Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Wednesday, 9 May 2012

It's A Love Story chapter 2

It’s A Love Story
Chapter 2

Mugung masih menguap ketika melangkah pulang ke kamarnya ketika pagi tiba. Ponselnya menjerit dengan heboh jam 8 pagi. Perlu usaha keras untuk membangunkan Haru karena mereka baru tidur jam 2 di malam sebelumnya (mereka berdua ditambah Eunjae punya penyakit insomnia akut). Tapi mereka harus bangun jam segitu atau akan terlambat untuk syuting misi pertama mereka yang dijadwalkan jam 10 nanti. Mugung menendang selembar kertas begitu masuk kamarnya. Dia berjongkok dan mengambil lembaran itu.

Love Scandal episode 67-72
First Mission
Barang yang perlu disiapkan: perlengkapan renang

“OMONA!!! Kenapa tebakan Eunjae tepat sekali… dia pikir bakal ada lomba yang berhubungan dengan air dan dia memaksaku membawa baju renangnya!” jerit Mugung, tangannya gemetar, “dan aku… aku… akan mati kali ini…”

Ketika para peserta sudah berkumpul dan duduk di lobby hotel, Haru khawatir melihat wajah Mugung yang pucat.

“Tenang, Mugung, segalanya akan baik-baik saja. Membawa perlengkapan renang kan bukan berarti kita akan berenang?” hibur Haru, “mungkin kita akan main voli pantai atau sejenisnya?”
“Entahlah, Haru… kau tau sendiri…” gagap Mugung.

Haru mengelus lengan Mugung yang tetap diam. GO yang tadinya ingin mengajak Mugung bicara jadi ragu. Mereka naik mini van bersama peserta lainnya. Mugung tetap murung hingga sampai ke pantai. Kesadarannya pulih separuh ketika dia selesai berganti pakaian dan melihat bayangannya di cermin.

“SIAL SI EUNJAE!” jerit Mugung marah.

Haru melihat bayangan Mugung, lalu tertawa terbahak.

“Bikini ini… kau dikerjai Eunjae, Mugung. Aku tidak pernah lihat dia pakai baju renang seseksi ini,” kata Haru di sela tawanya, “kurasa dia dan Hami sengaja membeli ini untukmu.”

Mugung melirik Haru. Baju renangnya sangat aman, ada dalaman lengan panjang di dalam tank top renangnya. Bahkan, bawahannya berupa legging selutut.

“Kenapa kau tidak dikerjai?” tanya Mugung iri.
“Aku juga dikerjai, tapi malam sebelum kita berangkat aku sempat bongkar lagi isi koperku dan mengganti baju renang mengerikan itu. Tapi kulihat… kau cocok juga dengan pakaian itu.”

Mugung baru akan mencubit lengan Haru namun Haru sudah mengambil langkah seribu. Baju renang Mugung benar-benar bikini two piece, warnanya pink menyolok. Payudara Mugung yang padat, bokong yang montok, kulit putihnya terekspos dengan jelas. Mugung menarik bikininya sedemikian rupa agar belahan payudaranya tidak terlihat begitu nyata, tapi sepertinya sia-sia saja.

“Cepatlah, kau akan kena marah Mr. Lee. GO oppa sudah menungumu.”

Mugung mengerutkan dahinya. Sejak kapan Haru memanggil GO dengan sebutan “oppa”? Mugung pasrah dan berkumpul dengan peserta lainnya di tepian pantai. Para kru yang bertanggungjawab soal syuting mulai sibuk dengan peralatan mereka. Haru menghampiri Taemin dan meninggalkan Mugung dengan GO. Mugung menutupi dadanya dengan tangannya, merasa kikuk.

“Kau suka warna pink?” tanya GO.
“Aku suka hijau. Ini… temanku mengerjaiku,” jawab Mugung kesal.
“Sudahlah, sampai kapan kau mau begitu terus? Aku tidak akan menyentuhmu.”

