Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Tuesday, 29 May 2012

It's A Love Story chapter 7


It’s A Love Story
Chapter 7

Mugung membuka matanya. Cahaya matahari menyusup masuk lewat jendela bertirai. Mugung menyadari dirinya tidur di ranjang.

“Kapan aku pindah ke ranjang?” tanya Mugung linglung.

Mugung berusaha mengingat apa yang dilakukannya semalam dan bahkan menoleh untuk melihat laptopnya. Laptopnya dalam keadaan shut down. Tiba-tiba Mugung duduk dengan shock.

“Omona, jam berapa ini?”

Mugung nyaris menjerit ketika melihat sekarang sudah hampir jam 7 pagi, nyaris saja dia terlambat bangun dan tidak akan sempat siap-siap untuk misi keempat hari ini.

“Kalau aku sampai lupa memasang alarm berarti… aku semalam ketiduran? Tapi bukannya semalam GO yang tidur di ranjang? Bagaimana aku bisa…”

Pintu kamar membuka, GO yang tampak baru habis mandi tersenyum pada Mugung.

“Aku baru akan membangunkanmu. Sekarang kau sudah boleh mandi. Oh ya, ini kertas misi kita hari ini,” ujar GO, masuk kamar dan menyodorkan kertas pada Mugung.
“GO, kenapa aku bisa tidur di ranjang? Seingatku aku bekerja semalam…”
“Kau ketiduran di meja. Aku memindahkanmu ke ranjang. Tenang, kita tidak tidur bersama. Aku pindah ke lantai setelah memindahkanmu. Sudah kubilang, kau butuh istirahat yang cukup.”

Mugung merasakan perhatian GO lewat suaranya yang lembut.

“Sudah, mandilah. Aku akan menyiapkan sarapan.”

GO keluar kamar dan Mugung membaca kertas misi hari itu.

Love Scandal episode 67-72
Fourth Mission
Pakai apa saja yang menurutmu nyaman. Kita akan syuting di studio hari ini.

Mugung segera bergegas untuk mandi dan mencium bau wangi mengoar dari dapur. GO sibuk disana.

“Wah, GO, wangi sekali. Apa yang sedang kau masak?”
“Oh, aku baru mau tanya padamu. Aku membuat pizza. Kau suka topping apa? Keju? Daging sapi atau ayam? Paprika? Mayonnaise? Sosis? Sayuran? Seafood? Jagung?”

Sambil bertanya, GO menunjuk satu persatu bahan yang ditanyakannya. Mugung tertawa.

“Bagaimana kalau paprika dan sayuran? Lalu ditambah sedikit keju?” usul Mugung, “kita terlalu sering makan daging belakangan ini.”
“Baiklah, tapi paprika-nya sedikit saja ya, aku tidak suka makanan pedas. Baiklah, ini akan selesai ketika kau selesai mandi nanti,” janji GO.
“Gomawo, GO,” ujar Mugung tulus.

Dalam hatinya, Mugung bukannya merasa senang atas segala yang terjadi, tapi dia malah sedih. Semua ini akan berakhir… dan yang dia inginkan saat ini adalah menghentikan waktu dan mencegah GO pergi dari sisinya.

***

Para peserta Love Scandal diantar ke studio MBC hari ini. Haru dan Mugung tampak bingung ketika melihat tampilan panggung. Sementara itu, banyak penonton memenuhi area penonton.

“Kenapa ada daerah yang tampak seperti dapur? Dan kenapa ada playstation?” tanya Haru.
“Ah, kalau ada lomba main game, aku akan kalah darimu,” ujar Mugung.
“Kau tidak buruk koq untuk main game. Tapi… Kyuhyun lebih hebat urusan game, kan?”
“Kau bisa mengimbanginya, kurasa.”

Pandangan GO jatuh ke barisan terdepan penonton yang rupanya dipenuhi para artis. Heo Youngsaeng dan Park Jungmin datang mendukung Hyunjoong; AJ, Kevin dan Dongho menonton Soohyun; Jonghyun dan Onew datang untuk Taemin; Leeteuk, Kangin, Shindong, Sungmin semuanya menonton Kyuhyun; dan GO bahagia ketika melihat Seungho dan Mir menontonnya. GO langsung berlari menghampiri mereka.

