Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Thursday, 19 April 2012

The X Life Story 2 chapter 20

The X Life Story 2
Chapter 20

“May?”

May bergeming memandangi mantel bayi yang dipegangnya. Yesung memperhatikan wajah istrinya… mata May tidak focus disana. Ada yang dipikirkan May.

“May?” panggil Yesung sekali lagi dan dia mengguncang bahu May sedikit.
“Ah… ya, oppa?” sahut May, tersenyum pada Yesung.
“Aku bertanya padamu, apa kau menginginkan mantel itu?”
“Ah, kita tidak tau bayi kita namja atau yeoja… kurasa nanti saja, oppa.”
“Kalau kau mau, kita bisa mengecek jenis kelamin bayi kita. Usianya sudah 13 minggu sekarang.”
“Ah, ani, oppa, biarkan jadi kejutan untuk kita saja nantinya.”

Yesung tersenyum. Dia memeluk pinggang May selama mereka berjalan mengelilingi toko perlengkapan bayi. May memang tersenyum padanya, May memang tampak bahagia bersamanya. TAMPAK BAHAGIA. Tapi Yesung tau ada sesuatu yang disembunyikan May… dan itu terlihat lewat sorot mata May. Yesung cukup ingat May tidak pernah punya sorot mata sendu. Setiap May berbicara, apalagi dia tersenyum, Yesung selalu bisa melihat suatu binar di matanya yang bisa membuat wajahnya cerah, sekaligus membuat hari Yesung menjadi cerah dan suasana hati Yesung menjadi lebih baik. Tapi sekarang tidak begitu. May tersenyum, May bersikap seperti biasanya pada Yesung, tapi matanya tidak… Dan Yesung kehilangan itu.

“Hiks… hiks…” isak May.

Yesung terbangun dari tidur nyenyaknya dan melihat May yang tertidur di sampingnya tengah meneteskan air matanya. Meski mata May terpejam, air mata itu tetap mengalir dengan derasnya. Yesung mengguncang tubuh May panic.

“May? May? Kenapa? Bangunlah! Bangun!”

Yesung perlu cukup lama mengguncang tubuh May sebelum May tersentak bangun. Matanya basah dan sorot matanya ketakutan.

“Apa kau mengalami mimpi buruk? May, jangan takut, aku disini. Kemarilah.”

May menghambur ke pelukan Yesung. Yesung memeluknya erat. May masih terisak di pelukan Yesung.

“Oppa…”
“Uljima, May… uljima…”

Cukup lama hingga Yesung mendengar isakan May berhenti. Meski May tidak memberitau Yesung apa sebabnya dia menangis, Yesung bisa menebaknya. Dan Yesung tau, perbuatannya selama ini salah. Dia ingin memiliki May secara utuh, tapi… jika May selamanya akan kehilangan separuh jiwanya karena keinginan Yesung ini, Yesung lebih memilih untuk tidak membuatnya menderita. Yesung tau, bukan melepas May ataupun meninggalkan May-lah yang bisa membuat May bersinar kembali. Masih ada cara lainnya… dan meskipun pahit, Yesung mau tidak mau yakin bahwa akhir yang manis pasti akan menantinya. Tidak sekarang, namun nanti.

***

Taemin duduk di depan meja belajarnya, menghadapi laptopnya yang menyala. Taemin sudah meminta nomor ponsel Teph dari Key (yang memintanya dari Rini) dan telah menawarkan untuk mentraktir Teph atau sekadar hang out bareng karena Teph telah menolongnya. Para member SHINee juga mendesak Taemin untuk membalas budi Teph. Tapi masalahnya, setelah Taemin menawarkan berbagai hal pada Teph selama tiga hari belakangan, Teph tidak mau menerima satupun tawaran itu. Teph bilang dia takut tertangkap Shawol jika dia berjalan dengan Taemin, walaupun itu hanya satu kali. Taemin kecewa, tapi dia belum mau menyerah. Dia ingin menyelidiki segala sesuatu tentang Teph… dan itu bisa dimulai dari akun Twitter Teph. Taemin berharap dia bisa tau apa yang Teph inginkan dari menyelidiki akunnya. Taemin membuka akun May. Daftar following May tidak banyak, dan setelah menelusuri pelan-pelan, dia menemukan seseorang bernama Tephangel, dengan nama akun dubu93.