GO meraih tangan Mugung yang menutupi dadanya sehingga tubuh seksi Mugung sekarang terlihat jelas. Mugung yakin mata GO benar-benar menelusuri lekuk tubuhnya, Mugung menggigit bibir bawahnya dengan gugup dan wajahnya memerah. Selesai memandangi Mugung dari atas sampai bawah, GO memandangi wajah Mugung dan tersenyum padanya. Detik berikutnya, dia sudah menggandeng Mugung berbaris bersama peserta lainnya. Sang MC Kwanghee dari ZE:A dan Kangin dari Super Junior sudah membuka acara.

“Jah… untuk awalnya, kami akan perkenalkan dulu couple kita. Nomor peserta pertama adalah pasangan Kim Hyunjoong dari SS501 dan Shin Eunhwa,” ucap Kwanghee ceria, “pasangan kedua… ini dia… Shin Soohyun dari U-Kiss dan Choi Raekyo.”

Kedua pasangan tersebut melambai ceria pada kamera.

“Nah… pasangan ketiga ini dongsaeng-ku dari SHINee lho… Lee Taemin dan Goo Haru. Wow, Haru-sshi, tinggi badanmu membuatmu terlihat cocok dengan Taemin,” goda Kangin sambil tertawa.

Haru melambai sekadarnya ke kamera, beda dengan Taemin yang melambai ceria.

“Pasangan keempat! Lead vocal MBLAQ, GO dan Lee Mugung… GO-sshi… kau terlalu beruntung kali ini!” puji Kangin sambil menepuk pundak GO.

Mugung hanya tersenyum sejenak kepada kamera dan buru-buru memalingkan wajahnya. Mugung tau yang Kangin bicarakan tentu saja adalah dirinya yang terlalu seksi.

“Pasangan terakhir kita adalah evil magnae Cho Kyuhyun dari Super Junior dengan Choi Jira!” jerit Kwanghee, sempat melakukan hi-five dengan Kyuhyun.
“Dalam enam episode ke depan, kita akan bermain dengan para pasangan ini! Nah… siap untuk misi pertama? Kwanghee-sshi, kau siap?”
“Kalau penonton siap, bagaimana mungkin MC tidak siap? Aku khawatir peserta yang masih belum siap. Mereka baru bertemu untuk pertama kalinya dua hari yang lalu. Tentunya mereka masih merasa canggung satu sama lain.”
“Tenang saja, nanti mereka punya banyak waktu untuk menjadi akrab. Para peserta, sekarang siap?”
“Siap!!!” seru para peserta-kecuali Mugung-dengan kompak.
“Jah… jelaskan misi pertama untuk mereka, Kwanghee-sshi!”
“Misi pertama Love Scandal. Para peserta turun bersama ke laut, bersama pasangan harus berenang dengan salah satu tangan bergandengan menuju kapal yang berhenti disana itu (menunjuk). Nanti kru akan melemparkan kalung kerang yang harus dipakai para peserta yang duluan sampai,” jelas Kwanghee cepat, “tentu saja pemenang akan ditentukan berdasarkan kecepatan dan tangan yang tidak boleh terlepas selama berenang pergi dan kembali.”

Mugung dan para peserta mengamati kapal yang lumayan jauh dari pesisir pantai dan tubuhnya mulai berkeringat dingin. GO menyadari tubuh Mugung yang menempel padanya sedikit bergetar.

“Kau tidak bisa berenang, Mugung?” tanya GO.
“Lebih dari itu. Aku… aku trauma pada air, GO-sshi. Aku pernah… tenggelam dan itu…” jawab Mugung gagap.

Tiba-tiba saja, GO menggenggam tangan Mugung.

“Jangan takut, kau bisa mengandalkanku,” tegas GO.

Mugung memandangi wajah GO dengan ragu.

“Tapi… tapi aku… air…” Mugung masih tergagap.

GO balas memandang Mugung sekarang.

“Apa kau pikir aku akan membiarkanmu tenggelam? Kau itu pasanganku!” ujar GO.

