku baru mau nemuin dia.”
“Kami juga, sih. Barengan aja,” kata Nathan.
“Boleh.”

Michael mengetuk pintu kamar Alex.

“Masuk,” suara Alex kedengaran lesu.

Michael membuka pintu dan masuk kamar Alex, diikuti Nathan dan Albert. Alex sedang berbaring terlentang di ranjangnya. Alex menoleh ke tamunya dan setelah melihat teman-temannya masuk, dia kembali berbaring terlentang. Michael duduk di tepi ranjang dekat kepalanya.

“Xiang Chen… aku mau minta maaf.”
“Soal apa?”
“Waktu kau dan Mei-Mei bertengkar, dia langsung membawaku pergi… dan untuk beberapa hari ini juga.”
“Kalian kemana?”
“Cuma ke rumahnya, kok. Kebetulan aku bantu dia buat tugas juga. Aku minta maaf, karena aku nggak tahu kalian sedang ber…”
“Ya udah, nggak apa-apa.”

Tapi intonasi bicara maupun air muka Alex tidak menunjukkan dia benar-benar memaafkan Michael. Michael menghembuskan nafas dengan keras.

“Ya udah. Mudah-mudahan kalian cepat baikan.”

Michael keluar kamar, meninggalkan Nathan dan Albert yang saling berpandangan.

“Tuh kan, benar aku bilang apa,” bisik Albert.
“Kalian mau ngapain?”
“Ehm… aku… mau pinjam CD game-mu. Punyaku rusak, nih.”
“Ya udah, cepat ambil sendiri. Cepat ya, soalnya aku ngantuk.”

Albert dan Nathan sempat saling sikut sebelum Albert dengan sigap mengambil CD game yang berada di tumpukan paling atas, dan bersama Nathan, mereka berlari keluar kamar secepat kilat.

“Kurasa kau juga nggak minat ngajak dia ngobrol kalau mukanya begitu, Ming Jun. yang penting kita udah tahu kenapa dia cemberut sekali.”

Nathan mengangguk. Dan ngapain si Mei-Mei dan Xiao Wei? Sepertinya masalah kali ini nggak bisa diselesaikan Cuma dengan piknik bersama lagi. Aku harus tanya pendapat Gracia.

*******

Gisela baru pulang dari kampus. Dia duduk di ruang tamu rumahnya, nonton TV sebelum pergi ke lokasi syuting jam 3 sore nanti. Semenjak dia bertengkar dengan Alex, dia makin sering merasa kepalanya berdenyut. Setiap kali kepalanya berdenyut, dia selalu mau marah. Karena itu Viona, Lydia dan Chaterine tidak pernah mengajaknya bicara lagi, sekadar tidak ingin menjadi sasaran amarah Gisela. Yang penting, pada suatu hari, Viona sudah menasehati Gisela, menganjurkan dia lebih baik pacaran dengan Michael yang jauh lebih lembut dan baik hati dibanding Alex. Michael sekarang sering sekali bolak-balik rumah Gisela, sekadar membantunya buat tugas kuliah, sampai bercerita banyak hal. Gisela merasa lebih lega setiap kali berbicara dengannya. Dia hanya berharap hal ini karena dia mempertimbangkan nasehat Viona. Gisela sendiri belum memutuskan apa yang harus dia perbuat atas hubungannya dengan Alex. Gisela menggonta-ganti channel dengan kesal, rasanya dia tidak ingin mendengar bahasa Mandarin saat ini, tapi tidak ada juga channel berbahasa Indonesia.

“Berita baru datang dari Nathan Lin Ming Jun, personel tertua dari LI LIANG. Belakangan ini dia terlihat sering sekali bersama seorang cewek yang selalu hadir dalam setiap kegiatan Nathan,” kata presenter acara infotainment, “reporter kami telah memperhatikan hal ini sejak sebulan terakhir, tapi belum pernah dapat kesempatan menanyakannya langsung dengan Nathan. tapi kemarin, reporter kami mendapat kesempatan itu. Berikut wawancara eksklusif dengan Nathan Lin, di sela-sela show LI LIANG di salah satu stasiun televisi swasta.”

Gisela yang dari tadi kesal dan ngantuk, tiba-tiba jadi semangat. Dia membesarkan volume televisi. Wajah Nathan muncul, tampak agak berkeringat, tapi tetap tampan.

