It’s A Love Story
Chapter 3
Mugung
tersentak ketika lagu Watch Out-nya ZE:A mengalun dari ponselnya. Dengan mata
berat, Mugung melihat jam di ponsel itu… jam 7 pagi. Mugung menggeliat dan
duduk di ranjang meski kepalanya terasa pusing. Mugung menyeret badannya,
mengambil perlengkapan mandi dan keluar kamar. Apartemen sepi. Kamar mandi
kosong.
“Apa
GO-sshi belum bangun?” tebak Mugung.
Mugung
mengetuk pintu kamar GO, namun tidak ada suara. Mugung terus mengetuk dengan
tidak sabar.
“GO-sshi,
bangunlah, atau kita akan terlambat.”
“Hmm…”
terdengar suara dehaman GO, “kau mandilah dulu.”
Mugung
beralih ke pintu apartemen dan melihat kertas tergeletak di dekatnya.
Love Scandal episode 67-72
Second Mission
Barang yang perlu disiapkan: pakailah pakaian
casual yang membuat tubuh bergerak nyaman dan bebas
Mugung
melirik pakaian yang akan dibawanya ke kamar mandi: kaos dan celana training.
Kebetulan sekali. Ketika lewat di kamar GO, Mugung menyorongkan kertas tadi
lewat celah pintu kamar. Mugung langsung ke kamar mandi setelahnya. Tak lama
kemudian, GO bangun dan sempat membaca kertas misi sebelum memilih baju dan
keluar kamar. Namun, matanya terpancang pada suatu benda yang tergeletak begitu
saja di depan pintu kamarnya. Benda itu berwarna merah menyala. GO memicingkan
matanya.
“Omona…”
desah GO, menggelengkan kepalanya.
Dengan
hati-hati GO mengambil benda itu, seakan takut benda itu bisa meledak kalau
diperlakukan dengan kasar. GO mengetuk pintu kamar mandi.
“Mugung…”
panggil GO.
“Eh,
GO-sshi. Tunggu sebentar,” pinta Mugung.
GO
melirik jam dinding. Sudah 30 menit rasanya Mugung di dalam kamar mandi.
“Kau
belum selesai?”
“Ne,
sebentar lagi.”
GO menggelengkan
kepalanya.
“Gawat
ini… aku tidak menyangka aku mendapat pasangan yang kebiasaan mandinya sama
sepertiku, lama. Kalau begini terus memang perlu rasanya bangun pagi…”
Lalu
GO melirik benda yang masih diangkatnya dengan hati-hati di tangan kirinya. Dia
kembali mengetuk pintu.
“Mugung-ah…”
“Tunggu…”
Mugung
sudah selesai mandi. Dia kalang kabut menggeser pakaiannya yang digantung di
sudut kamar mandi. Dia mencari sesuatu… tapi sesuatu itu tidak ada.
“Bagaimana
mungkin aku bisa kelupaan membawanya? Aku bisa gila…”
“Mugung,
aku mau…”
“Tunggu,
GO-sshi. Sungguh, sebentar lagi…”
Mugung
mondar-mandir dengan gelisah.
“Aku
bisa pakai pakaian, tapi… kaosku putih, pasti tembus pandang. Kalau aku hanya
membalut badanku dengan handuk… oh ani… dia di depan pintu kamar mandi,” ujar
Mugung resah, “aish… eoddeohke?”
“Kita
akan terlambat, Mugung,” keluh GO.
Mugung
menghela nafas panjang, akhirnya mengambil handuk dan membalut tubuhnya. Tapi
handuk itu terlalu pendek untuk menutupi seluruh tubuh Mugung. Belahan dada
Mugung terlihat dan panjang handuk itu hanya lewat 2-3 cm di bawah pantatnya.
“Sudahlah,
aku lari saja.”
