Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Monday, 28 May 2012

Brand New It's Magic chapter 9 part 6


Brand New It’s Magic
Chapter 9 part 6

Youngsaeng telah membawa May pulang dengan Fly. Jiro pulang menemani Julie di rumah Julie, sedangkan Chun menerbangkan Rin dan mereka sekarang di kamar Rin. Youngsaeng membawa May ke kamarnya sendiri.

 “May…”

May diam saja, pandangannya kosong, seolah jiwanya tidak ada disana.

 “May… jangan gitu. Yunhwa… kupikir dia sudah berusaha keras. Relakanlah dia, May…”

Melihat May yang diam saja, membuat hati Youngsaeng pedih.

 “Aku akan selalu menemani May. Sampai May bisa kembali lagi seperti dulu.”

Youngsaeng membimbing May berbaring di ranjang, menutupi tubuhnya dengan selimut. Tapi pandangan May tetap kosong, menatap langit-langit. Youngsaeng menghela nafas dan berdiri di balkon. Matanya menerawang memandang langit sore yang kemerahan. Yunhwa… Park Yunhwa… kenapa dengan kehadirannya yang sebentar, dia bisa menggoyahkan May sedemikian rupa? Sebenarnya ada apa di masa lalu mereka? Yunhwa bahkan tak kembali untuk menjelaskan segalanya. Dia bahkan telah membawa jiwa May pergi. Kenapa? Apakah kalau Youngsaeng yang mati, bukan Yunhwa, May akan merasa sesedih ini? Youngsaeng merasakan matanya basah dan menghela nafas panjang… lelah.

Entah udah berapa jam waktu berlalu, Youngsaeng tidak tau. Setelah memandang wajah damai May yang tertidur, Youngsaeng duduk di lantai, bersandar pada pintu balkon kamar May. Langit telah berubah gelap, tapi hal ini tidak membuat Youngsaeng beranjak dari tempatnya. Dia merasa May akan sangat membutuhkannya sekarang. Tiba-tiba dia mendengar pintu kamar May diketuk. Berikutnya Chun dan Rin masuk dan menghampiri Youngsaeng.

Chun bertanya,hyung… May jie tidur?”
“Iya. Itu lebih baik daripada melihatnya seperti mayat hidup, jawab Youngsaeng.
 “Hyung… Chun pikir hyung harus istirahat juga.”
 Tidak. May membutuhkan hyung.”
 “Tapi hyung perlu istirahat juga.”
 “Gimana kalau ada yang mengusik May waktu May lemah begini?”
Rin menjawab,oppa, disini ada aku. Jangan lupa kalau aku ini Warriors’ Helper bersenjata, oppa. Lagian Hyunjoong oppa sudah ngomong akan memperketat penjagaan. Para vampire akan lebih sering patroli dari rumah ke rumah, termasuk Yesung oppa, jadi oppa tidak perlu khawatir.”
“Rin betul, hyung,” setuju Chun, “hyung kan sebaiknya tidak bolos dari belajar di perusahaan appa kan? Apa kata appa dan omma kalau hyung sering tidak muncul disana? Chun khawatir mereka akan datang ke Taipei dan kebebasan kita terusik.”
“Yesung… Yesung hyung…” ucap Youngsaeng.
 “Kenapa hyung?”
 “Rasanya dia sangat tak asing.”
Rin berujar,itu… Yesung oppa mirip Junki oppa.”
 “Ah… iya, mungkin. Baiklah, tolong jaga May untukku yah, Chun dan Rin.”
 “Iya, janji Chun.
 “Chun tidak mau pulang?”
 “Sebentar lagi. Setidaknya sampai Jiro ge pulang.”
 “Oke. Hati-hati kalau mau Fly. Pastikan agak tinggi yah.”
“Aku akan mengingatkan Chun ge, oppa, janji Rin.

Youngsaeng tersenyum sejenak sebelum terbang ke langit kelam.

***

Jiro dan Julie sekarang berada di kamar Julie. Kimbum sekarang di rumah Amelz, Amelz bersikeras mengobati luka Kimbum sendiri, padahal dia sendiri terluka. Jiro dan Julie memandangi obat di tangan Julie.

Jiro bertanya,siap melalui tidur yang panjang, Julie?”
“Iya. Obat penawar aneh,” keluh Julie, “aku akan mengalami tidur selama empat hari setelah menelan obat ini? Seperti putri tidur…”
“Jangan khawatir, kami akan menjaga Julie.”
 “Tapi kan Jiro ge harus beraktifitas dengan D’Sky?”
 “Iya sih… tapi kan tetep saja Julie, akan ada yang patroli menjagamu. Aku sangat pede melihat Yesung hyung itu. auranya bagus. Dia pasti sangat hebat.”
“Iya, kan gege lihat cara bertarungnya yang cepat.”
 “Lebih aman kalau sering lihat dia deh.”