“Cewek yang bersamaku? Yang kalian maksud ini?” tanya Nathan, tiba-tiba membuat gerakan menjangkau sesuatu di luar pandangan kamera.

Betapa terkejutnya Gisela, ternyata Nathan merangkul Viona yang wajahnya jadi merah sekali. Wajah Nathan juga sekejap menjadi merah.

“Perkenalkan, dia Viona Huang Mo Li, dia adalah sahabat Gisela Mai dari Indo. Sekalian aku umumkan deh, dia pacarku.”
“Dia pacarmu?” tanya si reporter.
“Iya, pacarku. Kami udah jadian sekitar satu bulan. Mohon doanya ya, supaya hubungan kami lancar.”

Gisela masih belum sadar dari shock-nya saat si presenter acara kembali berbicara.

“Kita harus mengacungkan jempol untuk Nathan yang berani sekali berterus terang. Yah, mudah-mudahan hubungan keduanya bisa berjalan lancar,” harap si presenter, “beralih ke berita…”

Gisela mematikan televisi.

“Selamat, Xiao Li, kau punya pacar yang pemberani. Sekarang aku tahu apa yang harus kulakukan. Dan Xiao Li, aku suka saranmu,” cibir Gisela.

Gisela segera mengambil kunci mobilnya.

*******

“Hei, Xiang Chen, jangan begini!”
“Jangan menguliahi aku, Ming-Ming! Biarkan aku minum segelas lagi!” seru Alex, mendorong David.

Keduanya sedang berada di pub. David membooking ruangan VIP, karena keberadaan mereka akan sangat menyolok sekali seandainya mereka duduk di ruangan terbuka.

“Dengar, Xiang Chen. Kalau Shu ge atau pihak production tahu kau minum-minum begini, kau bisa dikeluarkan dari LI LIANG!” teriak David, dengan tegas mengambil botol dari tangan Alex.
“Masa bodoh! Keluar ya keluar!”

David mengerutkan wajahnya.

“Kau ini kenapa, sih, Xiang Chen? Aku nggak pernah melihatmu begini sejak hari pertama papamu meninggal. Tapi sejak itu kau nggak pernah minum-minum lagi,” kata David, “kau udah menghabiskan tujuh botol!”
“Kau tahu apa! Udah kubilang, jangan coba-coba menguliahiku! Pelayan! Ambilkan sebotol lagi!”

Pelayan cewek yang stand by di depan pintu ruangan langsung tersentak. Ekspresinya melihat Alex sangat aneh, antara kagum dan tidak percaya. Gawat, nih… David menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Jangan ambilkan! Xiang Chen, kau pasti ada masalah! Cerita dong, cerita! Biasanya kau selalu cerita ke aku, kan?” tanya David, “atau aku kasih tahu Mei-Mei!”
“Kau berani mengancamku sekarang, Ming-Ming?”
“Tentu aku berani! Memangnya kenapa?”
“Silahkan kalau kau mau cerita ke Mei-Mei! Dia juga nggak peduli padaku lagi!”

Alex memanfaatkan situasi saat David sedang dalam keadaan shock, dan meneguk cepat-cepat isi botol bir kedelapan. Wajahnya merah sekali, tapi dia belum mabuk.

“Apa maksudmu, Xiang Chen?”
“Aku udah katakan dengan jelas! Mei-Mei nggak peduli padaku lagi!”
“Kenapa bisa be…”

Seketika pintu ruangan terbuka dan masuklah Gisela dan Michael. Si pelayan langsung kabur saat melihat dua artis terkenal lagi masuk ke ruangan itu.

“Mei-Mei… kenapa, sih?” tanya Michael, heran Gisela memaksanya mengantar ke tempat Alex berada.

Gisela tidak menjawab, tapi baik Michael maupun David bisa membaca dengan jelas suasana hati Gisela dari raut wajahnya. Jangan-jangan… tebak Michael.

“Mei-Mei, jangan! Kau pikirkan baik-baik dulu!”
“Aku udah pikirkan baik-baik, Xiao Wei! Xiang Chen ge, dengar! Kita putus!” teriak Gisela, membuat ketiga cowok yang ada di ruangan itu terkejut.
“Mei-Mei! Kau nggak berpikir dengan jernih! Xiang Chen…”
“Aku muak menunggumu, Xiang Chen! Di dunia ini, hal yang paling kubenci adalah menunggu! Apa sih susahnya mengumumkan aku pacarmu?” tanya Gisela, dia berteriak kencang sekali, “Ming Jun ge udah mengumumkan Xiao Li adalah pacarnya! Kau tahu nggak, aku udah lama mencintaimu! Kau tau nggak, betapa senangnya aku waktu jadian denganmu! Sekarang, aku menderita! Oleh kau, oleh fansmu, oleh semuanya! Aku muak! Aku bersumpah aku rela berhenti jadi artis asal kau mau melepas segalanya juga! Kita bisa mulai dari awal! Tapi sekarang semua itu tinggal kenangan! Selamat tinggal!”

Saat membalikkan badannya, Gisela terlihat menahan air matanya. Alex menjatuhkan botol yang dipegangnya, yang membuat David dan Michael tersadar kembali. Gisela kembali membalikkan badannya dengan dramatis.

“Oh ya, aku lupa. Aku kembalikan Jade Princess padamu! Aku nggak butuh ini!”

Gisela melempar Jade Princess ke meja di hadapan Alex dan berlari keluar. David memberi isyarat Michael untuk mengejar Gisela. David langsung duduk di sebelah sahabatnya yang tampak sangat terpuruk.

“Xiang Chen, kupikir… Mei-Mei belakangan ini suka marah-marah. Jadi kupikir, dia Cuma asal ngomong aja. Jangan kau masukkan ke hati,” hibur David.
“Dia nggak akan ngomong sejelas itu kalau dia Cuma asal ngomong, Ming-Ming!”

Alex memegang kepalanya dengan kedua tangannya.

Tian kong hui de xiang ku guo
(The sky is so gray that it looks like it just cried)
Li kai ni yi hou
(After leaving you)
Bing mei you geng zi you
(I did not gain more freedom)
Suan suan de kong qi
(The sourness from the air)
Xiu chu wo men de ju li
(Smelling out our distance)
Yi mu chui xin de jie ju
(A scene of heartbreaking ending)
Xiang hu xi ban wu fa ting xi
(Like breathing, unable to stop)
Chou ti fan huang de ri ji
(The yellowed diary in the drawer)
Zha gan le hui yi
(Pressed dry our memories)
Na xiao rong shi xia ji
(That smile is summer)
Ni wo de guo qu
(Our past)
Bei shun shi zhen de wang ji
(Has been forgotten as time goes by)
Que yang guo hou de ai qing
(A love that lacked oxygen)
Cu xin de yan lei shi duo yu
(Careless tears are unnecessary)

Wo zhi dao ni wo dou mei you cuo
(I know that it is not your fault or mine)
Zhi shi wang le zen me tui hou
(We just forgot how to step back)
Xin shi dan dan gei le cheng nuo
(We made promises to each other with confidence)
Que bei shi jian pu le kong
(Yet it has been emptied by time)
Wo zhi dao wo men dou mei you cuo
(I know that it is not your fault or mine)
Zhi shi fang shou hui bi jiao hao guo
(It's just that letting go would make things easier)
Zui mei de ai qing hui yi li dai xu
(The most beautiful love is to be continued in [my] memory)

(Tui Hou-Step Back by Jay Zhou)

“Mei-Mei, tunggu!” teriak Michael, masih mengejar Gisela.

Gisela berhenti berlari, bersandar pada sebatang pohon. Wajahnya sudah basah oleh air mata. Michael menghampirinya.

“Mengapa kalian harus putus? Semuanya kan bisa dibicarakan baik-baik.”

Gisela memeluk Michael, dan Michael kehilangan kata-katanya.

“Xiao Wei, tolong jangan tanya lagi… tolong… temani aku aja… Xiao Wei, aku takut… aku…” Gisela terisak dalam tangisnya, membuat hati Michael luluh.

Michael memeluk Gisela dengan erat.

“Jangan takut, Mei-Mei… jangan takut. Ada aku disini. Aku akan melakukan apapun, aku bersumpah, untuk membuatmu tersenyum lagi…” kata Michael, “aku bersumpah…”

*******

“Xiang Chen! Apa yang terjadi denganmu belakangan ini? Kau lupa hampir separuh dialog, dan ekspresimu jelek sekali!”