“Dubu?” tanya Taemin.

Dia membuka timeline Teph, tapi tidak banyak petunjuk dari timeline itu karena kebanyakan Teph menggunakan bahasa Indonesia untuk mengirim Tweet, sekalipun dengan May atau yang lainnya. Taemin menghela nafas.

“Dubu… itu berarti… Onew hyung? Jadi… selama ini…”
“Taem, boleh aku masuk?” tanya Key, mengetuk pintu kamar Taemin.
“Ya, tentu, hyung.”

Key memasuki kamar Taemin dan duduk di ranjang.

“Sudah menemukan akun Teph?”
“Sudah. Dan nama akunnya dubu93. Dubu.”

Key sempat tersentak.

“Mungkinkah yang dia lakukan selama ini… adalah supaya bisa berdekatan dengan Onew hyung?”
“Memang sih, Teph tidak pernah bilang siapa yang benar-benar dia sukai di SHINee… tapi… apakah itu jadi mengurungkan niatmu untuk balas budi padanya?”
“Yah… sedikit, hyung. Ada sesuatu yang…”
“Tapi kau tetap ingin balas budi padanya, kan? Kau tidak akan melupakan dia yang sudah menyelamatkan nyawamu, kan?” desak Key.
“Ah, tentu saja, hyung. Aku merasa berhutang budi padanya.”
“Kau tau? Aku punya suatu cara.”
“Jinjja? Apa itu, hyung?”

Key mulai bercerita tentang rencana balas budi Taemin pada Teph. Penjelasan Key sangat mendetail dan membuat mata Taemin membelalak ngeri.

“Hyung, apa itu… baik?”
“Lho, kenapa kau ragu? Ini kan ide yang tidak biasa dan karena dia Shawol… dia akan menerimanya. Malah akan sangat berterimakasih. Meski itu hanya pengalaman sekali…”
“Tapi dia menyukai Onew hyung.”
“Nama akun bukan menentukan segalanya. Hei, Taem, itu Cuma nama akun! Kalau kau memang ingin tau siapa yang ada di hatinya, tanyakan padanya!”

Taemin diam dan merenung. Key bangkit untuk menepuk bahu Taemin.

“Aku tau kau suka padanya. Aku hanya minta kau jangan menyerah sebelum mencoba, atau setidaknya, tanyakanlah padanya,” usul Key.
“Baiklah, hyung, mudah-mudahan… kali ini aku berhasil.”

***

“Ya. Tunggu sebentar,” pinta Dongjun.

Dongjun berjalan malas-malasan dari sofa menuju pintu dan menekan intercom.

“Nuguseyo?”
“Ini Yesung Super Junior,” terdengar jawaban.

Tanpa berpikir panjang dan nyaris melompat saking kagetnya, Dongjun membuka pintu. Ternyata memang benar itu sosok seorang Yesung Super Junior. Yesung tersenyum pada Dongjun. Dongjun sedikit membungkukkan tubuhnya.

“Anyeong, Yesung hyung.”
“Anyeong, Dongjun.”
“Silakan masuk, hyung.”
“Apakah Heechul ada?”
“Oh, Heechul hyung ada. Hyung silakan menunggu di dalam. Aku akan panggilkan.”

Yesung untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di dorm ZE:A. Dia memperhatikan bahwa dorm ZE:A cukup bersih dan luas juga untuk Sembilan pria yang tinggal disana. Dongjun mengetuk salah satu pintu kamar lalu masuk ke dalamnya. Yesung juga memperhatikan, tidak ada orang lain di dorm ini, rasanya sepi sekali. Sejurus kemudian, Dongjun keluar dari kamar bersama Jungchul. Ketika Jungchul dan Yesung saling bertatapan, mata Jungchul membulat sejenak.

“Yesung hyung…” sapa Jungchul ragu.
“Jungchul, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu. Kita bisa dapat tempat pribadi?” tanya Yesung.
“Oh, tentu, hyung. Bagaimana kalau di kamarku?”
“Tidak masalah.”
“Silakan kalian berbincang, aku akan membuatkan minuman,” putus Dongjun tangkas.

Yesung mengikuti langkah Jungchul yang masuk kembali ke dalam kamar. Dari apa yang dilihat Yesung, tampaknya Jungchul tadi bermalas-malasan di ranjang sambil membaca novel. Jungchul mempersilakan Yesung duduk di ranjang bersamanya.

