It’s A Love Story
Chapter 5
Mugung
menikmati sarapan sambil melanjutkan pekerjaannya yang tertunda semalam. Begitu
bangun jam 10 tadi, Mugung melihat GO sudah menyiapkan sarapan untuk Mugung
berupa roti bakar yang sudah dilapisi gula dan madu. Selain tumpukan roti di
piring, ada juga segelas jeruk peras di meja. Mugung memandangi tumpukan roti
yang diletakkan di samping laptopnya itu.
“GO…
dia benar-benar…” ucap Mugung pelan.
Mugung
menggigit roti bakar itu dan rasa yang manis memenuhi indra pengecapnya. Sambil
tersenyum, Mugung akhirnya hari ini menyelesaikan satu novel.
“Lumayan,
kerja kebut dalam dua hari. Tapi malam ini aku masih harus bergadang.”
Mugung
mengambil ponselnya dan melihat sekarang sudah jam 3. Mugung melupakan makan
siangnya.
“Sudahlah.
Nanti malam saja. Mungkin tim Love Scandal akan menyediakan makan malam
berhubung misi dimulai jam 5 kan? Ngomong-ngomong soal misi… apa ya misi hari
ini?”
Mugung
keluar kamar dan menghempaskan dirinya di sofa. Tangan kirinya mulai
mengotak-atik remote TV sementara tangan kanannya masih menggenggam ponsel.
“Apartemen
sepi tanpa GO…”
Mugung
terhenyak. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Andwae…
apakah aku… mulai merindukannya? Michyeoseo, Mugung! Dia itu artis, mana boleh
kau menyukainya! Aish…”
Mugung
menekan layar ponselnya. Home lock screen dan wallpaper ponselnya masih dihiasi
dengan wajah Thunder, sudah satu tahun belakangan begitu. Tapi…
“Thunder-ah,
masalahnya adalah… aku mengenal GO dan aku tidak mengenalmu. Aku juga… tidak
tau apakah baik meminta GO mengenalkan aku padamu.”
Mugung
mengubah beberapa setting dan meletakkan ponselnya di meja setelah itu. Rasa
kantuk menyerang Mugung dan tanpa terasa, Mugung terlelap di sofa…
***
Ponsel
Mugung berdering kencang, lagu Superman-nya Super Junior. Mugung terlonjak dan
meraih ponsel itu dengan cepat. Nomor yang tidak dikenal.
“Yo…
yoboseyo?” sapa Mugung linglung.
“Yoboseyo,
Mugung. Apa kau sedang tidur?” tanya sebuah suara yang dikenal Mugung sebagai
suara GO.
“Ne…
hanya ketiduran.”
“Mianhae
mengganggumu, aku ingin kau bersiap-siap karena jam 5 nanti aku akan
menjemputmu,” pinta GO.
“Dimana
kau sekarang?” tanya Mugung penasaran.
“Sedang
di suatu tempat. Bersiap-siaplah, oke?” ujar GO, “tampil cantik dan seperti apa
adanya dirimu.”
“Oh,
ehm… ne,” kata Mugung.
“Sampai
ketemu,” pamit GO.
Mugung
meletakkan ponselnya lagi.
“Tampil
cantik? Jam 5?” tanya Mugung bingung, “apakah ini berhubungan dengan misi
selanjutnya?”
Mugung
mandi dan sangat sibuk mempercantik diri setelahnya. Mugung memilih gaun hitam
yang terbuka di bagian bahu dan mempertontonkan payudaranya yang montok;
pinggang gaun itu sangat pas di tubuh berisinya; rok gaun itu melebar di bagian
lutut. Mugung menutupi bagian bahunya dengan selendang berwarna senada dan
memberi bros berbentuk malaikat berwarna putih untuk menyatukan kedua ujung
selendang di perutnya. Dia memandangi bayangannya di cermin.
“Tidak
jelek. Nah… sekarang tinggal make-up-nya.”
Mugung
tidak pintar menggunakan peralatan make-up, tapi setidaknya dia tau beberapa
teknik sederhana. Eyeshadow-nya berwarna merah berlapis oranye, blush-on pink,
lip-gloss transparan membuat bibirnya tampak mengilap… Mugung tersenyum pada
dirinya. Tidak perlu repot, kan GO bilang dia harus tampil seperti apa adanya
dirinya. Terakhir, Mugung menyemprotkan parfum beraroma buah-buahan segar di
sekujur tubuhnya. Saat itu juga, bel apartemen berbunyi. Sudah jam 5 kurang 5
menit saat itu. Mugung memakai high heels 7 cm-nya dan bergegas membuka pintu.
