Love’s Arrived
Chapter 14 part 1
“Ming
Jun, Xiang Chen kenapa sih?”
Albert
dan Nathan sedang berkumpul di ruang keluarga di lantai dua setelah makan
malam. Baik Michael maupun Alex, batang hidungnya tidak kelihatan.
“Entah,
ya. Dia dari tadi cemberut terus,” jawab Nathan sambil mengangkat bahu.
“Jangan-jangan
dia bertengkar sama Mei-Mei,” tebak Albert.
“Bisa
jadi. kita tanyain aja kali, ya?”
“Boleh,
boleh. Tapi hati-hati, ntar dia ngamuk. Jadi kau aja yang tanya, aku yang
temenin.”
“Kalau
dia hadapin kau, mungkin aja dia marah. Yuk, ah.”
Albert
mengekori Nathan menuruni tangga menuju kamar Alex. Seketika mereka berjumpa
Michael di depan kamar Alex.
“Lho,
Xiao Wei? Kau dari mana?”
“Aku
baru dari rumahnya Mei-Mei,” jawab Michael.
“Belakangan
ini kau sering banget ya, ke rumahnya Mei-Mei?” tanya Albert, sebelah alisnya
terangkat.
“Ya…
karena aku ada… urusan.”
“Ngapain
kau berdiri di depan kamar Xiang Chen?”
“Oh,
aku baru mau nemuin dia.”
“Kami
juga, sih. Barengan aja,” kata Nathan.
“Boleh.”
Michael
mengetuk pintu kamar Alex.
“Masuk,”
suara Alex kedengaran lesu.
Michael
membuka pintu dan masuk kamar Alex, diikuti Nathan dan Albert. Alex sedang
berbaring terlentang di ranjangnya. Alex menoleh ke tamunya dan setelah melihat
teman-temannya masuk, dia kembali berbaring terlentang. Michael duduk di tepi
ranjang dekat kepalanya.
“Xiang
Chen… aku mau minta maaf.”
“Soal
apa?”
“Waktu
kau dan Mei-Mei bertengkar, dia langsung membawaku pergi… dan untuk beberapa
hari ini juga.”
“Kalian
kemana?”
“Cuma
ke rumahnya, kok. Kebetulan aku bantu dia buat tugas juga. Aku minta maaf,
karena aku nggak tahu kalian sedang ber…”
“Ya
udah, nggak apa-apa.”
Tapi
intonasi bicara maupun air muka Alex tidak menunjukkan dia benar-benar
memaafkan Michael. Michael menghembuskan nafas dengan keras.
“Ya
udah. Mudah-mudahan kalian cepat baikan.”
Michael
keluar kamar, meninggalkan Nathan dan Albert yang saling berpandangan.
“Tuh
kan, benar aku bilang apa,” bisik Albert.
“Kalian
mau ngapain?”
“Ehm…
aku… mau pinjam CD game-mu. Punyaku rusak, nih.”
“Ya
udah, cepat ambil sendiri. Cepat ya, soalnya aku ngantuk.”
Albert
dan Nathan sempat saling sikut sebelum Albert dengan sigap mengambil CD game
yang berada di tumpukan paling atas, dan bersama Nathan, mereka berlari keluar
kamar secepat kilat.
“Kurasa
kau juga nggak minat ngajak dia ngobrol kalau mukanya begitu, Ming Jun. yang
penting kita udah tahu kenapa dia cemberut sekali.”
Nathan
mengangguk. Dan ngapain si Mei-Mei dan
Xiao Wei? Sepertinya masalah kali ini nggak bisa diselesaikan Cuma dengan
piknik bersama lagi. Aku harus tanya pendapat Gracia.