“Bagaimana kalian bisa ada disini?” tanya GO.
“Pihak Love Scandal mengundang dua orang dari grup kita untuk hari ini jadi kamilah yang menontonmu,” jawab Seungho.
“Lain kali giliran Changsun hyung dan Sanghyun hyung,” lapor Mir.
“Gomawo. Doakan aku ya,” pinta GO.
“Yang mana sih Mugung itu?” tanya Seungho.
“Yang pakai kaos ungu.”

Seungho dan Mir memperhatikan Mugung yang sedang bicara dengan Haru.

“Aih, imutnya. Badannya begitu kecil. Dan lagi… Mugung noona kelihatan seksi, hahaha…” tawa Mir.
Seungho menjitak kepala Mir, “jangan bicara sembarangan. Byunghee, itu para kru memanggilmu. Kembalilah ke panggung.”

GO kembali bergabung dengan para peserta. Syutingpun dimulai.

“Kembali lagi di Love Scandal, misi keempat. Nah, Kangin-sshi akan menjelaskan detail misi ini,” ucap Kwanghee.
“Seperti yang terlihat di panggung, hari ini panggung terbagi menjadi dua: sisi belakang untuk dapur dan sisi depan untuk areal game. Jadi hari ini para pasangan harus memisahkan diri, seorang harus mengikuti lomba masak dan yang lainnya mengikuti lomba bermain playstation,” jelas Kangin.
“Kau bisa main game, Mugung?” tanya GO khawatir.
“Tenang, GO. Main playstation adalah keahlianku,” jawab Mugung.
“Kalian sudah memutuskan? Nah, silakan untuk yang ikut lomba memasak, berdiri bersamaku dan yang ikut lomba playstation, berdiri bersama Kwanghee-sshi,” pinta Kangin.

Eunhwa, Raekyo, Taemin, GO dan Jira berkumpul di dekat Kangin sedangkan Hyunjoong, Soohyun, Haru, Mugung dan Kyuhyun di dekat Kwanghee.

“Pemenang misi ini akan ditentukan dengan jumlah point dari kedua pasangan,” ujar Kwanghee.
“Untuk lomba memasak, kami menyediakan waktu 2 jam bagi peserta untuk mengolah bahan makanan menjadi minimal empat masakan. Jika bisa membuatnya lebih banyak maka lebih baik.”
“Sedangkan lomba main playstation akan terbagi jadi lima game. Yang pertama adalah balap F-1, blackjack board game, duel street fighter, football Winning Eleven dan perang strategi Romance of The Three Kingdom.”
“Silakan, yang memasak ikut aku ke dapur.”

Kangin membawa peserta lomba memasak mendekati dapur dan meneliti bahan makanan, sedangkan Kwanghee membawa peserta lomba playstation duduk lesehan di depan TV, menyamping dari sudut pandang penonton. Di backdrop panggung, dua TV layar lebar disiapkan, satu menampilkan areal memasak satu lagi menampilkan game yang dimainkan.

“Untuk lima jenis game, kita akan memainkan mulai dari balap dulu. Haru akan menjadi peserta pertama balap mobil; Hyunjoong peserta pertama blackjack; Kyuhyun peserta pertama duel; Mugung peserta pertama Winning Eleven dan Soohyun untuk Romance of The Three Kingdom,” jelas Kwanghee, “jadi, peserta pertama berhak berperan sebagai juara bertahan dan memilih lawan mainnya. Misalnya, lomba balap, Haru peserta pertama. Haru berhak memilih lawannya, misalnya Soohyun. Jika Haru menang, Haru bisa terus memilih lawannya. Namun, jika Haru kalah, Soohyun-lah yang berhak memilih lawannya. Sekali kalah, hanya bisa balas dendam di game berikutnya. Paham?”
“Ne,” jawab para peserta kompak.
“Nah, Haru, dengan siapa kau akan bermain pertama kali?” tanya Kwanghee.

Haru meneliti wajah lawannya satu persatu.

“Soohyun-sshi,” jawab Haru.
“Baiklah, lomba kita mulai!” teriak Kwanghee.

Para penonton kadang bersorak, kadang diam karena tegang menyaksikan layar. Perhatian Mugung juga terpecah antara memperhatikan game dan berusaha mengintip apa yang GO lakukan. Wajah GO terlihat tenang ketika memotong sayur-sayuran. Aku harus berusaha, tekad Mugung. Dalam permainan balap mobil, Hyunjoong, Kyuhyun dan Mugung menang; untuk Blackjack, Haru, Mugung dan Kyuhyun; duel dimenangkan Kyuhyun, Haru dan Hyunjoong; Winning Eleven dimenangkan Mugung, Soohyun dan Kyuhyun; dan duel strategi akhirnya dimenangkan Haru, Mugung dan Hyunjoong. Ketika bel berbunyi, semua peserta terlonjak dan baru sadar bahwa mereka sekarang sebenarnya sedang disyuting.