Mugung terkesiap. Entah kenapa, mendengar ucapan GO itu, dia merasa sedikit tenang. Mugung melirik para peserta lainnya, terutama peserta pria, sudah melepas pakaian mereka, menyisakan celana boxer saja yang motifnya lucu-lucu.

“GO-sshi… kenapa belum buka baju?” tanya Mugung to the point.
“Aish, aku tidak mau buka baju.”
“Memangnya kenapa? Badan GO-sshi tidak sekurus Taemin-sshi kan?”
“Pokoknya tidak akan,” jawab GO sambil memandangi Mugung lagi, “atau kau ingin melihat tubuhku? Boleh saja… tapi hanya untuk privasi kita berdua. Kita bisa menemukan tempat yang cocok nantinya.”

Mugung melepas genggaman tangan GO dengan kesal, namun GO hanya tertawa lepas. Mereka melangkah menuju garis start dan perlahan, Mugung merapat lagi dengan GO.

“Dorong airnya dengan tangan dan kakimu, jangan panic, ada aku. Dorong saja dan jangan lepaskan tanganku. Arasso?”

Mugung mengangguk dan membiarkan tangan kirinya digenggam GO. Selalu saja… tangan GO terasa hangat. Ketika peluit ditiup Kangin, para peserta berlarian ke laut dan mulai berenang. Mugung berjuang keras mengepak di dalam air, mencengkeram telapak tangan GO sekuat mungkin. GO berenang cepat dan menarik Mugung bersamanya. Suara para kru dan penonton di pantai sana agak teredam oleh bunyi kecipakan air para peserta yang berjuang di lautan. Pasangan Taemin-Haru berenang sangat cepat dan lincah, mereka sampai lebih cepat ke kapal yang dimaksud. Namun sial bagi Mugung-GO, mereka sampai terakhir. Ketika kalung kerang dilempar, GO cepat-cepat mengalungkan milik Mugung sebelum mengalungkan miliknya sendiri.

“GO-sshi… mianhae… pasti berat membawaku berenang dengan satu tangan begitu…” sesal Mugung, merasa ingin menangis.
“Kita belum kalah. Aku tidak akan menyerah sampai batas terakhir kemampuanku.”

GO kali ini menyelipkan jari-jarinya di sela jari-jari tangan Mugung, menggenggamnya lebih erat lagi dan mulai berenang. Mugung berusaha keras untuk mengepak secepat yang dia bisa. Harapan mereka sedikit membumbung ketika akhirnya berhasil mengejar dan meninggalkan Kyuhyun, dan pegangan tangan Soohyun dan pasangannya terlepas. Taemin-Haru berkecipak tidak jauh di depan mereka, namun mereka sudah sangat ketinggalan dengan Hyunjoong yang entah bagaimana bisa berenang secepat ikan lumba-lumba sekarang. Mugung menoleh dan melihat wajah serius GO… Dan dia merasa harus mengerahkan kemampuannya lebih keras lagi.

“Hyunjoong dan Eunhwa sampai duluan! Disusul… Taemin-Haru!” jerit Kangin di pesisir pantai, “dan di urutan ketiga… GO dan Mugung!”
“Kurasa kau sebenarnya bisa berenang, Mugung,” ujar GO.
“Dengan gaya anjing yang takut tenggelam tadi?” tanya Mugung, terengah.

Ketika melangkahkan kaki mereka untuk menginjak pantai, Mugung merasa kakinya lemas. Namun sebelum dia terjatuh, GO menahan kedua siku Mugung.

“Mugung-ah… gwaenchana?”

Mugung menganggukkan kepalanya dan berusaha menjejak lagi. Dia hanya merasa kakinya kebas sehabis menendang air tadi. Semua peserta kembali berbaris dengan rapi.

