Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Tuesday, 3 April 2012

(When Our Dreams Come True) Secretly in Love chapter 6


When Our Dreams Come True
Secretly in Love
Chapter 6

Ternyata waktu berjalan cepat, meski Amelz mengharapkan waktu berjalan lambat. Amelz telah cerita pada kedua sahabatnya dan mereka mau ikut ketemu Lee Hom. Terasa sangat kontras melihat mereka yang bersemangat dan Amelz yang lesu. Amelz belum pernah cerita sama mereka kalo dia udah dua kali ketemu Lee Hom. Amelz datang dua jam lebih cepat dari jam siarannya, dan kedua sahabatnya akan menyusul nanti. Amelz langsung menerima script talk show dari Casey, dan Rysa mengajarkan teknik2 talk show instan pada Amelz. Amelz duduk di ruang tamu, memandangi script talk show dan pertanyaan2nya dengan gugup. Lee Hom terlalu tampan dan gampang membuatnya gugup. Tiba2 dia mendengar langkah2 memasuki studio. Dia mengira itu kedua sahabatnya makanya dia langsung berdiri. Tapi ternyata yang dilihatnya adalah 2 cwo dan 3 cwe. Amelz tertegun, salah satu cwo yang lumayan tampan dan dewasa berdiri di hadapannya.

Cwo: “Studio Imagination FM kan? Kami dari rombongan Wang Lee Hom. Aku Rico Zhang, manager Lee Hom. Studio leadernya ada?”
Amelz: “A… da. Di dalam. Saya… akan mengantarkan ka…kalian.”

Cwo di belakang Rico membuka kacamata hitamnya dan topinya. Wajah tampannya tersenyum manis.

Lee Hom: “Bing Qiao?”
Amelz: “Hah?”
Lee Hom: “Yin Bing Qiao kan?”
Rico: “Loh? Kalian saling kenal?” 0.0
Lee Hom: “Dia kru syuting iklan di gedung 101!”
Amelz: “Sebenarnya namaku bukan Bing Qiao.”
Lee Hom: “Shen me yi shi?”

Dengan suara kecil dan gugup, Amelz cerita waktu itu dia mau bertemu dengan Ri Na dan Jiro, dan dia kebelet ke toilet jadi meminjam ID Card kru yang dikenalnya. Mendengar ceritanya, Rico dan Lee Hom tertawa ngakak.

Rico: “Baru sekali ini aku dengar cerita konyol begini.” XDD
Lee Hom: “Jadi siapa namamu mei?”
Amelz: “Amelz Chen.”
Rico: “Apa Amelz yang jadi hostnya?”
Amelz: “Bareng Rysa jie sih.”
Rico: “Baguslah kalo gitu, soalnya kalian udah kenal.”
Amelz: “Oh ya, aku ajak kalian ke studio leader kami yah.”

Setelah itu suasana jadi rame dan agak kacao. Irene dan Karen udah datang dan membuat keadaan tambah rame. Mereka minta tanda tangan dan foto bareng Lee Hom, sedangkan Amelz Cuma duduk di pojokan ruangan, berusaha mempelajari script. Lee Hom menoleh memandang Amelz dan ingin ngobrol banyak dengannya, tapi gak bisa bergerak karena dia benar2 jadi pusat perhatian saat ini. Akhirnya 10 menit menjelang acara talk show, Lee Hom, Rysa dan Amelz masuk ke ruang siaran, sementara beberapa kru menunggui di ruang operator. Irene dan Karen menunggu di luar, sambil mata mereka gak lepas dari wajah Lee Hom. Rysa lagi sibuk mempersiapkan peralatan, Lee Hom duduk di antara mereka berdua.

