Just You
Chapter 10
CHAPTER SEVEN
Minna kaget ketika tiba-tiba Hyomi masuk ke ruangannya bahkan
tanpa mengetuk pintu. Wajah Hyomi terlihat marah dan sedih pada saat yang
bersamaan.
“Hyomi? Ada apa?” tanya Minna heran.
“Kenapa eonni
membohongiku?” Hyomi balik bertanya.
“Berbohong tentang apa?”
“Eonni dekat kan
dengan Heechul oppa? Eonni sering kan keluar malam dengannya?
Kenapa waktu itu mengatakan tidak akrab dengannya?”
Mata Minna membulat. Darimana Hyomi tau soal ini? Minna
beranjak dan mendekatinya. Mata Hyomi memerah.
“Hyomi... darimana Hyomi tau soal ini?” tanya Minna.
“Eonni jangan
tanya! Katakan saja dengan jujur, eonni
memang sering keluar malam dengan Heechul oppa
kan?”
Minna menghela nafas panjang dan menganggukkan kepalanya.
“Mianhae, Hyomi…”
“Dan eonni masih
keluar dengan Heechul oppa setelah
aku beritau eonni kalau aku suka
padanya?” tanya Hyomi lagi.
“Mianhae, Hyomi… jeongmal mianhae…”
“Kenapa eonni
melakukan itu? Apa eonni mencintai
Heechul oppa?”
Minna membelalakkan matanya. Wajah Hyomi terlihat gusar,
matanya sudah penuh dengan air mata yang siap tumpah. Hati Minna sakit, otaknya
pusing, perutnya mual… Dia tidak bisa menyakiti Hyomi, tapi dia tidak mau
membohongi hatinya… apa yang harus Minna lakukan?
“Eonni, Heechul oppa adalah pangeran masa kecilku. Aku
baru saja mengetahuinya beberapa hari yang lalu,” jelas Hyomi.
Minna mendengarkan penuturan dari mulut Hyomi dan merasa
terhenyak sekali lagi. Informasi yang memenuhi otak Minna ini membuatnya makin
bimbang. Apakah dia akan tetap bersikap egois? Tapi… ada satu hal yang jelas.
Minna memang tidak boleh berhubungan lagi dengan Heechul, dengan atau tanpa
adanya Hyomi yang juga mencintai Heechul. Peraturanlah yang kali ini berbicara.
Minna harus ingat pada komitmennya untuk menjadi manager yang baik untuk Hyomi.
“Eonni… aku sungguh
mencintai Hee oppa. Eonni… tolong bantu aku. Kalau eonni memang tidak memiliki perasaan
apa-apa dengannya, kalau eonni memang
menganggapku dongsaengnya eonni, tolong aku… jebal… eonni…” mohon
Hyomi.
Hyomi menangis dan membuat Minna makin yakin… dia akan
memegang erat komitmennya walaupun itu akan menghancurkan hati dan impiannya.
***
Hyomi menyewa salah satu ruangan di hotel mewah di Seoul
untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-18 tahun. Hyomi mengundang banyak artis
yang hubungannya cukup dekat dengannya untuk hadir di pestanya, tapi yang
paling diharapkan kehadirannya adalah Heechul. Ketika melihat Hyungshik
melangkah memasuki ruangan, Hyomi cepat-cepat menyambut mereka.
“Hyomi-ya… saengil chukahaeyo,” ucap Hyungshik
memberi selamat.
“Gomawo, oppa,” sahut Hyomi senang.
“Dimana kami bisa meletakkan kado-kado ini?” tanya Kwanghee.
“Oh, di meja sana saja, oppa.”
Hyomi menghitung ulang… dan member ZE:A cuma delapan, kurang
satu. Heechul tidak ada. Wajah Hyomi keheranan.
“Oh ya Hyomi, Heechul bilang dia akan terlambat, tapi pasti
akan datang,” jelas Junyoung, tau jelas Hyomi mencari Heechul.
“Oh, gwaenchana, oppa. Pestanya belum dimulai, tapi oppadeul boleh mulai makan dulu,” ujar
Hyomi.
“Aku cari makan dulu kalau begitu, Hyomi,” pamit Hyungshik.
