The X Life Story 2
Chapter 20
“May?”
May
bergeming memandangi mantel bayi yang dipegangnya. Yesung memperhatikan wajah
istrinya… mata May tidak focus disana. Ada yang dipikirkan May.
“May?”
panggil Yesung sekali lagi dan dia mengguncang bahu May sedikit.
“Ah…
ya, oppa?” sahut May, tersenyum pada Yesung.
“Aku
bertanya padamu, apa kau menginginkan mantel itu?”
“Ah,
kita tidak tau bayi kita namja atau yeoja… kurasa nanti saja, oppa.”
“Kalau
kau mau, kita bisa mengecek jenis kelamin bayi kita. Usianya sudah 13 minggu
sekarang.”
“Ah,
ani, oppa, biarkan jadi kejutan untuk kita saja nantinya.”
Yesung
tersenyum. Dia memeluk pinggang May selama mereka berjalan mengelilingi toko
perlengkapan bayi. May memang tersenyum padanya, May memang tampak bahagia
bersamanya. TAMPAK BAHAGIA. Tapi Yesung tau ada sesuatu yang disembunyikan May…
dan itu terlihat lewat sorot mata May. Yesung cukup ingat May tidak pernah
punya sorot mata sendu. Setiap May berbicara, apalagi dia tersenyum, Yesung
selalu bisa melihat suatu binar di matanya yang bisa membuat wajahnya cerah,
sekaligus membuat hari Yesung menjadi cerah dan suasana hati Yesung menjadi
lebih baik. Tapi sekarang tidak begitu. May tersenyum, May bersikap seperti
biasanya pada Yesung, tapi matanya tidak… Dan Yesung kehilangan itu.
“Hiks…
hiks…” isak May.
Yesung
terbangun dari tidur nyenyaknya dan melihat May yang tertidur di sampingnya
tengah meneteskan air matanya. Meski mata May terpejam, air mata itu tetap
mengalir dengan derasnya. Yesung mengguncang tubuh May panic.
“May?
May? Kenapa? Bangunlah! Bangun!”
Yesung
perlu cukup lama mengguncang tubuh May sebelum May tersentak bangun. Matanya
basah dan sorot matanya ketakutan.
“Apa
kau mengalami mimpi buruk? May, jangan takut, aku disini. Kemarilah.”
May
menghambur ke pelukan Yesung. Yesung memeluknya erat. May masih terisak di
pelukan Yesung.
“Oppa…”
“Uljima,
May… uljima…”
Cukup
lama hingga Yesung mendengar isakan May berhenti. Meski May tidak memberitau
Yesung apa sebabnya dia menangis, Yesung bisa menebaknya. Dan Yesung tau,
perbuatannya selama ini salah. Dia ingin memiliki May secara utuh, tapi… jika
May selamanya akan kehilangan separuh jiwanya karena keinginan Yesung ini,
Yesung lebih memilih untuk tidak membuatnya menderita. Yesung tau, bukan
melepas May ataupun meninggalkan May-lah yang bisa membuat May bersinar
kembali. Masih ada cara lainnya… dan meskipun pahit, Yesung mau tidak mau yakin
bahwa akhir yang manis pasti akan menantinya. Tidak sekarang, namun nanti.
***
Taemin
duduk di depan meja belajarnya, menghadapi laptopnya yang menyala. Taemin sudah
meminta nomor ponsel Teph dari Key (yang memintanya dari Rini) dan telah
menawarkan untuk mentraktir Teph atau sekadar hang out bareng karena Teph telah
menolongnya. Para member SHINee juga mendesak Taemin untuk membalas budi Teph.
Tapi masalahnya, setelah Taemin menawarkan berbagai hal pada Teph selama tiga
hari belakangan, Teph tidak mau menerima satupun tawaran itu. Teph bilang dia
takut tertangkap Shawol jika dia berjalan dengan Taemin, walaupun itu hanya
satu kali. Taemin kecewa, tapi dia belum mau menyerah. Dia ingin menyelidiki
segala sesuatu tentang Teph… dan itu bisa dimulai dari akun Twitter Teph.
Taemin berharap dia bisa tau apa yang Teph inginkan dari menyelidiki akunnya.
Taemin membuka akun May. Daftar following May tidak banyak, dan setelah
menelusuri pelan-pelan, dia menemukan seseorang bernama Tephangel, dengan nama
akun dubu93.
“Dubu?”
tanya Taemin.