Mugung
membuka pintu dan mulai ambil langkah seribu. Namun baik GO maupun Mugung tidak
sempat menghindar ketika tubuh mereka saling menabrak. Mugung menimpa GO,
bahkan jarak wajah mereka hanya kurang dari 10 cm. Mata mereka saling menatap
dan keduanya mematung. Kekagetan Mugung dan jaraknya yang begitu dekat dengan
GO membangkitkan detak jantung Mugung, menambah kecepatannya menjadi dua kali
lipat. GO… wajah bangun tidurnya masih tetap begitu manis, tanpa make-up, tanpa
apapun… dia manis. Tubuh mereka menempel… Mugung bisa merasakan tegapnya tubuh
GO dan tubuh Mugung muat dalam pelukannya. Mata GO beralih dari wajah Mugung,
turun ke leher dan dada Mugung… Mugung tersentak dan melihat dadanya sendiri,
yang, untung saja, masih terbalut handuk. Namun karena tertekan, belahan
payudara Mugung terlihat semakin jelas. GO pasti… sebagai pria normal…
“Ehm…
Mugung, berdirilah duluan. Aku tidak akan melihatmu,” kata GO.
GO
memalingkan wajahnya. Mugung cepat-cepat berdiri disusul GO yang tetap tidak
memandangi Mugung. Namun yang menarik perhatian Mugung adalah benda yang
disodorkan GO padanya.
“Ini…
terjatuh di depan pintu kamarku.”
Mugung
mengambil benda itu cepat-cepat.
“GO-sshi…
gomawo…” sahut Mugung.
Mendengar
pintu yang dibanting, GO baru bisa bernafas lega. Yang tadi itu… GO
menggelengkan kepalanya dan bergegas mandi. Mugung di dalam kamarnya
mencengkeram jantungnya. Lama dia bertahan dalam posisi itu sebelum dia mulai
menepuk dahinya sendiri.
“Sial…
aku babo sekali sih menjatuhkan bra di depan kamarnya! Huaaaa… Mugung babo!
Tadi aku juga jatuh menimpanya… omona… aku malu sekali! Eoddeohkaji?”
Mugung
sengaja mengurung dirinya di dalam kamar hingga terdengar ketukan di pintu
kamar Mugung.
“Mugung,
kita harus sarapan sebelum pergi.”
Mugung
bangkit dan keluar kamar. Rupanya GO sudah duduk di ruang makan. Mugung
memandangi wajah GO dengan takut-takut dan malu, namun GO hanya tersenyum tipis
seolah tidak terjadi apa-apa tadi.
“Aku
membuat hamburger. Makanlah,” ajak GO, “kita harus dalam kondisi yang fit hari
ini.”
“Err…
GO-sshi, menurutmu… apa yang akan kita lakukan hari ini?” tanya Mugung.
“Maksudmu,
misi itu? Entahlah… tim Love Scandal terlalu kreatif,” jawab GO, mengedikkan
bahunya, “mereka selalu bisa membuat berbagai misi baru yang tidak sama di
setiap episode. Tapi selain laba-laba dan air, apalagi yang kau takutkan?”
“Aku
takut ketinggian,” ucap Mugung.
“Aku
berharap bukan itu misi kita. Dan kau… kenapa dengan wajahmu?” tanya GO,
memandangi wajah Mugung lekat, “kau tidak bisa tidur atau… kau sakit?”
Mugung
memegangi kedua pipinya yang menggembung akibat sambil mengunyah hamburger.
“Oh,
aku… semalam tidak bisa tidur. Aku tadinya memang menderita insomnia dan
parahnya lagi… aku tidak bisa tidur di tempat yang asing.”
“Oh,
begitu. Jam berapa kau tidur?”
“Entahlah.
Aku terakhir kali melihat ponsel itu sekitar jam 3.”
“Omona!
Energimu akan terkuras kalau begitu. Sudah selesai makannya? Duduk saja di sofa
dan tunggu aku sebentar.”
“Tapi
aku…”
“Aku
yang bereskan. Aku tidak mau kau kelelahan.”
GO
tersenyum dan menambahkan, “kurang tidur sangat berbahaya untuk tubuh. Kau
boleh membantuku memasak nanti malam.”
Mugung
merasa jantungnya berdebar lagi. Apakah ini akan sungguh-sungguh menjadi… love
scandal?