“Ada apa, hyung?” tanya Jungchul.
“Aku ingin… mengucapkan terima kasih untukmu. Kalau kau tidak ada di hari May mengalami pendarahan itu… mungkin dia dan aegi tidak akan selamat. Kau menyelamatkan bayiku.”
“Ah, ani, hyung, sudah tentu aku akan membantunya.”

Suasana hening sejenak.

“Apakah kabar May baik-baik saja?”
“Tidak sepenuhnya. Untuk itulah aku kesini.”
“Maksud hyung, May sakit?”

Melihat Jungchul yang panic, Yesung yakin perasaan Jungchul pada May tidak pernah pudar sedikitpun. Yesung menggelengkan kepalanya.

“Tidak, tapi… dia tidak bahagia,” jawab Yesung.

Jungchul tampak termenung.

“Aku ingin minta bantuanmu…”

Mata Jungchul membelalak. Satu persatu pernyataan keluar dari mulut Yesung dan Jungchul tidak bisa begitu saja menelan segalanya.

“Hyung, jangan lakukan ini demi balas budi. Sungguh, aku tidak membutuhkannya.”
“Aku tidak melakukannya demi balas budi. Kau tau sendiri aku tidak pernah rela membagi May, hanya saja… ada kalanya segala sesuatu dalam hidupmu tidak bisa berjalan sesuai dengan kehendakmu.”
“Hyung…”
“Kita bisa mencobanya, dongsaeng.”

***

Teph berdiri ragu di depan pintu apartemen SHINee. Baiklah, sesungguhnya dia sudah lelah menolak Taemin yang pantang menyerah. Lagipula… ada hal lain yang tersimpan dalam hati Teph. Karena itulah Teph menerima tawaran Taemin untuk menjamunya makan malam, hanya sekali ini. Teph menekan bel pintu dorm SHINee, yang ternyata langsung dibuka oleh Taemin sendiri. Taemin malam itu memakai kemeja panjang berwarna putih dilengkapi celana panjang hitam, tampak begitu resmi. Teph memandangi dirinya sendiri. Untuk kesekian kalinya dia merasa salah kostum, karena dia hanya memakai kaos kebesaran berwarna hijau dan celana jeans panjang. Taemin tersenyum pada Teph.

“Kukira kau tidak akan datang,” ucap Taemin.
“Aku orang yang menepati janji, tenang saja,” balas Teph.
“Masuklah. Aku sudah mempersiapkan makan malam kita.”

Teph melangkah masuk ke dorm SHINee, menuju ruang makan mereka. Di meja bulat sudah tertata rapi makan malam yang bervariasi. Ada juga berbagai minuman bersoda dan soju. Taemin menarik salah satu kursi.

“Teph, silakan duduk.”

Teph duduk di kursi itu, sedangkan Taemin duduk di seberangnya. Teph memperhatikan dan membaui makanan yang tersaji. Kelihatannya semuanya enak.

“Ini pasti mahal.”
“Tidak, itu Key hyung yang memasak. Tadi aku minta tolong padanya.”
“Oh… dan kemana mereka? Kenapa sepi sekali?”

Taemin menghela nafas. Dalam hatinya, Taemin tau yang Teph maksud bukan “yang lainnya” tapi pasti dia menanyakan tentang Onew. Tapi Taemin berusaha tetap tersenyum.

“Mereka punya kegiatan masing-masing,” jawab Taemin.

Pandangan Teph menancap pada daging steak yang penampilannya menggoda.

“Ah, ayo kita mulai makan. Makan apa saja yang kau suka dan apa saja yang muat di perutmu, Teph. Ingat, aku balas budi padamu. Jadi, jangan ragu lagi.”
“Tentu…”

Teph mulai makan apa saja yang dia suka dan itu membuat Taemin takjub. Dia tidak pernah menyangka Teph punya nafsu makan yang begitu besar di balik tubuh jangkung dan langsing miliknya. Tapi itu membuat Taemin makin suka melihatnya. Teph memang bukan gadis biasa.

“Ingin minum apa, Teph? Kau boleh pilih.”

Teph melirik botol soju dan wajahnya jelas-jelas menunjukkan ekspresi tertarik.

