Love’s Arrived
Chapter 15 part 1
15
“Wei,
Mei-Mei.”
Gisela
mengangkat telepon di handphonenya. Michael menghubunginya.
“Wei, Xiao
Wei, ada apa?” tanya Gisela.
“Kau sekarang
dimana?” tanya Michael, suaranya terdengar jauh.
“Di lokasi
syuting. Tapi syutingku udah selesai.”
“Kau bisa
mampir ke lokasi syutingku? Sekarang?”
“Boleh. Di
mana alamatnya?”
Dalam
waktu setengah jam, Gisela sampai di lokasi syuting serial yang dibintangi
Michael. Xiao Wei kenapa, ya? Kok
kedengarannya mendesak sekali? Gisela terkejut saat melihat puluhan
wartawan berlari menyongsongnya dari arah lokasi syuting. Mereka pasti mau minta konfirmasi artikel heboh di tabloid kemarin itu!
Gisela mundur.
“Mei-Mei!!!”
terdengar panggilan Michael.
Michael
berlari dari arah lokasi syuting, menyeruak di antara para wartawan dan berdiri
di samping Gisela. Michael menggandengnya dan menjaga jarak Gisela dari para
wartawan.
“Tolong
semuanya tenang dulu! Jangan tanya pada Mei-Mei, biar aku yang menjelaskan
semuanya! Itu yang ingin kalian ketahui, kan?” tanya Michael, “makanya aku juga
membawa Mei-Mei ke sini.”
Semua
kasak-kusuk di antara para wartawan terhenti.
“Aku
memang menyukai Mei-Mei. Dan aku akan mendekatinya, aku akan berusaha menjadi
pacarnya. Aku tidak peduli kalaupun aku harus melepaskan statusku sebagai
Michael Wu dari LI LIANG,” tegas Michael, membuat Gisela memandangnya, “aku
akan melindungi Mei-Mei!”
Para
wartawan kembali heboh. Michael mengambil kesempatan ini untuk menarik Gisela,
berlari sejauh mungkin dari mereka. Setelah berlari lumayan jauh, keduanya
terengah-engah dan berkeringat, mereka duduk bersembunyi di balik semak-semak.
“Xiao Wei,
apakah… semua yang kau katakan benar?”
“Kau pikir
aku bercanda, Mei-Mei? Aku serius! Biarkan aku mencoba… menjadi pangeran di
hatimu.”
Michael
tersenyum dan membuat hati Gisela luluh. Xiao
Li, kurasa kau benar… ada seseorang yang pantas dan tak pantas kucintai…
*******
Albert dan
Nathan sedang makan malam saat Michael baru pulang.
“Wan an.”
“Xiao Wei,
pernyataanmu baru saja disiarkan infotainment tadi. Kau serius?” tanya Albert,
melupakan makan malamnya.
Sebelum
Michael menjawab, ternyata Alex baru datang. Sudah seminggu terakhir dia
kembali ke rumah Zhou Mama. Kurasa
timingnya kurang tepat. Aku malas sekali mendengar mereka bertengkar, Nathan
menghela nafas panjang.
“Menyambar
topik Wen Chun, selamat karena kau berani mengungkapkan perasaanmu di depan
pers,” kata Alex, pandangannya dingin.
“Xie xie.
Setidaknya aku melakukan sesuatu yang benar, daripada aku menyembunyikan
perasaanku, seperti orang bodoh,” ucap Michael.
Alex
mendorong Michael.
“Hei!!!”
teriak Albert, langsung berdiri di antara keduanya.
“Xiang
Chen, kau tahu nggak, Mei-Mei mengharapkan satu pernyataan darimu untuk semua
orang, supaya statusnya jelas! Cuma satu kalimat sederhana aja nggak bisa kau
ungkapkan,” teriak Michael, “kau bukan cowok! Fans apa! Aku nggak takut
kehilangan fans! Aku bahkan berani melepaskan semua ini, kalau memang itu yang
diharapkan Mei-Mei!”
“Kau nggak
menghargai fansmu!” tuduh Alex, berusaha menyingkirkan Albert yang menekan
dadanya.