*******
Gisela
baru pulang dari kampus. Dia duduk di ruang tamu rumahnya, nonton TV sebelum
pergi ke lokasi syuting jam 3 sore nanti. Semenjak dia bertengkar dengan Alex,
dia makin sering merasa kepalanya berdenyut. Setiap kali kepalanya berdenyut,
dia selalu mau marah. Karena itu Viona, Lydia dan Chaterine tidak pernah
mengajaknya bicara lagi, sekadar tidak ingin menjadi sasaran amarah Gisela.
Yang penting, pada suatu hari, Viona sudah menasehati Gisela, menganjurkan dia
lebih baik pacaran dengan Michael yang jauh lebih lembut dan baik hati
dibanding Alex. Michael sekarang sering sekali bolak-balik rumah Gisela,
sekadar membantunya buat tugas kuliah, sampai bercerita banyak hal. Gisela
merasa lebih lega setiap kali berbicara dengannya. Dia hanya berharap hal ini
karena dia mempertimbangkan nasehat Viona. Gisela sendiri belum memutuskan apa
yang harus dia perbuat atas hubungannya dengan Alex. Gisela menggonta-ganti
channel dengan kesal, rasanya dia tidak ingin mendengar bahasa Mandarin saat
ini, tapi tidak ada juga channel berbahasa Indonesia.
“Berita
baru datang dari Nathan Lin Ming Jun, personel tertua dari LI LIANG. Belakangan
ini dia terlihat sering sekali bersama seorang cewek yang selalu hadir dalam
setiap kegiatan Nathan,” kata presenter acara infotainment, “reporter kami
telah memperhatikan hal ini sejak sebulan terakhir, tapi belum pernah dapat
kesempatan menanyakannya langsung dengan Nathan. tapi kemarin, reporter kami
mendapat kesempatan itu. Berikut wawancara eksklusif dengan Nathan Lin, di
sela-sela show LI LIANG di salah satu stasiun televisi swasta.”
Gisela
yang dari tadi kesal dan ngantuk, tiba-tiba jadi semangat. Dia membesarkan
volume televisi. Wajah Nathan muncul, tampak agak berkeringat, tapi tetap
tampan.
“Cewek
yang bersamaku? Yang kalian maksud ini?” tanya Nathan, tiba-tiba membuat
gerakan menjangkau sesuatu di luar pandangan kamera.
Betapa
terkejutnya Gisela, ternyata Nathan merangkul Viona yang wajahnya jadi merah
sekali. Wajah Nathan juga sekejap menjadi merah.
“Perkenalkan,
dia Viona Huang Mo Li, dia adalah sahabat Gisela Mai dari Indo. Sekalian aku
umumkan deh, dia pacarku.”
“Dia
pacarmu?” tanya si reporter.
“Iya,
pacarku. Kami udah jadian sekitar satu bulan. Mohon doanya ya, supaya hubungan
kami lancar.”
Gisela
masih belum sadar dari shock-nya saat si presenter acara kembali berbicara.
“Kita
harus mengacungkan jempol untuk Nathan yang berani sekali berterus terang. Yah,
mudah-mudahan hubungan keduanya bisa berjalan lancar,” harap si presenter,
“beralih ke berita…”
Gisela
mematikan televisi.
“Selamat,
Xiao Li, kau punya pacar yang pemberani. Sekarang aku tahu apa yang harus
kulakukan. Dan Xiao Li, aku suka saranmu,” cibir Gisela.
Gisela
segera mengambil kunci mobilnya.
*******
“Hei,
Xiang Chen, jangan begini!”
“Jangan
menguliahi aku, Ming-Ming! Biarkan aku minum segelas lagi!” seru Alex,
mendorong David.
Keduanya
sedang berada di pub. David membooking ruangan VIP, karena keberadaan mereka
akan sangat menyolok sekali seandainya mereka duduk di ruangan terbuka.
“Dengar,
Xiang Chen. Kalau Shu ge atau pihak production tahu kau minum-minum begini, kau
bisa dikeluarkan dari LI LIANG!” teriak David, dengan tegas mengambil botol
dari tangan Alex.
“Masa
bodoh! Keluar ya keluar!”
