Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Sunday, 13 May 2012

It's A Love Story chapter 3


It’s A Love Story
Chapter 3

Mugung tersentak ketika lagu Watch Out-nya ZE:A mengalun dari ponselnya. Dengan mata berat, Mugung melihat jam di ponsel itu… jam 7 pagi. Mugung menggeliat dan duduk di ranjang meski kepalanya terasa pusing. Mugung menyeret badannya, mengambil perlengkapan mandi dan keluar kamar. Apartemen sepi. Kamar mandi kosong.

“Apa GO-sshi belum bangun?” tebak Mugung.

Mugung mengetuk pintu kamar GO, namun tidak ada suara. Mugung terus mengetuk dengan tidak sabar.

“GO-sshi, bangunlah, atau kita akan terlambat.”
“Hmm…” terdengar suara dehaman GO, “kau mandilah dulu.”

Mugung beralih ke pintu apartemen dan melihat kertas tergeletak di dekatnya.

Love Scandal episode 67-72
Second Mission
Barang yang perlu disiapkan: pakailah pakaian casual yang membuat tubuh bergerak nyaman dan bebas

Mugung melirik pakaian yang akan dibawanya ke kamar mandi: kaos dan celana training. Kebetulan sekali. Ketika lewat di kamar GO, Mugung menyorongkan kertas tadi lewat celah pintu kamar. Mugung langsung ke kamar mandi setelahnya. Tak lama kemudian, GO bangun dan sempat membaca kertas misi sebelum memilih baju dan keluar kamar. Namun, matanya terpancang pada suatu benda yang tergeletak begitu saja di depan pintu kamarnya. Benda itu berwarna merah menyala. GO memicingkan matanya.

“Omona…” desah GO, menggelengkan kepalanya.

Dengan hati-hati GO mengambil benda itu, seakan takut benda itu bisa meledak kalau diperlakukan dengan kasar. GO mengetuk pintu kamar mandi.

“Mugung…” panggil GO.
“Eh, GO-sshi. Tunggu sebentar,” pinta Mugung.

GO melirik jam dinding. Sudah 30 menit rasanya Mugung di dalam kamar mandi.

“Kau belum selesai?”
“Ne, sebentar lagi.”

GO menggelengkan kepalanya.

“Gawat ini… aku tidak menyangka aku mendapat pasangan yang kebiasaan mandinya sama sepertiku, lama. Kalau begini terus memang perlu rasanya bangun pagi…”

Lalu GO melirik benda yang masih diangkatnya dengan hati-hati di tangan kirinya. Dia kembali mengetuk pintu.

“Mugung-ah…”
“Tunggu…”

Mugung sudah selesai mandi. Dia kalang kabut menggeser pakaiannya yang digantung di sudut kamar mandi. Dia mencari sesuatu… tapi sesuatu itu tidak ada.

“Bagaimana mungkin aku bisa kelupaan membawanya? Aku bisa gila…”
“Mugung, aku mau…”
“Tunggu, GO-sshi. Sungguh, sebentar lagi…”

Mugung mondar-mandir dengan gelisah.

“Aku bisa pakai pakaian, tapi… kaosku putih, pasti tembus pandang. Kalau aku hanya membalut badanku dengan handuk… oh ani… dia di depan pintu kamar mandi,” ujar Mugung resah, “aish… eoddeohke?”
“Kita akan terlambat, Mugung,” keluh GO.

Mugung menghela nafas panjang, akhirnya mengambil handuk dan membalut tubuhnya. Tapi handuk itu terlalu pendek untuk menutupi seluruh tubuh Mugung. Belahan dada Mugung terlihat dan panjang handuk itu hanya lewat 2-3 cm di bawah pantatnya.

“Sudahlah, aku lari saja.”

