Just You
Chapter 19
CHAPTER ELEVEN
Minna melirik jam di mobilnya, sekarang jam 7 kurang 20
menit, dia sudah terlambat 10 menit untuk bertemu Heechul.
“Aaaah… aku akan rugi mentraktirnya, dia kan makannya
banyak,” keluh Minna, segera menjalankan mobilnya.
Entah apa yang membuat Seoul ramai malam ini, Minna harus
terjebak di beberapa lampu merah cukup lama. Dan Minna tidak berani menjalankan
mobilnya terlalu cepat. Matanya agak kabur hari ini dan dia ingin menjumpai
Heechul dalam keadaan tidak kekurangan apapun. Ketika sampai di kedai, arloji
Minna sudah menunjukkan jam 7.15 dan dia berlarian memasuki kedai yang tidak
pernah sepi itu. Tapi sosok Heechul tidak ada. Minna sekali lagi mengedarkan
pandangannya, Heechul tidak ada. Minna memilih untuk duduk dulu dan sekali lagi
memandangi setiap pengunjung di restoran itu.
“Dia benar-benar belum datang? Apa yang membuatnya
terlambat?”
Baru saja Minna akan memesan minuman, pandangannya terpaku
pada sosok yang muncul dengan terengah-engah di depan pintu kedai. Itu pria
yang ditunggu Minna. Itu Jung Heechul. Pandangan keduanya bertemu, Minna
tersenyum, tapi Heechul tidak. Heechul berlarian dan duduk di hadapan Minna,
lalu menarik dan menggenggam tangannya.
“Minna… apakah kau sakit? Apakah kau terluka?” tanya Heechul
beruntun.
Minna menggelengkan kepalanya, bingung dan was-was dengan
pertanyaan Heechul. Apakah Heechul sudah tau tentang penyakitnya? Tapi
seharusnya tidak ada yang tau…
“Apa maksudmu? Aku baik-baik saja…”
Tentu saja Minna berbohong. Tapi kebohongan itu perlu jika
dia bisa melihat senyum merekah di wajah tampan Heechul-nya. Ya, Heechul milik
Minna. dia ingin menyebut pria ini miliknya. Tapi tidak sekarang… atau tidak
akan mungkin itu terwujud…
“Aku terlambat. Jadi… aku yang traktir?”
“Tentu saja. Aku akan makan sangat banyak hari ini, biar kau
menyesal.”
Keduanya menikmati makan malam mereka sambil mengobrol
ringan, kadang tertawa, menyingkirkan jauh-jauh hal-hal yang membuat mereka
khawatir sebelum ini, atau akan membuat mereka khawatir ke depannya. Minna
memandangi sosok Heechul yang menggandengnya keluar kedai, ingin merekam setiap
moment dalam memorinya. Jika Minna tidak bisa lagi melihat, dia akan memutar
moment indah ini dan dia akan berusaha bertahan hidup.
“Tidakkah kau merasa Sungai Han indah di waktu malam?” tanya
Heechul.
Minna menganggukkan kepalanya. Keduanya sudah berjalan menuju
tepian Sungai Han, lalu duduk di bawah pohon besar. Heechul menyandarkan
tubuhnya ke batang pohon yang kokoh itu, sementara Minna duduk tegak di sebelah
Heechul.
“Andaikan aku tau lebih awal kalau Sungai Han begini indah…
aku akan setiap malam kesini.”
Heechul menangkap kesedihan di wajah tersenyum Minna.
“Kau tau lebih awal ataupun sekarang, tidak ada bedanya. Kau
akan selalu menikmatinya. Jika perlu, aku akan mengajakmu kesini setiap malam.”
Minna tersenyum lagi. Dikerjapkannya matanya yang kabur…
jelas lagi… kabur lagi… Sungai Han menjadi jelas… Minna menoleh dan memandangi
sosok Heechul. Heechul sedang tenggelam dalam pikirannya, matanya terpaku pada
aliran air Sungai Han. Sosok Heechul kabur… Minna mengerjapkan matanya… sosok
Heechul masih kabur… dia mencoba lagi… Heechul tetap kabur… Angin dingin
bertiup, membuat rambut Minna berantakan dan tubuhnya gemetar. Kenapa sosok Heechul
kabur? Kenapa bukan Sungai Han yang kabur namun sosok Heechul yang jelas? Minna
tidak butuh yang lain. Dia rela dia buta terhadap apapun di dunia ini, asalkan
dia masih bisa melihat Heechul. Hanya Heechul saja… Bolehkah dia memohon hal
ini pada Tuhan? Heechul menoleh pada Minna dan melihatnya gemetaran. Heechul
merengkuh tubuh mungil Minna dari belakang, mendekapnya erat. Heechul
meletakkan kepala ke bahu Minna, nafas Heechul menyapu lehernya, detak jantung
Heechul terasa di punggung Minna.
“Aku menyesal lupa bawa jaket. Lihat, kau kedinginan,” sesal
Heechul lembut.
“Tapi kau juga kedinginan, kan? Badanmu gemetar,” balas
Minna, matanya kembali menatap Sungai Han.