“Sekarang kami akan bacakan point dari misi pertama. Pasangan pertama mendapat point 100,” ujar Kangin heboh.
“Pasangan kedua… ah, Soohyun, sayang sekali tadi genggaman tangan kalian terlepas. Nah, kalian tidak dapat point karena itu. Eits, jangan protes denganku, itu memang keputusan juri. Pasangan ketiga mendapatkan 50 point karena finish di posisi kedua,” ujar Kwanghee sambil menepuk pundak Taemin.

Taemin dan Haru tertawa bersama, membuat Mugung iri melihat kekompakan mereka.

“Di urutan ketiga… omona, GO-sshi, bagaimana kalian bisa mengejar ketertinggalan kalian ini?” tanya Kangin kagum, menyodorkan mic pada GO.
“Ah… er… beruntung, kurasa?” jawab GO ragu.
“25 point untuk kalian! Dan untuk pasangan kelima, kalian mendapatkan hanya 10 point! Nah… misi pertama selesai!”

Seruan para penonton terdengar membahana di balik kamera-kamera yang beroperasi.

“Malam ini juga kalian akan langsung dapat misi tambahan. Misinya akan dibacakan oleh Kangin-sshi,” ujar Kwanghee, menyerahkan kertas pada Kangin, “tapi jangan khawatir, ini hanya misi kecil.”
“Apa mereka gila? Kita tidak diberi waktu istirahat?” keluh Mugung.
“Kau memang tidak pernah menonton Love Scandal, ya? Kita baru akan dapat waktu luang mulai hari ketiga, itupun hanya setengah hari saja,” bisik GO.
“Bagaimana dengan pekerjaanku?” protes Mugung.
“Kau masih enak, kan kau bisa mengerjakannya di dalam apartemen saja. Sedangkan jadwal MBLAQ mengharuskan aku untuk keluar,” ujar GO.

GO menghela nafas panjang. Mugung jadi berpikir, apakah seberat itu menjalani kehidupan sebagai artis?

“Setelah ini kalian akan langsung diantar ke apartemen kalian yang baru. Namun, apartemen itu dalam keadaan yang berantakan. Kalian harus merapikan segalanya dan memasak makan malam sebelum jam 9 malam. Cukup mudah kan?” tanya Kangin.

Para peserta menggerutu, hanya Hyunjoong yang terlihat tenang. Mereka kembali masuk ke mini van yang tadi mengantar mereka, lalu mini van itu mengantar mereka ke sebuah gedung apartemen yang cukup mewah. Yang pasti, lebih mewah dari apartemen Mugung.

“Akan kubagikan card key kepada kalian.”

Kangin memberikan kepada setiap peserta selembar electronic card. Secara naluri, Mugung dan Haru selalu melirik barang yang dipegang satu sama lain.

“Haru, kenapa nomor apartemen kita beda?” tanya Mugung.
“Itu jelas kan, kita akan tinggal sendiri-sendiri dengan masing-masing pasangan kita,” jelas Haru tenang.
“APA KATAMU?”
“Kenapa harus berteriak sekencang itu sih?” hardik GO, “ayo ke apartemen kita sekarang, kalau tidak misi kita tidak akan selesai.”
“Tapi…”

Haru hanya melambai pada Mugung yang ditarik GO pergi.

***

Mereka memasuki apartemen, naik lift dan berhenti berjalan tepat di depan pintu kamar bernomor 429.

“Ini dia apartemen kita. Jadi penasaran seberapa dibuat berantakannya apartemen ini oleh tim Love Scandal.”

GO memasukkan kartunya ke mesin kunci dan pintu terbuka. Begitu melangkah, lampu langsung menyala. Mata GO dan Mugung terbelalak kaget. Satu set sofa terletak dengan tidak semestinya (ada yang terbalik), rak buku jelas menghalangi sebuah pintu menuju ke ruangan lain, kabel-kabel barang elektronik belum terpasang, karpet miring, meja berdebu. Ketika melangkah ke dapur, barang-barang disana juga tampak berantakan seolah baru saja terjadi gempa disana. GO menggeser lemari yang menghalangi pintu, membuka pintu dan mengeceknya sejenak sebelum mengecek pintu lainnya.