“Ayo, semua peserta bergabung di tengah,” pinta Kwanghee.

Mugung merapatkan dirinya pada GO.

“Berapa masakan yang kau buat?” tanya Mugung.
“Enam,” jawab GO sambil tersenyum bangga, “dan bagaimana, apa kau menang?”
“Aku hanya kalah di duel dan yang lainnya aku menang semua, meski tidak selalu jadi juara satu.”
“Gwaenchana. Kau pasti sudah berusaha keras.”

GO mengacak-acak rambut Mugung dan Mugung tertawa ringan.

“Aku sudah membawa hasil dari lomba masak yang berakhir setengah jam yang lalu dari para juri. Tiap masakan dinilai mulai dari nilai 1-25. Shin Eunhwa menghasilkan empat masakan dan mendapat total nilai 91, nyaris sempurna,” ujar Kangin.

Di layar belakang di bawah nama Hyunjoong-Eunhwa, tertulis point 91 besar.

“Dan dari game, setiap pemenang pertama mendapat 25 point, kedua mendapat 15 point dan ketiga mendapat 10 point saja. Jumlah point yang dikumpulkan Hyunjoong adalah… 45 point,” kata Kwanghee.
“Jumlah point 136 untuk Hyunjoong dan Eunhwa!”

Para penonton bertepuk tangan.

“Pasangan kedua. Choi Raekyo menghasilkan 5 masakan dan nilai yang diberikan juri adalah 53 point.”
“Soohyun mendapat 15 point dan total point keduanya adalah… 68 point!”

Nama Soohyun-Raekyo diletakkan di bawah nama Hyunjoong-Eunhwa di TV layar lebar belakang.

“Berikutnya untuk Taemin-Haru. Taemin mendapatkan… 64 point dari 4 masakan!” lapor Kangin, “bagaimana dengan Haru, Kwanghee-sshi?”
“Haru sudah berusaha dengan sangat baik. Dia menghasilkan 65 point,” jawab Kwanghee, “berapa jadi hasilnya?”
“129 point untuk pasangan ketiga! Mereka menempel ketat pasangan pertama!” seru Kangin.
“Lalu untuk pasangan keempat yang setelah tiga misi menjadi juara sementara kita. GO memasak 6 menu masakan dan mendapat nilai 92!”
“Aish, aku berharap bisa dapat lebih dari 100,” gerutu GO.
“Gwaenchana, GO,” hibur Mugung.
“Sedangkan Mugung, dari permainan playstation menghasilkan 65 point, sama seperti Haru tadi! Jumlah point pasangan keempat adalah… 157 point! Daebak!” jerit Kwanghee.

Tiba-tiba, nama GO-Mugung langsung muncul di urutan teratas, menggeser nama Hyunjoong-Eunhwa. Para penonton bersorak heboh, bahkan Mir sudah melonjak-lonjak di kursinya, menyerang lengan Seungho dengan tinjunya. GO memeluk Mugung erat.

“Mugung, kau hebat. Sungguh,” puji GO.

Sebelum Mugung sempat membalas pelukan GO, GO sudah melepaskan pelukannya. Mugung hanya tersenyum tipis.

“Pasangan terakhir… Jira menghasilkan 6 masakan dan point yang dikumpulkan adalah 93 point!” baca Kangin dari kertasnya.
“Kyuhyun, sementara itu, mengumpulkan 60 point! Kelihatannya Kyuhyun kali ini bertemu Haru dan Mugung sebagai lawan yang tangguh,” canda Kwanghee.
“Pasangan terakhir mengumpulkan 153 point! Menempel pasangan keempat dengan ketat!”
“Nah… jadi untuk pemenang misi keempat hari ini… GO-Mugung, pemenang pertama, mendapat tambahan 100 point! Kyuhyun-Jira memperoleh 50 point! Hyunjoong-Eunhwa 25 point dan Taemin-Haru 10 point!”

Point-point yang dibacakan langsung ditambah di layar belakang, lalu muncullah daftar pemenang sementara Love Scandal.

