It’s A Love Story
Chapter 4
Ketika
Mugung dan GO selesai makan malam, sudah jam 8 malam saat itu. Mugung
membereskan meja dan GO mengecek lemari es.
“Ah,
bahan makanan sudah hampir habis. Mugung, kupikir aku akan pergi belanja ke
mini market di depan sana,” putus GO, “apa kau mau ikut?”
Mugung
sungguh ingin ikut GO, tapi mengingat empat email yang perlu ditanggulangi
Mugung dengan cepat, Mugung terpaksa menggelengkan kepalanya.
“Aku
harus bekerja, GO. Setidaknya aku harus menyelesaikan satu malam ini. Mianhae,”
sesal Mugung.
“Ah,
gwaenchana. Kalau begitu selamat bekerja. Kalau ada informasi dari Love Scandal
jangan lupa beritau aku ya.”
Mugung
menganggukkan kepalanya. Begitu GO sudah keluar apartemen, Mugung mulai
berkutat dengan laptop mininya. Dia menyesal kemarin tidak mengecek email dan
ternyata hari ini sudah ada 4 email masuk. Dua novel di antaranya punya
deadline yang sangat dekat, Cuma 10 hari saja.
“Aish…
aku harus mencicilnya.”
Mugung
tenggelam dalam keasyikannya bekerja dan bahkan tidak mengindahkan ponselnya
yang berbunyi tanda pesan masuk. Konsentrasinya baru terpecah ketika terdengar
suara ketukan pintu di kamarnya.
“Mugung,
aku boleh masuk?”
Rupanya
GO.
“Masuk
saja, GO-sshi.”
GO
membuka pintu kamar.
“Masih
sibuk bekerja? Aku sudah membereskan belanjaan kita. Kurasa itu akan cukup
untuk tiga hari ke depan.”
“Hitung
saja biayanya, akan aku bayar juga.”
“Oh,
ani. Biar aku saja yang traktir. Dan ngomong-ngomong… jam berapa kau akan
tidur?”
Mugung
melirik jam di ponselnya, sekarang jam 10.
“Jam
berapa kita harus melaksanakan misi besok?”
“Kita
dapat waktu yang agak luang besok, jam 5 kita baru mulai lagi… Apa kau tidak
membaca SMS-nya?”
“SMS
apa?”
“Dari
tim Love Scandal. Pasti sudah ada di ponselmu. Bacalah dulu.”
Mugung
mengambil ponselnya dan membuka pesan dari nomor yang tidak dikenal.
Mulai
malam ini para pasangan harus tidur bersama. Kita akan berkumpul kembali besok
jam 5 sore. Kamsahamnida dan selamat istirahat.
Mugung
membaca pesan itu berulang-ulang seakan takut dia salah baca. Tidur bersama?
Dia dan GO akan…
“Tenang
saja, Mugung. Kita bisa atur tidurnya, kita hanya tidur satu kamar saja, tidak
perlu seranjang,” ujar GO, “kau tidur di ranjang, aku di bawah. Lagipula tidak
ada kamera di dalam kamar, jadi kurasa kita tidak melanggar ketentuan.”
Mugung
mulai membayangkan banyak hal… melihat wajah manis GO saat tidur… apakah tidur
bersama seranjang adalah ide yang bagus? Mugung menggelengkan kepalanya. Dia
baru saja berpikir yang tidak-tidak.
“Ya,
err… kurasa begitu bagus.”
“Jadi
kita tidur di kamarmu atau kamarku?”
“Kamarku
saja.”
GO
pergi sejenak dan kembali lagi dengan membawa bantal-bantal dan selimut. GO
menata selimutnya di antara ranjang Mugung dan lemari, di atas lantai, lalu
menumpuk bantalnya sedemikian rupa. Mugung kaget ketika mencium bau parfum
samar GO dengan jelas. Mugung menoleh dan mendapati GO di belakangnya, sedang
membaca ketikan Mugung.
“Halaman
ke 142 dari 312 halaman? Mugung, kau benar-benar harus membaca novel sepanjang
ini?”
“Seperti
itulah pekerjaanku, GO-sshi.”
GO
menggelengkan kepalanya.
“Oh,
Mugung, bisakah aku minta sesuatu?”
Mugung
mengerutkan dahinya, “ya? Apa itu?”
“Berhenti
memanggilku dengan akhiran –sshi. Kupikir ini bisa menambah point kita
nantinya.”