“Mugung, aku punya usul dan kuharap kau mau bekerjasama denganku kalau kau ingin kita menang di misi kecil ini,” ucap GO.

Mugung terdiam, tiba-tiba merasakan GO mengeluarkan aura kepemimpinan, meski dia notabene bukan leader di MBLAQ.

“Kita harus membagi tugas. Dua ruangan ini jelas dimaksudkan sebagai kamar kita, jadi aku akan ambil kamar di kiri ini, kau yang sebelahnya,” tunjuk GO pada dua pintu di dalam apartemen, “kamarku lebih berantakan, tapi kupikir aku bisa menyelesaikannya lebih cepat. Ruang tamu juga akan aku bereskan. Apakah kau keberatan membereskan kamar dan dapur?”

Mugung melirik keadaan dapur dan ruang tamu, menimbang sejenak.

“Kelihatannya dapur lebih mudah. Jadi aku tidak keberatan.”
“Bagus. Dan apakah kau bisa memasak?”
“Ng… tidak.”
“Aku yang akan memasak. Kita bereskan dapur dan ruang tamu dulu kalau begitu. Ayo, bergerak sekarang. Kita punya…” GO melirik arlojinya, “persis tiga jam untuk menyelesaikan semuanya.”

GO tersenyum menyemangati Mugung. Keduanyapun mulai bekerja dalam diam. Sesekali, Mugung melirik GO. Entah bagaimana tangan GO bisa begitu cekatan membereskan keadaan ruang tamu, bahkan kuat mengangkat benda-benda seberat sofa.

“Namja… memang kuat ya.”

Waktu berlalu dengan cepat dan GO membawa sapu ke dapur.

“Belum selesai?”
“Ah ini, aku tinggal menyusun piring di rak saja.”
“Tinggalkan saja itu. Setelah menyapu aku akan menyelesaikannya dan langsung memasak. Kau mulailah membereskan kamarmu.”

Mugung menurut dan meninggalkan dapur. Ketika melewati ruang tamu, Mugung melihat bahwa ruangan itu sudah tertata begitu rapi. Mugung berdecak kagum. Mood Mugung berubah buruk ketika melihat kamarnya yang berantakan sekali, bahkan bed cover belum terpasang di spring bed-nya.

“Waktunya hanya sejam lebih… sebaiknya kuselesaikan cepat-cepat. Siapa tau aku masih punya waktu untuk membantu GO membereskan kamarnya.”

Baru mendorong lemari yang miring saja sudah membuat Mugung ngos-ngos-an. Mugung menepuk debu yang menumpuk di dalam lemari pakaian, lalu membersihkan ruangan dengan vacuum cleaner. Ketika mengecek meja rias, rupanya debu juga bertumpuk di beberapa laci kecil.

“Mereka mengumpulkan dari mana sih debu sebanyak ini? Aku akan tanya Haru apa dia juga mengalami hal yang sama…” gerutu Mugung.

Mugung membuka laci berikutnya dan seekor serangga berkaki banyak merayapi tangan Mugung. Mugung meliriknya dengan ngeri, bulu kuduknya meremang. Di dalam laci itu, masih ada beberapa ekor lagi… Mugung berpikir lebih baik dia mati daripada harus melihat serangga-serangga itu bersentuhan dengannya…

“Gyaaaaaaaah~~~” jerit Mugung kencang.

Terdengar langkah tergesa dan GO masuk ke kamar. Mugung terpaku di tempatnya berdiri, tangan masih di laci.

“Kenapa, Mugung? Ada apa?” tanya GO panic.
Mugung memandangi GO, wajahnya tampak hampir menangis, “GO-sshi… je… bal…”

GO mengernyitkan dahinya, namun melihat ada seekor laba-laba merayap di leher Mugung dan pengertian merasuki otaknya. GO berjalan perlahan… namun dengan pasti menggenggam si laba-laba yang merayapi leher Mugung, menjatuhkan laba-laba itu ke lantai. GO menarik lengan Mugung menjauhi laci.