Mugung membuka pintu dan mulai ambil langkah seribu. Namun baik GO maupun Mugung tidak sempat menghindar ketika tubuh mereka saling menabrak. Mugung menimpa GO, bahkan jarak wajah mereka hanya kurang dari 10 cm. Mata mereka saling menatap dan keduanya mematung. Kekagetan Mugung dan jaraknya yang begitu dekat dengan GO membangkitkan detak jantung Mugung, menambah kecepatannya menjadi dua kali lipat. GO… wajah bangun tidurnya masih tetap begitu manis, tanpa make-up, tanpa apapun… dia manis. Tubuh mereka menempel… Mugung bisa merasakan tegapnya tubuh GO dan tubuh Mugung muat dalam pelukannya. Mata GO beralih dari wajah Mugung, turun ke leher dan dada Mugung… Mugung tersentak dan melihat dadanya sendiri, yang, untung saja, masih terbalut handuk. Namun karena tertekan, belahan payudara Mugung terlihat semakin jelas. GO pasti… sebagai pria normal…

“Ehm… Mugung, berdirilah duluan. Aku tidak akan melihatmu,” kata GO.

GO memalingkan wajahnya. Mugung cepat-cepat berdiri disusul GO yang tetap tidak memandangi Mugung. Namun yang menarik perhatian Mugung adalah benda yang disodorkan GO padanya.

“Ini… terjatuh di depan pintu kamarku.”

Mugung mengambil benda itu cepat-cepat.

“GO-sshi… gomawo…” sahut Mugung.

Mendengar pintu yang dibanting, GO baru bisa bernafas lega. Yang tadi itu… GO menggelengkan kepalanya dan bergegas mandi. Mugung di dalam kamarnya mencengkeram jantungnya. Lama dia bertahan dalam posisi itu sebelum dia mulai menepuk dahinya sendiri.

“Sial… aku babo sekali sih menjatuhkan bra di depan kamarnya! Huaaaa… Mugung babo! Tadi aku juga jatuh menimpanya… omona… aku malu sekali! Eoddeohkaji?”

Mugung sengaja mengurung dirinya di dalam kamar hingga terdengar ketukan di pintu kamar Mugung.

“Mugung, kita harus sarapan sebelum pergi.”

Mugung bangkit dan keluar kamar. Rupanya GO sudah duduk di ruang makan. Mugung memandangi wajah GO dengan takut-takut dan malu, namun GO hanya tersenyum tipis seolah tidak terjadi apa-apa tadi.

“Aku membuat hamburger. Makanlah,” ajak GO, “kita harus dalam kondisi yang fit hari ini.”
“Err… GO-sshi, menurutmu… apa yang akan kita lakukan hari ini?” tanya Mugung.
“Maksudmu, misi itu? Entahlah… tim Love Scandal terlalu kreatif,” jawab GO, mengedikkan bahunya, “mereka selalu bisa membuat berbagai misi baru yang tidak sama di setiap episode. Tapi selain laba-laba dan air, apalagi yang kau takutkan?”
“Aku takut ketinggian,” ucap Mugung.
“Aku berharap bukan itu misi kita. Dan kau… kenapa dengan wajahmu?” tanya GO, memandangi wajah Mugung lekat, “kau tidak bisa tidur atau… kau sakit?”

Mugung memegangi kedua pipinya yang menggembung akibat sambil mengunyah hamburger.

“Oh, aku… semalam tidak bisa tidur. Aku tadinya memang menderita insomnia dan parahnya lagi… aku tidak bisa tidur di tempat yang asing.”
“Oh, begitu. Jam berapa kau tidur?”
“Entahlah. Aku terakhir kali melihat ponsel itu sekitar jam 3.”
“Omona! Energimu akan terkuras kalau begitu. Sudah selesai makannya? Duduk saja di sofa dan tunggu aku sebentar.”
“Tapi aku…”
“Aku yang bereskan. Aku tidak mau kau kelelahan.”
GO tersenyum dan menambahkan, “kurang tidur sangat berbahaya untuk tubuh. Kau boleh membantuku memasak nanti malam.”

Mugung merasa jantungnya berdebar lagi. Apakah ini akan sungguh-sungguh menjadi… love scandal?