Hyomi resah ketika acara pemotongan kue dan peniupan lilin
sudah berlangsung, sosok Heechul belum juga tampak. Keresahan Hyomi itu bahkan
membuatnya tidak menyadari Minna sudah menghilang sejak acara dimulai. Minna
memilih menyendiri, takut kalau-kalau bertemu Heechul ketika melihat salah satu
member ZE:A berkeliaran di dekat dirinya.
“Hyomi, mianhae,
aku terlambat.”
Hyomi membalikkan badannya dan tersenyum lebar melihat
Heechul akhirnya muncul. Dia mengenakan kemeja putih dilapisi jas berwarna
sama, begitu juga dengan celana berbahan lembutnya. Hyomi terpana pada
ketampanan Heechul yang seolah bersinar malam ini.
“Gwaenchana, oppa. Tapi… boleh aku minta sesuatu?”
“Apa itu?” Heechul balik bertanya.
“Oppa, temani aku
berdansa ya.”
Heechul tersenyum dan turun ke lantai dansa bersama Hyomi.
Mereka berdansa bersama banyak orang lainnya. Hyomi sengaja merapatkan tubuhnya
sedekat mungkin dengan tubuh Heechul dan merasakan kehangatan Heechul.
Tangannya di telapak tangan dan pinggang Hyomi membuat Hyomi merasa dilindungi.
Di lain pihak, Heechul tidak nyaman dengan posisi ini, tapi tidak berani
bergerak karena takut menyinggung perasaan Hyomi. Dia meletakkan dahinya di
dada Heechul.
“Hee oppa… apakah oppa merindukanku? Pernahkah oppa memikirkanku?”
Heechul makin resah. Apakah dia sebaiknya jujur? Tapi dia
tidak ingin menyakiti Hyomi.
“Aku selalu memikirkan oppa.
Sebenarnya… oppa adalah Heechul oppa atau Hee oppa aku tidak peduli. Sejak awal aku sudah menyukai oppa. Ketika kutau kalian adalah orang
yang sama, aku makin yakin dengan perasaanku. Oppa, saranghae… neomu saranghae…”
Heechul yakin jantungnya baru saja berhenti berdetak sejenak.
Kini Hyomi dan dirinya saling menatap. Melalui tatapan mata Hyomi, dia tengah
memohon perasaannya dibalas. Heechul sudah tidak tahan lagi. Kalau Heechul
masih ragu hingga detik ini, dia takut membuat kesalahan yang tidak bisa
ditebusnya nanti.
“Mianhae, Hyomi…
aku… aku tidak bisa. Aku hanya menganggapmu yeodongsaeng-ku,”
sesal Heechul.
“Tapi oppa berjanji
akan menikahiku! Apa oppa melupakan
itu?”
“Hyomi, itu hanya janji masa anak-anak. Aku tidak memikirkan
apapun ketika itu soalnya… Hyomi! Hyomi!”
Hyomi melepaskan diri dari Heechul. Air mata jatuh ke
pipinya, membuat Heechul merasa bersalah.
“Oppa, kau kejam!”
Heechul terlambat menarik lengan Hyomi ketika dia berlarian
semakin jauh ke tengah ruangan. Heechul mengepalkan tangannya frustasi. Yang
ingin dia lakukan saat ini adalah menemukan Minna. Ya, Heechul harus melakukan
ini sekarang. Dia mulai mencari sosok Minna. Sulit sekali rasanya mencarinya di
tengah kerumunan orang yang seolah tiba-tiba bertambah banyak, memberi cobaan
untuk Heechul. Setelah berputar beberapa kali, Heechul yakin dia sungguh tidak
bisa menemukan Minna. Namun pandangan mata Heechul terhenti di kaca besar yang
mengarah ke taman. Minna ada disana, terbalut gaun sederhana dengan rok
mengembang sepanjang lutut berwarna kuning. Tangan Minna memegang gelas berisi
minuman. Minna termenung, entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Tanpa
menunggu lama, Heechul berlarian keluar ruangan.
“Kim Minna,” panggil Heechul.
Minna menoleh dan jelas tampak ketakutan melihat sosok
Heechul. Dia tau Minna akan berlari, maka dicengkeramnya lengan gadis itu
dengan kedua tangannya. Minna meronta hendak melepaskan diri, tapi Heechul
semakin erat mencengkeramnya.