Detik-detik berlalu tanpa ada seorangpun yang mengeluarkan
suara. Yang ingin mereka lakukan saat ini adalah merasakan keberadaan satu sama
lain seakan takut salah seorang akan pergi meninggalkan yang lain. Heechul
masih tetap gelisah… sesuatu dalam perasaannya membunyikan alarm bahaya… tapi
Heechul tidak tau apa sebabnya. Heechul mengeratkan pelukannya di tubuh Minna
dan setetes air mata lolos dari matanya. Minna meletakkan tangannya pada lengan
Heechul yang memeluknya, memasrahkan diri sepenuhnya pada sosok pria ini.
Perlahan Minna menoleh dan sosok Heechul di pundaknya tidak kabur lagi. Tapi ada
air mata di pipi Heechul yang matanya terpejam.
“Kau menangis?” tanya Minna kaget.
Heechul membuka matanya dan menggelengkan kepalanya.
“Angin tadi membawa debu masuk ke mataku.”
Minna melepaskan pelukan Heechul lalu membalikkan badannya
menghadap Heechul.
“Mata yang mana? Hati-hati nanti matamu terluka,” wanti
Minna.
“Yang ini.”
Heechul menunjuk mata kanannya, lalu tersenyum manis.
“Tolong tiup supaya debunya keluar,” pinta Heechul.
Minna mendekatkan wajahnya dan meniup mata Heechul. Heechul mengerjap,
menggelengkan kepalanya. Minna meniup sekali lagi dengan lebih kuat. Kali ini
Heechul tersenyum, lalu diciumnya kilat bibir Minna. Wajahnya langsung memerah,
dan kebiasaan memperbaiki poni itu muncul lagi.
“Kau membohongiku!”
“Tidak juga. Dan ngomong-ngomong… aku ingin mendengar kau
memanggilku oppa lagi.”
“Kapan aku pernah memanggilmu oppa?”
“Di hari kau bernyanyi sambil bermain piano itu,” jawab
Heechul, “kau mau mengingkarinya, ya?”
“Tidak koq, aku tidak memanggilmu oppa, Heechul-sshi.”
“Ya~ Kim Minna!
Panggil aku oppa!” paksa Heechul.
“Shireo!”
Heechul menarik tubuh Minna mendekat sehingga bibir keduanya
bertemu. Ketika bibir Heechul bergerak, Minna hanya bisa memejamkan matanya.
Dinikmatinya perasaan hangat yang mengalir dari bibir Heechul itu ke seluruh
tubuhnya… dan dibalasnya ciuman Heechul. Minna tidak pernah mencium siapapun,
namun entah mengapa mencium Heechul rasanya mudah, rasanya sudah sewajarnya.
Heechul menikmati bibir Minna yang dilapisi lipgloss rasa strawberry itu…
manis… seperti pemiliknya.
이 겨울의
거리
어디서라도
On this winter road
예전 그대의 향기 가득한
예전 그대의 향기 가득한
No matter what, I smell your scent
추억뿐인걸요 지금도
추억뿐인걸요 지금도
It’s full of
memories, even now
Ketika angin dingin sekali lagi bertiup, Minna mendorong
pelan tubuh Heechul.
“Aku tidak mau besok muncul di majalah gossip denganmu,”
bisik Minna, malu-malu.
“Tapi aku tau kau menikmatinya,” goda Heechul.
Minna memukuli pundak Heechul, membuat Heechul tertawa
terbahak. Keduanya masih menikmati keberadaan mereka disana hingga setetes air
turun mengenai ujung hidung mancung Heechul.
“Ah… hujan. Kita harus pulang, Minna.”
“Ne.”
“Besok aku akan main
ke apartemenmu,” putus Heechul.
Minna tersenyum. Heechul dan Minna berpisah di persimpangan
jalan karena mereka memarkir mobil di tempat yang berbeda. Heechul sedikit
bersyukur dalam hal ini, karena dia tidak mau Minna banyak bertanya melihatnya
membawa mobil Kwanghee, menjelaskannya malah akan membuat Minna khawatir.
Heechul menoleh dan melihat punggung Minna yang menjauhinya. Sesaat dia ingin
berbalik, ingin menceritakan apa yang begitu meresahkannya, namun dia
mengurungkan niatnya. Heechul kembali berjalan sambil menendang sebuah batu
kecil, merasa dirinya begitu bodoh karena khawatir pada hal yang tidak perlu.
“Ya~ Jung Heechul babo!” seru Minna.
Heechul menoleh, kaget Minna baru saja memanggilnya babo. Sosok Minna yang melambai masih
terlihat jelas walau keduanya terpisah cukup jauh. Heechul bahkan bisa melihat
Minna yang tersenyum.
“Heechul oppa… SARANGHAEYO!”
Heechul masih terpaku di tempatnya ketika Minna sudah
berlarian menjauhinya. Yang tadi itu jelas sekali… jelas sekali Minna
memanggilnya oppa, jelas sekali Minna
mengucapkan kata cinta yang sacral itu. Heechul melanjutkan perjalanannya
dengan lebih bersemangat, senyum tidak pernah hilang dari wajahnya, bahkan
ketika dia sudah masuk kembali ke mobil Kwanghee.