“Apa… aku bisa mabuk kalau minum soju?”
“Tidak akan, kalau sedikit. Kau mau coba?” tawar Taemin lagi.
“Boleh, sedikit saja. Kalau aku tidak mabuk, aku minta lagi.”

Taemin menuangkan soju memenuhi setengah gelas Teph. Teph minum sedikit soju, lalu melanjutkan makannya. Taemin juga mulai ikut makan. Obrolan terasa ringan di antara mereka berdua, seakan mereka sudah lama saling mengenal. Ketika Taemin melihat gelas Teph lagi, gelas itu sudah kosong.

“Kurasa aku tidak mabuk. Boleh minta lagi?”

Taemin kembali menuangkan soju ke gelas Teph. Tapi dia penasaran… bagaimana Teph belum juga mabuk sampai sekarang? Bisa-bisa rencananya berantakan… Setelah makanan di meja semuanya habis, Taemin membereskan meja dan Teph duduk di sofa, menenangkan perutnya. Diam-diam, Taemin menekan tombol ponselnya untuk melakukan missed call ke ponsel Key. Sesuai yang direncanakan, listrik di apartemen padam.

“Taemin… ada apa ini?” tanya Teph waspada.
“Tidak biasanya begini… aku akan menelepon pengurus apartemen. Tetap disana, Teph.”

Masih di dapur, Taemin nyengir dan pura-pura menelepon pengurus apartemen, padahal semua itu hanya hasil acting Taemin.

“Bagaimana?”
“Kata ahjussi, kerusakan pada listriknya cukup parah. Kita harus menunggu.”

Taemin duduk di sofa bersama Teph sambil membawa sebatang lilin. Cukup lama keduanya hanya diam.

“Kita tidak bisa keluar ya? Disini panas dan pengap.”
“Tidak bisa, pintu kita juga menggunakan listrik.”

Teph menghela nafas panjang.

“Ayo kita lakukan sesuatu. Kau ada permainan kartu atau apalah, Taemin?” tanya Teph.
“UNO card?”
“Wah, boleh juga. Daripada kita bosan begini terus.”

Taemin ke kamarnya dan sejurus kemudian kembali dengan satu set UNO card. Tanpa disangka, mereka main hingga nyaris lupa waktu, bahkan Taemin melupakan sama sekali rencananya. Hujan turun deras di luar sana, mereka bisa mendengar suara petir bersahutan dan suara air hujan yang membasahi jalanan, atap dan pohon.

“Panas sekali!”

Teph mengipas-ngipaskan sebuah majalah di lehernya. Taemin bahkan bisa melihat keringat menetes dari wajah Teph. Memang terasa agak pengap di dalam, tapi karena hujan, Taemin tidak merasa sampai perlu berkeringat seperti Teph. Suatu pengertian muncul di otak Taemin. Mungkinkah Teph…?

“Kamarku tadi AC-nya masih dinyalakan sampai mati listrik tadi. Mungkin disana lebih dingin?”
“Kenapa kau tidak bilang dari tadi? Ayo, main disana saja!” ajak Teph.

Kelihatannya rencana Taemin berjalan makin lancar ketika mereka berpindah ke dalam kamar. Mereka masih main beberapa ronde lagi sampai Teph benar-benar tidak tahan dengan keadaan yang makin panas. Akhirnya dia melempar dirinya di ranjang empuk Taemin. Selain panas, dia merasa kepalanya pusing dan empuknya ranjang Taemin membuatnya mengantuk.

“Teph? Apa kau tidur?”
“Tidak…”

Mendengar suara Teph yang lemah, Taemin jadi duduk di ranjang dan melihat keadaan Teph. Tapi keringat menetes makin banyak dari wajah Teph. Seketika, Taemin mengira Teph sakit dan tidak jadi melaksanakan rencananya, tapi tiba-tiba wajah dan suara Key terngiang di kepalanya.

“Kau tidak akan menemukan kesempatan lain, Taemin. Dia pasti tidak akan melupakannya begitu saja, dia seorang Shawol, Taem, dia akan menyukainya!”

Taemin menghela nafas.

“Teph, aku akan mengambil air dingin untuk membasuhmu. Tunggu ya,” pinta Taemin.

Tapi seketika, Teph menarik tangan Taemin dan mencegahnya pergi.