“Aku bukan
nggak menghargai! Aku hanya menunjukkan apa yang bisa kita korbankan untuk
cinta! Kau lihat Ming Jun! apa dia kehilangan fansnya setelah pernyataan
cintanya pada Xiao Li?” tanya Michael, “nggak! Dia baik-baik aja!”
“Kalau kau
memang nggak gila popularitas, Xiao Wei, silahkan keluar dari LI LIANG!”
“Aku akan
mengundurkan diri sesuai permintaanmu!”
Michael
masuk ke kamarnya. Albert akhirnya melepaskan Alex.
“Aku mau pulang!”
Alex
berlari keluar rumah. Albert dan Nathan geleng-geleng.
“Wen Chun,
kurasa Xiao Wei serius soal dia bisa melepaskan segalanya demi Mei-Mei. Dia
mencintai Mei-Mei,” kata Nathan, “dan keberaniannya mengungkapkan perasaannya
di depan pers sebenarnya sangat melukai hati Xiang Chen. Kurasa kau tahu
mengapa.”
“Aku
paham. Soalnya itu menunjukkan titik lemahnya, yang malah menjadi keberanian
Xiao Wei. Tapi Ming Jun, apa benar karier kita akan tamat?” tanya Albert.
“Aku nggak
tahu, Wen Chun. Aku akan berusaha supaya mereka baikan, meskipun aku juga harus
mengorbankan segala-galanya.”
“Jangan
ngomong kalimat itu lagi. Aku sensitif sekali mendengarnya.”
“Jangan
salahkan Mei-Mei atas semua yang terjadi.”
“Kau
tenang aja, Ming Jun, aku juga sayang Mei-Mei. Aku malah kasihan karena
sepertinya Mei-Mei kehilangan arah sekarang. Aku mau pergi menghiburnya,” tegas
Albert, bangkit dari kursinya, “soalnya dia selalu ketawa kalau ketemu
denganku. Urusan mereka, aku serahkan padamu, Ming Jun.”
*******
“Mei-Mei,
kau nggak takut ya, bawa mobil sekebut ini?”
Michael
sedang naik mobil Gisela. Seperti biasa, Gisela membawa mobilnya kebut-kebutan.
“Udah
biasa. Lagian, aku masih kalah ngebut dibanding Xiang Chen ge,” jawab Gisela.
Dia menyebut Xiang Chen lagi.
“Kita mau
kemana?” tanya Michael.
“Aku
kepingin makan masakan Jepang. Kau mau kan, temani aku?”
“Tentu.
Aku kan juga suka masakan Jepang.”
“Bagus.
Kau mirip sekali dengan Xiang Chen ge dan Ming-Ming ge.”
Lagi.
Mereka berhenti di restoran Jepang tempat Gisela pernah makan bersama Alex. Si
pelayan berpakaian kimono menghampiri meja mereka. Gisela memesan banyak sekali
makanan.
“Kau mau
makan semua itu, Mei-Mei?”
“Nggak,
dong. Aku pesankan bagianmu juga.”
“Tapi aku
nggak makan tempura, Mei-Mei. Kau lupa ya, kalau aku alergi dengan udang?”
“Oh, dui
bu qi. Aku udah kebiasaan memesan tempura. Soalnya itu makanan favoritku dan
Xiang Chen ge. Maaf ya, pesanannya bisa diganti?” tanya Gisela pada si
waitress.
Michael
menghela nafas. Keduanya makan sampai kenyang sekali.
“Mei-Mei,
aku senang sekali lihat nafsu makanmu udah kembali.”
“Ini semua
kan berkat kamu. Kenapa ya, semua orang senang sekali lihat aku makannya
banyak? Kecuali Ming Jun ge.”
“Soalnya
kau cute sekali kalau pipimu tembam. Dan Ming Jun bukan nggak suka lihat kau
makan banyak. Dia Cuma takut kau jadi gemuk.”
“Tapi
sekarang aku jadi langsing berkat dia.”
“Mei-Mei,
kita ke danau yang waktu itu, yuk! Langitnya cerah, nih.”
“Boleh.”
“Tunggu,
aku yang traktir malam ini.”
“Xie xie.”