“Kenapa sekarang kau ingin melarikan diri dariku? Minna, kau
sudah berjanji untuk tidak menghidariku! Sekarang kau mengingkari janjimu itu!”
teriak Heechul.
“Jebal, Heechul-sshi, lepaskan aku… kita tidak bisa
begini…” mohon Minna.
“Apakah posisi manager-mu itu lebih berharga daripada aku?”
“Bukan itu, Heechul-sshi…
tapi aku… harus tetap melindungi Hyomi.”
“Omong kosong, Minna! Kau tetap bisa melindunginya walaupun
bukan jadi managernya! Keluarlah dari Star Empire kalau ini menyakitimu!”
“Heechul-sshi tidak
mengerti! Hyomi mencintai Heechul-sshi!
Aku tidak ingin membuat Hyomi sedih dan salah paham lagi!”
“Tapi aku mencintaimu!”
Minna berhenti meronta. Cengkeraman tangan Heechul terasa
menyakitkan. Tubuhnya bergetar menahan emosinya.
“Aku hanya mencintaimu, Minna-ya… apakah kau tidak merasakannya?” tanya Heechul, lebih mirip
bisikan.
Minna memejamkan matanya, berusaha mengendalikan dirinya.
Kalau saja dia bukan seorang manager saat ini, kalau saja dia tidak mengenal
Hyomi, dia akan bahagia mendengarkan pernyataan cinta Heechul. Ini akan menjadi
hari paling sempurna dalam hidup Minna. Tapi kenyataan berkata lain… Minna
tidak ingin menyakiti Hyomi lagi. Dia akan tampak begitu jahat… dia akan
menjadi seorang tokoh antagonis. Minna akan dibenci dan… dia tidak akan sanggup
menghadapi itu.
“Heechul-sshi, jeongmal mianhae… Pergilah pada Hyomi.
Dia lebih mencintaimu,” mohon Minna, suaranya tercekat.
“Apa katamu? Lebih mencintaiku? Apa kau sedang membandingkan
perasaan cintamu dengan Hyomi? Kau mencintaiku juga kan, Minna? Aku tau kau
juga mencintaiku!”
Minna menggunakan kekuatannya untuk melepaskan cengkeraman
Heechul, lalu mundur tiga langkah. Minna memandangi wajah Heechul dengan
berani. Dia tau dia baru saja salah mengucapkan kata-kata, maka dia harus
memperbaikinya. Bukan… Minna akan makin menghancurkannya.
“Bagaimana kau bisa terlalu percaya diri seperti itu,
Heechul-sshi? Aku tidak mencintaimu!”
tegas Minna.
“Tapi kau baru saja…”
“Yang kucintai itu Junyoung-sshi!”
Hati Minna serasa terkoyak ketika melihat sorot mata Heechul
yang begitu sedih. Dia tau dia baru saja melakukan hal paling bodoh di
hidupnya. Minna lebih baik mati daripada melihat Heechul yang begitu terluka.
“Heechul-sshi…
pergilah pada Hyomi. Kau akan merasakan bahwa perasaannya sungguh tulus padamu.
Jebal…” mohon Minna, menundukkan
wajahnya.
Minna memejamkan matanya, menahan air mata yang pasti akan
tumpah ketika dia membuka kelopak matanya, berharap dia bisa menahannya selama
mungkin. Minna mendengar langkah terseret menjauh… Minna membuka matanya dan
membiarkan air matanya jatuh sekarang. Setetes… dua tetes… makin deras. Minna
baru saja menjadi orang paling berdosa. Dia tidak menjadi tokoh antagonis di
hidup Hyomi, tapi menjadi tokoh antagonis di hidup Heechul dan di hidupnya
sendiri. Minna telah membunuh hati dan perasaan cintanya dan juga Heechul. Dan
terlambat untuk merasa menyesal sekarang. Segalanya sudah tidak bisa
diperbaiki. Minna malah akan tampak semakin jahat kalau berusaha untuk
mendapatkan apa yang sudah hilang daripadanya. Oh tidak, bukan yang sudah
hilang, tapi apa yang sudah dibuang Minna. Yang baru saja dibuangnya… cinta
Heechul. Dia terisak makin tidak terkendali. Andaikan Ryeowook disini, apa yang
akan dikatakan Ryeowook? Memberi Minna saran-saran? Menghibur Minna? Bekas
cengkeraman Heechul terasa menyakitkan di lengannya, tapi itu rasanya balasan
yang pantas karena dia sudah begitu jahat.
