Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Wednesday, 23 May 2012

No Other The Story behind the story chapter 2


(Special Part)
No Other The Story behind the story chapter 2 (NC 21)

Aku membuka mataku dengan kaget, kupikir sekarang sudah pagi. Hal pertama yang kulihat adalah dada bidang Yesungie oppa dan otakku macet. Kenapa bisa begini? Kulihat tubuhku yang juga telanjang… aku merasa agak kedinginan. Musim dingin masih belum lewat dan kami tidur tanpa pakaian… tunggu, ini untuk yang keberapa kalinya kami melakukan ini? Aku tidak bisa mengingatnya.

“Yifang, kau sudah bangun?” Tanya Yesungie oppa.

Aku berhadap-hadapan dengannya.

“Ng… aku…”
“Jangan khawatir, sekarang masih malam, jam dua belas,” katanya sambil menyodorkan ponsel Samsung-nya ke hadapanku, “kau sepertinya lelah sekali.”
“Aku… tidak ingat kenapa aku bisa disini.”

Yesungie oppa tersenyum sabar.

“Ini di kamarku.”
“Mwo…?”

Aku duduk dengan shock dan mengintip ke ranjang sebelah yang kukira ada Wookie disana, tapi ternyata ranjang itu kosong… ketiga Ddangko dalam aquarium-pun tertidur tak bergerak. Aku… benar-benar tidak ingat… Yesungie oppa merangkul leherku dan mencium bahuku.

“Jangan khawatir, kita hanya berdua malam ini. Leeteuk hyung shift malam di rumah sakit, Mimi menemani Kyu, Wookie, Sungminnie dan Hae ke luar kota, dan Kibummie juga syuting di luar kota. Aku disini karena kegiatan reality show-ku beda dengan yang lainnya.”
“Tapi yang kuingat… aku terakhir habis dari bar…” aku bertanya heran.
“Rupanya kau memang kelelahan, Yifang chagya… ketika aku membawamu pulang, kau menguap tapi masih terus bilang kau tidak mengantuk. Makanya aku mau melakukannya, tapi… setelah sampai tahap ini, kau malah tertidur.”

Kupandang wajah Yesungie oppa dan mataku membulat. Dia benar. Aku pasti terlalu lelah. Perlahan ingatan mulai kembali ke otakku, dan aku memang dijemput Yesungie oppa dari bar… aku mengantuk… tapi saat itu aku juga ingin melakukannya dengannya… kami mulai melakukan foreplay… tapi rupanya aku tertidur setelah itu. aku merasa bersalah.

“Oppa… mianhae…”
“Gwaenchana… aku tau kau lelah. Tapi kau baru tidur belum sampai satu jam, kau pasti masih mengantuk. Ayo, kita lanjutkan saja tidurnya, tapi berpakaian. Pemanas kamar kami sepertinya ada masalah,” keluh Yesungie oppa, “kemarin Wookie sudah merasakan benda ini tidak beres, tapi aku malah tidak percaya padanya. Sekarang benda jelek itu tidak hangat lagi.”

Sambil mengumpat, Yesungie oppa melempar remote penghangat ruangannya ke ranjang Wookie. Aku mendengus. Ketika Yesungie oppa akan bangkit, aku menariknya duduk kembali.

“Wae, Yifang?”

Aku hanya tersenyum. Yesungie oppa menaikkan sebelah alisnya.

“Jangan membuat perasaanku melambung tinggi lagi, tapi nanti ujung-ujungnya kau tertidur.”
“Aku tidak mengantuk lagi. Oppa tau, kalau aku lelah, aku cukup punya waktu sebentar saja untuk tidur dan melepas rasa lelah itu. sekarang aku merasa kedinginan.”
“Kurasa kau bisa demam. Salahku juga tadi malah ketiduran dan tidak…”

Aku tidak membiarkannya bicara panjang lebar. Aku menjatuhkan tubuhku ke arahnya, lalu mulai menciumnya. Yesungie oppa kaget dengan seranganku yang begitu tiba-tiba, tapi berhasil menguasai diri dan membalas ciumanku. Ciumanku cepat dan penuh gairah, lalu kudengar nafas kami sama-sama memburu. Berat tubuhku mendorong tubuhnya jatuh ke tumpukan bantal-bantal. Aku melingkarkan kedua lengannya di punggung dan pinggangku, dan aku merasa sedikit lebih hangat.