Lee Hom: “Amelz…”
Amelz: “Hah?”
Lee Hom: “Gugup yah?”
Amelz: “Ehm…”
Lee Hom: “Anggap ajah aku Jiro yang kau kenal.”
Amelz: *mengangguk*
Lee Hom: “Aku pengen ngobrol denganmu, tapi sepertinya keadaannya gak memungkinkan, yah?”
Amelz: *mengangguk lagi* “Tapi apa yang mau ge ge obrolkan denganku?”
Lee Hom: “Tentang dirimu, tentang diriku.” ^^ “Ahh, aku kasih YM ID-ku ajah yah. Ada komputer di rumah?”
Amelz: “Aku chatting lewat hape.”
Lee Hom: “Nah, cukup kalo gitu. Jangan kasih tau yang lain yah ID ku ini.”
Amelz: *menerima kertas kecil yang disodorkan Lee Hom di bawah meja* “Hao, ge ge…”
Lee Hom: ^^

***

Pertemuan ketiga mereka berdua yang menyenangkan berlanjut ke chatting via YM. Sekarang mereka telah banyak saling mengenal. Tiga bulan telah berlalu dari pertemuan terakhir mereka, dan Lee Hom banyak curhat mengenai pekerjaannya yang terlalu padat dan tentang Rico yang cerewet. Di lain pihak, Calvin telah masuk ke babak final audisi artis yang direkomendasikan Jiro. Minggu depan adalah grand final, dan Amelz kebingungan memilih baju untuk dipakainya pada saat krusial itu. dia akan menemani Calvin, sedangkan Chen Mama lebih suka di rumah mendoakan anaknya. Amelz curhat pada Lee Hom.

alex> audisi artis? Ah, itu kan dari perusahaan rekamanku
melz> beneran ge?
Alex> aku malah mau tampil di acara grand final itu. nyanyi 2 lagu
Melz> hah… aku sih bingung mau cari baju apa. Di rumah gak ada baju yang cocok

Amelz yakin Lee Hom paham soal keadaan rumahnya. Lee Hom udah banyak terbuka dengan Amelz, dia merasa gak masalah membagikan ceritanya juga untuk Lee Hom.

Alex> aah melz, aku temani kau cari baju mau?
Melz> kenapa? Emang ge ge sempat?
Alex> no prob. Hari jumat ini aku ada jadwal kosong dari jam 6-9 malam. Jangan khawatir, ntar aku jemput pake mobil baruku. Akhirnya aku dapat driving license.
Melz> tapi…
Alex> kau gak mau jalan bareng artis beken XD
Melz> justru itu. apa gak bakal ketahuan?
Alex> urusan penyamaran serahkan padaku. Yang penting kau jangan kasih tau siapa2 yah
Melz> iyah ge
Alex> siap2 jam 6 kurang di halte bus dekat apartemenmu itu, aku akan menjemputmu dari sana
Melz> xie xie ge…

Calvin diam2 melihat Amelz yang senyum2 melihat layar hapenya. Mungkin mei2ku udah mulai jatuh cinta, pikir Calvin ngasal.

***

Seperti yang udah dijanjikan, Amelz menunggu Lee Hom di halte bus dekat apartemennya. Baru 5 menit Amelz sampai, ada mobil Ferrari hitam mewah berhenti di depannya. Kaca pintu dibuka dan terlihat Lee Hom duduk di balik setir.

Lee Hom: “Silakan masuk, xiao jie.”

Amelz girang dan masuk ke mobil Lee Hom. Lee Hom tampak biasa ajah, rambut yang biasanya dilapisi gel kali ini dibiarkan jatuh alami. Rambutnya sangat hitam dan lembut, membingkai wajah sempurnanya.

Lee Hom: “Ya? Ada yang salah dengan wajahku?”
Amelz: “Gak… gak, ge.”
Lee Hom: “Gak mirip kan?”
Amelz: “Agak beda.”
Lee Hom: “Bagus.”

Lee Hom memacu Ferrari-nya cepat menuju pusat perbelanjaan terkenal di Taipei. Amelz menggelengkan kepalanya.