“Keluar! Akan kubereskan!”

Mugung berlari tunggang-langgang ke luar kamarnya, membanting pintu kamar tertutup. Entah apa yang GO lakukan dengan serangga paling mengerikan di dunia (bagi Mugung) itu, namun terdengar bunyi gedebukan dari dalam sana. Mengalihkan rasa takutnya, Mugung ke dapur. Daging asap, nasi goreng kimchi dan kol tumis tersaji dalam piring-piring di dekat kompor. Sebuah panci tertutup masih dimasak di atas kompor. Mugung mengambil inisiatif untuk menata meja makan. Tak berapa lama kemudian, GO keluar kamar. Di wajah manisnya, ada keringat menetes.

“Mereka kuusir lewat jendela kamarmu. Jangan khawatir, aku sudah pastikan tidak ada lagi serangga itu. Ternyata kau takut laba-laba?”
Mugung bergidik, “jangan dibahas lagi.”

GO tertawa dan membuka tutup panci. Rupanya dia memasak sup jagung yang begitu wangi. Mengambil sendok, GO mencicipi sup yang masih mengepul itu.

“Ah, sebentar lagi sepertinya. Mugung, bisakah kau matikan apinya sepuluh menit lagi? Waktu kita tinggal 20 menit lagi, aku harus membereskan kamarku dengan cepat.”
“Bagaimana kalau aku membantumu?”
“Tidak perlu. Aku pasti bisa menyelesaikannya.”

Seperti biasa, GO selalu percaya diri. Mugung memandangi GO yang berlalu dari hadapannya.

“GO… punya kepribadian yang menarik. Aku suka namja seperti itu,” kata Mugung.

Lalu Mugung terkesiap.

“Apa aku bilang tadi? Aku pasti sudah gila…” keluh Mugung, menggelengkan kepalanya.

Mugung kembali menata meja dan menunggu GO dengan sabar… namun sudah setengah jam, GO belum juga keluar kamar. Mugung memutuskan menyusulnya ke kamar dan melihat GO merapikan ranjangnya. GO menyadari kehadiran Mugung dan tersenyum tipis padanya.

“Ah, mianhae, Mugung… sepertinya kita kalah kali ini.”
“Gwaenchana. Itu juga gara-gara laba-laba tadi yang menyita waktu kita. Lupakan saja, kita masih punya banyak misi. Kita makan yuk, aku lapar.”

GO menyusul Mugung ke dapur.

“Wow, rapi sekali kau menata meja.”
“Tidak enak rasanya kalau aku tidak bisa melakukan apa-apa. GO-sshi memasak, aku menata meja, saling membantu.”
“Kita saling mengisi.”

Mugung mematung ketika GO memandangnya sambil tersenyum. GO mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi kiri Mugung.

“Ada debu… disini.”

Usapan jari GO begitu lembut, begitu hangat, begitu… Mugung yakin dia mengidap penyakit jantung sekarang. Bel pintu berbunyi nyaring dan Mugung jelas melonjak. GO beranjak membukakan pintu. Rupanya ada Kangin dan seorang kru yang membawa kamera.

“Anyeong, GO-sshi dan Mugung-sshi. Sayang sekali kalian tadi tidak menyelesaikan misi tepat waktu,” ucap Kangin tanpa basa-basi.
“Tadi kami dapat gangguan laba-laba.”
“Aku datang kesini untuk ikut makan malam. Ada bau menyenangkan yang membuat lapar dari dapur kalian.”
“Oh, silakan. Kami baru saja akan mulai makan malam. Masuk saja.”

Mugung tersenyum pada sosok Kangin yang tegap dan ceria.

“Mugung-sshi, aku tidak mengganggu kan kalau ikut makan malam dengan kalian?”
“Tentu saja tidak, Kangin-sshi,” jawab Mugung, “duduklah, aku akan mempersiapkan perlengkapan makanmu.”

Sambil disyuting, mereka mulai makan bersama. Kangin terlihat makan dengan lahap dan bahagia.