“Daebak! GO-Mugung melesat cukup jauh dengan 325 point! Sedangkan selisih point Kyuhyun-Jira dan Hyunjoong-Eunhwa sangat dekat!” seru Kangin.
“Namun GO-Mugung masih bisa dikejar tentunya dalam sisa 3 misi yang tersisa! Setiap peserta harus tetap bersemangat!”
“Kita akan berjumpa kembali di misi kelima! Sampai jumpa!” pamit Kangin sambil melambai ke kamera.
“Mugung, kau memang hebat,” puji Haru, menyenggol Mugung.

Mugung nyengir lebar.

“Mugung ah, aku membawa sahabatku untuk dikenalkan padamu,” ujar GO.

Mugung melihat GO sudah membawa Seungho dan Mir. Mugung memasang senyum terbaiknya.

“Ini Yang Seungho, leader kami, sedangkan yang ini Bang Chulyong, tapi pasti kau lebih mengenalnya dengan Mir, maknae kami,” kata GO sambil menunjuk kedua sahabatnya.
“Anyeong, aku Lee Mugung,” ujar Mugung, menyalami Seungho dan Mir, badannya sedikit membungkuk.
“Mugung noona hebat sekali. Bagaimana kalau kita kapan-kapan bermain game di dorm kami?” tawar Mir.
“Tentu saja. Kalau bisa, aku ingin mengenal kalian lebih baik.”
“Tentu bisa, Mugung-sshi,” yakin Seungho.
“Oh ya, Mugung, aku akan langsung pergi dengan mereka. Mianhae, makan malam kali ini aku tidak bisa siapkan untukmu,” sesal GO.
“Gwaenchana, GO. Aku akan mengganggu Taemin-sshi dan Haru, menodong makan malam mereka,” kata Mugung.

Ketiga namja itu tertawa.

“Sampai ketemu nanti malam.”
“Sampai ketemu lagi, noona!” lambai Mir.

Mugung tersenyum dan tiba-tiba di pikirannya terbersit satu hal… kalau dia dan GO bisa memenangkan Love Scandal, dia akan punya tambahan tiga hari dua malam untuk menikmati liburan sebagai hadiah pemenangnya. Meski hanya singkat, bagi Mugung itu salah satu kesempatan untuk memperpanjang mimpinya… walaupun setelah itu, dia harus tetap bangun dan menghadapi kenyataan.

***

Monday, 28 May 2012

A Letter for Kim Jongwoon 4

A Letter for Kim Jongwoon (4)

Dear Jongwoon oppa,

Wish you’re here
Wish you congratulate me on my birthday
Wish we’re creating memories again
Wish to not miss you so bad today
But I do… I do miss you…
I know I can’t wish to have you here by my side…
But I know I can wish of something else…
I wish you could wait for me…
Just waiting for me, there, in Korea…
I’m trying hard to be there in upcoming 3 years
Please let me ensure, are you really my destiny?
Keep shining, keep happy, keep healthy, keep do your best…
Oppa, I’m starting this year by writing a letter to you
If I can’t manage to be by your side next year
Let me write again next year
With more love, with smile on my face, not tears :’)

Sincerely,

Your Cloud

Their Birthday Wishes chapter 2


Their Birthday Wishes
Chapter 2

Beberapa saat yang lalu di rumah shu-shu nya Thia… Para cewek sedang berkumpul di satu kamar yang diplot sebagai kamar Maila, Stella, May dan Amelz. Kehadiran sepuluh cewek sekaligus membuat kamar jadi bising sekali. Tak ada yang sadar cuaca di luar dalam keadaan buruk, sebelum Maila menoleh ke jendela.

“Aih… aih… kenapa cuaca di luar?” celetuk Maila.

Semuanya jadi ikutan menoleh ke jendela.

“Ah… kayaknya mau badai!” seru Thia, “tapi gak ada beritanya koq di TV…”
“Trus yang itu apa? Pertanda badai?” Tanya Clara, menunjuk ke spot cahaya putih.
“Hah? Kurasa itu gak ada hubungannya dengan badai deh,” jawab May, mencoba mengingat tanda-tanda badai yang pernah dipelajarinya selama sekolah dan kuliah.
“Setau aku juga gak ada sih,” kata Finda, mengambil remote TV dan duduk di ranjang, “coba nonton TV… aduh!!!”
“Kenapa, Nda?” Tanya Lissa keheranan melihat Finda mengelus pantatnya begitu duduk di ranjang.
“Ini apaan ya?”