David
mengerutkan wajahnya.
“Kau
ini kenapa, sih, Xiang Chen? Aku nggak pernah melihatmu begini sejak hari
pertama papamu meninggal. Tapi sejak itu kau nggak pernah minum-minum lagi,”
kata David, “kau udah menghabiskan tujuh botol!”
“Kau
tahu apa! Udah kubilang, jangan coba-coba menguliahiku! Pelayan! Ambilkan
sebotol lagi!”
Pelayan
cewek yang stand by di depan pintu ruangan langsung tersentak. Ekspresinya
melihat Alex sangat aneh, antara kagum dan tidak percaya. Gawat, nih… David menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Jangan
ambilkan! Xiang Chen, kau pasti ada masalah! Cerita dong, cerita! Biasanya kau
selalu cerita ke aku, kan?” tanya David, “atau aku kasih tahu Mei-Mei!”
“Kau
berani mengancamku sekarang, Ming-Ming?”
“Tentu
aku berani! Memangnya kenapa?”
“Silahkan
kalau kau mau cerita ke Mei-Mei! Dia juga nggak peduli padaku lagi!”
Alex
memanfaatkan situasi saat David sedang dalam keadaan shock, dan meneguk
cepat-cepat isi botol bir kedelapan. Wajahnya merah sekali, tapi dia belum
mabuk.
“Apa
maksudmu, Xiang Chen?”
“Aku
udah katakan dengan jelas! Mei-Mei nggak peduli padaku lagi!”
“Kenapa
bisa be…”
Seketika
pintu ruangan terbuka dan masuklah Gisela dan Michael. Si pelayan langsung
kabur saat melihat dua artis terkenal lagi masuk ke ruangan itu.
“Mei-Mei…
kenapa, sih?” tanya Michael, heran Gisela memaksanya mengantar ke tempat Alex
berada.
Gisela
tidak menjawab, tapi baik Michael maupun David bisa membaca dengan jelas
suasana hati Gisela dari raut wajahnya. Jangan-jangan…
tebak Michael.
“Mei-Mei,
jangan! Kau pikirkan baik-baik dulu!”
“Aku
udah pikirkan baik-baik, Xiao Wei! Xiang Chen ge, dengar! Kita putus!” teriak
Gisela, membuat ketiga cowok yang ada di ruangan itu terkejut.
“Mei-Mei!
Kau nggak berpikir dengan jernih! Xiang Chen…”
“Aku
muak menunggumu, Xiang Chen! Di dunia ini, hal yang paling kubenci adalah
menunggu! Apa sih susahnya mengumumkan aku pacarmu?” tanya Gisela, dia
berteriak kencang sekali, “Ming Jun ge udah mengumumkan Xiao Li adalah
pacarnya! Kau tahu nggak, aku udah lama mencintaimu! Kau tau nggak, betapa
senangnya aku waktu jadian denganmu! Sekarang, aku menderita! Oleh kau, oleh
fansmu, oleh semuanya! Aku muak! Aku bersumpah aku rela berhenti jadi artis
asal kau mau melepas segalanya juga! Kita bisa mulai dari awal! Tapi sekarang
semua itu tinggal kenangan! Selamat tinggal!”
Saat
membalikkan badannya, Gisela terlihat menahan air matanya. Alex menjatuhkan
botol yang dipegangnya, yang membuat David dan Michael tersadar kembali. Gisela
kembali membalikkan badannya dengan dramatis.
“Oh
ya, aku lupa. Aku kembalikan Jade Princess padamu! Aku nggak butuh ini!”
Gisela
melempar Jade Princess ke meja di hadapan Alex dan berlari keluar. David
memberi isyarat Michael untuk mengejar Gisela. David langsung duduk di sebelah
sahabatnya yang tampak sangat terpuruk.
“Xiang
Chen, kupikir… Mei-Mei belakangan ini suka marah-marah. Jadi kupikir, dia Cuma
asal ngomong aja. Jangan kau masukkan ke hati,” hibur David.
“Dia
nggak akan ngomong sejelas itu kalau dia Cuma asal ngomong, Ming-Ming!”
Alex
memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
Tian kong hui de xiang ku guo
(The sky is so gray that it looks like it just cried)
(The sky is so gray that it looks like it just cried)
Li kai ni yi hou
(After leaving you)
(After leaving you)
Bing mei you geng zi you
(I did not gain more freedom)
(I did not gain more freedom)
Suan suan de kong qi
(The sourness from the air)
(The sourness from the air)
Xiu chu wo men de ju li
(Smelling out our distance)
(Smelling out our distance)
Yi mu chui xin de jie ju
(A scene of heartbreaking ending)
(A scene of heartbreaking ending)
Xiang hu xi ban wu fa ting xi
(Like breathing, unable to stop)
(Like breathing, unable to stop)
Chou ti fan huang de ri ji
(The yellowed diary in the drawer)
(The yellowed diary in the drawer)
Zha gan le hui yi
(Pressed dry our memories)
Na xiao rong shi xia ji
(That smile is summer)
(Pressed dry our memories)
Na xiao rong shi xia ji
(That smile is summer)
Ni wo de guo qu
(Our past)
(Our past)
Bei shun shi zhen de wang ji
(Has been forgotten as time goes by)
(Has been forgotten as time goes by)
Que yang guo hou de ai qing
(A love that lacked oxygen)
(A love that lacked oxygen)
Cu xin de yan lei shi duo yu
(Careless tears are unnecessary)
(Careless tears are unnecessary)
Wo zhi dao ni wo dou mei you cuo
(I know that it is not your fault or mine)
(I know that it is not your fault or mine)
Zhi shi wang le zen me tui hou
(We just forgot how to step back)
(We just forgot how to step back)
Xin shi dan dan gei le cheng nuo
(We made promises to each other with confidence)
(We made promises to each other with confidence)
Que bei shi jian pu le kong
(Yet it has been emptied by time)
(Yet it has been emptied by time)
Wo zhi dao wo men dou mei you cuo
(I know that it is not your fault or mine)
(I know that it is not your fault or mine)
Zhi shi fang shou hui bi jiao hao guo
(It's just that letting go would make things easier)
(It's just that letting go would make things easier)
Zui mei de ai qing hui yi li dai xu
(The most beautiful love is to be continued in [my] memory)
(The most beautiful love is to be continued in [my] memory)
(Tui Hou-Step Back by Jay Zhou)
“Mei-Mei, tunggu!”
teriak Michael, masih mengejar Gisela.
Gisela berhenti
berlari, bersandar pada sebatang pohon. Wajahnya sudah basah oleh air mata.
Michael menghampirinya.
“Mengapa kalian harus
putus? Semuanya kan bisa dibicarakan baik-baik.”
Gisela memeluk
Michael, dan Michael kehilangan kata-katanya.
“Xiao Wei, tolong
jangan tanya lagi… tolong… temani aku aja… Xiao Wei, aku takut… aku…” Gisela
terisak dalam tangisnya, membuat hati Michael luluh.
Michael memeluk Gisela
dengan erat.
“Jangan takut,
Mei-Mei… jangan takut. Ada aku disini. Aku akan melakukan apapun, aku
bersumpah, untuk membuatmu tersenyum lagi…” kata Michael, “aku bersumpah…”
*******
“Xiang
Chen! Apa yang terjadi denganmu belakangan ini? Kau lupa hampir separuh dialog,
dan ekspresimu jelek sekali!”
Mr.
Liu, sutradara serial baru yang dibintangi Alex, mengajak Alex masuk ke ruangan
tertutup. Alex hanya diam saja, ekspresi wajahnya hanya satu: kosong.
