It’s A Love Story
Chapter 6
Beberapa jam sebelumnya…
“Dengar
semuanya, kita harus membantu Byunghee,” ujar Seungho serius.
“Semua
ide akan kucatat,” tambah Mir, siap dengan pena dan kertas, “kencan romantic
dan sederhana untuk Mugung noona.”
“Kupikir…
aku akan membawakan buket bunga saat bertemu dengannya. Jangan mawar, itu
terlalu biasa. Aku harus membuatnya special…” GO menerawang.
“Bagaimana
kalau tulip ungu? Itu bunga yang agak jarang dan indah,” usul Joon.
“Boleh.
Aku suka itu. Lalu tempatnya. Sudah jelas kita tidak sempat ke pantai… tidak
juga ke taman ria… tapi aku butuh tempat yang special, bukan restoran.”
“Rumah
Seungho hyung!” usul Thunder, menepuk meja dengan girang.
“Itu
ide yang bagus sekali, Sanghyun! Kebetulan orangtuaku sedang berangkat juga dan
tempat itu cukup mewah,” setuju Seungho, “Chulyong, catat!”
“Seperti
yang pernah kita bicarakan tadi tentang skill Byunghee hyung… kupikir hyung
perlu memasak dan menyiapkan makan malam romantic.”
“Tidak
cukup hanya dengan makan malam romantic. Hyung belum pernah main piano di depan
kamera kan, sebelumnya? Ini kesempatan hyung membuat Mugung noona merasa
semakin special,” tambah Mir.
“Tapi
lagu apa yang harus kunyanyikan? Kurasa kalau lagu yang pernah kutampilkan
sebelumnya, tetap saja tidak akan jadi special…” keluh GO.
“Aku
tau lagu romantic yang mungkin bisa membuat yeoja tersentuh! Christian
Bautista, Since I Found You!” ucap Seungho yakin.
“Tapi
bahasa Inggrisku, hyung…”
“Aku
bisa mengajari hyung,” ujar Thunder yang siap menjadi sukarelawan.
“Tapi
masalahnya, apa dalam waktu 4 jam semua ini bisa kuselesaikan?”
“Bisa,
Byunghee. Changsun, kau yang pergi beli bunga dan menyiapkan setelan pakaian
Byunghee… err… putih, harus putih. Sanghyun, kurasa mobil noona-mu akan cocok
dipinjamkan pada Byunghee. Yang Nissan hitam itu… dan lalu kau stand by untuk
mengajari bahasa Inggris,” perintah Seungho.
Tangan
Mir dengan cepat mencatat setiap detail perintah leader-nya itu. Sementara itu
GO hanya bisa terpana melihat kesigapan rekan satu band-nya itu.
“Chulyong-ah,
kau pergi berbelanja bahan makanan dan setelah itu bantu aku mendekorasi rumah.
Kita perlu memindahkan beberapa barang,” lanjut Seungho.
“Siap,
hyung!” ujar Mir.
“Apa
yang harus kulakukan?” tanya GO bingung.
“Kita
dekorasi rumah sebisanya dulu sambil menunggu bahan masakanmu tiba. Kita akan
berkumpul di rumahku. Kerjakan dengan cepat, semuanya,” perintah Seungho,
“selesai acara ini, kita langsung bergerak.”
“Ne,
hyung!” jawab Joon, Mir dan Thunder sigap.
Hanya
GO yang ikut pulang bersama Seungho sementara ketiga dongsaeng mereka
memisahkan diri begitu acara di MBC selesai. GO membantu Seungho memindahkan
meja dan kursi ke halaman belakang rumah mewah orangtua Seungho.
“Karena
dimulai jam 5, kurasa kau juga akan mendapat keuntungan dari pemandangan langit
malam. Hanya satu saja… jangan sampai hujan turun dan mengacaukan segalanya.”
Seungho
menepuk bahu GO dan menambahkan, “ajak dia menikmati pemandangan langit.”
Joon
datang sejurus kemudian sambil menyodorkan bunga dan setelan jas berwarna putih
pada GO, lalu meletakkan sebotol whisky di meja tamu.
“Sedikit
whisky bisa membuat suasana berbeda,” ujar Joon sambil nyengir.