***

Para peserta Love Scandal dibawa ke sebuah arena balapan. Mereka berbisik resah satu sama lain, tidak tau apa yang akan mereka lakukan disana. Begitu siap, Kwanghee dan Kangin (yang memakai pakaian balap lengkap) langsung membuka acara.

“Bertemu lagi dengan Kangin dan rekanku, Hwang Kwanghee dalam Love Scandal,” ujar Kangin ceria sambil melambai ke kamera.

Para penonton duduk di tribun, lebih ramai lagi dari kemarin. Mugung menyipitkan mata dan melihat beberapa penonton pastilah fans, soalnya mereka membawa poster dan spanduk untuk mendukung idola mereka.

“Langsung saja kujelaskan misi kedua Love Scandal. Kali ini para peserta harus mengikuti lomba balap mobil,” Kangin mengumumkan, “tapi, tentu saja, ini bukan balapan biasa.”
“Ne. Balapan kali ini adalah setiap pasangan harus duduk dan mengemudi bersama di dalam satu mobil bahkan satu kursi, dengan pilihan, seseorang yang memegang kemudi matanya harus ditutup, sedangkan yang lainnya yang mengendalikan rem, matanya tidak ditutup,” jelas Kwanghee.

Para peserta tampak kaget, beberapa mengajukan protes, namun reaksi Mugung dan Haru sama: mematung.

“Karena prioritas kami adalah keselamatan peserta, karena itu mobil yang dipakai untuk balapan telah didesain secara khusus. Kursinya lebar dan cukup untuk duduk berdua, serta mobilnya sudah dilapisi karet busa di sekelilingnya. Satu lagi, mesin mobil ini automatic, jadi jangan terlalu khawatir,” kata Kangin.
“Ini dia mobil yang kami maksud,” tambah Kwanghee.

Lima mobil muncul dan Mugung bersumpah, dia baru sekali melihat mobil seaneh itu. Mobil itu seperti mobil balap pada umumnya, jelas hanya dikhususkan untuk satu penumpang saja. Bedanya adalah mobil itu memiliki kap penutup juga, jadi sepintas mirip mobil sedan. Yang membuat penampilan mobil itu aneh adalah adanya karet busa tebal berwarna merah gelap mengelilingi seluruh badan mobil.

“Kalian boleh berdiskusi dulu siapa yang matanya akan ditutup,” pinta Kangin, “sementara pemenang balapan adalah yang tercepat melewati tiga lap.”
“Bagaimana, Mugung? Kau bisa mengendarai mobil?” tanya GO.
“Sebenarnya lebih dari itu, GO-sshi. Aku suka balapan. Err… maksudku… mobilku yang di rumah sudah aku modifikasi dan semacamnya,” jawab Mugung.

Mugung merasa lebih percaya diri di bidang ini dibanding berenang kemarin. Mungkin kali ini dia bisa membantu lebih banyak.

“Yang ditutup matanya adalah yang memegang kemudi… jadi maukah kau yang memegang kemudi dan mempercayakan pengaturan arah dan rem padaku?”

Mugung berpikir sejenak. Mengemudi dalam keadaan buta… dia belum pernah dan tidak akan berani mencoba itu sebelumnya.

“Kalau kau sekali lagi percaya padaku, seperti yang kita lakukan kemarin… kurasa kali ini harapan kita semakin besar.”

Percaya… Mugung memandangi wajah GO. Berenang… laba-laba… kelihatannya Mugung memang selalu percaya pada GO, bahkan tanpa perlu GO memaksanya.

“Aku percaya pada GO-sshi.”
“Baiklah. Begitu keputusan kita,” putus GO.

GO dan Mugung bertukar senyum sebelum berjalan menuju mobil mereka yang berwarna oranye cerah dengan angka 4 raksasa berdiri di atas kap mobil.

“Sekarang silakan, yang memegang kendali rem masuk dan duduk duluan, disusul pasangannya yang duduk di depannya,” pinta Kwanghee.