“Err…
baiklah, GO.”
GO
duduk di atas selimutnya dan tersenyum pada Mugung lagi.
“Aku
akan tidur sekarang. Besok jam 5 aku sudah harus bangun untuk kegiatan MBLAQ.
Kau jangan tidur kemalaman yah, kemarin kan kau sudah tidak bisa tidur.”
“Baik,
GO. Jaljayo~”
Setelahnya,
Mugung kembali sibuk dengan pekerjaannya hingga matanya berair dan badannya
pegal. Mugung menguap dan melihat ponselnya, lalu terbelalak kaget.
“Omona,
sekarang sudah jam setengah tiga!” Mugung menjerit tertahan.
Mugung
menutup laptopnya dan merangkak ke ranjang. Namun perhatian Mugung tercurah
pada GO. GO tidur dengan posisi 90 derajat, kepalanya mendongak sehingga
menampakkan lehernya yang jenjang dan putih, kakinya terangkat nyaris sejajar
dengan perutnya. Mugung mendengus. Tidak pernah rasanya Mugung melihat gaya
tidur seaneh ini sebelumnya. Dia maju untuk melihat ekspresi GO… dan wajah itu
terlihat tidur dengan sangat pulas. Kemudian Mugung melirik ranjangnya.
“Mana
mungkin bisa tidur seranjang berdua, ranjangnya saja sempit begini. Aku mau
tanya Haru bagaimana dia tidur dengan Taemin besok pagi.”
Mugung
menyetel alarm di ponselnya yang diletakkan di sisi bantalnya, menarik selimut
dan tidur menghadap GO. Mugung tersenyum sebelum memejamkan matanya.
“GO…
dia memang bukan namja yang buruk.”
Dan
tanpa kesulitan, Mugung langsung terlelap setelahnya.
***
Ponsel
GO bergetar… terus bergetar dengan giatnya… hingga si empunya bangun dan
mematikan ponsel itu. GO mendesahkan nafasnya dengan lelah. Rasanya tidur lima
jam tidak cukup untuknya. Sekarang sudah jam setengah empat dan GO tergoda
untuk tidur lagi.
“Tapi
aku akan tidak sempat mandi kalau begini. Ya sudahlah, bangun saja,” bisik GO
pada dirinya sendiri.
GO
bangkit dan merasa tulang-tulang di tubuhnya berderak tidak nyaman. Tidur di
lantai yang hanya beralaskan selimut ternyata bukan ide yang bagus. Ketika
berdiri, GO baru menyadari Mugung tidur di ranjang. Mugung tidur menyamping
menghadapnya, kakinya dilipat agak melengkung menutupi sebagian tubuhnya, salah
satu tangannya diselipkan di bawah bantal sedangkan tangan lainnya memeluk
boneka monyet kecil yang diletakkan tepat di bawah dagunya. Ekspresinya begitu
tenang, begitu… GO mengulurkan tangannya menyentuh wajah itu… namun segera
menariknya kembali.
“Aish,
babo, apa yang mau kulakukan tadi?”
GO
melirik ponsel Mugung yang tergeletak di dekat bantal Mugung. GO dirundung
perasaan penasaran.
“Ponsel
itu benda pribadi… kalau aku bisa lihat isinya… aku bisa lebih tau lagi soal
Mugung. Tapi… bukannya melihat ponsel orang itu tidak boleh?”
GO
menimbang-nimbang sejenak sebelum akhirnya memutuskan mengambil ponsel itu.
Ketika layar ponsel Samsung itu disentuh, GO kaget dan langsung mengembalikan
ponsel itu ke tempat asalnya. Sambil berjalan cepat, GO kembali ke kamarnya.
Jantungnya berdetak tidak karuan dan ada sebersit rasa sakit di hatinya.
“Itu…
Sanghyun? Jadi selama ini… sebagai seorang A+… yang dia idolakan…”
GO
menggelengkan kepalanya dan bergegas setelahnya, takut akan terlambat ke jadwal
MBLAQ jam 5 nanti. Dia hanya perlu melupakan itu… tapi dia tidak tau bagaimana
cara melupakannya. Sejenak dia menyesal telah menyentuh ponsel Mugung. Andaikan
tidak disentuhnya… namun apakah ini memang lebih baik, mengetahui kenyataannya?
***
“Hyung
ah…” Joon menyikut lengan GO, “kenapa diam saja?”