Maila beralih dari jendela ke Finda dan mengambil sesuatu di tangan temannya itu. Sesuatu itu berwarna hitam, lebih mirip batu kali, berdiameter kurang lebih 3 cm. tapi permukaan benda itu sangat licin.

“Thia, kenapa ada batu disini?”
“Yah, mana kutau,” jawab Thia.

”May… May…”

May menoleh ketakutan. Setau dia tidak ada cowok di kamar ini, tetapi dia yakin barusan dia mendengar suara cowok. May melihat kesana-kemari di setiap sudut kamar.

“Kenapa, jie?” Tanya Clara.
“Tadi… barusan aku mendengar suara cowok memanggil namaku,” jawab May.

Clara yang wajahnya langsung pucat ikutan menoleh kesana-kemari.

”May… aku disini… di tangan Maila.”

May langsung menemukan batu kali di tangan Maila. May langsung menyambarnya.

“Kenapa, May?” Tanya Finda yang makin keheranan melihat tingkah laku May.
“Batu ini bicara padaku,” jawab May singkat.
“Apa?”
“Sttt… diam… barusan dia bicara. Katanya… katanya… dia minta tolong padaku untuk membawanya ke spot cahaya itu,” jelas May.
“Jangan bercanda, May,” hardik Lissa, “itu batu. Dan batu gak bisa bicara.”
“Bisa! Mungkin kalian gak bisa mendengarnya, tapi aku bisa!”

Semuanya berpandangan keheranan, jelas mereka menganggap May sinting.

”May… cepat bawa aku kesana… aku lemah sekali… aku bisa menghentikan cuaca buruk ini kalau kamu membawaku kesana dan memasukkan aku ke celah yang ada…”
“Dia bilang dia bisa mengehentikan cuaca buruk ini.”
“May jie…” rengek Stella.
“Gak buruk, kan? Kita bisa coba. Gak merugikan apa-apa, kan? Dan… dan katanya, kita harus sampai disana duluan sebelum ada yang datang!”
“Anggaplah begitu…” Amelz ambil bagian dalam diskusi, “bagaimana caranya supaya kita bisa sampai ke spot itu?”
“Aku bisa mendengarnya dan dia akan memandu kita.”
“Bagaimana ke tempat itu? Jalan kaki?” Tanya Maila masuk akal.
“Thia, pinjam mobil shu-shu mu. Nda, kamu bisa nyetir, kan? Ayo, kita kesana…”
“Tapi…” ragu Thia.
“Please…”

Semuanya berpandangan putus asa. Akhirnya Thia mengangguk pasrah dan turun meminjam kunci mobil shu-shu-nya dengan Finda yang jadi tameng. Syukurlah shu-shu-nya Thia sangat baik dan mereka dipinjamkan mobil keluarga. Finda duduk di kursi supir; May di sebelahnya; Clara, Fennie, Julie dan Lissa duduk di jok tengah sedangkan sisanya; Maila, Stella, Thia dan Amelz sempit-sempitan di jok belakang.

“Dengar, aku gak tau banget soal jalanan di Taipei,” kata Finda, “aku baru dua kali ke Taipei dan selama ini Cuma naek bus umum.”
“Hati-hati, kamu membawa tunas-tunas bangsa,” wanti Thia.
“Aku tau!!! Jangan buat aku gugup…”

Finda serasa gila mendapat instruksi dari May: “Belok kanan… Sampai lampu merah itu tetap lurus…” Kadang mereka harus berhenti sejenak di pinggir jalan karena menunggu instruksi May yang kadang kelamaan. Setelah terdengar banyak teriakan (“Aaaargh, Nda! Ada kuciiiiing!” teriak Clara saat mereka nyaris menabrak kucing malang… atau… “Kiri… ah, salah… belok kanan,” pinta May) dan perdebatan (“Aku gak mau menyetir gila begini lagi,” proses Finda… atau… “Aku takut mengikuti perintah gila dari batu gila!” protes Lissa… dan… “Tapi Lis, gak mungkin kita pisah-pisah kelompok kan,” ucap Stella) akhirnya mereka sampai di tepi hutan. Spot cahaya itu tampaknya berada di dalam hutan.

“Mobilnya Cuma bisa sampai sini,” kata Finda, memarkir mobil dengan hati-hati tepat di tepian pepohonan hutan.

Mereka keluar satu persatu dari mobil. May bergidik memandang pepohonan gelap di depan sana.