Amelz: “Bu yao.”
Lee Hom: “Disini akan ketemu banyak baju yang cocok untukmu, miss tomboy. Kau harus jadi manis.”
Amelz: “Disini mahal barang2nya ge.”
Lee Hom: “Aku yang akan traktir.”
Amelz: “Hah?? Bu ke yi!!”
Lee Hom: “Ke yi. Sebagai tanda terimakasihku karena Amelz bersedia jadi tempat curhatku.”
Amelz: “Ke shi…”
Lee Hom: “Ayo, matahariku, kita belanja.”

Lee Hom gak membiarkan Amelz bicara lebih banyak lagi, dia menggandengnya turun dari mobil dan hunting. Lee Hom punya selera belanja yang bagus, Amelz langsung dibawa ke toko2 mewah, baju2nya membuat Amelz mupeng. Amelz agak lega karena kayaknya gak ada yang kenal Lee Hom. Dengan sekali lihat, Lee Hom langsung bisa memilihkan baju2 yang cocok dengan Amelz dalam berbagai gaya: tomboy, manis atopun casual. Dari rencana mencari satu gaun, akhirnya malah mereka menenteng banyak kantong baju. Amelz merasa bersalah melihat Lee Hom menggesekkan kartu kreditnya seakan kartu itu gak penting untuknya. Jam 9 mereka kembali ke Ferrari dengan jok belakang penuh dengan kantong baju, kaki pegal dan perut kenyang.

Amelz: “Ge… aku berhutang padamu.”
Lee Hom: “Jangan ngomong gitu. Semuanya hadiah untukmu.”
Amelz: “Tapi… aku ingin membalas kebaikan ge ge.”
Lee Hom: “Kalo gitu gampang. Kau mau melakukannya?”
Amelz: “Ya? Apa ge? Aku pasti setuju.”
Lee Hom: Yang pertama, Calvin ge harus menang besok. Aku tau itu tergantung kemampuannya, tapi kau harus menyupportnya supaya menang. Yang kedua, kau harus tetap jadi teman curhatku sampe kapanpun. Dan yang ketiga, apapun yang terjadi, jangan tinggalkan aku. Okey?”
Amelz: “Tentu ajah, ge!! Aku akan memenuhi semuanya!”
Lee Hom: “Janji yah?” *menyodorkan jari kelingking*
Amelz: *nyengir dan mengaitkan jari kelingkingnya* “Da ying ni…”
Lee Hom: “Bagus.”

Tiba2 mata Lee Hom sendu dan wajahnya gak bersinar.

Amelz: “Kenapa ge?”
Lee Hom: “Soalnya demi kesibukanku jadi artis ini, aku nyaris kehilangan semuanya. Ortuku di USA, aku tinggal dengan nai2ku. Teman2ku juga. Sebagian menganggapku sombong karena gak pernah menghabiskan waktu dengan mereka, sebagian berubah menganggapku idola bukan lagi teman. Emang sih masih ada beberapa sahabatku yang masih peduli, tapi aku merasa bersalah karena gak pernah perhatian sama mereka lagi. Kalo dengan teman sesama artis… kebanyakan mereka sibuk sendiri. Juga kalo punya teman artis lawan jenis, aku akan diterpa gosip gak enak. Kadang2 jadi iri sama boyband yang membernya banyak kayak Super Junior.” XD
Amelz: “Tapi… tapi… ge ge perhatian padaku. Aku jadi merasa bersalah.”
Lee Hom: “Lho koq?”
Amelz: “Berarti di waktu luang, aku yang merebut waktu ge ge dari keluarga dan teman2 ge ge. Padahal aku mungkin gak sepenting sahabat2 ge ge itu.”
Lee Hom: “Gak begitu. Bagiku Amelz udah benar2 membantu, dan sangat pantas aku menghabiskan waktuku dengan Amelz.”
Amelz: “Wei shen me?”
Lee Hom: “Ying wei… ru guo ni shi Lee Hom, na wo shi Amelz, ni ye hui zuo yi yang, dui bu dui?”

