Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Wednesday, 25 April 2012

Just You chapter 11


Just You
Chapter 11

CHAPTER EIGHT

Kehidupan Minna masih berlanjut, dengan atau tanpa Heechul di sampingnya. Didengarnya dari Hyomi, di malam hari ulang tahun Hyomi itu, Heechul meminta maaf pada Hyomi dan sejak itu beberapa kali keduanya keluar bersama. Minna tau, inilah yang seharusnya terjadi. Dia harus menerimanya dengan lapang dada. Lagipula, Minwoo masih sering menelepon dan saling balas SMS dengan Minna; Minna tidak kehilangan Minwoo. Lalu ada Junyoung. Walaupun secara diam-diam, dia masih sering menemui Minna di luar Star Empire, bahkan sudah beberapa kali sengaja mampir ke apartemen Minna. Minna meyakinkan dirinya, segala hal akan berjalan dengan normal setelah ini. Waktu akan membuat hati Minna sembuh, dia yakin itu.

Anyeong, Minna,” sapa Minwoo.

Minna mendongakkan kepalanya dan tersenyum pada Minwoo. Keduanya bertemu di dalam lift.

Anyeong, Minwoo-sshi,” balas Minna.
“Mau ke lantai berapa?” tanya Minwoo.
“Aku mau ke kantorku.”

Minwoo menekan angka 5 sementara lift mulai berjalan lagi dari lantai dua. Dia memperhatikan wajah Minna baik-baik.

“Minna, apa kau baik-baik saja? Kau terlihat pucat.”
“Hah? Oh ya? Aku baik-baik saja koq, Minwoo-sshi. Mungkin karena aku hanya tidur empat jam beberapa hari terakhir ini.”
“Gara-gara kesibukan managerial lagi ya? Kau tidak minta Junyoung hyung membantumu?”
“Aku sudah cukup banyak merepotkan Junyoung-sshi. Lagipula pekerjaanku memang semakin banyak saja, ujung-ujungnya masih harus kukerjakan sendiri.”
“Kau harus menjaga kondisimu baik-baik, Minna. Kita sudah mulai masuk musim gugur, cuaca yang berubah-ubah bisa membuat kesehatanmu menurun, apalagi kau capek begini,” nasehat Minwoo.
Gomawo, Minwoo-sshi, aku akan melakukannya,” janji Minna.

Lift sampai di lantai lima dan Minna melangkah keluar.

“Minna.”

Minna menoleh kembali, melihat Minwoo memberi isyarat “telepon” dengan jari jempol dan kelingking tangan kanannya. Minna mengangguk dan tersenyum. Melihat Minwoo yang ceria memang seolah menjadi morfin penyemangat Minna. Dia merasa lebih dikuatkan menghadapi segala tekanan dalam hidupnya. Tapi senyum itu menghilang dari wajah Minna, begitu pula wajah Minwoo, secara tiba-tiba. Kesadaran Minna menghilang bahkan sebelum tubuhnya jatuh ke lantai.

“Minna!”

Minwoo menjerit dan berlari keluar dari lift, tepat menangkap tubuh Minna sebelum dia terjatuh. Wajah Minna di pangkuan Minwoo seputih mayat, dia sudah pingsan.

“Sial, kenapa bisa begini? Minna, ireona, Minna!” seru Minwoo panic.

Melihat Minna tidak memberikan respon apapun pada Minwoo, dia memutuskan membawa Minna ke rumah sakit sekarang juga.

***

Minna membuka matanya. Keadaan di sekitarnya yang kabur perlahan jadi makin jelas. Dia berada di suatu ruangan yang perabotan dan temboknya berwarna putih dan hijau. Minna masih berusaha mengenali tempat ini dan apa yang sedang dilakukan dirinya disini.

“Kim Minna, akhirnya kau sadar juga,” kata seorang pria.

Minna menoleh dan melihat seorang dokter berdiri di samping ranjangnya, memegang map besar dan mencatat sesuatu disana. Dokter separuh baya itu tampak ramah, dia tersenyum menenangkan.

“Aku Shin Donghwa, dokter penanggungjawabmu,” katanya memperkenalkan diri.

Minna berusaha bangkit untuk membungkukkan badannya, menopang tubuhnya dengan tangannya, tapi tangannya begitu lemas dan tidak sanggup menopang bahkan tubuhnya yang begitu ringan. Minna limbung dan nyaris terbaring lagi. Dokter Shin membantunya untuk bersandar di kepala ranjang setelah menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya.

“Jangan terburu-buru, Minna. Kau baru saja siuman,” wanti dokter Shin.
Cheosonghamnida, uisa. Sebenarnya… bagaimana saya bisa ada disini?”
“Ha Minwoo membawamu kesini. Untung anak itu bertindak cukup cekatan. Dia terlihat makin mirip appa-nya kalau begini. Kau pingsan di Star Empire tadi pagi dan kau tidak akan bisa membayangkan betapa paniknya Minwoo waktu membawamu kesini. Dia menjerit kesana kemari bahkan menggedor pintu ruang kantorku. Anak yang baik, Minwoo itu.”

Minna tersenyum sejenak dan di dalam dirinya meluap rasa terima kasih yang sangat besar pada Minwoo.

“Jadi, Shin uisa, dimanakah Minwoo-sshi?” tanya Minna, suaranya terdengar lemah.
“Dia pulang untuk melanjutkan latihan,” jawab dokter Shin.
“Dan… bagaimana kondisi saya?”
“Akhirnya kau menanyakan kondisimu juga. Minna, tubuhmu terlalu lelah karena aktivitasmu akhir-akhir ini dan kau kekurangan cairan serta mengalami kekurangan gizi. Kau pasti melupakan makanmu atau terlambat makan, kulihat lambungmu mengalami gangguan. Sesibuk apapun kau sebagai manager, tolong sayangilah tubuhmu, Minna.”

Minna menundukkan kepalanya dan merasa bersalah pada tubuhnya sendiri. Harusnya dialah yang bertanggungjawab mengurus tubuhnya, bukannya merepotkan orang lain.

Cheosonghamnida, Shin uisa. Saya akan lebih memperhatikan itu lain kali.”
“Aku sudah menyuntikkan obat ke tubuhmu dan kami memasang infus. Kau harus beristirahat disini selama empat hari penuh, tidak bisa ditawar. Minwoo bilang dia akan langsung mengabari Star Empire jadi dia juga ingin kau beristirahat dan tidak memikirkan apapun lagi,” terang dokter Shin panjang.
Algesseumnida, Shin uisa,” setuju Minna.
“Nah, kau bisa memanggilku kapan saja kau butuh aku. Tekan saja bel ini ya. Minwoo bilang dia akan mengunjungimu lagi selesai latihan.”

Baru saja dokter Shin akan meninggalkan Minna, tiba-tiba dia ingat sesuatu.

“Shin uisa, boleh saya menanyakan sesuatu?”
“Ya, Minna?”
“Saya merasa pusing dan penglihatan saya agak terganggu akhir-akhir ini. Saya rasa itulah penyebab utama saya pingsan tadi. Perlukah saya memeriksakan tubuh saya?”

Dokter Shin mencatat sesuatu di map-nya.

“Kurasa itu perlu, Minna. Sebaiknya kita mencegah kemungkinan terjadinya sesuatu, meskipun kupikir mungkin juga itu akibat dari kurangnya cairan tubuhmu. Kalau kau mau, besok kita akan atur waktu untuk check-up tubuh secara menyeluruh,” ujar dokter Shin, tersenyum tipis.
“Saya mau, kalau begitu, Shin uisa. Kamsahamnida,” ujar Minna sambil menundukkan kepalanya.
“Beristirahatlah sekarang, Minna.”

Minna tersenyum pada sosok dokter Shin yang pergi dari ruangannya. Dia menghela nafas panjang dan mengakui kalau tubuh dan pikirannya memang perlu istirahat panjang. Minna sedikit bersyukur sudah pingsan dan punya alasan tepat untuk beristirahat, meskipun itu artinya dia akan menelantarkan Hyomi untuk sementara.

Mianhae, Hyomi… eonni butuh istirahat, sebentar saja.”

Minna kembali berbaring dan segera terlelap, tidur panjang dan nyaman…

***

1 comment:

  1. Heechul meminta maaf pada Hyomi dan sejak itu beberapa kali keduanya keluar bersama.
    [*] -speechless- -________________-

    dokternya kenalan papa'a minwoo yh :O
    minwoo yg gedor2 sambil jerit2 itu saya bayanginnya tetep kek anak kecil yg lucu lol

    manager jadi klyatan lbh sibuk dr artis'a ampe jatuh pingsan xD
    smoga minna gk ada pnyakit apa2 yh, abis itu pake periksa2 sgala, mencurigakan (?) xD
    minna sakit ajah msh minta maap ama hyomi u__u

    ~Stella.

    ReplyDelete