“Jangan tertidur ya,” wantinya.

Aku tertawa, lalu kami berciuman lagi. Benar, bagi kami melakukan ini sudah biasa. Aku tidak bisa menghitung berapa kali kami sudah berhubungan seks, dan kami pernah melakukannya di banyak tempat dan kapan saja. Kamarku, kamarnya (kamar bersama antara dia dan Wookie), sofa apartemenku, karpet ruang tamu apartemennya, dalam mobil Iteuk oppa, kamar mandi apartemenku… dan kami benar-benar menikmatinya. Aku sekarang sudah tidak malu lagi untuk bersikap agresif padanya. Aku suka berhubungan seks dengannya. Yesungie oppa sangat hot dan tidak pernah gagal memuaskanku. Dia selalu punya banyak gaya dan membuat acara kami ini tidak membosankan. Pernah pada suatu malam, kami melakukan itu sampai tiga kali banyaknya. Dia bilang aku sangat menggairahkan… kupikir aku hanya mengikuti gayanya saja. Aku menindih tubuhnya, menggesekkan tubuhku ke tubuhnya, dan aku merasa semakin hangat.

“Yifang, sepertinya kau benar-benar hot malam ini…”
“Aku menginginkan oppa…”

Aku menegakkan tubuhku dan berlutut di atas tubuhnya. Aku tidak malu lagi. Aku sudah lebih kurus 6 kg dari sejak kami pertama kali melakukannya dan bentuk tubuhku kini semakin enak dipandang. Yesungie oppa menjulurkan tangannya untuk meremas buah dadaku yang montok. Ahh, aku merasakannya lagi… sengatan listrik itu… dan malam ini aku merasa cepat sekali basah, merasa bernafsu… mungkin juga karena sebelum tertidur tadi kami sempat melakukan foreplay… dan mungkin juga karena aku melihat Yesungie oppa sangat tampan dengan tatanan rambut barunya… apalagi dia telanjang di hadapanku… dan kulihat juniornya sudah mulai berdiri dan mengeras, dia sudah siap. Aku baru saja akan bergerak ketika tiba-tiba dia bangkit dan mendorongku terjatuh.

“Oppa… waeyo?” tanyaku kaget.

Dia hanya menjawabku dengan gerakan. Dia mengarahkan wajahnya ke vaginaku, lalu tiba-tiba menjilati vaginaku. Aku mendesah keras sekali, karena itu sangat nikmat. Dia baru pertama kali melakukan oral seks denganku, dan rasanya luar biasa… benar-benar luar biasa… aku semakin geli ketika dia menghisap daerah klitorisku perlahan-lahan… aku benar-benar basah sekarang… gigitan-gigitannya di sekitar vaginaku… jilatan lidahnya… isapannya… aku tidak tahan. Aku meremas bantal di sampingku keras-keras dan masih mendesah tidak karuan. Sudahlah, tidak apa-apa… toh apartemen kosong hari ini. Ada bagusnya kami melakukannya disini. Kalau di apartemenku… ketiga temanku itu pasti akan kaget setengah mati. Saking basahnya cairan yang keluar dari vaginaku, aku merasa sudah membasahi seprai ranjang Yesungie oppa sebelum waktunya.

“Aaaaah… oppa…” jeritku.

Cairan yang banyak dan basah keluar lagi dari vaginaku, aku sudah mencapai klimaks. Tapi Yesungie oppa masih disana, masih menghisap cairan vaginaku. Aku tidak tahan lagi. Aku menyentak dan menyambar wajahnya dengan kedua tanganku lalu menciuminya. Rasa bibirnya berbeda… itu pasti karena dia habis menghisap cairan vaginaku. Agak aneh, agak… pahit, tapi kami malah semakin cepat berciuman. Aku sudah tidak tahan lagi dengan perlakuannya yang menjilati vaginaku tadi. Aku menginginkannya. Aku mendorongnya jatuh, dan aku menang 2-1 malam ini… kalau dia tidak mendorongku lagi sih. Dengan tangan kiriku aku meraih juniornya yang keras, lalu langsung saja kumasukkan ke dalam vaginaku. Dengan posisiku yang berlutut begini, memasukkan juniornya akan terasa lebih gampang, dan juga lebih leluasa menyentuh G-spot-ku. Tapi rupanya, aku tetap merasakan sedikit kesulitan memasukkan juniornya itu, membuatku sangat keheranan.