Amelz terdiam. Ya. Dia tau dia akan menjawab ya. Sekalipun yang artis adalah dia dan yang fans adalah Lee Hom, Amelz jelas akan menghabiskan waktu lebih banyak dengan Lee Hom. Karena Lee Hom… telah menyentuh dasar hatinya yang paling dalam.

Lee Hom: “Irene dan Karen… kapan2 kita jalan sama mereka dan aku bawa dua teman cwoku yah? Aku akan pake mobil Rico ge biar semuanya muat.”
Amelz: “Mereka akan senang.” ^0^
Lee Hom: “Aku akan atur jadwal kosong lagi. Ayo sekarang kita pulang. Besok kita bertemu di acara grand final yah.” XD

***

Amelz memandang siluet dirinya yang memakai gaun. Gaun itu berwarna merah soft dengan tali tipis di bahu, roknya sepanjang lutut dan jatuh mengikuti bentuk tubuh Amelz. Dia agak ragu. Ini terlalu seksi.

Calvin: *mengintip ke kamar* “Itu pantas dipakai mei2ku untuk acara penting ge ge nya.”
Amelz: “Ini terlalu mencolok gak ge??” ><
Calvin: “Itu pantas, mei. Ayo, kita pergi.”

Calvin sendiri telah memakai setelan jas yang dia beli dari hasil keringat sendiri. Karen telah meminjamkan mobil Jaguar-nya beserta sopir setianya untuk mengantar dan menjemput Calvin dan Amelz malam ini. Dia sendiri gak datang karena sedang sibuk belajar dan toh gak bisa masuk ke acara. Yang diperbolehkan masuk hanyalah maksimal 3 orang anggota keluarga peserta yang masuk ke babak grand final. Calvin membantu Amelz turun dari mobil dan berjalan anggun memasuki gedung penyelenggaraan grand final. Gedung itu lumayan rame dan ada para wartawan yang akan meliput jalannya acara. Amelz menggandeng Calvin dan takut berpisah dengannya, soalnya terlalu rame disini dan dia merasa terlalu seksi. Setelah menanyakan pada banyak orang, mereka masuk lift dan naik ke lantai sepuluh. Lagi2 lantai 10 rame dan tampak penuh sesak oleh orang2 yang berpakaian bagus. Tiba2 ada SMS masuk ke hape Nokia Amelz. Amelz melirik hapenya.

Kau di lantai 10 kan? Dari lobi tempat kau masuk maju terus dan belok ke lorong di kanan. Di ujungnya yang agak jauh ada balkon. Aku ada disana.

Rupanya SMS dari Lee Hom. Amelz menarik Calvin supaya lebih merapat. Saking ramainya, Amelz gak yakin suaranya bisa didengar Calvin.

Amelz: “Ge, aku mau ketemu sama Lee Hom ge.”
Calvin: “Emangnya dia dimana?”
Amelz: “Kami janjian di balkon.”
Calvin: “Okey, Amelz pergi ajah. Ge ge siap2 di tempat duduk dulu yah…”
Amelz: “Hao, ge ge.”

Amelz menyelipkan diri ke kerumunan orang untuk maju ke depan dan akhirnya menemukan sebuah lorong di kanan. Lorong itu cukup sempit, mungkin hanya muat untuk dua orang berjalan, dan sepi. Amelz bisa menghirup udara segar begitu masuk ke lorong itu. di sepanjang lorong ada dua ato tiga pintu yang dilewati Amelz di kiri-kanannya. Dan benar, di ujung lorong ada balkon. Amelz agak lelah waktu sampe disana. Dan Lee Hom menoleh. Sosoknya sempurna seperti biasanya. Dia memakai jas putih mewah, dan tampak seperti pangeran abad pertengahan. Amelz jadi kaku gak bergerak.