Tiba-tiba Jiro menghela nafas panjang.

Julie bertanya,gege? Ada yang sakit?”
“Bukan. Semuanya… sudah jadi Warriors’ Helper. Tapi aku belum.”
“Aaron ge? Fennie jie? Kyujong oppa? Mereka kan bukan Warriors’ Helper.”
“Hah… iya juga yah.”
 “Gege jangan khawatir.”
“Yunhwa yang begitu hebat saja… kalah…”

Julie menundukkan kepalanya. Jiro baru sadar dia salah ngomong.

 “Ah Julie… maafkan aku menyebut namanya…”
Julie berujar,demi obat ini. Sekecil ini. Yunhwa oppa harus berkorban… dan dia… dia… dia… tak ada lagi… Yunhwa oppa…”

Julie mulai menangis. Hati Jiro pedih dan memeluk Julie.

 “Jiro ge, dui bu qi… Julie Cuma merasa… bersalah dan… harusnya Julie bisa tau lebih banyak tentang Yunhwa oppa… tentang masa lalu kami… andai saja dia tidak kalah… Cuma demi Julie… dia tidak seharusnya mengorbankan jiwanya. May… pasti sangat sedih…”
“Akulah yang lebih sedih melihat Julie dan May… May pasti jadi mayat hidup. Lihat matanya tadi. Dia tidak nangis lagi kan? Youngsaeng pasti terguncang juga.”
 “Kami bukannya ingin berselingkuh… hanya saja… pasti ada sesuatu di masa lalu kami…”
Jiro menukas,aku ngerti, Julie, jangan khawatir. Julie harus ingat, Yunhwa berkorban bukan Cuma untuk obat Julie saja, tapi juga buat tawanan-tawanan itu. ingat?”
“Ah… iya…”
“Sekarang minumlah obatnya. Julie harus cepat sembuh jadi bisa bertarung lagi sama yang lain.”
 “Baiklah… Biarkan aku jadi putri tidur selama empat hari.”

Jiro maju dan mengecup bibir Julie.

 “Ucapan selamat tidur untuk putri tidurku.”

Wajah Julie memerah. Jiro tersenyum dan membuka tutup botol penawar. Perlahan, Jiro menuangkan isi botol itu ke mulut Julie yang terbuka. Julie menelan obat itu dan rasa kantuk tak wajar menyerangnya seketika…

***

Junsu mengerang sedikit waktu Stella menuangkan obat di luka-luka terbuka di kaki Junsu. Disana banyak sekali luka.

Stella menyesal, “Junsu, mian. Tahan yah…”
 “Jjah… obat manusia tak asyik,” keluh Junsu, “benar-benar butuh Julie sekarang…”
“Jangan-jangan Julie sudah jadi putri tidur sekarang.”

Junsu dan Stella, juga si pemilik kamar, Hyunjoong masih berkumpul. Tadi mereka sudah mengobati luka-luka yang lain, dan Junsu yang terakhir. Hyunjoong terbelalak melihat banyak goresan di kaki Junsu.

 “Koq bisa banyak luka di kaki?” Tanya Hyunjoong.
Junsu menjawab,karena aku cepat, kupikir Bella berpendapat kalau menyerang kakiku, gerakanku bakal lebih lambat. Makanya dia mengincar kakiku.”
 “Nah, beres, ucap Stella.

Stella memandang balutan-balutan di kaki Junsu, dan merasa puas dengan hasil karyanya.

 “Jangan banyak terbentur. Meski mau patroli, pastikan kau tak membuat kakimu sakit yah, Junsu.”
 “Yah… rapi juga. Kupikir kau sudah benar-benar jadi wanita, Stella.”

Junsu merentangkan tangannya dan menguap.

 “Aku ingin istirahat. Tapi siapa yang akan berpatroli?”
Hyunjoong setuju,kau memang harus istirahat, Junsu. Biar aku dan Ryeowook yang patroli hari ini. Kau jangan khawatir. Istirahatlah sebentar.”
 “Itu bagaikan obat yang manjur, hyung. Baiklah, kalau gitu aku istirahat dulu. Gomawo, Stella.”

Junsu meninggalkan Hyunjoong dan Stella, kembali ke kamarnya sendiri di ruangan sebelah. Hyunjoong memandangi Stella. Stella jadi grogi. Dia langsung membereskan obat-obatan kembali ke dalam kotaknya dan membuang sampah yang berserakan.