“Yifang, bagaimana mungkin vaginamu masih begitu sempit? Padahal kita sudah melakukannya berkali-kali,” ejek Yesungie oppa, dia sedikit meringis.
“Entah oppa… aku juga tidak tau…” ujarku, merasakan gesekan-gesekan yang membuatku perih di sekitar vaginaku.

Aku semakin berusaha dan semakin penasaran, hingga ketika juniornya sudah masuk dan menyentuh area yang kuinginkan, aku mulai merasa hangat dan nikmat lagi. Yesungie oppa berbaring di ranjang, dan kulihat wajahnya yang juga menikmati posisi ini. Tentu saja, dengan begini dia bisa menghemat tenaganya, toh aku yang banyak bergerak, bukan dia. Setelah kupastikan juniornya terjepit sempurna di dalam vaginaku, aku menggerakkan pinggulku perlahan agar perasaan nikmat itu semakin menjalar. Yesungie oppa bangkit dan menggerayangi buah dadaku dengan wajahnya. Dia menjilati, menggigit dan menghisap nipple-ku, kami sama-sama mengerang… salah satu tangannya mendorong punggungku, dan yang satu lagi meremas pantatku. Ahh… ini benar-benar nikmat… kami melakukannya semakin cepat, semakin bernafsu, kami tidak hanya mengerang, tapi juga berteriak… dan aku kembali mencapai kenikmatan puncakku tanpa kesulitan. Yesungie oppa memang selalu bisa memuaskanku. Juniornya tidak akan melemas sebelum aku duluan yang mencapai kenikmatan. Bahkan pernah dalam sekali berhubungan seks, aku tiga kali merasakan puncak kenikmatan. Dia hebat sekali. Lalu juniornya terasa semakin tegang.

“Yifang, kurasa… kurasa aku akan mengeluarkannya sebentar lagi…” desahnya.
“Aku tau. Gwaenchana… aku tau kapan aku akan melepaskannya…”
“Hati-hati… aku takut…”
“Gwaenchana, oppa…”

Aku selalu menolak dia memakai kondom saat kami berhubungan seks. Dia pernah sekali mencobanya dan aku tidak suka alat itu masuk ke vaginaku, rasanya mengurangi kenikmatan yang seharusnya. Sejak itu kami tidak pernah mengandalkan alat pengaman itu lagi, dan Yesungie oppa sepakat untuk mengeluarkan spermanya di luar tubuhku. Ketika juniornya menegang, aku tau tidak lama lagi cairan sperma itu pasti keluar. Tapi aku masih menikmati sentuhannya di G-spot-ku. Tekanannya benar-benar membuatku semakin gila. Dan aku tau ini saat yang tepat untuk melepasnya. Benar-benar nyaris. Rasanya aku baru berhasil menghindar 5 cm ketika junior Yesungie oppa menyemburkan cairan spermanya. Cairan itu berjatuhan di seprai ranjangnya.

“Syukurlah aku tidak mengeluarkannya di dalammu… makanya aku bilang gaya tadi sangat berbahaya… aku tidak bisa mengendalikan diriku…”
“Kan aku bisa berjaga, oppa,” ujarku manja.
“Tapi kau selalu berjaga hingga batas yang benar-benar gawat.”
“Tapi aku suka sekali gaya tadi. Rasanya aku bisa memiliki oppa sepenuhnya.”
“Aku juga suka gaya itu koq. Aku bisa melihatmu menari di atasku, tapi… Yifang, berjanjilah untuk lebih berhati-hati… ya?”
Aku memeluk tubuhnya dan berbisik di telinganya, “ne, oppa… jinjja…”

Dia mendekapku erat dan menciumi leherku…

No comments:

Post a Comment