(Special Part)
No Other The Story
behind the story chapter 2 (NC 21)
Aku membuka mataku dengan kaget, kupikir sekarang sudah pagi.
Hal pertama yang kulihat adalah dada bidang Yesungie oppa dan otakku macet.
Kenapa bisa begini? Kulihat tubuhku yang juga telanjang… aku merasa agak kedinginan.
Musim dingin masih belum lewat dan kami tidur tanpa pakaian… tunggu, ini untuk
yang keberapa kalinya kami melakukan ini? Aku tidak bisa mengingatnya.
“Yifang, kau sudah bangun?” Tanya Yesungie oppa.
Aku berhadap-hadapan dengannya.
“Ng… aku…”
“Jangan khawatir, sekarang masih malam, jam dua belas,”
katanya sambil menyodorkan ponsel Samsung-nya ke hadapanku, “kau sepertinya
lelah sekali.”
“Aku… tidak ingat kenapa aku bisa disini.”
Yesungie oppa tersenyum sabar.
“Ini di kamarku.”
“Mwo…?”
Aku duduk dengan shock dan mengintip ke ranjang sebelah yang
kukira ada Wookie disana, tapi ternyata ranjang itu kosong… ketiga Ddangko
dalam aquarium-pun tertidur tak bergerak. Aku… benar-benar tidak ingat…
Yesungie oppa merangkul leherku dan mencium bahuku.
“Jangan khawatir, kita hanya berdua malam ini. Leeteuk hyung
shift malam di rumah sakit, Mimi menemani Kyu, Wookie, Sungminnie dan Hae ke
luar kota, dan Kibummie juga syuting di luar kota. Aku disini karena kegiatan
reality show-ku beda dengan yang lainnya.”
“Tapi yang kuingat… aku terakhir habis dari bar…” aku
bertanya heran.
“Rupanya kau memang kelelahan, Yifang chagya… ketika aku
membawamu pulang, kau menguap tapi masih terus bilang kau tidak mengantuk.
Makanya aku mau melakukannya, tapi… setelah sampai tahap ini, kau malah
tertidur.”
Kupandang wajah Yesungie oppa dan mataku membulat. Dia benar.
Aku pasti terlalu lelah. Perlahan ingatan mulai kembali ke otakku, dan aku
memang dijemput Yesungie oppa dari bar… aku mengantuk… tapi saat itu aku juga
ingin melakukannya dengannya… kami mulai melakukan foreplay… tapi rupanya aku
tertidur setelah itu. aku merasa bersalah.
“Oppa… mianhae…”
“Gwaenchana… aku tau kau lelah. Tapi kau baru tidur belum
sampai satu jam, kau pasti masih mengantuk. Ayo, kita lanjutkan saja tidurnya,
tapi berpakaian. Pemanas kamar kami sepertinya ada masalah,” keluh Yesungie
oppa, “kemarin Wookie sudah merasakan benda ini tidak beres, tapi aku malah
tidak percaya padanya. Sekarang benda jelek itu tidak hangat lagi.”
Sambil mengumpat, Yesungie oppa melempar remote penghangat
ruangannya ke ranjang Wookie. Aku mendengus. Ketika Yesungie oppa akan bangkit,
aku menariknya duduk kembali.
“Wae, Yifang?”
Aku hanya tersenyum. Yesungie oppa menaikkan sebelah alisnya.
“Jangan membuat perasaanku melambung tinggi lagi, tapi nanti
ujung-ujungnya kau tertidur.”
“Aku tidak mengantuk lagi. Oppa tau, kalau aku lelah, aku
cukup punya waktu sebentar saja untuk tidur dan melepas rasa lelah itu.
sekarang aku merasa kedinginan.”
“Kurasa kau bisa demam. Salahku juga tadi malah ketiduran dan
tidak…”
Aku tidak membiarkannya bicara panjang lebar. Aku menjatuhkan
tubuhku ke arahnya, lalu mulai menciumnya. Yesungie oppa kaget dengan
seranganku yang begitu tiba-tiba, tapi berhasil menguasai diri dan membalas
ciumanku. Ciumanku cepat dan penuh gairah, lalu kudengar nafas kami sama-sama
memburu. Berat tubuhku mendorong tubuhnya jatuh ke tumpukan bantal-bantal. Aku
melingkarkan kedua lengannya di punggung dan pinggangku, dan aku merasa sedikit
lebih hangat.