GO duduk duluan dan sebelum masuk ke mobil, Mugung sempat melirik Haru yang juga masuk bersamaan dengannya. Ini tandanya Haru juga akan menjadi pemegang kemudi. Ketika Mugung melongokkan kepalanya ke dalam mobil, Mugung merasa mobil itu begitu sesak. GO membuka kakinya lebar-lebar dan menepuk sisa kursi yang didudukinya.

“Aku duduk disana?” tanya Mugung bingung.
“Tentu. Ini kemudinya kan,” jawab GO sambil tertawa ringan.

Mugung duduk membelakangi GO. Ini adalah acara Love Scandal, jadi jelas sekali semuanya sudah diatur sedemikian rupa untuk membuat setiap pasangan mempunyai hubungan yang baik dan romantic. Seperti ini misalnya. Memang, kursi itu cukup ditempati dua orang, tapi tetap saja terlalu membatasi ruang gerak. Mau tidak mau Mugung merasakan dada GO menempel erat di punggungnya, bahkan parfum GO yang manis dan samar-samar tercium jelas. Jantung Mugung mulai berdetak tidak menentu lagi. Mugung pura-pura memegang kemudi dan mengamati interior mobil untuk mengalihkan pikirannya.

“Percaya pada pasangan adalah kunci untuk memenangkan balapan ini. Dengan begini juga, chemistry pasangan akan terlihat jelas,” kata Kangin yang berdiri di depan garis start.

Tiba-tiba, GO meletakkan tangannya di atas punggung tangan Mugung, lalu menggenggamnya. Mugung tidak berani bergerak, matanya terpancang pada tangannya dan tangan GO di kemudi.

“Hwaiting,” bisik GO di telinga Mugung.

Lalu GO melepaskan genggaman itu. Mugung masih terengah-engah dan wajahnya memerah.

“Sekarang, mata akan ditutup,” ujar Kwanghee ceria.

Seorang staff datang dan menutup mata Mugung dengan kain hitam yang diikat kencang. Mugung merasa agak takut. Inikah perasaan seorang yang buta? Pastilah mereka tidak bahagia dan selalu tidak tenang. Namun Mugung merasakan dada GO di punggungnya, hembusan nafas GO di pundaknya… dan Mugung tau, dia tidak sendirian. Dia harus percaya pada GO. Itu sudah cukup.

“Begitu peluit ditiup, balapan langsung dimulai. Siap-siap…” pinta Kangin, “hana… dul… set!”

Peluit berbunyi nyaring dan Mugung bisa mendengar mesin mobil menderu di sekitarnya. Mugung juga menginjak gas dan berjalan lurus saja.

“Kanan,” ucap GO tenang dan jelas di telinga kiri Mugung.

Berikut berbagai arahan yang GO berikan pada Mugung selalu diucapkannya dengan nada tenang dan jelas dan Mugung sangat berterimakasih padanya. Ketenangan GO mengalir dalam adrenalin Mugung dan diapun bisa berkonsentrasi penuh pada kemudi yang digenggamnya.

“Di posisi berapa kita?” tanya Mugung.
“Dua. Tidak buruk, kan? Aku masih bisa melihat ekor mobil Kyuhyun di depan sana. Apakah kau setuju sebaiknya kita tempel mereka ketat dulu sebelum kita mengejar mereka di lap terakhir?”
“Ne. GO-sshi yang mengatur.”
“Oke.”

Kangin dan Kwanghee menjadi komentator yang terlalu bersemangat. Kadang pembicaraan mereka timpang-tindih, kadang bersorak, kadang menjerit ngeri. Mugung tau beberapa mobil pastilah menabrak pagar pembatas, tapi beruntung, Mugung hanya sempat merasakan mobil mereka keluar jalur dan menelusuri rumput, tapi tidak ada benturan berarti sejauh ini.

“Mugung, ini dia… kiri! Maju terus!”