“Tidak, Taemin… bisakah kau pergi? Rasanya aku ingin melepas semua pakaianku.”
“Sesungguhnya aku juga kepanasan, aku juga mau melepas pakaianku. Bagaimana kalau kita melakukannya bersama-sama?”

Hening cukup lama. Teph bangkit duduk. Taemin dan Teph bertukar pandang. Kalau Teph dalam keadaan normal, dia pasti akan meneriaki Taemin, tapi sekarang dia tidak menolaknya. Taemin jadi berpikir, apakah obat yang dioleskannya itu sudah bekerja sepenuhnya? Hanya satu cara untuk mengetahuinya. Perlahan, wajah Taemin makin mendekati wajah Teph, tapi Teph diam saja. Maka Taemin semakin berani dan akhirnya mengecup bibir Teph. Di luar dari penampilan cool-nya, bibir Teph terasa manis dan lembut. Jantung Taemin berdebar keras sampai terasa nyaris copot, dia gugup sekali, dan dia tau jelas apa sebab yang pasti membuatnya gugup mencium seorang gadis. Taemin menyelipkan bibirnya untuk mengulum bibir atas Teph… dan Taemin menyadari Teph memejamkan matanya. Untuk memuaskan rasa penasarannya apakah obat itu memang sudah bekerja dengan baik atau belum, Taemin semakin memperdalam ciumannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendapat posisi yang pas mengecup bibir Teph… tangan Taemin sudah berada di punggung Teph. Taemin masih mencium Teph dengan perlahan sebelum… Teph membalas ciumannya. Gelenyar kebahagiaan yang entah dari mana mulai memenuhi diri Taemin… dia merasa… memiliki harapan. Sesungguhnya Taemin tidak punya pengalaman apa-apa soal ini dan berharap Teph saja yang berpengalaman… dia berusaha mengingat beberapa film yang ditontonnya dari flashdisk penuh video yadong kepunyaan Eunhyuk yang tertinggal di dorm SHINee sekitar sebulan yang lalu. Dia tidak perlu melakukan yang se-ekstrim itu, tapi setidaknya dia cukup penasaran ingin merasakan adegan intinya. Taemin memajukan lidahnya untuk menjilati bibir atas Teph… Teph membuka mulutnya, memberi akses yang lebih untuk lidah Taemin. Lidah Taemin mengajak lidah Teph untuk beradu di dalam mulut Teph… lidah mereka membelit kesana-kemari seperti ular yang saling memagut… tanpa terasa nafas mereka mulai tidak teratur… dan Taemin juga berkeringat, sama seperti Teph. Taemin masih was-was kalau-kalau dia menerima penolakan dari Teph, tapi tanda-tanda itu belum juga muncul. Dia harus bergerak cepat. Taemin menyelipkan tangannya ke balik kaos Teph, tepatnya ke punggung Teph dan mengelus kulit mulus Teph. Memalukan bagi Taemin untuk mengakuinya, tapi dia merasa bergairah… dia tau benar celananya terasa sesak sekarang. Salah satu tangan Taemin keluar dan mulai meremas payudara Teph perlahan dari luar kaos. Sejauh ini Teph tidak mengeluarkan ilmu taekwondo-nya, mungkin Taemin selamat kali ini. Teph hanya mendorong wajah Taemin, sekadar menghirup udara segar.

“Aaaaah… Tae… min…” bisik Teph.

