Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 25 May 2012

Their Birthday Wishes chapter 1


Their Birthday Wishes
Chapter 1

Happy birthday to you
Zhu ni sheng ri kuai le
Happy birthday to you
Xi wang yong yuan kuai le

Happy Birthday by 4 Seasons

***

Lima bulan sudah sejak kedatangan May yang terakhir kali ke Jakarta. Seperti yang terakhir kali May ingat, jalanan kota Jakarta sangat macet, dan sekarang lebih macet lagi.

“May… May…”
“May, liat… itu Julie dan Amelz,” Annie menyenggol lengan May, “Julie! Amelz!”
“Hai… semuanya lengkap? Dalam keadaan yang baik?” Tanya Amelz setelah lebih dekat dengan rombongan yang baru keluar dari lingkungan airport.

May menoleh ke sampingnya: Jeje, Rin dan Annie ada; berarti rombongannya masih lengkap dengan jumlah koper yang masih sama banyaknya. Keenam cewek ini tersenyum senang. Maklum, beberapa dari mereka baru saja menang kuis untuk ke Negara nun jauh di sana bertemu dengan idola mereka. Annie, Rin dan Jeje memenangkan kuis untuk ke Seoul dan bertemu dengan Lee Jun Ki. Beda lagi dengan May, Julie, Amelz, Maila, Clara, Fennie, Finda, Lisa, Stella dan Thia yang menang kuis untuk ketemu dengan Fahrenheit di Taipei.

Akhirnya… aku akan ketemu Da Dong lagi! Mudah-mudahan kali ini perjalananku tidak dihalangi sesuatu yang aneh-aneh lagi!

“Eh, kalian berangkat ke Seoul-nya kapan?” Tanya Amelz sambil bantu mengangkat tas sandang May.
“Lusa jam 12 siang. Kalian besok kan? Berarti kalian duluan,” jawab Jeje.
“Iyah, kami duluan. Tapi kalian gak apa-apa koq klo tetap nginep di rumah aku sampe kalian berangkat besok,” kata Julie, “di rumah Cuma ada jie-jie-ku dan dia gak keberatan kalian semua nginep.”
“OK deh Jul,” sahut Annie.
“By the way, koq Cuma kalian yang jemput kami?” Tanya May.
“Finda, Lisa dan Thia udah ke Taipei dari kemarin. Mereka lagi mengusahakan supaya kita dapet tempat nginep gratis,” jawab Julie, “dan Thia udah berhasil menyisihkan tempat di rumah shu-shu-nya yang cukup buat kita semua!”
“Aaah… syukurlah… jadi kita bisa menghemat pengeluaran…”

***

Inilah dia kota Taipei. May belum pernah kesini sebelumya. Fennie yang belum pernah ke Taipei juga sama kagumnya seperti May terhadap ibukota Taiwan ini. May merasa sedikit capek karena selama dua hari harus naik pesawat.

“Ayo, yang lainnya menunggu kita dengan taksi di luar,” ajak Stella pada yang lainnya.

Karena terlalu capek dan banyak bawaan, May jadi berjalan sangat lambat.

“Hei… tungguin,” pinta May.

Beberapa orang menoleh mendengar May mengucapkan bahasa asing. Terseok-seok dengan bawaannya, May tidak melihat jalanan di depannya dan akhirnya… menabrak seseorang dengan telak!

“Aduh!!!” keluh keduanya.

May jatuh: sekantong pernak-pernik Fahrenheit yang dipegangnya berhamburan keluar. Dengan panik May berlari kesana-kemari untuk mengambil barang-barangnya, tanpa mempedulikan siapa yang ditabraknya tadi.

“Ini,” ucap seorang cowok dalam bahasa Mandarin, menyerahkan salah satu poster Fahrenheit yang tercecer.

May mendongak untuk melihat siapa yang menolongnya. Cowok yang tampan; matanya besar berwarna biru laut, alisnya tebal, hidungnya mancung, kulitnya putih, tubuhnya kekar dan tinggi. May merasa tidak enak saat dia mengambil topinya yang terjatuh. Tampaknya cowok inilah yang baru saja ditabrak May. May segera mengambil poster yang diserahkannya.

“Ehm… pernahkah kita bertemu?” May bertanya dengan bahasa Mandarinnya yang lancar.
“Eh, apa? Kurasa belum pernah,” jawab si cowok, “tapi tadi kamu menabrakku.”
“Oh, dui bu qi…”
“Mei guan xi… kenalkan, aku Fabian Liu.”
“Ah… aku… Michelle Mai. Semuanya memanggilku May.”
“May!!! Kami kira kamu hilang!” teriak Finda menggema di seluruh airport.
“Ah… aku datang.”
“Ehm… kurasa kita akan bertemu lagi. Sampai nanti,” pamit Fabian.

May memandang punggung Fabian yang menjauh.