“GO-sshi yang memasak semua ini?” tanya Kangin kaget.
“Ne, Kangin-sshi,” jawab GO.
“Masakanmu enak sekali dan kelihatannya kau sangat professional di bidang masak memasak,” puji Kangin.

GO tertawa dan entah mengapa, Mugung suka mendengar suara tawanya.

“Aku bukannya professional, Kangin-sshi. Aku hanya terbiasa memasak saja di dorm MBLAQ,” ujar GO merendah.
“Nah, Mugung? Bagaimana rasanya punya pasangan yang serba bisa, tampan dan bersuara indah seperti GO-sshi?”
Mugung tersentak, “hah? A… ku…”
“Hahaha… lihatlah, Mugung saja dibuat gagap olehmu, GO. Berani jamin, Mugung pasti sangat bahagia.”

Kangin tertawa terbahak dan membuat wajah Mugung memerah, bahkan Mugung tidak berani lagi melirik kamera.

“Nah, aku harus mengunjungi pasangan lain yang belum dikunjungi Kwanghee-sshi. Kalian cepatlah istirahat, misi besok akan diberitahukan lewat kertas lagi tentunya. Tapi kalian harus bangun sebelum jam 9 pagi ya. Dan GO-sshi, terima kasih untuk jamuannya. Berharap besok-besok aku dapat jatah mengunjungi kalian lagi,” ucap Kangin cepat dalam satu tarikan nafas.
“Cheonmaneyo, Kangin-sshi,” balas GO.

Mugung dan GO mengantar Kangin dan sang cameramen keluar apartemen. Mugung menghela nafas panjang. Dia lelah sekaligus kenyang.

“Mugung, sebaiknya kau istirahat. Kau mandilah dulu.”

Berhubung hanya ada satu kamar mandi dan toilet di apartemen itu, tentunya Mugung dan GO harus bergiliran mandi.

“Hmm… ani, GO-sshi. GO-sshi mandi saja dulu, aku akan membereskan meja,” tolak Mugung.
“Biar aku saja yang bereskan.”
“Ani. GO-sshi sudah memasak, jadi sekarang giliranku yang membereskan meja.”

Mendengar nada bicara Mugung yang setengah memaksa, GO tau tidak ada untungnya bertengkar. GO tersenyum tipis.

“Baiklah kalau begitu,” setuju Mugung.

Malam itu berakhir dengan Mugung membereskan meja, mandi dan berbaring di kamar. Mugung merasa seluruh badannya pegal, padahal ini baru syuting hari pertama. Bahkan GO setelah habis mandi tidak lagi beraktivitas, dia mengucapkan selamat tidur pada Mugung dan tidak keluar kamar lagi. Mugung menghela nafas panjang. Kamar yang ditempatinya tidak buruk, hanya saja Mugung tidak pernah terbiasa tidur di tempat yang bukan kamarnya. Mugung meraih ponselnya yang sedang di-cash, mengirimkan pesan pada Eunjae. Lama berselang… SMS tidak dibalas. Mugung beralih pada Hami. Namun pesan Mugung tidak sampai, itu tandanya ponsel Hami dinonaktifkan. Hanya satu pilihan terakhir Mugung, Haru. Nasib SMS Mugung itu sama seperti SMS yang dikirimkan pada Eunjae, tidak ada balasan. Mugung gelisah di ranjangnya. Menjelang jam 12 malam, SMS Mugung akhirnya dibalas Haru.

From: Haru
Mugung, mianhae, tadi aku main monopoli dengan Taemin. Sekarang aku mengantuk sekali. Kita tidur saja yuk, aku takut besok tidak bisa bangun untuk misi baru. Jaljayo~

Mugung terhenyak. Dia mencoba berbagai cara: main game, tidur sembarangan arah, membaca novel… tapi menjelang jam 2 pagi, dia masih tidak bisa tidur. Mugung memaksa dan memaksa matanya untuk terpejam…

***

1 comment: