Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Wednesday, 23 May 2012

Love's Arrived chapter 15 part 3


Love’s Arrived
Chapter 15 part 3

“Xiang Chen, kau udah lebih baikan?”

Nathan, Albert, David, Gracia, Quiny dan Moniq datang mengunjungi Alex di rumahnya. Mereka berdesakan masuk ke kamar Alex yang berantakan.

“Udah jauh lebih baik. Terima kasih untuk kunjungan kalian,” jawab Alex sambil tersenyum.
“Xiang Chen, kau memang kebiasaan begini, ya. Kami bereskan kamarmu ya,” kata Gracia.
“Aduh, kalian kan hari ini tamuku!”
“Nggak masalah, Xiang Chen. Soalnya aku nggak tahan lihat kamar yang berantakan.”
“Dan aku bawakan bunga-bunga segar. Wangi bunga bisa membuat mood kita membaik dan lebih sehat lho,” ucap Quiny sambil menunjukkan buket bunga, menjangkau vas di sebelah ranjang Alex.
“Xie xie,” kata Alex lemah.
“Bu ge qi.”
“Dengar, Xiang Chen, kami udah menyusun rencana bagus. Semuanya supaya kau bisa baikan dengan Mei-Mei,” ucap Nathan, duduk di tepi ranjang Alex.
“Tunggu! Ngomong-ngomong soal Mei-Mei… apa benar dia jadi mengundurkan diri?” tanya Alex dengan tampang khawatir.
“Mei-Mei menunda keputusannya. Mungkin untuk sementara dia nggak akan melakukannya. Kami juga akan menghalanginya,” terang Moniq, “untung managemen kita belum sempat ngamuk.”
“Syukurlah.”
“Kembali ke topik Ming Jun tadi. Xiang Chen, kami udah menyusun rencana bagus. Kami akan mensukseskan rencana ini,” kata Gracia.
“Kalian yakin soal rencana ini? Maksudku… aku nggak yakin bisa menjaganya dengan baik… dan kurasa…” Alex memandang teman-temannya ragu, “Mei-Mei sekarang benci sekali padaku.”
“Jangan pesimis begitu! Rasanya jadi nggak mirip kau yang biasanya!”
“Karena aku udah mengalaminya, makanya aku nggak pede lagi…”
“Kau ini bodoh sekali! Kau mencintai Mei-Mei, nggak?” tanya David.
“Aku…”

Semua orang memandangnya.

“Perasaanku pada Mei-Mei nggak pernah berubah.”
“Nah, jadi apa masalahnya? Kau harus berusaha mendapatkannya lagi!” seru Quiny.

Semua orang mengangguk dan tersenyum pada Alex. Alex menghela nafas panjang.

“Baiklah… aku akan berusaha… aku akan membuat Mei-Mei kembali kepadaku.”
“Yang jelas, semua bergantung kepadamu,” ucap Moniq sambil menepuk punggung Alex.


*******

Albert, David dan Gracia menumpang mobil Nathan dalam perjalanan pulang dari rumah Alex. Gracia duduk di samping Nathan.

“Ming Jun, kau serius ya membiarkan Xiao Wei jadi pembawa berita rencana ini ke Mei-Mei?”
“Aku serius, Wen Chun,” jawab Nathan.
“Tapi… Xiao Wei juga mencintai Mei-Mei. Takutnya dia nggak menyampaikan semuanya ke Mei-Mei. Kau harus menyiapkan plan B,” kata Gracia.
“Kurasa itu nggak perlu, Gracia. Aku percaya padanya.”
“Ming Jun, kau pede sekali! Kau lihat kan, Xiao Wei jadi agak keras kalau menyangkut soal Mei-Mei belakangan ini,” kata David.
“Kita berikan satu kesempatan lagi padanya untuk berbuat baik dan jadi pahlawan.”
“Sebenarnya kasihan Xiao Wei. Kalian memikirkan perasaannya, kan?”
“Xiao Wei dan Mei-Mei bisa memilih. Semoga pilihan mereka dilandasi rasa rela berkorban. Kita harus banyak berdoa.”


*******

“Xiao Wei, jie jie boleh masuk?”

Michael yang baru berisap-siap keluar, mendengar suara Gracia di balik pintu kamarnya.

“Gracia jie, masuk aja,” Michael mempersilahkan.

Gracia masuk dan tersenyum pada Michael. Michael duduk di kursi di depan meja belajarnya sedangkan Gracia duduk di tepi ranjang.