Dia
membuka timeline Teph, tapi tidak banyak petunjuk dari timeline itu karena
kebanyakan Teph menggunakan bahasa Indonesia untuk mengirim Tweet, sekalipun
dengan May atau yang lainnya. Taemin menghela nafas.
“Dubu…
itu berarti… Onew hyung? Jadi… selama ini…”
“Taem,
boleh aku masuk?” tanya Key, mengetuk pintu kamar Taemin.
“Ya,
tentu, hyung.”
Key
memasuki kamar Taemin dan duduk di ranjang.
“Sudah
menemukan akun Teph?”
“Sudah.
Dan nama akunnya dubu93. Dubu.”
Key
sempat tersentak.
“Mungkinkah
yang dia lakukan selama ini… adalah supaya bisa berdekatan dengan Onew hyung?”
“Memang
sih, Teph tidak pernah bilang siapa yang benar-benar dia sukai di SHINee… tapi…
apakah itu jadi mengurungkan niatmu untuk balas budi padanya?”
“Yah…
sedikit, hyung. Ada sesuatu yang…”
“Tapi
kau tetap ingin balas budi padanya, kan? Kau tidak akan melupakan dia yang
sudah menyelamatkan nyawamu, kan?” desak Key.
“Ah,
tentu saja, hyung. Aku merasa berhutang budi padanya.”
“Kau
tau? Aku punya suatu cara.”
“Jinjja?
Apa itu, hyung?”
Key
mulai bercerita tentang rencana balas budi Taemin pada Teph. Penjelasan Key
sangat mendetail dan membuat mata Taemin membelalak ngeri.
“Hyung,
apa itu… baik?”
“Lho,
kenapa kau ragu? Ini kan ide yang tidak biasa dan karena dia Shawol… dia akan
menerimanya. Malah akan sangat berterimakasih. Meski itu hanya pengalaman
sekali…”
“Tapi
dia menyukai Onew hyung.”
“Nama
akun bukan menentukan segalanya. Hei, Taem, itu Cuma nama akun! Kalau kau
memang ingin tau siapa yang ada di hatinya, tanyakan padanya!”
Taemin
diam dan merenung. Key bangkit untuk menepuk bahu Taemin.
“Aku
tau kau suka padanya. Aku hanya minta kau jangan menyerah sebelum mencoba, atau
setidaknya, tanyakanlah padanya,” usul Key.
“Baiklah,
hyung, mudah-mudahan… kali ini aku berhasil.”
***
“Ya.
Tunggu sebentar,” pinta Dongjun.
Dongjun
berjalan malas-malasan dari sofa menuju pintu dan menekan intercom.
“Nuguseyo?”
“Ini
Yesung Super Junior,” terdengar jawaban.
Tanpa
berpikir panjang dan nyaris melompat saking kagetnya, Dongjun membuka pintu.
Ternyata memang benar itu sosok seorang Yesung Super Junior. Yesung tersenyum
pada Dongjun. Dongjun sedikit membungkukkan tubuhnya.
“Anyeong,
Yesung hyung.”
“Anyeong,
Dongjun.”
“Silakan
masuk, hyung.”
“Apakah
Heechul ada?”
“Oh,
Heechul hyung ada. Hyung silakan menunggu di dalam. Aku akan panggilkan.”
Yesung
untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di dorm ZE:A. Dia memperhatikan
bahwa dorm ZE:A cukup bersih dan luas juga untuk Sembilan pria yang tinggal
disana. Dongjun mengetuk salah satu pintu kamar lalu masuk ke dalamnya. Yesung
juga memperhatikan, tidak ada orang lain di dorm ini, rasanya sepi sekali.
Sejurus kemudian, Dongjun keluar dari kamar bersama Jungchul. Ketika Jungchul
dan Yesung saling bertatapan, mata Jungchul membulat sejenak.
“Yesung
hyung…” sapa Jungchul ragu.
“Jungchul,
ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu. Kita bisa dapat tempat pribadi?”
tanya Yesung.
“Oh,
tentu, hyung. Bagaimana kalau di kamarku?”
“Tidak
masalah.”
“Silakan
kalian berbincang, aku akan membuatkan minuman,” putus Dongjun tangkas.
Yesung
mengikuti langkah Jungchul yang masuk kembali ke dalam kamar. Dari apa yang
dilihat Yesung, tampaknya Jungchul tadi bermalas-malasan di ranjang sambil
membaca novel. Jungchul mempersilakan Yesung duduk di ranjang bersamanya.