“May… jangan buat kami khawatir dung,” protes Clara.
“Dui bu qi la… tadi aku tabrakan dengan seseorang… dan rasanya aku kenal sama cowok itu,” jelas May.
“Emang dia siapa, May? Artis?”
“Bukan… tadi dia bilang namanya Fabian. Aneh… rasanya pernah liat dimana gitu wajahnya.”
“Mungkin kamu lagi ngebayangin Da Dong jadi cowok itu serasa mirip Da Dong.”

May bingung tapi juga sudah malas berpikir.

“Ying gai shi ba…”
“Ya udah, yuk kita ke rumah shu-shu-nya Thia… shu-shu-nya baek banget loh May… rumahnya juga gak jauh dari bandara…”

***

“Aaaah… hao ri ah…”
“Nah… xian he shui ba…”

Fahrenheit sedang berada di lokasi syuting CF terbaru mereka. Lokasi syuting kali ini di lapangan rumput terbuka, sedangkan matahari sedang riang-riangnya bersinar di siang hari ini. Da Dong baru saja duduk di sudut lapangan, bernaung di bawah pohon saat Yi Ru menyusulnya dan menyodorkan minuman dingin.

“Siap untuk acara jumpa fans special besok?” Tanya Yi Ru.

Da Dong menoleh dengan cepat sekali pada Yi Ru, rasanya lehernya berderak.

“Ah, soal itu! Benarkah kalau ada beberapa fans Indonesia yang juga ikutan acara itu?” Tanya Da Dong.
“Hmm… iyah, aku dengar ada. Apa kamu masih berharap bertemu dengannya?”
“Tentu! Aku nggak akan pernah melupakan May. Tidak sedikitpun. Aku akan terus menunggunya.”
“Kamu tahu, Da Dong, aku juga mendoakan supaya kamu bisa bertemu dengannya… aku gak mau melihat kamu kecewa seperti Valentine yang lalu.”
“Kali ini aku pasti bertemu dengan May. Pasti…”

***

Ctar!!! Ctar!!!

Apa itu?

Da Dong terbangun karena mendengar suara yang keras. Dia menyingkirkan selimutnya dan melirik jam dinding. Jam sebelas malam. Da Dong segera menuju jendela dan melihat kilat menyambar dari langit. Langit kelam, awan rendah berwarna merah dan angin menerpa jendelanya.

Ini badai atau hujan sih?

“Da Dong… kamu terbangun juga?”

Ya Lun dengan tampang agak kusut masuk ke kamar Da Dong. Dia tampak imut dengan piyama warna putih.

“Iyah… ini mau badai ya?”
“Entah… tadi aku nonton TV, katanya seluruh Taiwan cuacanya begini,” jawab Ya Lun.
“Jangan bilang kalau acara kita besok batal,” gerutu Da Dong.
“Nah… mudah-mudahan cuaca jelek ini Cuma untuk malam ini.”

Da Dong terpaku menatap kilat yang menyambar seluruh permukaan Taipei yang bisa dilihatnya dari lantai dua kamarnya. Tiba-tiba dia melihat sesuatu yang bersinar di kejauhan. Da Dong mengedipkan matanya tak percaya.

“Ya Lun… coba deh liat itu.”
“Hah? Apa?” Ya Lun beranjak menuju jendela.
“Itu… cahaya putih yang di atas pohon-pohon itu…”
“Aaaah… ah iya… apa yah itu?”

Da Dong berhadap-hadapan dengan Ya Lun dan mata mereka berdua berbinar antusias.

“Tapi… Tapi Da Dong, di luar hujan…”
“Aku tau, tapi aku penasaran sekali…”
“Itu juga agak jauh…”
“Kita naik mobil… beres kan?”

Ya Lun tampak mempertimbangkan ajakan Da Dong.

“Aaah… oke-oke.”

Akhirnya keduanya kalah oleh rasa penasaran luar biasa yang mereka rasakan. Keduanya menyambar jaket tebal dari masing-masing kamar mereka.

“Jangan sampai Chun dan Yi Ru tau klo kita keluar yah,” wanti Ya Lun.

Betapa terkejutnya mereka berdua saat mereka membuka pintu rumah mereka. Ada seorang cowok yang tampak basah, sepertinya tengah menunggu mereka.

“Siapa kamu?” Tanya Ya Lun shock.
“Gak ada waktu… gak ada waktu… kalian berdua harus segera ke spot cahaya itu sebelum May sampai kesana!” serunya mendesak.

Berbagai pikiran berkecamuk di otak Da Dong dan Ya Lun. Cowok ini tidak mereka kenali, meskipun dia tampak tampan. Tampaknya umurnya tak berbeda jauh dengan Ya Lun.

“May? Apa hubungan May dengan semua ini? Dan cahaya apa itu?” Tanya Da Dong penuh kecurigaan.
“Aku akan jelaskan saat kita jalan kesana. Ayo cepat,” desak si cowok, menjulurkan tangannya pada Ya Lun.
“Apa?” Tanya Ya Lun.
“Kunci mobil. Apa kalian tau spot yang kita tuju?”

Dalam keragu-raguan sesaat karena takut ditipu, akhirnya Ya Lun menyerahkan kunci mobilnya.

“Cepat!!!”

***

No comments:

Post a Comment