“Anyeong,
Mugung,” sapa GO.
Jantung
Mugung berdetak kencang. Bukan hanya karena GO menyodorkan buket tulip ungu pada
Mugung, tapi juga karena penampilan si namja. GO memakai setelan jas berwarna
putih dan kemeja cokelat di dalamnya, rambut cokelatnya dibiarkan jatuh natural
dan senyumnya… GO menyodorkan bunga itu dekat sekali pada Mugung dan
menyadarkannya dari lamunan.
“Oh…
gomawo…”
“Yuk,
kita pergi.”
“Kita
mau kemana?”
“Lihat
dan kau akan tau.”
GO
menggandeng tangan Mugung dan ketika itu Mugung baru tau ada seorang cameramen
yang mensyuting mereka sekarang.
“Jangan
pedulikan aku. Anggap saja aku tidak ada. Jangan lihat ke kamera, oke?” pinta
si cameramen sambil tertawa ringan.
GO
mengajak Mugung masuk ke mobil Nissan seri terbaru yang berwarna hitam
mengilap, bahkan GO yang membukakan pintu bagi Mugung. Mugung berpikir…
seumur-umur, dia tidak pernah diperlakukan begini istimewa. Si cameramen duduk
di jok belakang mobil. GO menyetel lagu-lagu MBLAQ di dalam mobil mewahnya.
Mugung terus bertanya kemana dia akan dibawa tapi hanya dijawab GO dengan
senyuman. Akhirnya mobil berhenti di suatu rumah yang besar. Mobil masuk ke
pekarangan rumah yang berupa rerumputan dan parkir disana. Kali ini Mugung
melihat lebih banyak sosok staff Love Scandal.
“Dimana
ini?” tanya Mugung bingung.
“Ini
di rumah orangtua Seungho hyung,” jawab GO.
“Mau
ngapain kita disini?”
GO
kembali tersenyum dan turun dari mobil, membukakan pintu untuk Mugung berikut
mengunci Mugung dalam gandengan tangannya. Mereka tidak memasuki rumah, tetapi
mengitari rumah untuk sampai ke halaman belakang rumah yang juga berupa
rerumputan. Disana sudah ada meja bulat dan dua kursi dilapisi kain putih
dengan aksen pita-pita berwarna hijau dan yang paling menarik perhatian Mugung
adalah kehadiran grand piano berwarna putih tak jauh dari meja itu. GO
membimbing Mugung untuk duduk di salah satu kursi sebelum dia duduk di kursi
lainnya.
“Apakah
kau menyukai ini, Mugung?”
“Omona…
ini romantic sekali. Dan masakan ini…”
“Semuanya
aku yang masak. Mudah-mudahan kau tidak bosan memakan masakanku.”
GO
pasti sudah berusaha keras menata meja ini sedemikian rupa hingga ke makanan
yang disajikan bak di hotel mewah. Mugung bersumpah tidak pernah melihat
lobster sebesar ini sebelumnya.
“Apakah
Seungho-sshi dan orangtuanya ada disini?”
“Oh,
ani. Hanya kita berdua.”
Tentu
saja, dengan anggapan tidak ada tujuh kru yang berjalan hilir mudik di belakang
kamera, dengus Mugung. GO menuangkan minuman berwarna keemasan ke gelas Mugung
dan gelasnya.
“Keberatan
dengan alcohol?”
“Ani.
Aku menyukai alcohol.”
GO
dan Mugung bersulang. Mugung perlahan menyesap minuman itu… agak pahit dan keras
baunya pada awalnya, namun manis ketika ditelan. Hampir semua whisky begitu.
Ini pastilah V.S.O.P Remy Martin, tebak Mugung, melirik botol minuman keras
yang kertas merk-nya sudah dicabut.
“Ayo,
kita makan dulu,” ajak GO.
Mugung
dan GO mengobrol santai sambil menikmati makan malam. Mugung tidak pernah
menyangka, mengobrol dengan seorang idola itu ternyata semudah ini. GO membuat
segalanya terasa lebih mudah baginya. Namun ada yang Mugung pikirkan. Hal ini…
terlalu mengganggunya. GO beranjak untuk menyalakan lilin-lilin di meja dan
grand piano, lalu duduk di kursi piano setelah selesai makan.
“GO
bisa main piano?”
“Aku
tidak pernah menunjukkan skill-ku yang ini kan sebelumnya? Mugung akan menjadi
yang pertama melihatnya.”
GO
memainkan nada dasar beberapa kali sekadar untuk pemanasan jari-jarinya.