“Ada
apa, hyung?” tanya Jungchul.
“Aku
ingin… mengucapkan terima kasih untukmu. Kalau kau tidak ada di hari May
mengalami pendarahan itu… mungkin dia dan aegi tidak akan selamat. Kau
menyelamatkan bayiku.”
“Ah,
ani, hyung, sudah tentu aku akan membantunya.”
Suasana
hening sejenak.
“Apakah
kabar May baik-baik saja?”
“Tidak
sepenuhnya. Untuk itulah aku kesini.”
“Maksud
hyung, May sakit?”
Melihat
Jungchul yang panic, Yesung yakin perasaan Jungchul pada May tidak pernah pudar
sedikitpun. Yesung menggelengkan kepalanya.
“Tidak,
tapi… dia tidak bahagia,” jawab Yesung.
Jungchul
tampak termenung.
“Aku
ingin minta bantuanmu…”
Mata
Jungchul membelalak. Satu persatu pernyataan keluar dari mulut Yesung dan
Jungchul tidak bisa begitu saja menelan segalanya.
“Hyung,
jangan lakukan ini demi balas budi. Sungguh, aku tidak membutuhkannya.”
“Aku
tidak melakukannya demi balas budi. Kau tau sendiri aku tidak pernah rela
membagi May, hanya saja… ada kalanya segala sesuatu dalam hidupmu tidak bisa
berjalan sesuai dengan kehendakmu.”
“Hyung…”
“Kita
bisa mencobanya, dongsaeng.”
***
Teph
berdiri ragu di depan pintu apartemen SHINee. Baiklah, sesungguhnya dia sudah
lelah menolak Taemin yang pantang menyerah. Lagipula… ada hal lain yang
tersimpan dalam hati Teph. Karena itulah Teph menerima tawaran Taemin untuk
menjamunya makan malam, hanya sekali ini. Teph menekan bel pintu dorm SHINee,
yang ternyata langsung dibuka oleh Taemin sendiri. Taemin malam itu memakai
kemeja panjang berwarna putih dilengkapi celana panjang hitam, tampak begitu
resmi. Teph memandangi dirinya sendiri. Untuk kesekian kalinya dia merasa salah
kostum, karena dia hanya memakai kaos kebesaran berwarna hijau dan celana jeans
panjang. Taemin tersenyum pada Teph.
“Kukira
kau tidak akan datang,” ucap Taemin.
“Aku
orang yang menepati janji, tenang saja,” balas Teph.
“Masuklah.
Aku sudah mempersiapkan makan malam kita.”
Teph
melangkah masuk ke dorm SHINee, menuju ruang makan mereka. Di meja bulat sudah
tertata rapi makan malam yang bervariasi. Ada juga berbagai minuman bersoda dan
soju. Taemin menarik salah satu kursi.
“Teph,
silakan duduk.”
Teph
duduk di kursi itu, sedangkan Taemin duduk di seberangnya. Teph memperhatikan
dan membaui makanan yang tersaji. Kelihatannya semuanya enak.
“Ini
pasti mahal.”
“Tidak,
itu Key hyung yang memasak. Tadi aku minta tolong padanya.”
“Oh…
dan kemana mereka? Kenapa sepi sekali?”
Taemin
menghela nafas. Dalam hatinya, Taemin tau yang Teph maksud bukan “yang lainnya”
tapi pasti dia menanyakan tentang Onew. Tapi Taemin berusaha tetap tersenyum.
“Mereka
punya kegiatan masing-masing,” jawab Taemin.
Pandangan
Teph menancap pada daging steak yang penampilannya menggoda.
“Ah,
ayo kita mulai makan. Makan apa saja yang kau suka dan apa saja yang muat di
perutmu, Teph. Ingat, aku balas budi padamu. Jadi, jangan ragu lagi.”
“Tentu…”
Teph
mulai makan apa saja yang dia suka dan itu membuat Taemin takjub. Dia tidak
pernah menyangka Teph punya nafsu makan yang begitu besar di balik tubuh
jangkung dan langsing miliknya. Tapi itu membuat Taemin makin suka melihatnya.
Teph memang bukan gadis biasa.
“Ingin
minum apa, Teph? Kau boleh pilih.”
Teph
melirik botol soju dan wajahnya jelas-jelas menunjukkan ekspresi tertarik.