Lee Hom: “Halo, xiao jie.” *mengibaskan tangannya di depan wajah Amelz*
Amelz: “Hah? Apa?”
Lee Hom: “Jangan bengong loh, mudah kesambet.”
Amelz: ^^
Lee Hom: “Aku kan udah bilang kalo gaun itu terlihat cocok untukmu.”
Amelz: “Xie xie ni o~ ge.” ^^
Lee Hom: “Oh ya… hari minggu. Ayo ajak Karen dan Irene. Kita akan main ke pasar malam. Jadi kita janjian mulai jam 5 sore deh. Gimana?”
Amelz: “Beneran kita mau jalan lagi, ge?”
Lee Hom: “Aku geser kegiatan aku yang hari minggu. Kupikir aku pengen refreshing lebih lama. Rico ge juga merasa aku pantas dapat refreshing. Dan kedua teman cwoku udah setuju.”
Amelz: “Hao ge, aku akan mengajak teman2ku.” ^^

Amelz maju dan memperhatikan pemandangan dari balkon. Langit Taipei sangat bersih malam itu, bulan sabit bersinar misterius, dan ada ribuan bintang balik memandang Amelz sekarang. Di bawahnya, Amelz bisa melihat lahan parkir yang luas dan merasa yakin telah melihat Jaguar silver Karen diparkir di tengah2 kerumunan mobil. Lee Hom menoleh dan memperhatikan sosok Amelz. Amelz tengah mendongak dan sinar keperakan dari bulan jatuh ke wajahnya yang polos dan cantik. Rambut pendek Amelz telah dikuncir kuda dan sedikit di-spiral, memberikan sedikit kesan kedewasaan. Amelz melingkarkan kedua tangannya di tubuhnya, menggigil. Lee Hom maju dan menyampirkan jasnya di tubuh Amelz. Amelz menoleh dan kaget waktu mendapati wajah Lee Hom hanya berjarak kurang dari 30 cm dari wajahnya. Seketika rasa gugup dan perasaan dingin meliputi tubuhnya. Nafas Lee Hom tercium segar seperti mint, dan senyumnya telah melumpuhkan syaraf2 Amelz.

Lee Hom: “Miss tomboy gak tahan udara dingin rupanya.” ^^

Amelz masih gak bisa bergerak. Dia udah terbius. Dan jantungnya yang baru pertama kali berdebar hebat ini membuatnya menyadari sesuatu. Dia jatuh cinta. Ini cinta pertamanya. Seorang artis terkenal. Dan dia dalam kesulitan besar. Lee Hom maju sedikit lagi, dan Amelz merasa keringat dingin muncul di sekitar telapak tangannya. Lee Hom telah meraih tangan kanan Amelz dan menggenggamnya. Dia tersenyum lagi.

Lee Hom: “Kupikir acaranya dimulai dan aku harus duduk di belakang para juri.”
Amelz: “Eh… iyah.”
Lee Hom: “Aku jalan dulu yah, Melz. Daripada kau dapat kesulitan kalo jalan denganku.” XD *berjalan menjauh*
Amelz: “Eh ge… ini…” *menunjuk jas*
Lee Hom: “Untukmu. Tanpa jas pun aku masih terlihat keren kan? Sampai jumpa hari Minggu.” *melambai*

Amelz hanya mampu memandang sosok sempurna itu sekali lagi sebelum menghilang di balik lorong. Sekarang Amelz juga melangkahkan kakinya melewati lorong itu sekali lagi, dan lobi terlihat agak kosong. Amelz mempercepat langkahnya dan memasuki ruangan. Ruangan itu sangat besar dan kursi2nya tampak penuh. Amelz menerima SMS dari Calvin yang memberitau tempat duduknya. Amelz langsung menemukan Calvin yang duduk tegang di deretan para peserta. Kursi di kanannya kosong, dan Amelz langsung mendudukinya.