“Jangan tertidur ya,” wantinya.
Aku tertawa, lalu kami berciuman lagi. Benar, bagi kami
melakukan ini sudah biasa. Aku tidak bisa menghitung berapa kali kami sudah
berhubungan seks, dan kami pernah melakukannya di banyak tempat dan kapan saja.
Kamarku, kamarnya (kamar bersama antara dia dan Wookie), sofa apartemenku,
karpet ruang tamu apartemennya, dalam mobil Iteuk oppa, kamar mandi
apartemenku… dan kami benar-benar menikmatinya. Aku sekarang sudah tidak malu
lagi untuk bersikap agresif padanya. Aku suka berhubungan seks dengannya. Yesungie
oppa sangat hot dan tidak pernah gagal memuaskanku. Dia selalu punya banyak
gaya dan membuat acara kami ini tidak membosankan. Pernah pada suatu malam,
kami melakukan itu sampai tiga kali banyaknya. Dia bilang aku sangat
menggairahkan… kupikir aku hanya mengikuti gayanya saja. Aku menindih tubuhnya,
menggesekkan tubuhku ke tubuhnya, dan aku merasa semakin hangat.
“Yifang, sepertinya kau benar-benar hot malam ini…”
“Aku menginginkan oppa…”
Aku menegakkan tubuhku dan berlutut di atas tubuhnya. Aku
tidak malu lagi. Aku sudah lebih kurus 6 kg dari sejak kami pertama kali
melakukannya dan bentuk tubuhku kini semakin enak dipandang. Yesungie oppa
menjulurkan tangannya untuk meremas buah dadaku yang montok. Ahh, aku
merasakannya lagi… sengatan listrik itu… dan malam ini aku merasa cepat sekali basah,
merasa bernafsu… mungkin juga karena sebelum tertidur tadi kami sempat
melakukan foreplay… dan mungkin juga karena aku melihat Yesungie oppa sangat
tampan dengan tatanan rambut barunya… apalagi dia telanjang di hadapanku… dan
kulihat juniornya sudah mulai berdiri dan mengeras, dia sudah siap. Aku baru
saja akan bergerak ketika tiba-tiba dia bangkit dan mendorongku terjatuh.
“Oppa… waeyo?” tanyaku kaget.
Dia hanya menjawabku dengan gerakan. Dia mengarahkan wajahnya
ke vaginaku, lalu tiba-tiba menjilati vaginaku. Aku mendesah keras sekali,
karena itu sangat nikmat. Dia baru pertama kali melakukan oral seks denganku,
dan rasanya luar biasa… benar-benar luar biasa… aku semakin geli ketika dia
menghisap daerah klitorisku perlahan-lahan… aku benar-benar basah sekarang…
gigitan-gigitannya di sekitar vaginaku… jilatan lidahnya… isapannya… aku tidak
tahan. Aku meremas bantal di sampingku keras-keras dan masih mendesah tidak
karuan. Sudahlah, tidak apa-apa… toh apartemen kosong hari ini. Ada bagusnya
kami melakukannya disini. Kalau di apartemenku… ketiga temanku itu pasti akan
kaget setengah mati. Saking basahnya cairan yang keluar dari vaginaku, aku
merasa sudah membasahi seprai ranjang Yesungie oppa sebelum waktunya.
“Aaaaah… oppa…” jeritku.
Cairan yang banyak dan basah keluar lagi dari vaginaku, aku
sudah mencapai klimaks. Tapi Yesungie oppa masih disana, masih menghisap cairan
vaginaku. Aku tidak tahan lagi. Aku menyentak dan menyambar wajahnya dengan
kedua tanganku lalu menciuminya. Rasa bibirnya berbeda… itu pasti karena dia
habis menghisap cairan vaginaku. Agak aneh, agak… pahit, tapi kami malah
semakin cepat berciuman. Aku sudah tidak tahan lagi dengan perlakuannya yang
menjilati vaginaku tadi. Aku menginginkannya. Aku mendorongnya jatuh, dan aku
menang 2-1 malam ini… kalau dia tidak mendorongku lagi sih. Dengan tangan
kiriku aku meraih juniornya yang keras, lalu langsung saja kumasukkan ke dalam vaginaku.