“Bagaimana
kalau dia mabuk? Kau ini… jinjja…”
“Tapi
boleh juga kita coba, hyung. Mugung kelihatannya… cukup pemberani. Lihat saja,
dia sangat pintar balapan,” kata GO.
“Ya
sudah, kita coba. Ayo, kita mulai dekorasinya.”
Joon
kelihatan senang saat dekorasi, sementara Seungho bersemangat. GO sangat
tersentuh dengan segala yang mereka lakukan untuknya, mereka benar-benar
bagaikan saudara baginya. Seungho memaksa GO untuk latihan main piano saja
sementara dia dan Joon mendekorasi tempat.
“Belanjaan
sudah di dapur,” lapor Mir, muncul dari dalam rumah Seungho.
“Pergilah
memasak sekarang, Byunghee. Kerahkan kemampuanmu,” perintah Seungho, “kalau
butuh apapun, kami langsung akan membantu.”
GO
juga mengagumi Mir yang mampu belanja begitu lengkap. Hampir dua jam berikutnya,
GO tenggelam dalam kesibukan memasak, sedangkan dari taman belakang, terdengar
tawa ceria ketiga namja yang bekerja. Terkadang terdengar suara Seungho
menghardik Joon dan Mir yang kebanyakan main daripada bekerja, namun Seungho
lebih sering tertawa bersama mereka.
“Hyung-ah…”
panggil Thunder.
GO
mendongakkan kepalanya dan melihat Thunder meletakkan kunci mobil di meja
dapur.
“Perlu
sedikit usaha untuk meminjam mobil dari noona-ku, tapi rupanya ketika kusebut
nama hyung, dia melunak. Harusnya aku langsung sebut nama hyung dari pertama.”
GO
tertawa, “gomawo, Sanghyun ah~”
“Masakannya
sudah selesai?”
“Sedikit
lagi.”
“Kita
mulai sekarang saja belajar lagu itu, hyung.”
GO
sudah mengerahkan segala kemampuannya selama satu setengah jam dia mempelajari
lagu itu dan membiasakan bernyanyi sambil main piano. Setengah jam berikutnya
dia mempersiapkan penampilannya agar terlihat sempurna untuk malam itu.
“Aigo…
Byunghee hyung kita memang paling tampan,” puji Mir sambil merapikan jas GO.
“Byunghee,
gandeng tangannya dan jangan lupa bukakan pintu mobil untuknya,” pesan Seungho.
“Nyalakan
lilin kalau malam tiba,” tambah Joon.
“Kami
tidak akan ada disini, supaya tidak mengganggu proses syuting. Bersikap natural
dan aku yakin kau akan memenangkan hatinya.”
“Hyung,
dongsaengdeul… gomawo,” ucap GO tulus.
Thunder
menepuk pundak GO, “kalau hyung berhasil, kamilah yang bahagia.”
“Sudah,
sana pergi, takutnya kalian terlambat,” tukas Seungho sambil tersenyum.
***
“Jadi,
apakah para yeoja menikmati kencan kejutan yang disiapkan para namja?” tanya
Kangin yang disambut tawa Kwanghee.
“Nah,
waktunya menghitung point dari misi ketiga hari ini. Para yeoja mungkin pernah
ingat kalian pernah mengisi suatu daftar mengenai acara kencan impian kalian
pada awal mengikuti Love Scandal?” tanya Kwanghee.
“Oh,
omona… aku ingat itu,” celetuk Haru setengah berbisik, “aku hanya main-main
ketika mengisinya. Aku tidak tau daftar itu ternyata serius!”
“Jadi,
berdasarkan daftar itu, kita akan melihat seberapa cocok kencan malam ini
dengan detail yang dituliskan oleh sang yeoja. Silakan lihat ke layar,” pinta
Kwanghee.
Semua
peserta menghadap kamera utama, sementara Kangin memegang selembar kertas dan
Kwanghee memegang pena.
“Daftar
dari Shin Eunhwa,” baca Kangin.