“Kalau memang ada yang mau jie jie sampaikan, silahkan.”
“Xiao Wei… mereka semua udah siap di pinggir hutan. Tolong sampaikan pada Mei-Mei sesuai waktu yang udah kita rencanakan,” pinta Gracia.
“Sekarang aku mau ke rumahnya. Jie jie nggak perlu mengingatkan aku lagi. Aku kan nggak pelupa.”
“Jie jie bukan menganggapmu pelupa, tapi…”

Sebelah alis Michael terangkat.

“Jie jie takut kau nggak akan menyampaikannya.”
“Kenapa?”
“Karena kau mencintai Mei-Mei.”
“Kalau jie jie tahu, kenapa aku yang ditugaskan begini?”
“Xiao Wei, jie jie…”
“Jie, Xiang Chen udah menyakiti Mei-Mei. Hatinya hancur. Aku akan mengobati luka hati Mei-Mei. Aku melakukan semuanya sesempurna yang aku bisa. Aku harap, cinta kami bisa sempurna.”
“Xiao Wei, cinta itu bukan butuh kesempurnaan, tapi debaran hati di antara keduanya. Jie jie rasa, semua usahamu belum tentu…”
“Aku akan pergi sekarang. Xie xie nasehatnya, jie.”

Gracia hanya angkat bahu waktu Michael pergi.


*******

Michael dan Gisela duduk bersama di ruang tamu rumah Gisela. Rumah Gisela sepi, semua sahabatnya pergi lagi, sudah dari pagi-pagi sekali. Gisela menyandarkan tubuhnya seperti biasa ke tubuh Michael.

“Mei-Mei, kau udah memikirkan soal pengunduran diri?”
“Kurasa masih tetap seperti rencana awal.. Menurutmu gimana?” tanya Gisela.
“Lebih baik kita batalkan aja,” jawab Michael.

Gisela memandang wajah Michael.

“Lho? Katamu kita berdua akan mengundurkan diri bersama. Kau berubah pikiran?”
“Sebenarnya… aku bukan berubah pikiran. Tapi… aku lihat kau juga ragu, kan?”
“Aku tersentuh oleh surat-surat itu. Aku nggak tega meninggalkan mereka.”

Michael terdiam lama sekali.

“Xiao Wei, hari ini kau jadi pendiam sekali?”
“Aku Cuma… agak capek.”
“Istirahat aja. Kau boleh pakai kamarku.”
“Aku mau tiduran di sini aja.”

Michael berbaring di paha Gisela. Gisela tersenyum dan membelai rambutnya.

“Oke, aku pinjamkan pahaku sebentar. Kau boleh tidur.”

Michael tersenyum dan menutup matanya. Mei-Mei, aku bingung… aku harus bagaimana? Aku benar-benar mencintaimu… tapi apakah aku juga jadi cowok yang egois? Apakah cinta memang membuat kita jadi egois? Rasanya ini bukan aku yang biasanya…

Michael bangun dengan shock. Sudah jam tujuh malam sekarang. Dia melihat Gisela juga tertidur dengan bersandar di sofa. Michael memeluknya. Gisela terbangun.

“Xiao Wei, kau kenapa, sih? Kok hari ini kau aneh sekali?”
“Mei-Mei, aku…”

Gisela melepaskan pelukan Michael dan memandang lurus ke matanya. Sesuatu yang tidak dimengerti Gisela, tergambar jelas di mata Michael.

“Aku boleh menciummu?”

Gisela mengangguk, wajahnya memerah. Michael menciumnya. Gisela kembali merasakan perasaan itu… hangat… lembut… tapi ada sesuatu yang berbeda. Aku bisa membandingkannya dengan ciuman Xiang Chen ge… Xiao Wei memikirkan sesuatu… dia memaksakan sesuatu… sedangkan Xiang Chen ge… dia nggak pernah memaksa! Apakah ini berarti… aku… salah? Michael menghentikan ciumannya.

“Mei-Mei, wo ai ni.”

Gisela merasa perasaannya melambung, dia senang sekali. Xiao Wei begitu baik dan lembut padaku… sebenarnya apa yang kupikirkan? Bukankah ini yang kuharapkan? Dan Cuma Xiao Wei yang bisa mewujudkan segala harapan dan kebahagiaanku? Untuk apa aku ragu!

“Xiao Wei, wo… (aku…)”
“Jangan dijawab!”

Gisela terkejut.

“Apa yang akan kau ucapkan nggak sama dengan apa yang ada di hatimu. Karena itu aku nggak mau dengar kau bilang kau mencintaiku.”
“Xiao Wei, apa maksudmu? Aku nggak mengerti.”
“Tapi aku mengerti. kau mencintai Xiang Chen, hingga detik ini, perasaan itu nggak berubah.”
“Aku mencintaimu!”
“Nggak! Mei-Mei, sadarkah kau berapa kali kau menyebut nama Xiang Chen setiap kali kita bersama? Kau sering menganggapku sebagai Xiang Chen,” kata Michael, “dan saat kita berciuman tadi… aku tahu kau memikirkan Xiang Chen! Jangan bohong… aku tahu itu.”