“Apa…
aku bisa mabuk kalau minum soju?”
“Tidak
akan, kalau sedikit. Kau mau coba?” tawar Taemin lagi.
“Boleh,
sedikit saja. Kalau aku tidak mabuk, aku minta lagi.”
Taemin
menuangkan soju memenuhi setengah gelas Teph. Teph minum sedikit soju, lalu
melanjutkan makannya. Taemin juga mulai ikut makan. Obrolan terasa ringan di
antara mereka berdua, seakan mereka sudah lama saling mengenal. Ketika Taemin
melihat gelas Teph lagi, gelas itu sudah kosong.
“Kurasa
aku tidak mabuk. Boleh minta lagi?”
Taemin
kembali menuangkan soju ke gelas Teph. Tapi dia penasaran… bagaimana Teph belum
juga mabuk sampai sekarang? Bisa-bisa rencananya berantakan… Setelah makanan di
meja semuanya habis, Taemin membereskan meja dan Teph duduk di sofa,
menenangkan perutnya. Diam-diam, Taemin menekan tombol ponselnya untuk
melakukan missed call ke ponsel Key. Sesuai yang direncanakan, listrik di
apartemen padam.
“Taemin…
ada apa ini?” tanya Teph waspada.
“Tidak
biasanya begini… aku akan menelepon pengurus apartemen. Tetap disana, Teph.”
Masih
di dapur, Taemin nyengir dan pura-pura menelepon pengurus apartemen, padahal
semua itu hanya hasil acting Taemin.
“Bagaimana?”
“Kata
ahjussi, kerusakan pada listriknya cukup parah. Kita harus menunggu.”
Taemin
duduk di sofa bersama Teph sambil membawa sebatang lilin. Cukup lama keduanya
hanya diam.
“Kita
tidak bisa keluar ya? Disini panas dan pengap.”
“Tidak
bisa, pintu kita juga menggunakan listrik.”
Teph
menghela nafas panjang.
“Ayo
kita lakukan sesuatu. Kau ada permainan kartu atau apalah, Taemin?” tanya Teph.
“UNO
card?”
“Wah,
boleh juga. Daripada kita bosan begini terus.”
Taemin
ke kamarnya dan sejurus kemudian kembali dengan satu set UNO card. Tanpa
disangka, mereka main hingga nyaris lupa waktu, bahkan Taemin melupakan sama
sekali rencananya. Hujan turun deras di luar sana, mereka bisa mendengar suara
petir bersahutan dan suara air hujan yang membasahi jalanan, atap dan pohon.
“Panas
sekali!”
Teph
mengipas-ngipaskan sebuah majalah di lehernya. Taemin bahkan bisa melihat
keringat menetes dari wajah Teph. Memang terasa agak pengap di dalam, tapi
karena hujan, Taemin tidak merasa sampai perlu berkeringat seperti Teph. Suatu
pengertian muncul di otak Taemin. Mungkinkah Teph…?
“Kamarku
tadi AC-nya masih dinyalakan sampai mati listrik tadi. Mungkin disana lebih
dingin?”
“Kenapa
kau tidak bilang dari tadi? Ayo, main disana saja!” ajak Teph.
Kelihatannya
rencana Taemin berjalan makin lancar ketika mereka berpindah ke dalam kamar.
Mereka masih main beberapa ronde lagi sampai Teph benar-benar tidak tahan
dengan keadaan yang makin panas. Akhirnya dia melempar dirinya di ranjang empuk
Taemin. Selain panas, dia merasa kepalanya pusing dan empuknya ranjang Taemin
membuatnya mengantuk.
“Teph?
Apa kau tidur?”
“Tidak…”
Mendengar
suara Teph yang lemah, Taemin jadi duduk di ranjang dan melihat keadaan Teph.
Tapi keringat menetes makin banyak dari wajah Teph. Seketika, Taemin mengira
Teph sakit dan tidak jadi melaksanakan rencananya, tapi tiba-tiba wajah dan
suara Key terngiang di kepalanya.
“Kau tidak akan menemukan kesempatan lain,
Taemin. Dia pasti tidak akan melupakannya begitu saja, dia seorang Shawol,
Taem, dia akan menyukainya!”
Taemin
menghela nafas.
“Teph,
aku akan mengambil air dingin untuk membasuhmu. Tunggu ya,” pinta Taemin.
Tapi
seketika, Teph menarik tangan Taemin dan mencegahnya pergi.