***
Para
peserta Love Scandal dibawa ke sebuah arena balapan. Mereka berbisik resah satu
sama lain, tidak tau apa yang akan mereka lakukan disana. Begitu siap, Kwanghee
dan Kangin (yang memakai pakaian balap lengkap) langsung membuka acara.
“Bertemu
lagi dengan Kangin dan rekanku, Hwang Kwanghee dalam Love Scandal,” ujar Kangin
ceria sambil melambai ke kamera.
Para
penonton duduk di tribun, lebih ramai lagi dari kemarin. Mugung menyipitkan
mata dan melihat beberapa penonton pastilah fans, soalnya mereka membawa poster
dan spanduk untuk mendukung idola mereka.
“Langsung
saja kujelaskan misi kedua Love Scandal. Kali ini para peserta harus mengikuti
lomba balap mobil,” Kangin mengumumkan, “tapi, tentu saja, ini bukan balapan
biasa.”
“Ne.
Balapan kali ini adalah setiap pasangan harus duduk dan mengemudi bersama di
dalam satu mobil bahkan satu kursi, dengan pilihan, seseorang yang memegang
kemudi matanya harus ditutup, sedangkan yang lainnya yang mengendalikan rem,
matanya tidak ditutup,” jelas Kwanghee.
Para
peserta tampak kaget, beberapa mengajukan protes, namun reaksi Mugung dan Haru
sama: mematung.
“Karena
prioritas kami adalah keselamatan peserta, karena itu mobil yang dipakai untuk
balapan telah didesain secara khusus. Kursinya lebar dan cukup untuk duduk
berdua, serta mobilnya sudah dilapisi karet busa di sekelilingnya. Satu lagi,
mesin mobil ini automatic, jadi jangan terlalu khawatir,” kata Kangin.
“Ini
dia mobil yang kami maksud,” tambah Kwanghee.
Lima
mobil muncul dan Mugung bersumpah, dia baru sekali melihat mobil seaneh itu.
Mobil itu seperti mobil balap pada umumnya, jelas hanya dikhususkan untuk satu
penumpang saja. Bedanya adalah mobil itu memiliki kap penutup juga, jadi
sepintas mirip mobil sedan. Yang membuat penampilan mobil itu aneh adalah
adanya karet busa tebal berwarna merah gelap mengelilingi seluruh badan mobil.
“Kalian
boleh berdiskusi dulu siapa yang matanya akan ditutup,” pinta Kangin,
“sementara pemenang balapan adalah yang tercepat melewati tiga lap.”
“Bagaimana,
Mugung? Kau bisa mengendarai mobil?” tanya GO.
“Sebenarnya
lebih dari itu, GO-sshi. Aku suka balapan. Err… maksudku… mobilku yang di rumah
sudah aku modifikasi dan semacamnya,” jawab Mugung.
Mugung
merasa lebih percaya diri di bidang ini dibanding berenang kemarin. Mungkin
kali ini dia bisa membantu lebih banyak.
“Yang
ditutup matanya adalah yang memegang kemudi… jadi maukah kau yang memegang
kemudi dan mempercayakan pengaturan arah dan rem padaku?”
Mugung
berpikir sejenak. Mengemudi dalam keadaan buta… dia belum pernah dan tidak akan
berani mencoba itu sebelumnya.
“Kalau
kau sekali lagi percaya padaku, seperti yang kita lakukan kemarin… kurasa kali
ini harapan kita semakin besar.”
Percaya…
Mugung memandangi wajah GO. Berenang… laba-laba… kelihatannya Mugung memang
selalu percaya pada GO, bahkan tanpa perlu GO memaksanya.
“Aku
percaya pada GO-sshi.”
“Baiklah.
Begitu keputusan kita,” putus GO.
GO
dan Mugung bertukar senyum sebelum berjalan menuju mobil mereka yang berwarna
oranye cerah dengan angka 4 raksasa berdiri di atas kap mobil.
“Sekarang
silakan, yang memegang kendali rem masuk dan duduk duluan, disusul pasangannya
yang duduk di depannya,” pinta Kwanghee.