Kwanghee
membacakan detail kencan yang disiapkan Hyunjoong seperti tempat kencan,
perlakuan khusus apa yang sudah dilakukannya dan banyak lagi. Kangin memberi
tanda check pada setiap kesamaan antara daftar kencan impian dan kencan yang
disiapkan sang namja. Pasangan pertama mendapat 3 dari 10 point dari daftar;
pasangan kedua mendapat 6 dari 10 point; sementara pasangan ketiga
(Taemin-Haru, Mugung ikut menunggu dengan tegang) mendapat 1 dari 12 point.
Mungkin memang benar Haru mengisi daftar itu dengan main-main.
“Pasangan
keempat, GO dan Mugung. Pantai, salah; taman bermain, salah; buket bunga,
benar; digandeng, benar; diperlakukan khusus yang bisa dikategorikan dibukakan
pintu mobil, benar; makan malam romantic, benar; masakan dari namja, benar;
kembang api, salah; minuman alcohol, benar; piano, benar; nyanyian, benar;
puisi, salah; pemandangan langit malam, benar; kado, salah; romantic kiss,”
Kwanghee berhenti sebentar dan tertawa, “itu juga tidak ya… salah. Jadi, ada
berapa, Kangin-sshi?”
“9
dari 15,” ucap Kangin menghitung.
Kedua
MC sekarang menghitung point Kyuhyun, ternyata 8 dari 12 point.
“Jadi
sudah jelas, untuk misi ketiga, GO-Mugung mendapat point 100; Kyuhyun-Jira 50;
Soohyun-Raekyo 25; Hyunjoong-Eunhwa 10. Chukae untuk GO dan Mugung!”
“Mugung-sshi,
apakah kau senang dengan kencan yang disiapkan GO? Sembilan dari 15! Tidak
buruk, kupikir?” tanya Kwanghee.
“Aku…
terharu. Aku benar-benar berterimakasih pada GO,” jawab Mugung sambil
tersenyum.
“Nah…
sekarang tiap pasangan boleh kembali ke apartemen. Besok misi keempat akan dimulai
jam 9 pagi,” kata Kangin.
“Anyeong~~~”
***
“Aaargh…
badanku sakit sekali,” keluh GO, merebahkan dirinya di tempatnya tidur semalam,
di lantai kamar Mugung.
Mugung
tertawa dan memandangi GO.
“Tidur
saja di ranjang,” kata Mugung, “pasti kau benar-benar capek hari ini. Syuting
dari pagi hari dan menyiapkan semua itu untukku.”
“Untung
aku punya semua member MBLAQ membantuku. Tadi… apa katamu? Aku tidur di
ranjang? Kita mau tidur bersama?”
Mugung
bangkit dari kursinya, menyambar bantal di ranjang dan melemparnya ke GO.
Bantal itu tepat menimpuk wajah GO. GO duduk dan tertawa.
“Maksudku,
kau tidur dulu. Aku masih harus bekerja. Nanti aku bangunkan kau kalau aku
sudah selesai dan kau pindah lagi ke bawah.”
“Hahaha…
aku terlalu banyak berharap rupanya.”
GO
membanting dirinya di ranjang. Mugung mendengus melihat wajah GO yang tampak
lega.
“Aku
akan tidur duluan, Mugung. Jangan tidur kemalaman… kita harus bangun pagi
besok. Dan kau bisa bersantai lagi selama sisa waktu setelah misi besok. Aku
masih harus rekaman lagi.”
“Ne.
Jaljayo~”
GO
memejamkan matanya.
“Mugung,
mungkin suatu hari… kalau bisa, aku akan mewujudkan semua point dari kencan
impianmu.”
“Hmm?
GO? Tadi kau bilang apa?”
“Ani.
Aku tidur dulu yah.”
Mugung
mengerutkan dahinya heran dan beberapa menit kemudian dia kembali berkutat
dengan laptopnya. Sesekali, Mugung menoleh untuk melihat GO yang sudah memasang
gaya favoritnya saat tidur: gaya 90 derajat. Mugung mendengus.
“GO-ah?”
GO
tidak menjawab. Mungkin dia sudah tertidur, pikir Mugung.
“Gomawo,
GO. Terima kasih untuk segalanya.”
GO
bergeming. Mugung tersenyum sedih.
“Tapi
semua ini… akan berakhir empat hari lagi.”
Mugung
menggelengkan kepalanya dan kembali tenggelam dalam kesibukannya.
***
No comments:
Post a Comment