“Tidak,
Taemin… bisakah kau pergi? Rasanya aku ingin melepas semua pakaianku.”
“Sesungguhnya
aku juga kepanasan, aku juga mau melepas pakaianku. Bagaimana kalau kita
melakukannya bersama-sama?”
Hening
cukup lama. Teph bangkit duduk. Taemin dan Teph bertukar pandang. Kalau Teph
dalam keadaan normal, dia pasti akan meneriaki Taemin, tapi sekarang dia tidak
menolaknya. Taemin jadi berpikir, apakah obat yang dioleskannya itu sudah
bekerja sepenuhnya? Hanya satu cara untuk mengetahuinya. Perlahan, wajah Taemin
makin mendekati wajah Teph, tapi Teph diam saja. Maka Taemin semakin berani dan
akhirnya mengecup bibir Teph. Di luar dari penampilan cool-nya, bibir Teph
terasa manis dan lembut. Jantung Taemin berdebar keras sampai terasa nyaris
copot, dia gugup sekali, dan dia tau jelas apa sebab yang pasti membuatnya
gugup mencium seorang gadis. Taemin menyelipkan bibirnya untuk mengulum bibir
atas Teph… dan Taemin menyadari Teph memejamkan matanya. Untuk memuaskan rasa
penasarannya apakah obat itu memang sudah bekerja dengan baik atau belum,
Taemin semakin memperdalam ciumannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendapat
posisi yang pas mengecup bibir Teph… tangan Taemin sudah berada di punggung
Teph. Taemin masih mencium Teph dengan perlahan sebelum… Teph membalas
ciumannya. Gelenyar kebahagiaan yang entah dari mana mulai memenuhi diri Taemin…
dia merasa… memiliki harapan. Sesungguhnya Taemin tidak punya pengalaman
apa-apa soal ini dan berharap Teph saja yang berpengalaman… dia berusaha
mengingat beberapa film yang ditontonnya dari flashdisk penuh video yadong
kepunyaan Eunhyuk yang tertinggal di dorm SHINee sekitar sebulan yang lalu. Dia
tidak perlu melakukan yang se-ekstrim itu, tapi setidaknya dia cukup penasaran
ingin merasakan adegan intinya. Taemin memajukan lidahnya untuk menjilati bibir
atas Teph… Teph membuka mulutnya, memberi akses yang lebih untuk lidah Taemin.
Lidah Taemin mengajak lidah Teph untuk beradu di dalam mulut Teph… lidah mereka
membelit kesana-kemari seperti ular yang saling memagut… tanpa terasa nafas
mereka mulai tidak teratur… dan Taemin juga berkeringat, sama seperti Teph.
Taemin masih was-was kalau-kalau dia menerima penolakan dari Teph, tapi
tanda-tanda itu belum juga muncul. Dia harus bergerak cepat. Taemin menyelipkan
tangannya ke balik kaos Teph, tepatnya ke punggung Teph dan mengelus kulit
mulus Teph. Memalukan bagi Taemin untuk mengakuinya, tapi dia merasa bergairah…
dia tau benar celananya terasa sesak sekarang. Salah satu tangan Taemin keluar
dan mulai meremas payudara Teph perlahan dari luar kaos. Sejauh ini Teph tidak
mengeluarkan ilmu taekwondo-nya, mungkin Taemin selamat kali ini. Teph hanya
mendorong wajah Taemin, sekadar menghirup udara segar.
“Aaaaah…
Tae… min…” bisik Teph.