Dari
restoran Jepang, keduanya pergi ke danau. Seperti biasa, mereka tiduran di tikar,
memandangi bintang. Kali ini, Gisela langsung saja tiduran di tangan kanan
Michael yang direntangkannya. Gisela tiduran sedekat mungkin dengan Michael.
“Kenapa?
Kau kedinginan, ya?”
“Sedikit.”
Michael
membuka jaketnya dan menutupi badan mereka berdua.
“Aku yang
salah lihat, atau yang di situ bukan posisinya Biduk Besar lagi?”
Gisela
menunjuk rasi bintang di langit yang cerah.
“Itu masih
Biduk Besar, kok. Kau nggak lihat beberapa bintang yang agak redup. Kau lihat
yang aku tunjuk, kan?” tanya Michael, jarinya menunjuk beberapa bintang yang
redup, “dan sebelahnya juga. Ada, kan?”
“Oh, iya,
kau benar, Xiao Wei. Mudah-mudahan mereka redup nggak berarti mereka udah tua
dan hampir meledak. Untung deh, aku tanya kau,” kata Gisela, “soalnya yang lain
pasti nggak nyambung kalau ditanya soal rasi bintang. Terutama Xiang Chen ge.”
“Kau bisa
mengandalkan aku.”
“Selalu.”
Gisela
merapatkan tubuhnya ke tubuh Michael dan memeluk Michael yang tidur terlentang
dengan tangan kanannya. Gisela merasakan jantung Michael berdebar, sama persis
dengan debaran di jantungnya.
“Aduh!”
“Xiao Wei,
kenapa?”
“Biasa.
Pinggangku… agak sakit.”
“Dengar,
Xiao Wei, kurasa kau harus ke dokter. Aku benar-benar khawatir kalau penyakitmu
kambuh lagi.”
“Kau
khawatir padaku?”
“Tentu!
Dengan siapa lagi aku pantas khawatir sekarang! Xiao Wei, please… won’t you?”
“Hmm… not
right now.”
“Selera
makanku udah baik demi kamu. Kau nggak mau melakukan sesuatu demi aku?”
Michael
berpikir.
“Ok, but
not right now. How if… after I’ve finished shooting my movie?”
“Hm…
promised me?”
“I
promise. But at that time, you must accompany me.”
“I’ll
accompany you until you recover.”
“Mei-Mei,
thank you. You really a good girl.”
“Always,
for you, I’ll try.”
Michael
mencium kening Gisela. Mei-Mei, aku
sangat mencintaimu. Aku nggak mau melepaskanmu lagi… tapi bagaimana kalau aku
harus melakukannya? Apa aku sanggup? Aku terlalu mencintaimu… sampai aku rela
mengorbankan segalanya…
*******
“Xiang
Chen! Ming Jun datang, nih!”
Alex
sedang tiduran di kamarnya. Ngapain dia
datang? Mau menguliahi aku lagi? Alex menyingkirkan buku skenario yang tadi
dibacanya dengan kesal. Dia berhasil syuting beberapa adegan dengan baik
beberapa hari ini, tapi itu setelah dia menghapalkan dialognya semalam suntuk,
tanpa tidur. Alex menuruni tangga dan menuju ruang tamu dengan malas. Nathan
duduk di sofa, tersenyum padanya. zhou Mama menyiapkan minuman dan snack di
dapur. Alex duduk di sofa di hadapan Nathan.
“Ada apa?
Tumben malam-malam begini keluar,” ucap Alex, dingin.
“Kebetulan
jalan bareng Xiao Li tadi di dekat sini. Dia lagi belanja di butik di depan,
jadi aku mampir ke sini, bawa makan malam untuk Zhou Mama,” balas Nathan, “kau
lagi ngapain?”
“Baca
skenario.”
“Xiang
Chen, tolong dengarkan aku. Kita nggak boleh pecah sebagai LI LIANG. Kau tega
ya, menyisakan aku dan Wen Chun berdua aja, berjuang?” tanya Nathan.
“Kan aku
nggak bilang aku mau keluar dari LI LIANG. Tapi Xiao Wei yang mau berhenti. Aku
akan tetap bersama kalian.”
“Tapi aku
nggak mau Xiao Wei keluar dari LI LIANG. Bertiga, kita bukanlah LI LIANG, dan
kita nggak solid. Kalau memang Xiao Wei mengundurkan diri,” kata Nathan, “aku
juga akan mengundurkan diri.”
“Kau
mengancamku? Kau menyalahkan aku atas semua yang dikatakan Xiao Wei?”
“Kau ini
cepat sekali naik darah. Dulu kau nggak begini. Aku akan serius melakukannya
kalau sampai Xiao Wei mengundurkan diri. Dan aku mau bicara tentang Mei-Mei.”
Alex
memutar bola matanya ke atas. Mulai lagi.
“Aku mau
memberitahumu satu hal yang kau nggak pernah tahu. Satu hal yang membuat
Mei-Mei benar-benar sengsara.”
“Kurasa
sekarang nggak lagi. Kan Xiao Wei selalu menemaninya?”
Nathan
naik darah. Dia mengeluarkan semua kertas yang disimpannya di kantong plastik
kecil yang dibawanya. Kertas itu diletakkannya di meja.
“Kalau kau
jadi Mei-Mei, apa perasaanmu?”
Nathan
masuk ke dalam rumah, pamit dengan Zhou Mama dan segera pulang. Alex melihat
semua kertas itu dengan heran.
Gisela
Mai! Menjauh dari kehidupan LI LIANG dan David Wang! Kau menjijikkan seperti
kecoa” ini. Ngomong”, hadiahnya COOL, kan? –Ini
adalah surat saat Mei-Mei menerima kado berisi kecoa waktu ultahnya. Mei-Mei
tidak membaca ini, kertas ini diamankan Ming-Ming.
Siapa
yang mengizinkan kau main di serial yang sama dengan Alex? Wanita menjijikkan!
Kau mesih nggak mengerti amanat kami! Kau tahu kenapa rating serial kalian
sempat menyedihkan pada awalnya? Karena kami mem-boikot serial kalian! Kami
akan mem-boikot serialmu berikutnya! Kali ini sahabatmu-pun nggak akan bisa
menolong!
Hei, Gisela Mai!
Aktingmu mengerikan sekali! Semua temanku juga setuju dengan pendapatku, jadi
aku kumpulkan semua DVD serialmu yang udah mereka beli, dan aku kembalikan
padamu! Mudah-mudahan ini bisa membantumu mengoreksi aktingmu!
Kau
pikir karena Alex bilang kau nggak pacaran dengannya, kami percaya begitu saja?
Sekali lagi kami tegaskan, kami nggak mau lihat kau dekat dengan Alex, tak
peduli apapun urusan kalian! Mati, Gisela! Mati!!! –Ketiga surat ini adalah surat waktu
Mei-Mei menerima ancaman serial Memories of The Heart, dan dia juga menerima
puluhan DVD serial yang dirusak. Xiao Li mengambil kertas ini dari tong sampah,
yang tadinya dibereskan Xiao Wei. Mei-Mei pingsan setelah ini, dan Xiao Wei
merawatnya, meskipun pinggangnya sakit. Xiao Li marah sekali padamu, karena kau
tidak memahami Mei-Mei. Xiao Li berharap Mei-Mei bisa pacaran dengan Xiao Wei.
GISELA MAI, MATI!!!-Ini surat yang ditemukan Wen Chun
beserta sepaket serangga mati di dekat mobil Mei-Mei waktu dia mampir ke rumah
kita.
Sekarang kau
tahu kan kalau Mei-Mei menderita karena perlakuan fans-mu? Dia berharap,
setelah mendapatkan pengakuan darimu, kau bisa dengan tegas bersikap pada
mereka yang menyakitinya. Kalau kau masih mau lihat kertas-kertas sejenis, Xiao
Li masih menyimpan banyak. Hubungi lagi aku kalau perlu. Oh ya, tambahan satu
perilaku keterlaluan lagi yang diterima Mei-Mei: dia pernah dikurung dan
disiram dengan air dingin di toilet mall. Xiao Wei menolongnya.
Alex
membaca semua kertas itu dengan shock. Aku
nggak tahu… aku nggak tahu Mei-Mei… dia… Mei-Mei… apa aku pantas dimaafkan?
Atau kau lebih baik bersama Xiao Wei? Aku nggak berguna…
*******
No comments:
Post a Comment