Hyunjoong memanggil, “Stella…”
“Aku lelah deh…” potong Stella.
 “Mau pulang? Aku antar yah…”
 “Ahh tidak perlu, oppa, aku bisa pulang sendiri.”
 “Tapi dengan Teleport lebih cepat kan?”

Hyunjoong mendekati Stella yang membereskan sampah, mengambil sampah-sampah itu dari tangan Stella dan bantu membuangnya.

 “Biar aku saja.”

Stella tiba-tiba menarik tangannya waktu disentuh Hyunjoong. Hyunjoong kaget.

 “Stella?”
 “Aku… pulang dulu, oppa.”
 “Tapi, Stella…”
 “Daah oppa…”

Tanpa menoleh lagi, Stella melesat keluar kamar, meninggalkan Hyunjoong yang kebingungan. Harusnya Stella tak perlu bersikap ketakutan begitu padanya… tapi kenapa?

***

Aaron tidak bisa tidur semalaman. Otaknya dipenuhi pikiran tentang keanehan teman-temannya. Dia harus mempercayai semua ini. Semalam Alend menginap di rumahnya, dan dengan semangatnya Alend bercerita tentang semua keanehan ini. Alend bilang Aaron tidak separah dirinya, setidaknya Aaron tidak pingsan seperti dia pertama kali tau tentang kenyataan ini. Dengan kepala pusing, Aaron turun dari Honda-nya, mau masuk kuliah pagi ini. Beberapa cewek menyapanya, dan Aaron memaksakan senyum yang manis terukir di wajahnya. Tapi dia yakin cewek-cewek itu pasti melihat lingkar hitam di bawah matanya. Yang vampire sekarang Aaron atau Hyunjoong, dkk yah? Aaron berusaha tetap bersikap cool, menoleh kesana-kemari untuk sekadar tersenyum dan menyapa orang-orang yang menyapanya. Inilah resiko jadi terkenal. Tapi itu menyebabkan Aaron tidak memandang ke depan dan dia menabrak seseorang.

Thia mengeluh,adooh!”

Aaron menoleh dan mendapati dadanya telah mengenai wajah Thia dengan telak. Thia mengusap-usap hidungnya dan memandang Aaron dengan pandangan minta pertanggungjawaban.

 “Ah, dui bu qi Thia…” sesal Aaron.
 “Sakiiiit ge.”
 “Yah aku tidak melihatmu Thia…”
 “Padahal aku sudah sejangkung i… ge? Gege tidak bisa tidur yah?”
“Kenapa?”
 “Ada lingkar hitam tuh.”
 “Ahh. Iyah.”
 “Aha! Aku tau… gege pasti mikirin tentang keanehan kemarin kan?”
 “Yah… sedikit.”
 “Gege akan lebih menikmati ini kalau sudah jadi bagian dari kami. Aku saja merasa puas, ge. Kemampuanku sangat menyenangkan.”
 “Mudah-mudahan aku bisa menikmatinya.”

Keduanya berjalan menuju gedung utama kampus.

 “Kupikir gege harus sering berada di dekat kami-kami ini supaya terhindar dari bahaya loh.”
“Iyah sih. Makanya… mau pergi nonton hari ini?”
 “Hah? Apa?”
 “Nonton. Aku punya dua tiket, Twilight saga versi terbaru, Eclipse. Lagian hari ini D’Sky dapat waktu istirahat.”

Thia memalingkan wajahnya dari Aaron. Aaron mengajaknya kencan kan? Untuk apa Thia capek-capek sakit hati memandang Julie dan Jiro yang pacaran, kalau ternyata ada pangeran setampan Aaron  yang sekarang mengajaknya kencan? Jangan-jangan pangeran dingin ini jatuh cinta kepadanya? Thia menggeleng-gelengkan kepalanya. Pikirannya terlalu jauh.

 “Hehehehe… tapi kenapa Aaron ge mengajakku?”
 “Karena aku ingin mengajakmu.”

Thia menghela nafas. Bukan berarti itu seperti yang diharapkan Thia kan? Thia memperhatikan wajah Aaron dengan seksama. Aaron imut sangat!! Apalagi dia sangat terkenal dan baik… meski agak cool, pasti senang kan kalau bisa jadi pacarnya…?

 “Yah… sebenarnya… karena aku ingin kau yang menemaniku. Mau kan?”

Aaron tersenyum sangat manis. Mau tidak mau, Thia menganggukkan kepalanya dengan cepat, berulang kali.

***

No comments:

Post a Comment