GO
duduk duluan dan sebelum masuk ke mobil, Mugung sempat melirik Haru yang juga
masuk bersamaan dengannya. Ini tandanya Haru juga akan menjadi pemegang kemudi.
Ketika Mugung melongokkan kepalanya ke dalam mobil, Mugung merasa mobil itu
begitu sesak. GO membuka kakinya lebar-lebar dan menepuk sisa kursi yang
didudukinya.
“Aku
duduk disana?” tanya Mugung bingung.
“Tentu.
Ini kemudinya kan,” jawab GO sambil tertawa ringan.
Mugung
duduk membelakangi GO. Ini adalah acara Love Scandal, jadi jelas sekali
semuanya sudah diatur sedemikian rupa untuk membuat setiap pasangan mempunyai
hubungan yang baik dan romantic. Seperti ini misalnya. Memang, kursi itu cukup
ditempati dua orang, tapi tetap saja terlalu membatasi ruang gerak. Mau tidak
mau Mugung merasakan dada GO menempel erat di punggungnya, bahkan parfum GO yang
manis dan samar-samar tercium jelas. Jantung Mugung mulai berdetak tidak
menentu lagi. Mugung pura-pura memegang kemudi dan mengamati interior mobil
untuk mengalihkan pikirannya.
“Percaya
pada pasangan adalah kunci untuk memenangkan balapan ini. Dengan begini juga,
chemistry pasangan akan terlihat jelas,” kata Kangin yang berdiri di depan
garis start.
Tiba-tiba,
GO meletakkan tangannya di atas punggung tangan Mugung, lalu menggenggamnya.
Mugung tidak berani bergerak, matanya terpancang pada tangannya dan tangan GO
di kemudi.
“Hwaiting,”
bisik GO di telinga Mugung.
Lalu
GO melepaskan genggaman itu. Mugung masih terengah-engah dan wajahnya memerah.
“Sekarang,
mata akan ditutup,” ujar Kwanghee ceria.
Seorang
staff datang dan menutup mata Mugung dengan kain hitam yang diikat kencang.
Mugung merasa agak takut. Inikah perasaan seorang yang buta? Pastilah mereka
tidak bahagia dan selalu tidak tenang. Namun Mugung merasakan dada GO di
punggungnya, hembusan nafas GO di pundaknya… dan Mugung tau, dia tidak sendirian.
Dia harus percaya pada GO. Itu sudah cukup.
“Begitu
peluit ditiup, balapan langsung dimulai. Siap-siap…” pinta Kangin, “hana… dul…
set!”
Peluit
berbunyi nyaring dan Mugung bisa mendengar mesin mobil menderu di sekitarnya.
Mugung juga menginjak gas dan berjalan lurus saja.
“Kanan,”
ucap GO tenang dan jelas di telinga kiri Mugung.
Berikut
berbagai arahan yang GO berikan pada Mugung selalu diucapkannya dengan nada
tenang dan jelas dan Mugung sangat berterimakasih padanya. Ketenangan GO
mengalir dalam adrenalin Mugung dan diapun bisa berkonsentrasi penuh pada
kemudi yang digenggamnya.
“Di
posisi berapa kita?” tanya Mugung.
“Dua.
Tidak buruk, kan? Aku masih bisa melihat ekor mobil Kyuhyun di depan sana.
Apakah kau setuju sebaiknya kita tempel mereka ketat dulu sebelum kita mengejar
mereka di lap terakhir?”
“Ne.
GO-sshi yang mengatur.”
“Oke.”
Kangin
dan Kwanghee menjadi komentator yang terlalu bersemangat. Kadang pembicaraan
mereka timpang-tindih, kadang bersorak, kadang menjerit ngeri. Mugung tau beberapa
mobil pastilah menabrak pagar pembatas, tapi beruntung, Mugung hanya sempat
merasakan mobil mereka keluar jalur dan menelusuri rumput, tapi tidak ada
benturan berarti sejauh ini.
“Mugung,
ini dia… kiri! Maju terus!”
Mugung
menggeser kemudi dan menginjak pedal gas kuat-kuat.