“Aku
tidak mau tahu kau sedang mengalami kesusahan macam apa, Xiang Chen! Yang
pasti, aku ingin keadaanmu membaik pada syuting besok! Kita akan mengulang
semua syuting adegan dari dua hari yang lalu,” tegas Mr. Liu, “tidak ada
alasan, karena kau sudah paham apa itu profesionalitas. Kalau kau tidak
membaik, aku akan mencari pemeran lain untuk menggantimu!”
Mr.
Liu keluar dari ruangan dengan kesal. Alex keluar ruangan dengan lesu, dan
masih dengan pandangan kosong, mengendarai motornya kembali ke rumah LI LIANG.
Dia duduk tidak bergerak di sofa ruang tamu. Michael, yang mendengar suara
motor Alex, yakin dia sudah pulang. Dia langsung keluar kamar.
“Xiang
Chen! Semua ini salahmu!” Michael berdiri di depan Alex, menunjuknya dengan
kesal.
“Apa
maksudmu?” tanya Alex, langsung naik darah.
“Mei-Mei
sering pingsan belakangan ini! Dia pasti begitu kalau mulai capek! Dan badannya
kurus sekali! Kau membuatnya menderita!”
“Xiao
Wei, kau dengar sendiri kan, kalau dia yang mutusin aku! Jadi apa salahku?”
“Xiang
Chen! Kau nggak pernah memahaminya! Kau nggak pernah tahu apa yang dia inginkan
sebenarnya!”
“Apa
sih yang nggak pernah kuberikan padanya? apa lagi kurangnya aku? Dan kau nggak
perlu sok pintar menghuliahi aku! Memangnya kau mengerti Mei-Mei lebih baik
dari aku?” tanya Alex, berteriak keras sekali.
Albert
yang kamarnya agak di depan rumah, mendengar teriakan Alex dan Michael.
“Gawat!
Jangan-jangan mereka bertengkar!” seru Albert.
Dengan
kecepatan kilat, Albert berlari ke kamar Nathan yang berada di agak belakang
rumah.
“Aku
mengerti dia lebih baik dari kau! Aku ada di saat dia menderita! Seperti
sekarang ini!”
“Kalau
kau merasa kau lebih mengerti dia dari aku, ambil posisiku!”
“Baik!
Aku ambil posisimu! Jangan menyesal!”
Nathan
dan Albert sampai di ruang tamu saat Michael melewati keduanya, masuk ke kamar
dengan hati mendongkol. Alex duduk di sofa kembali, wajahnya terlihat frustasi.
Albert dan Nathan berpandangan. Nathan menarik nafas panjang dan mendekati
Alex.
“Xiang
Chen, harusnya kau jangan bertengkar dengan Xiao Wei. Kalian kan bisa bicara
baik-baik,” nasehat Nathan.
“Kau
pikir aku mau bertengkar dengannya! Dia sendiri yang datang dan cari
gara-gara!”
“Kau
jangan berteriak padaku juga! Dengar, kau harus dinginkan kepalamu, Xiang
Chen.”
“Memangnya
apa salahku? Mei-Mei yang memutuskan hubungan, bukan aku! Jadi kalau sekarang
dia sakit atau bagaimana, apa semua itu tanggungjawabku?” tanya Alex, “siapa
yang mau bertanggungjawab atas sakit hatiku juga? Nggak ada!”
“Xiang
Chen, kurasa… lebih baik kau umumkan Mei-Mei sebagai pacarmu. Kurasa sekarang
belum terlambat,” usul Albert.
“Apa
yang belum terlambat? Kami udah putus!”
“Xiang
Chen, aku setuju pendapat Wen Chun. Nggak ada kata terlambat untuk cinta. Nah,
aku nggak berminat menasehatimu kalau kau lagi emosi begini,” ucap Nathan,
“dinginkan kepalamu.”
Nathan
mengajak Albert kembali ke dalam.
“Kalau
begitu nasehati juga Xiao Wei!”
*******
No comments:
Post a Comment