Mr. Liu, sutradara serial baru yang dibintangi Alex, mengajak Alex masuk ke ruangan tertutup. Alex hanya diam saja, ekspresi wajahnya hanya satu: kosong.

“Aku tidak mau tahu kau sedang mengalami kesusahan macam apa, Xiang Chen! Yang pasti, aku ingin keadaanmu membaik pada syuting besok! Kita akan mengulang semua syuting adegan dari dua hari yang lalu,” tegas Mr. Liu, “tidak ada alasan, karena kau sudah paham apa itu profesionalitas. Kalau kau tidak membaik, aku akan mencari pemeran lain untuk menggantimu!”

Mr. Liu keluar dari ruangan dengan kesal. Alex keluar ruangan dengan lesu, dan masih dengan pandangan kosong, mengendarai motornya kembali ke rumah LI LIANG. Dia duduk tidak bergerak di sofa ruang tamu. Michael, yang mendengar suara motor Alex, yakin dia sudah pulang. Dia langsung keluar kamar.

“Xiang Chen! Semua ini salahmu!” Michael berdiri di depan Alex, menunjuknya dengan kesal.
“Apa maksudmu?” tanya Alex, langsung naik darah.
“Mei-Mei sering pingsan belakangan ini! Dia pasti begitu kalau mulai capek! Dan badannya kurus sekali! Kau membuatnya menderita!”
“Xiao Wei, kau dengar sendiri kan, kalau dia yang mutusin aku! Jadi apa salahku?”
“Xiang Chen! Kau nggak pernah memahaminya! Kau nggak pernah tahu apa yang dia inginkan sebenarnya!”
“Apa sih yang nggak pernah kuberikan padanya? apa lagi kurangnya aku? Dan kau nggak perlu sok pintar menghuliahi aku! Memangnya kau mengerti Mei-Mei lebih baik dari aku?” tanya Alex, berteriak keras sekali.

Albert yang kamarnya agak di depan rumah, mendengar teriakan Alex dan Michael.

“Gawat! Jangan-jangan mereka bertengkar!” seru Albert.

Dengan kecepatan kilat, Albert berlari ke kamar Nathan yang berada di agak belakang rumah.

“Aku mengerti dia lebih baik dari kau! Aku ada di saat dia menderita! Seperti sekarang ini!”
“Kalau kau merasa kau lebih mengerti dia dari aku, ambil posisiku!”
“Baik! Aku ambil posisimu! Jangan menyesal!”

Nathan dan Albert sampai di ruang tamu saat Michael melewati keduanya, masuk ke kamar dengan hati mendongkol. Alex duduk di sofa kembali, wajahnya terlihat frustasi. Albert dan Nathan berpandangan. Nathan menarik nafas panjang dan mendekati Alex.

“Xiang Chen, harusnya kau jangan bertengkar dengan Xiao Wei. Kalian kan bisa bicara baik-baik,” nasehat Nathan.
“Kau pikir aku mau bertengkar dengannya! Dia sendiri yang datang dan cari gara-gara!”
“Kau jangan berteriak padaku juga! Dengar, kau harus dinginkan kepalamu, Xiang Chen.”
“Memangnya apa salahku? Mei-Mei yang memutuskan hubungan, bukan aku! Jadi kalau sekarang dia sakit atau bagaimana, apa semua itu tanggungjawabku?” tanya Alex, “siapa yang mau bertanggungjawab atas sakit hatiku juga? Nggak ada!”
“Xiang Chen, kurasa… lebih baik kau umumkan Mei-Mei sebagai pacarmu. Kurasa sekarang belum terlambat,” usul Albert.
“Apa yang belum terlambat? Kami udah putus!”
“Xiang Chen, aku setuju pendapat Wen Chun. Nggak ada kata terlambat untuk cinta. Nah, aku nggak berminat menasehatimu kalau kau lagi emosi begini,” ucap Nathan, “dinginkan kepalamu.”

Nathan mengajak Albert kembali ke dalam.

“Kalau begitu nasehati juga Xiao Wei!”

*******

No comments:

Post a Comment