Mugung menggeser kemudi dan menginjak pedal gas kuat-kuat.

“Oh tidak, kanan, Mugung… sedikit saja.”

Mugung menggeser kemudi lagi.

“Ah, sial. Kyuhyun-sshi tau kita mau mengejar mereka. NOS kita masih penuh. Mugung, begitu bergeser ke kiri sedikit, kau langsung injak gas saja. Aku akan menggunakan NOS kita.”
“Ne.”

Mugung menggeser kemudi sedikit lagi ke kiri, menginjak gas dan merasa mobil mereka melaju kencang.

“Kiri!”

Sedikit rem dari GO, lalu injakan gas lagi… begitu lagi beberapa kali… Mugung tidak berani bertanya dan mengacaukan konsentrasi GO, hanya terus mengendalikan kemudinya supaya tetap stabil…

“Finish! Daebak! Pasangan keempat, GO dan Lee Mugung memenangi balapan mobil!” seru Kwanghee membahana.
“Kyuhyun menyusul di urutan kedua dan… meski belum finish, Taemin sudah meninggalkan peserta lainnya… Taemin di urutan ketiga! Hyunjoong yang berikutnya!” tambah Kangin.
“Nah, kita berhenti, Mugung,” ujar GO perlahan.

Mugung melepas gas dan GO menginjak rem. Berikutnya, yang Mugung tau, GO-lah yang melepas ikatan kain di mata Mugung. Mugung mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan matanya dengan serangan cahaya. Namun kegiatan Mugung itu terganggu. GO baru saja mendekap Mugung erat-erat, kedua tangan GO di bahu dan leher Mugung, kepalanya diletakkan di bahu kanan Mugung.

“Kita berhasil. Kau hebat,” bisik GO.
“Ani, GO-sshi-lah yang hebat. Aku kan buta arah,” ujar Mugung, suaranya bergetar.

Mugung ingin waktu berhenti saat itu juga, ingin merasakan pelukan GO yang terasa melindunginya sedikit lebih lama, ingin menoleh dan melihat apakah GO tersenyum, ingin melihat seperti apakah wajah GO yang berada di bahunya sekarang…

“Keluarlah duluan, Mugung,” pinta GO.

Dan Mugung tidak bisa menyembunyikan kekecewaan yang timbul dari dalam hatinya ketika GO melepas pelukannya. Namun, Mugung berusaha mengendalikan diri dan keluar dari mobil, disusul GO. Mereka berbaris bersama peserta lain. Haru menyikut tangan Mugung.

“Aku tau ini bidangmu,” bisik Haru, “chukaeyo.”

Mugung tersenyum lebar. Sesi wawancara selesai misi dimulai dan Mugung sengaja membiarkan GO menjadi juru bicara.

“Perolehan point dari misi kedua. Pasangan keempat mendapat 100 point, pasangan kelima 50 point dan pasangan ketiga 25 point. Pasangan pertama juga mendapat 10 point,” kata Kwanghee.
“Jadi dari dua misi yang sudah dilaksanakan, untuk sementara perolehan point adalah…” Kangin membaca dari kertas yang dipegangnya, “pasangan keempat GO-Mugung memimpin dengan 125 point, pasangan pertama Hyunjoong-Eunhwa di posisi kedua dengan 110 point dan di tempat ketiga ada Taemin-Haru dengan 75 point.”
“Masih banyak kesempatan menambah point dan tentu saja, point chemistry sehari-hari kalian sekarang sudah mulai dihitung juri, point itu akan ditambahkan pada total point dari misi kalian di hari terakhir kalian syuting,” jelas Kwanghee.
“Misi kali ini berakhir sampai disini, sampai ketemu di misi ketiga besok sore.”
“Anyeong,” pamit kedua MC kompak.

Mugung melirik langit yang warnanya sudah berubah kemerahan. GO menepuk pundak Mugung.

“Pulang yuk,” ajak GO, tersenyum tipis.

Mugung membalas senyumnya.

***

No comments:

Post a Comment