Taemin
makin kehilangan akal setelah mendengar bisikan seksi Teph. Apalagi, Teph
barusan menyebut namanya. Ini tandanya Teph sadar benar dengan siapa dia
melakukan hal terlarang ini sekarang. Taemin mulai meremas payudara Teph
semakin kencang, tangan satunya yang di punggung Teph telah melepas kaitan bra
Teph, sementara bibir Taemin menjelajahi kulit leher Teph yang mulus dan beraroma
manis. Masih dari luar kaos, Taemin menyingkirkan cup bra Teph ke bagian atas
sehingga sekarang Taemin jelas bisa merasakan nipple Teph yang mencuat di balik
kaos. Dielusnya nipple itu dan diremasnya payudara runcing Teph. Taemin
merengkuh tubuh Teph makin rapat ke arahnya, sementara Taemin tidak lagi duduk
melainkan berlutut di hadapan Teph. Lidah Taemin menjilati leher Teph,
membasahinya dengan salivanya… dia tidak peduli pada leher Teph yang sebelumnya
sudah basah oleh keringat, malah menurutnya Teph makin tampak seksi. Teph tidak
mengeluarkan suara lagi, namun nafasnya terdengar makin tidak teratur. Bibir
Taemin turun ke nipple Teph… dia menghisap nipple Teph walaupun dari luar kaos
dan itu memberikan sensasi yang membuat Teph makin melayang. Daerah payudara
Teph sudah basah sekarang dan Taemin mulai membuka kaos Teph. Disingkirkannya
juga bra Teph sehingga dia benar-benar melihat Teph yang half-naked. Gairah
makin mendesir di dalam tubuh Taemin melihat wajah Teph yang merah dan
memandang lurus ke matanya. Teph maju, mengalungkan tangannya ke leher Taemin,
mendorong leher Taemin ke wajahnya dan digigitnya kulit leher namja itu. Taemin
tak ingin menolak, malah dia menikmati tiap gigitan kecil Teph di lehernya.
Taemin hampir gila karena dia merasa juniornya sesak sekali sekarang. Teph,
seakan mengerti, membuka kancing kemeja Taemin satu persatu, lalu dilemparnya
kemeja itu. Sekali lagi, Teph menikmati tubuh mulus Taemin, tapi kali ini tidak
hanya melalui pandangan matanya, dia juga mengelus kulit tubuh Taemin dengan
perlahan dan tidak lupa melanjutkan gigitannya di tempat tertentu. Yang membuat
Taemin makin gila adalah ketika merasakan Teph menggigit perlahan nipple kecil
Taemin.
“Omo…
Teph…” desah Taemin.
Teph
membuat satu lagi kissmark di perut datar Taemin… kedua tangan Taemin mengelus
punggung dan kepala Teph, menekan kepala Teph makin menempel ke tubuhnya… Teph
menurunkan celana panjang Taemin… mata Teph melebar melihat junior Taemin yang
tampak sesak di balik underwearnya. Teph menunduk untuk mengecup junior Taemin
sejenak sebelum membuka underwear Taemin sepenuhnya. Taemin bangkit berdiri di
atas ranjang untuk melepas celana panjang dan underwearnya itu, lalu kembali
berlutut di hadapan Teph.
“Oppa…
apakah oppa ingin aku memanjakan juniormu?”
Taemin
perlu mengecek telinganya karena dia barusan dipanggil oppa oleh Teph, tapi dia
tidak peduli itu sekarang. Dia ingin merasakan sentuhan Teph di daerah
pribadinya.
“Jebal.”
Mendengar
jawaban sekaligus permohonan Taemin, Teph menggunakan lidahnya untuk menjilati
junior Taemin. Terkadang Teph meratakan salivanya di seputar junior dan
twinsball Taemin, membuat daerah itu hangat-dingin pada saat yang bersamaan.
Taemin menggigit bibirnya, mencegah dirinya untuk menjerit nikmat menerima
perlakuan Teph itu. Perlahan, junior Taemin semakin tegang dan dengan
tangannya, Teph mengocok cepat junior Taemin itu hingga menyemprotkan cairan
spermanya dalam beberapa tembakan. Junior Taemin tidak lagi berdiri,
menggelantung lelah sekarang, tapi Teph belum berhenti. Dia menunduk untuk
menjilat ujung kepala junior Taemin, hanya dalam beberapa kali jilatan, junior
Taemin bangkit lagi.
“Omo…
Teph…” keluh Taemin, merasa terlalu nikmat.
Sebelum
Teph membuatnya gila lagi, Taemin membimbing tubuh Teph untuk berbaring. Ketika
Taemin membuka celana dan underwear Teph, Teph tersenyum padanya. Taemin
memandangi tubuh langsing-jenjang milik Teph… dan merasa beruntung bisa
memilikinya, walaupun hanya sekarang. Taemin menghisap payudara kanan Teph,
sementara tangan Taemin yang bebas dia gunakan untuk menggelitiki nipple
payudara kiri Teph. Teph mulai mengerang lembut lagi, menikmati sentuhan Taemin
di tubuh mulusnya. Selesai menyusu pada payudara kiri Teph juga, Taemin membuka
selangkangan Teph. Ditusuknya vagina Teph dengan jari telunjuknya, sambil
wajahnya memandangi Teph. Teph memejamkan matanya dan wajahnya terlihat seksi
karena tengah bergairah. Taemin makin ingin memuaskan Teph, ditambahkannya satu
jari untuk mengaduk isi vagina Teph. Setelah agak basah, Taemin menarik jarinya
dan menggantinya dengan bibirnya. Taemin menghisap vagina Teph kuat-kuat
sehingga cairan Teph ikut terhisap olehnya.