“Mugung,
dengar. Lagu ini untukmu.”
Jari-jari
GO mulai menyentuh piano itu dan suaranya mengalun lembut dan serak, mengiringi
melodi indah yang dimainkannya…
I think of you in
everything that I do
To be with you what ever it takes I'll do
Cause you my love, you're all my heart desires
You've lightened up my life forever I'm alive
Since I found you my world seems so brand new
You've showed me the love I never knew
Your presence is what my whole life through
Since I found you my life begins so new
Now who needs a dream when there is you
For all of my dreams came true
Since I found you
To be with you what ever it takes I'll do
Cause you my love, you're all my heart desires
You've lightened up my life forever I'm alive
Since I found you my world seems so brand new
You've showed me the love I never knew
Your presence is what my whole life through
Since I found you my life begins so new
Now who needs a dream when there is you
For all of my dreams came true
Since I found you
Mugung mencengkeram sisi meja dengan kencang.
Since I Found You dari Christian Bautista. Memang, pelafalan GO tidak sejelas penyanyi
aslinya, tapi GO mampu memberikan warna baru pada lagu itu. Mugung memandangi
wajah GO yang sedang bernyanyi (kadang matanya melihat tuts piano, kadang pada
teks lagu, kadang menerawang, kadang menatap Mugung) yang posisinya di piano
terlihat agak serong dari tempat duduknya sekarang. Sebutir air mata menetes…
dia pastilah yeoja paling beruntung di dunia ini.
“Mian, Mugung, bahasa Inggris-ku buruk
sekali. Aku sudah latihan setengah mati tapi jam latihannya… Mugung, kau
kenapa?” tanya GO.
GO langsung menghampiri Mugung dan meletakkan
kedua tangannya di bahu Mugung. Dia menelusuri wajah Mugung dan bekas aliran
air mata tampak jelas di wajah cantik itu.
“Sssst… uljima. Mianhae… apakah aku
menyakitimu?” tanya GO bingung, “mianhae…”
“Ani…” Mugung menggelengkan kepalanya, “GO
bukan menyakitiku. Aku… aku… terharu.”
“Babo,”
tukas GO.
GO
menghapus aliran air mata Mugung dengan ibu jarinya. Mugung tersenyum dalam
tangisnya, begitu pula GO.
“Mian…
aku memang gampang menangis,” ujar Mugung.
“Gwaenchana.
Dan lihat, Mugung,” kata GO, menunjuk langit, “langitnya indah sekali.”
Mugung
mendongakkan kepalanya dan langit bertaburan bintang yang banyak sekali. Tidak
ada bulan, tapi bintangnya sungguh sangat banyak. GO membimbing Mugung duduk di
rerumputan. GO merebahkan tubuhnya, menyangga kepalanya dengan kedua tangannya.
Mugung melihat namja itu tersenyum. Mugung juga ikut berbaring, lupa sepenuhnya
pada cameramen di sekitar mereka. Sempurna, pikir Mugung, jika saja semua ini
menjadi kenyataan… jika saja GO akan selalu di sampingnya dan mereka bisa
mengalami malam romantic ini berkali-kali…
“Apakah
kau menyukai semua ini, Mugung?”
“Sangat.
Gomawo, GO ah~”
“Omona!”
jerit GO tiba-tiba, langsung terduduk.
Mugung
ikut bangun, “apa? Kenapa? Ada apa?”
“Aku
lupa… harusnya aku menyiapkan kado untukmu.”
“Untuk
apa kado? Aku tidak sedang ulangtahun. Masih sebulan lagi aku baru ulangtahun.”
“Tapi
aku tidak berhasil menyempurnakan acara ini.”
Mugung
tertawa kecil melihat wajah menyesal GO.
“GO
ah… kado yang paling kuinginkan sudah kau berikan. Kau membuatku merasa
special. Itu yang paling penting untukku.”
GO
diam dan memandangi wajah Mugung begitu lama. Mugung bersumpah dia ingin jatuh
ke dalam tatapan mata itu, ingin jatuh ke dalam pelukannya, ingin… dia ingin
terus berada di dekat GO. Tapi ini hanya sebuah acara reality show. Setelah
semua ini berakhir… tidak akan ada lagi segala hal yang indah ini. Rasanya
seperti terbangun dari mimpi.
“Baiklah,
sekarang kita pulang ke apartemen. Peserta lain juga sudah on the way menuju apartemen,” ujar salah satu kru memecah
keheningan.
GO
membantu Mugung berdiri dan keduanya berbalas senyum.
***
No comments:
Post a Comment