Tapi aku sudah janji akan menolong batu ini. Gak mungkin kan aku membiarkan orang yang minta tolong sama aku?

“May… kita masuk sekarang?” Tanya Amelz, agak takut.

May mengangguk pasti. Mereka merapat masuk ke kegelapan, dengan cerdiknya mengeluarkan handphone untuk dipakai sebagai senter. Fennie dan Maila mengapit May, tangan mereka berdua sedingin es…

***

“Ini gila,” keluh Da Dong, tersandung akar pohon untuk yang kelima kalinya.
“Dui bu qi, tapi menurutku ini jalan yang tercepat menuju spot itu,” kata Fabian, tampak lincah menyusup di tengah semak-semak berduri.
“Tapi… Fab, kamu belum menjelaskan sepenuhnya apa yang terjadi. Apa hubungan May dengan semua ini?”

Ya Lun yang berjalan sedikit di belakang Da Dong, ikut mendengarkan dengan seksama. Fabian memperlambat langkahnya.

“May… dia membawa si iblis itu.”

Fabian menoleh dan melihat wajah dua cowok di belakangnya berkerut.

“Sebenarnya… Pangeran Iblis memilih malam ini untuk masuk ke dunia dan memakan semua jiwa manusia. May berada di tempat yang salah pada waktu yang tepat: hari ini. Media yang dipakai si iblis untuk masuk ke dunia ini adalah Cermin Bayangan,” jelas Fabian, “sebelum ini Pangeran Iblis sudah mencoba beberapa kali masuk ke dunia kita, yaitu pada malam Natal dan Valentine, tapi kebetulan, May-lah yang menggagalkannya.”
“Tunggu,” otak Ya Lun berputar cepat di kepalanya, “jadi maksudmu May ada di Taipei? Dan apa itu Cermin Bayangan?”
“Yap, May ada di Taipei sejak tadi pagi. Kebetulan hati May sangat lembut sekaligus sensitif. Dia terbiasa berhubungan dengan dunia lain, dia punya kemampuan khusus untuk itu. Makanya Pangeran Iblis memanfaatkan itu. Dia pasti mengambil wujud sesuatu dan minta tolong May membawanya kesana. Cermin Bayangan itu akan kita temui di tengah hutan. Itu adalah Cermin besar yang merupakan pintu masuk antara dunia iblis dan dunia manusia. Kalau si iblis sampai ke Cermin itu duluan…”
“Iblis-iblis akan masuk ke dunia kita?” tebak Da Dong ketakutan.
“Yap, benar.”
“Dan apa hubungan kami berdua dengan mencegah Pangeran Iblis dating ke Cermin Bayangan?” Tanya Ya Lun masuk akal.
“Karena kalian berdua termasuk dalam Element Knight yang akan menghancurkan para iblis jika mereka benar berhasil masuk ke dunia kita. Mari aku jelaskan lagi. Element Knight terdiri dari 29 ksatria yang dilindungi enam elemen,” jelas Fabian, menyingkirkan dahan-dahan pohon, “masing-masing elemen memiliki dua pemimpin. Menurutku, Ya Lun, kamu adalah salah satu pemimpin elemen. Kalian harus kesana untuk memperoleh Element Stone pertama, baru kalian cari Knight yang lainnya. Itu kalau para iblis benar-benar berhasil masuk ke dunia.”
“Penjelasanmu kurang detail,” protes Da Dong.
“Kalau Ya Lun menyentuh Cermin Bayangan duluan, Cermin itu akan hilang jadi debu, tapi kalau Pangeran Iblis tiba duluan, habislah kita. Nah… kurasa Thunder Prince juga dalam perjalanan ke Cermin Bayangan. Ayolah kita lebih cepat, rombongan May lebih cepat sepuluh menit dari kita, aku takut kita tak sempat.”

***

Di depan sana…

May menyibakkan semak-semak terakhir. Mereka semua terpana dengan Cermin besar yang mereka lihat di depan mereka. Cermin itu setinggi dua meter, bingkainya kayu berukir, tampak antik sekaligus misterius.

“Cermin Bayangan,” celetuk May sebelum Fennie bertanya.

Namun semuanya menoleh ketakutan ketika dari arah berlawanan, terdengar gesekan semak dan ada yang muncul: Fabian, Da Dong dan Ya Lun.