“Syukurlah Minna, kau bisa memanggilku oppa juga. Itu artinya kau menyayangiku seperti kau menyayangi
Ryeowook… hyung. Aniyo… kau mencintaiku,” yakin Heechul, “dan aku bahagia
karenanya.”
Heechul menjalankan mobilnya dengan perasaan tidak pernah
bahagia dan selega itu. Sementara itu, hujan turun makin deras dan mulai
membasahi kaos Minna. Dia bersyukur akhirnya bisa masuk ke mobil tanpa membuat
dirinya benar-benar basah.
“Heechul oppa-ya…
kuharap oppa bisa menganggap ini
kenangan terindah antara kita. Dan mianhae,
Hyomi… eonni akan pergi. Eonni yakin Jisuk-sshi akan membantumu setelah ini. Eonni tidak pantas juga berada di dekatmu…” ujar Minna, tersenyum
getir, “Heechul oppa… anyeong.”
Minna menoleh dan memastikan kopernya masih di jok belakang.
Dia akan kembali ke Incheon, lalu tinggal disana bersama eomma-nya, dekat kembali dengan Ryeowook oppa-nya. Minna akan merasa lebih nyaman di sisi eomma-nya ketika dia kehilangan
penglihatannya dibanding tetap disini dan menjadi beban semua orang.
“Aku sudah tau pengobatan itu tidak berguna. Aku sudah
mempelajarinya dari internet. Penyakitku semakin parah, dan aku pasti… aku
pasti… akan buta. Kuputuskan akan pergi… anyeong, Seoul,” pamit Minna, tersenyum
sedih.
Minna men-starter mobilnya. Hujan yang turun terlihat seperti
tirai berkilauan menyelimuti bumi. Minna meyakinkan matanya dalam keadaan
sempurna sebelum mulai menjalankan mobilnya. Beberapa kali mata Minna kabur,
tapi dengan mengerjapkan matanya, dia selalu mampu melihat dengan jelas lagi
sesudahnya. Minna yakin dia akan sampai ke Incheon setidaknya tengah malam ini
juga. Tangan Minna menyentuh bibirnya lagi, lalu dia mulai menangis. Dia akan
kehilangan Heechul. Dia akan merindukan Minwoo, Junyoung, Hyomi dan… segalanya.
“Bekerjasamalah mataku… jebal…” mohon Minna, mengerjapkan
matanya lagi.
Dan light flashes itu muncul di depan mobil Minna, tampak
sangat terang dan menyakitkan mata Minna. Dia memicingkan matanya berusaha
bertahan, dia tau sebenarnya tidak ada apapun disitu. Tidak pernah matanya
merasa kesakitan seperti ini sebelumnya.
Tiiiiin…
Sebuah mobil baru saja lewat di sisi kanan mobil Minna, dekat
sekali, sehingga dia terpaksa menggeser mobilnya ke kiri sedikit, mengira
mobilnya berjalan miring karena matanya tidak berfungsi dengan baik. Minna
masih bertahan, mengerjapkan matanya sejenak ketika…
Tiiiin…
Sebuah mobil menabrak bagian belakang mobil Minna. Dia
menjejak rem dengan sekuat tenaga, namun mobilnya sudah lepas kendali. Minna
bisa merasakan mobilnya menabrak tembok pembatas jalan, Minna membanting setir
dengan putus asa…
단 한번만
내게
시간을
줘요
For just once give me your time
그대는 잃을게 하나도 없죠
그대는 잃을게 하나도 없죠
There isn’t one thing
you should forget
Mobil Minna berputar, kini sisi kanan mobilnya terseret di
tembok itu… tubuhnya terasa terhimpit… sakit sekali… Minna begitu ingin jiwanya
terlepas dari raganya saat ini juga agar rasa sakit itu juga bisa hilang. Dan
sungguh… rasa sakit itu telah menghilang…
그저 한순간만 나를
생각해봐요
For just a moment think of me
그것뿐이에요
그것뿐이에요
Just only that
겨우 그 정도죠
겨우 그 정도죠
It’s barely just to extent
ya ampun minna nekat bgd, masih nyetir mobil, klo mata'a kambuh gmana :|
ReplyDeleteuntung nyampe ketemu heechul msh baik2 ajah u___u
gmana yh klo minna tahu klo heechul udh tahu soal itu x3
pdhl mreka udh bs bersatu nie klo gk ada pnyakit ini,
dan soal management'a yg gk setuju pasti u____u
ya ampun itu soooo sweet yg sbelum berpisah itu,
yg minna manggi heechul pertama2 JUNG HEE CHUL BABO trus
manggil oppa dan blg saranghae dr kejauhan, saya suka *O*
tidaaaaaaaak!!! ini sbelum minna knapa2 gara2 mata'a,
malah dy pake kecelakaan dulu lg justru aaaah.
gmana nie :|
~Stella.
apa yang akan terjadi klu minna benar2 buta ap hecul tetap mencari minna
ReplyDelete-lini