Saat
ini MBLAQ sedang istirahat syuting acara di studio KBS. Setelah ini mereka
masih harus ke MBC sebentar. GO mengambil botol minuman yang disodorkan Joon.
Berturut-turut, rekannya yang lain di MBLAQ juga duduk di kursi-kursi di
dekatnya.
“Hanya
terlalu capek,” jawab GO sambil tersenyum.
“Aku
jadi penasaran seperti apa rasanya main di Love Scandal,” kata Mir setelah
meneguk minumannya.
“Yang
pasti ada suka dan dukanyalah,” ucap Joon, “entah setelah Byunghee hyung, yang
kena itu kau atau Sanghyun dulu.”
“Jadi,
Byunghee, bagaimana menurutmu Mugung itu?” tanya Seungho, “entah kapan kami
baru bisa menonton syutingmu.”
“Kata
Kwanghee hyung, Mugung itu seksi ya?” Joon ikut bertanya, “iyakah, hyung?”
“Kalian
lihat sendiri baru tau deh,” jawab GO sambil tersenyum, “dan Changsun-ah, kau
harus memanggilnya noona.”
“Apakah
dia A+?” tanya Thunder.
GO
memandang wajah Thunder penuh arti, “ne. Dia A+.”
“Wah,
kalau begitu tidak usah khawatir, hyung, Mugung noona pasti menyukai hyung,”
yakin Mir.
GO
tersenyum dan minum lagi. Kepalanya penuh pikiran sekarang.
“Apa
yang akan kalian lakukan kalau… pasanganmu menyukai orang lain?”
“Apa
yang sedang kau tanyakan ini… adalah tentang Mugung?” tanya Seungho.
“Apa
maksud hyung?” tanya Joon bingung.
Seorang
staff pria menyodorkan kertas pada GO dan menghentikan pembicaraan mereka.
“Ini
ada pesan dari tim Love Scandal untukmu, GO-sshi,” ujar si pria.
“Gomapda,”
balas GO.
“Mereka
yang dari MBC sengaja datang ke KBS Cuma buat mengantar surat?” tanya Thunder
heran.
GO
segera membuka kertas yang dikenalinya sebagai kertas misi itu.
Love Scandal episode 67-72
Third Mission
Untuk GO, persiapkan kencan impian Mugung:
romantic dan sederhana; malam ini jam 5 langsung bawa dia untuk menikmati
kencan itu. Selamat berjuang!
“Kencan
yang romantic dan sederhana?” tanya Joon, mengerutkan dahinya.
“Omona,
kegiatan kita padat sampai jam satu nanti. Aku hanya punya kurang dari 4 jam
untuk menyiapkan kencan itu! Omona…” desis GO frustasi.
“Tenang,
Byunghee. Disini tertulis: sederhana. Harusnya itu tidak membutuhkan persiapan
dalam waktu yang lama,” ujar Seungho.
“Menurut
kalian bagaimana? Romantic dan sederhana itu seperti apa?”
“Pantai!
Yeoja suka pantai!” usul Mir.
“Hanya
pantai tidak akan cukup kurasa. Kalau aku harus mempersiapkan sesuatu disana…
itu juga menghabiskan banyak waktu.”
“Makan
malam?” usul Seungho, “lagipula itu skill-mu, kan?”
“Ngomong-ngomong
soal skill, hyung, bernyanyilah! Sebagai A+ dia akan suka mendengar hyung
bernyanyi!” Thunder memberi usul tambahan.
GO
memicingkan matanya. Jangan-jangan Mugung lebih suka mendengar rap Thunder
dibanding suaranya bernyanyi…
“Atau
bagaimana kalau mengajaknya ke taman bermain dan main di rumah hantu?” usul
Joon sambil tersenyum lebar.
“Itu
namanya menakuti, bukan romantic!” sergah Seungho, menjitak kepala Joon.
“Aish,
apho, hyung!”
“Kami
akan membantumu. Kalau memang waktumu sempit, kami akan coba sebisa mungkin
membantumu, Byunghee.”
GO
menyusun rencana di otaknya sambil berpikir… Mugung… kencan sejenis apa yang
bisa menyentuh gadis itu?
“Byunghee,
kalau seorang yeoja menyukai namja lain… kau harus membuatnya menyukaimu. Kau
harus berjuang. Arasso?”
***
No comments:
Post a Comment