“Da Dong!!!” teriak Fennie memecah kesunyian.
“Ya Lun!!!” teriak Maila gak kalah heboh.
“Hah? May?” Tanya Da Dong kebingungan.

Fabian melihat batu hitam di tangan May dan seketika paham.

“Ya Lun, sekarang…” kata Fabian.

Dan kedua rombongan mengalami shock kembali ketika dari sisi yang lain, Yi Ru muncul bersama Chun.

“Chun!!! Yi Ru!!!” teriak Thia dan Clara bersamaan.
“Kenapa kalian ada disini?” Tanya Ya Lun dan Yi Ru bersamaan.
“Kami bertemu dengan Fabian dan diberi petunjuk kesini,” jawab Da Dong.
“Kami… kami penasaran dengan spot cahaya ini… dan aku menerima pesan dari Fabian untuk kesini juga,” jelas Chun.
“Baiklah. Akulah Fabian dan gak perlu penjelasan yang lain. Aku senang Fire dan Thunder Prince ada disini. Ya Lun, Chun, cepat sentuh Cermin Bayangan itu,” perintah Fabian gak sabaran.

May… cepat… aku harus sampai duluan kesana. Mereka malah akan membuat badai besar di seluruh dunia

“Chun, Ya Lun, jangan… kalian akan menyebabkan badai di seluruh dunia,” keluh May.

Chun dan Ya Lun berhenti di tengah langkah mereka menuju Cermin Bayangan.

“Kalian berdua jangan dengarkan May! Dia mendapat perintah dari Pangeran Iblis di tangannya itu!”
“Dui bu qi May,” kata Ya Lun, maju dengan mantap menuju Cermin Bayangan.
“Tidaaaaaaaaaak!” teriak May, menyambar ke Cermin Bayangan juga.

Dalam beberapa detik yang menentukan itu, Fabian melihat dengan jelas: Chun dan Ya Lun menyentuh Cermin Bayangan tepat pada saat May memasukkan batu hitam ke celah Cermin. Muncul cahaya menyilaukan yang membuat mereka semua memejamkan mata dan terjatuh ke tanah.

“Tidak…” keluh Fabian lemah.

Terdengar teriakan yang memekakkan telinga ketika mereka melihat dengan jelas: kelebatan-kelebatan bersayap keluar dari dalam Cermin. Berbagai warna, berbagai ukuran, berbagai teriakan.

“Kita gagal…”

Namun beberapa saat kemudian, 15 batu keluar dari Cermin, jatuh berserakan. Fabian memunguti batu-batu itu dan matanya bersinar cerah. Dua batu berwarna hijau, tiga batu berwarna biru, dua batu berwarna merah, dua batu berwarna coklat, tiga batu berwarna ungu, tiga batu berwarna putih.

“Bagus, 15 dari 29 Knight rupanya ada disini. Dengar kalian semua! Tugas kitalah untuk membunuh iblis-iblis tadi dan mengembalikannya ke dunia mereka! Sebelum mereka semua menghisap jiwa manusia di bumi ini!”

Semuanya berpandangan heran. Fabian melempar ke-15 batu ke udara, dan pada saat itu batu-batu melesat ke pemiliknya yang sesungguhnya. Finda dan Ya Lun dapat batu merah. Mereka seketika bangkit dan penampilan mereka berubah: Finda dilengkapi pelindung besi di bahu, pakaiannya berwarna merah, lengkap dengan rok mini, dan memakai boot besi juga, mirip sekali dengan ksatria yang dilihat di film kartun, batu merah itu berubah menjadi Magic Stick di tangannya; sedangkan Ya Lun lebih maskulin: memakai helm besi dan baju besi, batu merah ada di tengah helmnya dan juga berubah menjadi pedang.

“Wow, mereka keren…” celetuk Lissa, “aku mau juga dung…”

Keinginan Lissa terwujud. Setelah itu, Lissa dan Fennie bangkit. Penampilan mereka tidak jauh berbeda dari Finda, hanya saja kostum mereka berwarna coklat, Lissa mendapat senjata rantai panjang dan Fennie mendapat tombak.

“Satu Fire Knight, beserta Fire Prince, dan dua Earth Knight. Ayo… kita tunggu yang lain.”