Dengan posisiku yang berlutut begini, memasukkan juniornya akan terasa lebih
gampang, dan juga lebih leluasa menyentuh G-spot-ku. Tapi rupanya, aku tetap
merasakan sedikit kesulitan memasukkan juniornya itu, membuatku sangat
keheranan.
“Yifang, bagaimana mungkin vaginamu masih begitu sempit?
Padahal kita sudah melakukannya berkali-kali,” ejek Yesungie oppa, dia sedikit
meringis.
“Entah oppa… aku juga tidak tau…” ujarku, merasakan
gesekan-gesekan yang membuatku perih di sekitar vaginaku.
Aku semakin berusaha dan semakin penasaran, hingga ketika juniornya
sudah masuk dan menyentuh area yang kuinginkan, aku mulai merasa hangat dan
nikmat lagi. Yesungie oppa berbaring di ranjang, dan kulihat wajahnya yang juga
menikmati posisi ini. Tentu saja, dengan begini dia bisa menghemat tenaganya,
toh aku yang banyak bergerak, bukan dia. Setelah kupastikan juniornya terjepit
sempurna di dalam vaginaku, aku menggerakkan pinggulku perlahan agar perasaan
nikmat itu semakin menjalar. Yesungie oppa bangkit dan menggerayangi buah
dadaku dengan wajahnya. Dia menjilati, menggigit dan menghisap nipple-ku, kami
sama-sama mengerang… salah satu tangannya mendorong punggungku, dan yang satu
lagi meremas pantatku. Ahh… ini benar-benar nikmat… kami melakukannya semakin
cepat, semakin bernafsu, kami tidak hanya mengerang, tapi juga berteriak… dan
aku kembali mencapai kenikmatan puncakku tanpa kesulitan. Yesungie oppa memang
selalu bisa memuaskanku. Juniornya tidak akan melemas sebelum aku duluan yang
mencapai kenikmatan. Bahkan pernah dalam sekali berhubungan seks, aku tiga kali
merasakan puncak kenikmatan. Dia hebat sekali. Lalu juniornya terasa semakin
tegang.
“Yifang, kurasa… kurasa aku akan mengeluarkannya sebentar
lagi…” desahnya.
“Aku tau. Gwaenchana… aku tau kapan aku akan melepaskannya…”
“Hati-hati… aku takut…”
“Gwaenchana, oppa…”
Aku selalu menolak dia memakai kondom saat kami berhubungan
seks. Dia pernah sekali mencobanya dan aku tidak suka alat itu masuk ke vaginaku,
rasanya mengurangi kenikmatan yang seharusnya. Sejak itu kami tidak pernah
mengandalkan alat pengaman itu lagi, dan Yesungie oppa sepakat untuk
mengeluarkan spermanya di luar tubuhku. Ketika juniornya menegang, aku tau
tidak lama lagi cairan sperma itu pasti keluar. Tapi aku masih menikmati
sentuhannya di G-spot-ku. Tekanannya benar-benar membuatku semakin gila. Dan
aku tau ini saat yang tepat untuk melepasnya. Benar-benar nyaris. Rasanya aku
baru berhasil menghindar 5 cm ketika junior Yesungie oppa menyemburkan cairan
spermanya. Cairan itu berjatuhan di seprai ranjangnya.
“Syukurlah aku tidak mengeluarkannya di dalammu… makanya aku
bilang gaya tadi sangat berbahaya… aku tidak bisa mengendalikan diriku…”
“Kan aku bisa berjaga, oppa,” ujarku manja.
“Tapi kau selalu berjaga hingga batas yang benar-benar
gawat.”
“Tapi aku suka sekali gaya tadi. Rasanya aku bisa memiliki
oppa sepenuhnya.”
“Aku juga suka gaya itu koq. Aku bisa melihatmu menari di
atasku, tapi… Yifang, berjanjilah untuk lebih berhati-hati… ya?”
Aku memeluk tubuhnya dan berbisik di telinganya, “ne, oppa…
jinjja…”
Dia mendekapku erat dan menciumi leherku…
No comments:
Post a Comment