“Minna…” panggil sebuah suara dalam yang lembut.
Minna tidak berani mendongakkan kepalanya. Dia tau itu Junyoung.
Langkah Junyoung terdengar mendekat dan dia menemukan dirinya direngkuh
Junyoung sesaat kemudian. Minna menangis, merasa bodoh, berdosa, jahat… dia
membenci dirinya sendiri.
“Aku mendengarnya, Minna. Apakah itu benar? Kau mencintaiku?”
tanya Junyoung.
Minna melepaskan diri, berusaha mengendalikan isakannya,
menggelengkan kepalanya sambil memandang ketakutan ke wajah Junyoung. Dia
menghela nafas, mengerti dengan jelas maksud Minna menggelengkan kepalanya itu.
“Kau hanya menyebutkan namaku supaya Heechul meninggalkanmu
dan pergi ke Hyomi?”
Mendengar hal itu diucapkan Junyoung, hati Minna makin sakit.
Pernahkah dia merasa lebih sakit dari ini semenjak Ryeowook tidak di sisinya
lagi?
“Meskipun begitu, Minna, aku mencintaimu. Aku tidak peduli
kau mencintaiku atau tidak, aku mencintaimu.”
Minna membelalakkan matanya, merasa tidak sanggup lagi
mendengarkan curahan perasaan siapapun hari ini. Tetesan hujan mulai turun,
seolah air mata yang tumpah dari mata Minna tidak cukup membasahi bumi. Tapi
Junyoung dan Minna tetap di tempat mereka, dia tetap merenghuh Minna.
“Aku tidak peduli perusahaan melarangku… tapi aku akan
melindungimu. Kita akan melakukan semuanya dengan diam-diam. Mereka tidak akan
tau,” yakin Junyoung.
“Junyoung-sshi… jebal…” mohon Minna, merasa lelah
sekali.
“Aku yang sedang memohon padamu, Minna. Tolong beri aku
kesempatan untuk membuatmu mencintaiku. Bisakah itu? Biarkan aku mencobanya,
Minna. Jebal…”
Junyoung tidak menunggu Minna berkata apapun lagi, dia hanya
memeluk Minna. Minna kembali melepaskan emosinya dalam tangisan malam ini,
berharap segala yang terjadi hanyalah mimpi. Air mata maupun air hujan tidak
bisa dibedakan lagi sekarang, keduanya bercampur menjadi satu, membuat perasaan
Minna makin berantakan. Dia ingin ketika dia membuka matanya, dia menemukan
dirinya di atas tempat tidur, baru saja mengalami mimpi terpanjang di hidupnya.
Minna berharap ketika bangun, dirinya masih melihat sosok Ryeowook, bisa
mencegah Ryeowook pergi dari sisinya, lalu dia akan mencari Heechul. Mencarinya
bukan dengan sosok Minna seorang manager artis… namun Minna yang biasa, yang
bekerja di tempat lain, atau malah menjadi sesama artis sepertinya. Tapi
kenyataan yang terjadi sangat di luar harapan Minna. Ketika dia terbangun
keesokan paginya, dia menemukan matanya sembap, lalu ada pesan dengan tulisan
tangan Junyoung di samping tempat tidurnya. Pria yang perhatian pada Minna, dia
yang mencintai Minna. Minna menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, ingin
lepas dari segala sakit hati ini.
hyomi doank yg jujur, minna-nya nggak mao ngomong jujur apa2, kasian minna jg jadi'a u__u
ReplyDeletesyukurlah heechul udh jujur ama hyomi. hyomi gk mao dengerin kata2 org lain dulu nie, egois klyatan'a jadi'a x3
junyoung yg terlalu baik apa terlalu maksa nie kesan'a, susah juga ya ada yg kek junyoung gini di ff xD
~Stella.