Amelz: “Bu yao jin zhang.” ^^
Calvin: “Hao…” *menoleh* “Eh, Amelz, itu jas siapa?”
Amelz: “Eh… ini…”
Calvin: “Oh, ge ge tau…” ^^

Senyum Calvin seolah menyatakan bahwa dia tau lebih dari sekadar milik siapa jas itu. calvin sangat dekat hubungannya dengan Amelz, jadi Calvin yakin pasti mei2nya ini sedang jatuh cinta. Amelz berusaha melupakan kejadian tadi dan bayangannya akan hari Minggu dan berkonsentrasi pada acara grand final. Amelz melihat puncak kepala Lee Hom di belakang meja para juri, dan deretan peserta dimulai dari 5 deret terdepan. Amelz dan Calvin yang duduk di barisan terdepan para peserta. Para peserta mulai bernyanyi. Calvin menoleh gugup dan duduk makin tegang. Kini tiba nomor peserta 6. nomor Calvin.

Amelz: “Ge ge… jia you.” ^0^ *menggenggam kedua tangan Calvin*

Calvin gak menjawab, tapi dia mengangguk gugup. Calvin maju perlahan dan sampai di tengah panggung. Sorot lampu mengenai wajahnya, Calvin memejamkan matanya dan menarik nafas dalam2. lalu lampu dipadamkan. Gak beberapa lama kemudian, intro sebuah lagu dimainkan, dan lampu mulai menyorot dengan cahaya yang lebih lembut. Calvin mulai bernyanyi dengan suaranya yang lembut. Sebuah lagu yang dipopulerkan Lee Hom, Forever Love. Tipikal suara Calvin juga lembut, seperti Lee Hom, jadi dia cocok menyanyikannya. Calvin telah membangkitkan bakat bintang yang ada pada dirinya. Dia tampak percaya diri. Tepukan tangan terdengar dimana-mana. Dan begitu selesai menyanyi, beberapa orang dan juri, termasuk Lee Hom melakukan standing ovation. Calvin kembali duduk sambil tersenyum puas.

Amelz: “Ge ge tau? Aku bertaruh ge ge akan juara.”
Calvin: “Kalo mei salah?”
Amelz: “Aku akan mentraktir ge ge es krim seumur hidup.” XD
Calvin: “Cukup berimbang.” XD

Hingga peserta nomor 40 yang terakhir, suasana cukup tenang. Calvin punya beberapa saingan, tapi yang jelas yang melakukan standing ovation gak sebanyak untuk Calvin tadi. Para juri hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk menentukan para pemenang lomba. 6 pemenang dengan skor tertinggi akan memasuki asrama. Ada gosip mereka akan diorbitkan sebagai boyband. Amelz gak setegang Calvin dalam menunggu pengumuman pemenang. Bahkan dia sangat menikmati penampilan hiburan dari Lee Hom. Dan pengumuman pemenang dimulai. Juara keenam… gak ada nama Calvin… juara kelima… juara keempat… semuanya juga bukan Calvin. Juara ketiga… juara kedua… dan… juara pertama…

Juri: “Dan juara pertama dengan total nilai 480, nilai nyaris sempurna dari para juri… dia adalah… ahh, Wang Lee Hom, maukah Anda yang membacakan pemenangnya?”

Kali ini Amelz menggenggam tangan Calvin. Ini kesempatan terakhir untuk mereka. Lee Hom maju ke tengah panggung di samping juri berkumis, dan membuka amplop pemenang. Wajahnya dihiasi senyum yang membuat para wanita menggelepar.

Lee Hom: “Wow, dia juga masih muda. Meskipun aku masih lebih muda sih.”
Juri: “Menurutmu bagaimana penampilannya?”
Lee Hom: “Aku akan memberi dia point 100.”
Juri: “Siapakah dia? Kau mengaguminya, Lee Hom?”
Lee Hom: “Ya. Aku ingin bekerjasama dengannya kalo dia udah diorbitkan. Dia adalah Calvin Chen.”

Semua orang bertepuk tangan, dan Amelz berteriak kencang sambil membenamkan wajahnya di dada Calvin. Calvin linglung, maju ke panggung untuk bergabung dengan pemenang lainnya. Sementara Amelz berderai air mata, Lee Hom malah tersenyum pada Calvin di sampingnya, dan Amelz di tempat duduknya di kejauhan sana.

***

No comments:

Post a Comment