Gisela terdiam. Air mata mengalir dari kedua bola matanya.

“Xiao Wei, apakah aku menyakitimu?”
“Bukan salahmu, Mei-Mei. Aku terlalu egois. Kupikir, dengan berbuat baik padamu, dengan melakukan semuanya dengan sempurna, aku bisa membuatmu mencintaiku, membuatmu melupakan Xiang Chen. Tapi cintamu padaku bukanlah seperti yang kuharapkan,” jelas Michael, “kau hidup di bawah bayang-bayang Xiang Chen. Kau nggak bisa melupakannya.”
“Tapi… Xiao Wei, kau udah mengorbankan segalanya untukku! Aku harus bagaimana untuk membalasnya?”
“Kau nggak perlu membalas semuanya, Mei-Mei. Aku lakukan itu semua karena aku mencintaimu.”
“Kalau begitu biarkan aku membalas cintamu!”
“Bukan begini caranya! Aku nggak ingin dicintai dengan begini olehmu! Bayangan Xiang Chen ada di matamu! Ini bukan dosamu!” terang Michael, “jangan meminta maaf! Sekali lagi, akulah yang egois! Selidiki hatimu, Mei-Mei! Yang ada di hatimu bukanlah aku, tapi Xiang Chen!”

Gisela menangis terisak. Xiao Wei benar… aku selalu teringat pada Xiang Chen ge… karena aku udah lama sekali mencintainya… kupikir aku bisa melupakannya… tapi aku malah makin mencintainya… aku merindukannya… dan mengapa kulampiaskan perasaanku pada Xiao Wei? Ya Tuhan!

“Mei-Mei, pergilah… dia menunggumu di pantai tertutup… aku yang egois ini… udah mencegahmu pergi ke sana!” sesal Michael, “harusnya kau udah ada di sana sekarang, bersamanya! Pergilah!”
“Tapi, Xiao Wei…”
“Jangan pedulikan aku! Aku akan baik-baik aja. Anggaplah semuanya nggak lebih dari kebaikan hatiku. Jangan pikirkan soal cintaku lagi.”
“Aku nggak bisa…”
“Kau bisa dan kau harus! Pergilah, Mei-Mei, kumohon… aku lebih ingin melihatmu tersenyum, daripada melihatmu terpaksa begini,” ucap Michael, matanya berkaca-kaca, “dan Xiang Chen tetap sahabatku. Dialah cinta sejatimu…”
“Xiao Wei, dui bu qi!”

Gisela berlari keluar rumah. Michael memegang kepalanya dengan kedua tangannya.

“Akhirnya aku bisa berbuat baik… aku tahu aku nggak bisa memaksamu, Mei-Mei… aku Cuma ingin kau bahagia…” Michael menitikkan air mata, “sungguh… apalah artinya semua yang udah kulakukan, kalau senyummu nggak setulus yang kuharapkan… aku pernah mencintaimu, Mei-Mei, dan sebenarnya masih… hingga entah kapan… aku rela mengorbankan seluruh waktuku…”

Zui ai hai shi ni, zhe shi wo de jue ding
(Yang paling kucintai tetaplah dirimu, inilah janjiku)
Xiang yu zhou xiang dui de xing hu xiang xi yin
(Seperti ketertarikan antara dunia dan bintang)
Man man jiu hui kao jin
(Perlahan-lahan bisa makin dekat)
Hai shi yao ai ni, shi jian hui zheng ming
(Aku masih ingin mencintaimu, waktu akan membuktikan)
Wo ai ni de yong qi
(Aku mencintai keberanianmu)
Qian zhe ni de shou, cai zhi dao shi yong jiu
(Menggandeng tanganmu, aku dapat memahami keabadian)

(Zui Ai Hai Shi Ni-The One I Love Most Is You by Danson Tang)

“Aku… nggak cukup mencintaimu, Mei-Mei. Cintaku nggak setulus yang kubayangkan… aku terlalu berhasrat memilikimu… ini bukan cinta sejati. Dan asalkan kau tahu, Xiang Chen… dia nggak pernah tampak sehancur ini setelah dia kehilangan papanya… kuharap kau mengerti. dan aku juga mengerti… bahwa cinta… nggak sesempurna yang kurencanakan… aku… mencintaimu…”

Michael tersenyum getir.

“Gracia jie benar. Kesempurnaan bukanlah yang paling dibutuhkan dalam cinta. Aku memang bodoh…”


*******

No comments:

Post a Comment