“Ssssss…
Taemin… oppa…”
Taemin
makin maju hingga giginya bisa menyentuh klitoris Teph. Dia melakukan ini
berulang-ulang: menggigit perlahan klitoris Teph, meniupnya, menggigit kembali,
meniup kembali… hingga Teph menarik wajah Taemin dan menyambarnya untuk
berciuman. Kali ini ciuman mereka lebih hot, Taemin bahkan menyedot lidah Teph
dan memberi Teph sensasi yang membuat tubuhnya menggelinjang. Tangannya
menggapai junior Taemin, mengelusnya… dan Taemin seakan mendapat tanda dari
tindakan Teph itu. Taemin mengarahkan juniornya memasuki liang vagina Teph.
Setelah cukup mantap, Taemin menggunakan pinggulnya untuk mendorong juniornya
itu.
“Eng…
sss… aaah…” desah Teph, menggelengkan kepalanya dan memeluk erat tubuh Taemin.
Taemin
mendorong kuat juniornya dan merasa menembus sesuatu. Taemin ingin bangkit dan
melihat apa itu, tapi Teph merengkuh tubuh Taemin kuat-kuat. Memandang wajah
Teph, Taemin melihat air mata menetes dari sudut mata Teph. Taemin merasa ada
yang salah.
“Teph,
kau… menangis?”
“Ti…
tidak, Taemin… teruskan… saja…”
Teph
bergerak sedikit sehingga junior Taemin bersentuhan dengan dinding vagina Teph.
Kesadaran kembali pergi dari diri Taemin, dan Taemin menggerakkan pinggulnya
dengan cepat… juniornya keluar-masuk vagina Teph meski tidak bisa secepat yang
dia inginkan… memang, vagina Teph basah, tapi vaginanya juga sempit sekali.
Seiring gerakan Taemin yang menggila, Teph juga tidak bisa menghentikan
tubuhnya untuk ikut bergerak liar berlawanan arah dengan serangan Taemin,
menekan pantat Taemin kuat-kuat ketika juniornya menyentuh klitorisnya,
menjerit sesering mungkin…
“Ooooooh…
Teph… aku… tidak bisa lagi…”
Sebelum
bisa melakukan hal yang lainnya, Taemin telah menembakkan spermanya ke dalam
rahim Teph. Dia tau dia sudah terlalu jauh bertindak, menyemprotkan sperma
adalah di luar rencananya, tapi dia sungguh tidak tahan lagi. Tubuhnya ambruk
menimpa Teph, sementara tangan Teph masih mendekapnya erat-erat.
“Teph…
mianhae…” sesal Taemin setelah cukup sadar lagi.
“Kenapa?
Jangan-jangan oppa melakukan itu denganku…”
Taemin
bangkit dan melepas kontak tubuh mereka, lalu mata Taemin membelalak melihat
bercak darah dimana-mana, bahkan jelas masih menetes dari juniornya dan vagina
Teph.
“Kau
masih… perawan?”
“Tentu
saja! Kau pikir aku wanita macam apa!”
“Oh,
tidak… Teph, mianhae! Aku sungguh tidak tau kau masih perawan!”
Taemin
yang tampak shock malah membuat Teph marah. Dia menginginkan kata-kata lain
dari Taemin, bukan mempermasalahkan dia masih perawan atau tidak. Teph duduk di
tepian ranjang, merasakan perih teramat-sangat di selangkangannya ketika
merapatkan kakinya.
“Kalau
kau butuh pelampiasan, harusnya kau mencari gadis yang lain!”
“Tidak,
Teph! Aku… biarkan aku bertanggungjawab! Lagipula aku sudah melepaskan
spermaku… itu di luar kendaliku, di luar rencanaku!” seru Taemin frustasi.
Teph
bangkit dari ranjang, berjalan tertatih mencari dan mengumpulkan pakaiannya
yang berserakan dimana-mana.
“Tidak
perlu lagi! Aku tidak butuh tanggungjawab atau penyesalanmu!”
Taemin
bangkit dan menarik tangan Teph. Teph yang tidak siap, jatuh dalam dekapan
Taemin.