Saat berikutnya Stella, Thia dan Fabian yang berubah: penampilan Stella dan Fabian persis dengan yang lain dengan kostum putih, (Fabian tidak dilengkapi helm karena dia bukan Prince) dengan Stella mendapat senjata kipas besar dan Fabian mendapat panah, sedangkan Thia yang agak berbeda, karena Thia baru satu-satunya ksatria cewek yang memakai helm. Seperti Ya Lun, batu putih ada di helmnya sekaligus menjadi Magic Stick. Saat berikutnya Amelz, Maila dan Chun bangkit. Maila memakai kostum ungu dan mendapat pedang, sedangkan Amelz berpenampilan mirip Thia, dan bersenjatakan pedang; Chun berpenampilan mirip Ya Lun dengan senjata kipas besar. Belum selesai sampai disana, Julie, Yi Ru dan Clara kebagian peran berikutnya. Penampilan mereka umum dengan kostum biru, Julie memegang pedang, Yi Ru dengan kipas besar dan Clara dengan pita panjang yang tampak tajam.

“Mari aku lihat… satu Light Princess, dua Light Knight; Thunder Prince dan Princess sudah berkumpul, plus satu Thunder Knight, dan ada tiga Water Knight disini.”

May menyadari bahwa hanya dia dan Da Dong yang belum berubah, tapi mereka memegang batu berwarna hijau. Keduanya bangkit pada saat yang bersamaan. Penampilan Da Dong mirip Yi Ru dan Fabian, dan mendapat senjata tombak; sedangkan May menyadari perubahannya mirip Amelz dan Thia, dan May mendapat senjata pedang.

“Baiklah. Sekarang aku akan menjelaskan secara ringkas. Tugas kita adalah membunuh iblis-iblis dalam banyak wujud itu dengan senjata kita. Berpencarlah dalam beberapa kelompok supaya kerjaan kita cepat beres. Kalau mereka sudah menghisap jiwa manusia, kalian akan melihat tanduk mereka bertambah, jangan bunuh iblisnya dulu tapi potong tanduk-tanduknya dulu supaya jiwa manusia yang terkurung bisa bebas,” jelas Fabian, “berikutnya incar ekor mereka, itu akan melemahkan mereka dan baru musnahkan. Mungkin dalam perjalanan ini kita akan menemukan sisa 14 Knight lainnya. Ayo, kita berangkat.”
“Tapi…” keluh May.
“Kenapa, Wind Princess?”
“Semua ini salahku, kan? Andai saja aku gak mengikuti perintah Pangeran Iblis… aku… aku gak tau kalau dia jahat, aku Cuma…”
“Princess, itu bukan salahmu. Kamu tak tau dia jahat, itu karena hatimu terlalu lembut. Dan memang Cuma kamu yang bisa dimanfaatkannya karena kemampuanmu berhubungan dengan dunia lain.”
“Tapi, akulah yang membawanya ke Cermin Bayangan…”
“May, Fabian benar… itu bukan salahmu dan gak ada gunanya menyesali yang sudah terjadi kan,” hibur Fennie, menepuk bahu May.
“Lagipula, kita semua toh yang akan jadi penumpasnya, jadi kita semua akan menebus kesalahan ini,” kata Lissa, “bersama-sama, ayo kita selamatkan dunia ini!”

May merasakan kehangatan mengalir di dirinya. Da Dong pun tersenyum untuk menyemangati May. May ikut tersenyum.

“Nah… itu baru benar. Daripada kita berdebat dan menghabiskan waktu disini, bukankah lebih baik kita kejar iblis-iblis itu?” usul Thia, sesuai dengan kedewasaannya sebagai Light Princess.
“Thia benar. Sesuai kata Fabian tadi, sebaiknya kita berpencar. Kita 15 orang… bagaimana kalau kita bagi jadi empat kelompok? Boleh aku yang bagi? Da Dong, kamu, kamu dan kamu,” Ya Lun menunjuk Amelz, Finda dan Julie, “kelompok pertama. Kamu, kamu (yang dimaksud Stella dan Thia), aku dan Yi Ru di kelompok dua. Kamu, kamu, (yang dimaksud Fennie dan Lissa), Chun dan May di kelompok tiga. Kalian dua cewek (Clara dan Maila) akan ditemani Fabian. Bagaimana, Fab? Cukup adil?”

Fabian melihat bahwa semua cewek ditemani cowok dalam kelompok mereka dan mengangguk setuju.

“Yuk kita pisah ke empat penjuru,” ajak Da Dong yang sebenarnya agak kecewa karena tidak sekelompok dengan May.

Dan empat kelompok itu berpisah, memulai petualangan mereka…

***