Taemin makin kehilangan akal setelah mendengar bisikan seksi Teph. Apalagi, Teph barusan menyebut namanya. Ini tandanya Teph sadar benar dengan siapa dia melakukan hal terlarang ini sekarang. Taemin mulai meremas payudara Teph semakin kencang, tangan satunya yang di punggung Teph telah melepas kaitan bra Teph, sementara bibir Taemin menjelajahi kulit leher Teph yang mulus dan beraroma manis. Masih dari luar kaos, Taemin menyingkirkan cup bra Teph ke bagian atas sehingga sekarang Taemin jelas bisa merasakan nipple Teph yang mencuat di balik kaos. Dielusnya nipple itu dan diremasnya payudara runcing Teph. Taemin merengkuh tubuh Teph makin rapat ke arahnya, sementara Taemin tidak lagi duduk melainkan berlutut di hadapan Teph. Lidah Taemin menjilati leher Teph, membasahinya dengan salivanya… dia tidak peduli pada leher Teph yang sebelumnya sudah basah oleh keringat, malah menurutnya Teph makin tampak seksi. Teph tidak mengeluarkan suara lagi, namun nafasnya terdengar makin tidak teratur. Bibir Taemin turun ke nipple Teph… dia menghisap nipple Teph walaupun dari luar kaos dan itu memberikan sensasi yang membuat Teph makin melayang. Daerah payudara Teph sudah basah sekarang dan Taemin mulai membuka kaos Teph. Disingkirkannya juga bra Teph sehingga dia benar-benar melihat Teph yang half-naked. Gairah makin mendesir di dalam tubuh Taemin melihat wajah Teph yang merah dan memandang lurus ke matanya. Teph maju, mengalungkan tangannya ke leher Taemin, mendorong leher Taemin ke wajahnya dan digigitnya kulit leher namja itu. Taemin tak ingin menolak, malah dia menikmati tiap gigitan kecil Teph di lehernya. Taemin hampir gila karena dia merasa juniornya sesak sekali sekarang. Teph, seakan mengerti, membuka kancing kemeja Taemin satu persatu, lalu dilemparnya kemeja itu. Sekali lagi, Teph menikmati tubuh mulus Taemin, tapi kali ini tidak hanya melalui pandangan matanya, dia juga mengelus kulit tubuh Taemin dengan perlahan dan tidak lupa melanjutkan gigitannya di tempat tertentu. Yang membuat Taemin makin gila adalah ketika merasakan Teph menggigit perlahan nipple kecil Taemin.

“Omo… Teph…” desah Taemin.

Teph membuat satu lagi kissmark di perut datar Taemin… kedua tangan Taemin mengelus punggung dan kepala Teph, menekan kepala Teph makin menempel ke tubuhnya… Teph menurunkan celana panjang Taemin… mata Teph melebar melihat junior Taemin yang tampak sesak di balik underwearnya. Teph menunduk untuk mengecup junior Taemin sejenak sebelum membuka underwear Taemin sepenuhnya. Taemin bangkit berdiri di atas ranjang untuk melepas celana panjang dan underwearnya itu, lalu kembali berlutut di hadapan Teph.

“Oppa… apakah oppa ingin aku memanjakan juniormu?”

Taemin perlu mengecek telinganya karena dia barusan dipanggil oppa oleh Teph, tapi dia tidak peduli itu sekarang. Dia ingin merasakan sentuhan Teph di daerah pribadinya.

“Jebal.”

Mendengar jawaban sekaligus permohonan Taemin, Teph menggunakan lidahnya untuk menjilati junior Taemin. Terkadang Teph meratakan salivanya di seputar junior dan twinsball Taemin, membuat daerah itu hangat-dingin pada saat yang bersamaan. Taemin menggigit bibirnya, mencegah dirinya untuk menjerit nikmat menerima perlakuan Teph itu. Perlahan, junior Taemin semakin tegang dan dengan tangannya, Teph mengocok cepat junior Taemin itu hingga menyemprotkan cairan spermanya dalam beberapa tembakan. Junior Taemin tidak lagi berdiri, menggelantung lelah sekarang, tapi Teph belum berhenti. Dia menunduk untuk menjilat ujung kepala junior Taemin, hanya dalam beberapa kali jilatan, junior Taemin bangkit lagi.

“Omo… Teph…” keluh Taemin, merasa terlalu nikmat.

Sebelum Teph membuatnya gila lagi, Taemin membimbing tubuh Teph untuk berbaring. Ketika Taemin membuka celana dan underwear Teph, Teph tersenyum padanya. Taemin memandangi tubuh langsing-jenjang milik Teph… dan merasa beruntung bisa memilikinya, walaupun hanya sekarang. Taemin menghisap payudara kanan Teph, sementara tangan Taemin yang bebas dia gunakan untuk menggelitiki nipple payudara kiri Teph. Teph mulai mengerang lembut lagi, menikmati sentuhan Taemin di tubuh mulusnya. Selesai menyusu pada payudara kiri Teph juga, Taemin membuka selangkangan Teph. Ditusuknya vagina Teph dengan jari telunjuknya, sambil wajahnya memandangi Teph. Teph memejamkan matanya dan wajahnya terlihat seksi karena tengah bergairah. Taemin makin ingin memuaskan Teph, ditambahkannya satu jari untuk mengaduk isi vagina Teph. Setelah agak basah, Taemin menarik jarinya dan menggantinya dengan bibirnya. Taemin menghisap vagina Teph kuat-kuat sehingga cairan Teph ikut terhisap olehnya.