“Teph…
saranghaeyo.”
Jantung
Teph berdetak sama tidak normalnya dengan jantung Taemin.
“Jangan
mengatakan itu untuk bertanggungjawab! Itu bukan kata yang digunakan orang
untuk berbohong!”
“Tidak,
bukan, Teph! Aku… sudah tertarik padamu sejak awal aku melihatmu. Tapi… aku
putus asa karena kau menolakku untuk membalas budimu. Padahal aku ingin berkencan
denganmu… memulai segalanya secara normal… namun kau menolakku. Aku terpaksa…
menjebakmu begini…”
“Menjebakku?”
tanya Teph, merasa marah.
“Karena
kukira kau menyukai Onew hyung!”
“Apa?”
“Akunmu!
Dubu93! Kau menyukai Onew hyung dan aku tidak rela kalau kau bersama Onew
hyung! Jadi aku dan Key hyung merencanakan ini semua… karena aku mencintaimu
dan tidak rela kau bersama Onew hyung! Sungguh, Teph!”
Teph
mendorong Taemin setelah merasakan dekapan Taemin makin erat. Dipandangnya
wajah Taemin dalam keremangan cahaya lilin. Taemin terlihat serius namun juga
gugup. Ini adalah pertanda seseorang yang takut ditolak.
“Taemin
oppa babo…”
“Apa?”
“Babo!
Memangnya kalau akunku dubu93 aku harus menyukai Onew, begitu? Kalau aku
menyukaimu, memangnya tidak boleh pakai akun itu?”
“Ta…
tapi Teph… dubu93…” gagap Taemin.
“Aku
mencintaimu, babo Taemin! Untuk apa kau menjebakku? Kalau saja kau katakan
sejak awal perasaanmu padaku… aku tidak akan menolak kencan denganmu! Aku hanya
takut aku terlalu banyak berharap kalau berani menerima ajakan kencanmu kalau
kau tidak punya perasaan yang sama denganku! Kau boleh ke kamarku yang di
Jakarta dan Cuma ada postermu disana, babo!”
Mendengar
penjelasan panjang-lebar Teph, perasaan hangat mengaliri tubuh Taemin.
Didekapnya Teph erat-erat lagi.
“Jadi…
mulai sekarang… aku bisa jadi namja chingu-mu?”
“Kau
harus jadi suamiku, sebagai bentuk tanggungjawabmu. Tidak sekarang, tapi aku
bisa menunggu.”
“Oh,
Teph…”
Teph
merasa tubuhnya akan remuk lama-lama dalam dekapan Taemin ini. Dan perlahan
kesadaran menyelami pikiran Teph… mereka naked… saling memeluk dalam keadaan
naked…
“Taemin,
sebaiknya kita pakai pakaian atau bagaimana dulu…” usul Teph.
“Buat
apa? Eh… maksudku… aku baru saja mau mengajakmu…”
“Apa?”
“Kembali
ke ranjang… dan… mencoba lagi…”
“Taemin!!!
Dan katamu Key terlibat dengan semua ini? Dia akan kubantai!”
Taemin
menggendong Teph dan membaringkannya di ranjang. Dengan tatapan matanya yang
membunuh, Taemin mengunci Teph di bawah tubuhnya.
“Kalau
tidak ada idenya yang seperti ini, bagaimana kita bisa mencapai happy ending?”
“Memang
sih, tapi… omo… Taemin, pelan-pelan… masih sakit, tau! Yang tadi itu yang
pertama untukku!”
“Oh,
mianhae, yeobo…”
“Tunggu
sebentar. Darimana aku tau kau benar-benar mencintaiku dan bukan hanya
melakukannya berdasarkan nafsu?” tanya Teph sangsi.
“Aku
memberikan keperjakaanku untukmu. Itu bisa jadi bukti yang cukup kan?”
“Baiklah,
aku percaya… ng… Taemin… ssssss… jangan… menggigit vaginaku… lagi…”
***
omo taemin ??
ReplyDeletega bisa byangin wjh imutnya ..
yesung nyuruh jungchul ngapain tuh ??
pnasaran -_____-
Eh, Yesung knapa? mo nyerahkan May ke Jungchul? :O
ReplyDeleteMay blon bisa ngelupain jungchul yah? ==a
Hanjeerr si Key parah otaknya, menodai kepolosan taemin! xD
Giliran teph akhrnya, xixixixi