“Oh
tidak, kanan, Mugung… sedikit saja.”
Mugung
menggeser kemudi lagi.
“Ah,
sial. Kyuhyun-sshi tau kita mau mengejar mereka. NOS kita masih penuh. Mugung,
begitu bergeser ke kiri sedikit, kau langsung injak gas saja. Aku akan
menggunakan NOS kita.”
“Ne.”
Mugung
menggeser kemudi sedikit lagi ke kiri, menginjak gas dan merasa mobil mereka
melaju kencang.
“Kiri!”
Sedikit
rem dari GO, lalu injakan gas lagi… begitu lagi beberapa kali… Mugung tidak
berani bertanya dan mengacaukan konsentrasi GO, hanya terus mengendalikan
kemudinya supaya tetap stabil…
“Finish!
Daebak! Pasangan keempat, GO dan Lee Mugung memenangi balapan mobil!” seru
Kwanghee membahana.
“Kyuhyun
menyusul di urutan kedua dan… meski belum finish, Taemin sudah meninggalkan
peserta lainnya… Taemin di urutan ketiga! Hyunjoong yang berikutnya!” tambah
Kangin.
“Nah,
kita berhenti, Mugung,” ujar GO perlahan.
Mugung
melepas gas dan GO menginjak rem. Berikutnya, yang Mugung tau, GO-lah yang
melepas ikatan kain di mata Mugung. Mugung mengerjapkan matanya beberapa kali
untuk menyesuaikan matanya dengan serangan cahaya. Namun kegiatan Mugung itu
terganggu. GO baru saja mendekap Mugung erat-erat, kedua tangan GO di bahu dan
leher Mugung, kepalanya diletakkan di bahu kanan Mugung.
“Kita
berhasil. Kau hebat,” bisik GO.
“Ani,
GO-sshi-lah yang hebat. Aku kan buta arah,” ujar Mugung, suaranya bergetar.
Mugung
ingin waktu berhenti saat itu juga, ingin merasakan pelukan GO yang terasa
melindunginya sedikit lebih lama, ingin menoleh dan melihat apakah GO
tersenyum, ingin melihat seperti apakah wajah GO yang berada di bahunya
sekarang…
“Keluarlah
duluan, Mugung,” pinta GO.
Dan
Mugung tidak bisa menyembunyikan kekecewaan yang timbul dari dalam hatinya
ketika GO melepas pelukannya. Namun, Mugung berusaha mengendalikan diri dan
keluar dari mobil, disusul GO. Mereka berbaris bersama peserta lain. Haru
menyikut tangan Mugung.
“Aku
tau ini bidangmu,” bisik Haru, “chukaeyo.”
Mugung
tersenyum lebar. Sesi wawancara selesai misi dimulai dan Mugung sengaja
membiarkan GO menjadi juru bicara.
“Perolehan
point dari misi kedua. Pasangan keempat mendapat 100 point, pasangan kelima 50
point dan pasangan ketiga 25 point. Pasangan pertama juga mendapat 10 point,”
kata Kwanghee.
“Jadi
dari dua misi yang sudah dilaksanakan, untuk sementara perolehan point adalah…”
Kangin membaca dari kertas yang dipegangnya, “pasangan keempat GO-Mugung
memimpin dengan 125 point, pasangan pertama Hyunjoong-Eunhwa di posisi kedua
dengan 110 point dan di tempat ketiga ada Taemin-Haru dengan 75 point.”
“Masih
banyak kesempatan menambah point dan tentu saja, point chemistry sehari-hari
kalian sekarang sudah mulai dihitung juri, point itu akan ditambahkan pada
total point dari misi kalian di hari terakhir kalian syuting,” jelas Kwanghee.
“Misi
kali ini berakhir sampai disini, sampai ketemu di misi ketiga besok sore.”
“Anyeong,”
pamit kedua MC kompak.
Mugung
melirik langit yang warnanya sudah berubah kemerahan. GO menepuk pundak Mugung.
“Pulang
yuk,” ajak GO, tersenyum tipis.
Mugung
membalas senyumnya.
***
No comments:
Post a Comment