“Ssssss… Taemin… oppa…”

Taemin makin maju hingga giginya bisa menyentuh klitoris Teph. Dia melakukan ini berulang-ulang: menggigit perlahan klitoris Teph, meniupnya, menggigit kembali, meniup kembali… hingga Teph menarik wajah Taemin dan menyambarnya untuk berciuman. Kali ini ciuman mereka lebih hot, Taemin bahkan menyedot lidah Teph dan memberi Teph sensasi yang membuat tubuhnya menggelinjang. Tangannya menggapai junior Taemin, mengelusnya… dan Taemin seakan mendapat tanda dari tindakan Teph itu. Taemin mengarahkan juniornya memasuki liang vagina Teph. Setelah cukup mantap, Taemin menggunakan pinggulnya untuk mendorong juniornya itu.

“Eng… sss… aaah…” desah Teph, menggelengkan kepalanya dan memeluk erat tubuh Taemin.

Taemin mendorong kuat juniornya dan merasa menembus sesuatu. Taemin ingin bangkit dan melihat apa itu, tapi Teph merengkuh tubuh Taemin kuat-kuat. Memandang wajah Teph, Taemin melihat air mata menetes dari sudut mata Teph. Taemin merasa ada yang salah.

“Teph, kau… menangis?”
“Ti… tidak, Taemin… teruskan… saja…”

Teph bergerak sedikit sehingga junior Taemin bersentuhan dengan dinding vagina Teph. Kesadaran kembali pergi dari diri Taemin, dan Taemin menggerakkan pinggulnya dengan cepat… juniornya keluar-masuk vagina Teph meski tidak bisa secepat yang dia inginkan… memang, vagina Teph basah, tapi vaginanya juga sempit sekali. Seiring gerakan Taemin yang menggila, Teph juga tidak bisa menghentikan tubuhnya untuk ikut bergerak liar berlawanan arah dengan serangan Taemin, menekan pantat Taemin kuat-kuat ketika juniornya menyentuh klitorisnya, menjerit sesering mungkin…

“Ooooooh… Teph… aku… tidak bisa lagi…”

Sebelum bisa melakukan hal yang lainnya, Taemin telah menembakkan spermanya ke dalam rahim Teph. Dia tau dia sudah terlalu jauh bertindak, menyemprotkan sperma adalah di luar rencananya, tapi dia sungguh tidak tahan lagi. Tubuhnya ambruk menimpa Teph, sementara tangan Teph masih mendekapnya erat-erat.

“Teph… mianhae…” sesal Taemin setelah cukup sadar lagi.
“Kenapa? Jangan-jangan oppa melakukan itu denganku…”

Taemin bangkit dan melepas kontak tubuh mereka, lalu mata Taemin membelalak melihat bercak darah dimana-mana, bahkan jelas masih menetes dari juniornya dan vagina Teph.

“Kau masih… perawan?”
“Tentu saja! Kau pikir aku wanita macam apa!”
“Oh, tidak… Teph, mianhae! Aku sungguh tidak tau kau masih perawan!”

Taemin yang tampak shock malah membuat Teph marah. Dia menginginkan kata-kata lain dari Taemin, bukan mempermasalahkan dia masih perawan atau tidak. Teph duduk di tepian ranjang, merasakan perih teramat-sangat di selangkangannya ketika merapatkan kakinya.

“Kalau kau butuh pelampiasan, harusnya kau mencari gadis yang lain!”
“Tidak, Teph! Aku… biarkan aku bertanggungjawab! Lagipula aku sudah melepaskan spermaku… itu di luar kendaliku, di luar rencanaku!” seru Taemin frustasi.

Teph bangkit dari ranjang, berjalan tertatih mencari dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan dimana-mana.

“Tidak perlu lagi! Aku tidak butuh tanggungjawab atau penyesalanmu!”

Taemin bangkit dan menarik tangan Teph. Teph yang tidak siap, jatuh dalam dekapan Taemin.

“Teph… saranghaeyo.”

Jantung Teph berdetak sama tidak normalnya dengan jantung Taemin.

“Jangan mengatakan itu untuk bertanggungjawab! Itu bukan kata yang digunakan orang untuk berbohong!”
“Tidak, bukan, Teph! Aku… sudah tertarik padamu sejak awal aku melihatmu. Tapi… aku putus asa karena kau menolakku untuk membalas budimu. Padahal aku ingin berkencan denganmu… memulai segalanya secara normal… namun kau menolakku. Aku terpaksa… menjebakmu begini…”
“Menjebakku?” tanya Teph, merasa marah.
“Karena kukira kau menyukai Onew hyung!”
“Apa?”
“Akunmu! Dubu93! Kau menyukai Onew hyung dan aku tidak rela kalau kau bersama Onew hyung! Jadi aku dan Key hyung merencanakan ini semua… karena aku mencintaimu dan tidak rela kau bersama Onew hyung! Sungguh, Teph!”

Teph mendorong Taemin setelah merasakan dekapan Taemin makin erat. Dipandangnya wajah Taemin dalam keremangan cahaya lilin. Taemin terlihat serius namun juga gugup. Ini adalah pertanda seseorang yang takut ditolak.

“Taemin oppa babo…”
“Apa?”
“Babo! Memangnya kalau akunku dubu93 aku harus menyukai Onew, begitu? Kalau aku menyukaimu, memangnya tidak boleh pakai akun itu?”
“Ta… tapi Teph… dubu93…” gagap Taemin.
“Aku mencintaimu, babo Taemin! Untuk apa kau menjebakku? Kalau saja kau katakan sejak awal perasaanmu padaku… aku tidak akan menolak kencan denganmu! Aku hanya takut aku terlalu banyak berharap kalau berani menerima ajakan kencanmu kalau kau tidak punya perasaan yang sama denganku! Kau boleh ke kamarku yang di Jakarta dan Cuma ada postermu disana, babo!”

Mendengar penjelasan panjang-lebar Teph, perasaan hangat mengaliri tubuh Taemin. Didekapnya Teph erat-erat lagi.

“Jadi… mulai sekarang… aku bisa jadi namja chingu-mu?”
“Kau harus jadi suamiku, sebagai bentuk tanggungjawabmu. Tidak sekarang, tapi aku bisa menunggu.”
“Oh, Teph…”

Teph merasa tubuhnya akan remuk lama-lama dalam dekapan Taemin ini. Dan perlahan kesadaran menyelami pikiran Teph… mereka naked… saling memeluk dalam keadaan naked…

“Taemin, sebaiknya kita pakai pakaian atau bagaimana dulu…” usul Teph.
“Buat apa? Eh… maksudku… aku baru saja mau mengajakmu…”
“Apa?”
“Kembali ke ranjang… dan… mencoba lagi…”
“Taemin!!! Dan katamu Key terlibat dengan semua ini? Dia akan kubantai!”

Taemin menggendong Teph dan membaringkannya di ranjang. Dengan tatapan matanya yang membunuh, Taemin mengunci Teph di bawah tubuhnya.

“Kalau tidak ada idenya yang seperti ini, bagaimana kita bisa mencapai happy ending?”
“Memang sih, tapi… omo… Taemin, pelan-pelan… masih sakit, tau! Yang tadi itu yang pertama untukku!”
“Oh, mianhae, yeobo…”
“Tunggu sebentar. Darimana aku tau kau benar-benar mencintaiku dan bukan hanya melakukannya berdasarkan nafsu?” tanya Teph sangsi.
“Aku memberikan keperjakaanku untukmu. Itu bisa jadi bukti yang cukup kan?”
“Baiklah, aku percaya… ng… Taemin… ssssss… jangan… menggigit vaginaku… lagi…”

***

2 comments:

  1. omo taemin ??
    ga bisa byangin wjh imutnya ..
    yesung nyuruh jungchul ngapain tuh ??
    pnasaran -_____-

    ReplyDelete
  2. Eh, Yesung knapa? mo nyerahkan May ke Jungchul? :O
    May blon bisa ngelupain jungchul yah? ==a

    Hanjeerr si Key parah otaknya, menodai kepolosan taemin! xD
    Giliran teph akhrnya, xixixixi

    ReplyDelete