Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 18 May 2012

No Other The Story chapter 35


No Other The Story
Chapter 35

XILI’S DIARY
CHAPTER 35
ONE LOVE

                Banyak perubahan yang kembali terjadi di hidup dan lingkungan di sekitarku. Yifang jie kembali mendapatkan tawaran acting, kali ini porsi aktingnya sudah lebih banyak sebagai sahabat dari pemeran utama wanita di drama yang akan ditayangkan tiga bulan lagi. Dengan demikian dia juga menepati janjinya untuk berhenti bekerja sebagai bartender. Syukurlah, aku juga mendukung keputusan ini. Yesung oppa, akhirnya sudah kembali ke apartemen KRYSD sekitar tiga hari yang lalu, dan aku sama sekali tidak mendengar kabar dia dan Ryeowook oppa ada bertengkar. Itu juga bagus. Manshi, semakin hari semakin sibuk, bahkan nyaris tak melihat batang hidungnya kadang dalam sehari (dia kadang bangun sangat pagi dan pulang sangat larut, atau kadang bangun siang ketika aku sudah berangkat kuliah). Hanya Aqian yang masih setia dengan pekerjaannya, tapi diiringi dengan betapa seringnya Siwon oppa berkunjung ke apartemen kami. Akhirnya semua berakhir bahagia. Kalau begini, hidupku juga lebih tenang. Sedangkan aku, aku tak lagi mengunjungi resto Hangeng oppa ataupun Pipi, semenjak terakhir aku kursus memasak dengannya. Bahkan, aku tak lagi mengontaknya. Aku menuruti keinginan Donghae oppa untuk tak dekat dengan pria manapun, dan lagipula… entah ada keraguan apa di hatiku setiap kali ingin menghubunginya. Mudah-mudahan… yang kulakukan sekarang ini tepat…
               
“Oi, Xili…”
               
Aku kaget melihat wajah kusut Manshi muncul di ambang pintu kamarku. Ya ampun, dia juga sudah agak kurusan rupanya. Karena kesibukan?

                “Mau tidak ikut aku dan Aqian shopping jam dua nanti? Kau ada kegiatan apa tidak? Aku dikasih off hari ini dari salon mematikan itu,” ucap Manshi, lalu menguap lebar.
                Aku berpikir keras, “ng… jam dua tak bisa. Aku ada janji dengan Donghae oppa.”
                “Oh, ya sudah. Mau titip sesuatu? Baju? Sepatu?”
                “Boleh sih kalau ketemu yang bagus untukku.”
                “Oke deh. Aduh, siapa itu datang pagi-pagi?”

                Aku mendengar Manshi mengomel ketika menuju pintu, kami punya tamu. Aku melirik jam kecil di mejaku. Tak pagi lagi, sekarang sudah hampir jam sebelas siang. Dasar si Manshi saja yang bangunnya selalu siang kalau tak ada pekerjaan. Aku juga sih, kadang-kadang, hehehe… hanya Yifang jie yang tak bisa bangun lebih dari jam Sembilan pagi, secapek apapun dia kemarinnya.

                “Oppa…” kudengar suara Manshi yang sedikit kaget.

                Oppa yang mana? Tapi pertanyaanku terjawab ketika mendengar suara berikutnya.

                “Manshi, ayo ikut aku,” ucap Shindong oppa.
                “Mwo? Aku belum mandi, oppa…”

                Tapi aku mendengar suara mereka menjauh. Mungkin Manshi diseret pergi atau apalah. Hubungan romantic mereka berdua memang begitu, selalu ramai. Kalau kami ketika berduaan, aku dan Donghae oppa, Aqian dengan Siwon oppa, pasti kami tak banyak bersuara, atau berbicara dengan suara serendah mungkin; Yifang dan Yesung oppa agak sedikit berisik kalau mereka main game, tapi tak ada yang seberisik Manshi dan Shindong oppa. Mereka lebih sering bertengkar, kurasa. Sudahlah, selama mereka masih bersama, tak apalah. Jam satu aku bersiap-siap menunggu Donghae oppa, sedangkan Manshi dan Aqian sudah pergi, si dua tukang shopping itu. Aku menunggu dengan tenang… menunggu dan menunggu… dan sebuah SMS yang masuk ke ponselku membuatku terlonjak. Hae oppa.

                Xili, jeongmal mianhae… kita harus membatalkan acara kita… aku ada pertemuan mendadak dengan staff agensi untuk rapat tanggal peluncuran album. Sebagai gantinya, nanti malam aku mampir ke apartemen, oke? Mianhae… chagya…

                Aku mendesahkan nafas pasrah. Sudah empat kali Donghae oppa membatalkan kencan kami, dan keempat-empatnya, tentu saja, adalah karena dia terlalu sibuk.

                Gwaenchana… aku tunggu oppa nanti malam. Selamat bekerja.

                Padahal aku sudah bersiap-siap. Selalu begini akhirnya… memang susah berkencan dengan KRYSD. Yifang jie juga sering mengalami hal ini, tapi bagaimanapun Yesung oppa tak terlihat sesibuk Donghae oppa. Yesung oppa sering terlibat drama musical, tapi Donghae oppa mulai menjamah dunia drama. Bedanya, Yifang jie kelihatan tidak marah kalau Yesung oppa membatalkan janji, karena Yifang jie sendiri sibuk, atau juga karena dia orang yang sangat sabar. Aku berbeda dengannya. Kerjaanku hanya kuliah, yang itu juga tak sesibuk apa, lalu hanya bisa menunggui Donghae oppa. Aku juga tidak sesabar Yifang jie.

                Gomawo, chagya… saranghaeyo…

                Aku tersenyum. Selalu begini, aku gampang sekali dibujuknya. Hhh… sekarang apa yang harus kulakukan untuk mengisi waktu luang? Menyusul Manshi dan Aqian? Dan ponselku kembali berbunyi. SMS masuk lagi, kali ini dari Henry Mochi.

                Xili ya, lagi ngapain kau? Aku dan Suxuan kesana ya, kita buat tugas, setuju?

                Ahh ya, aku hampir lupa kami punya tugas sejarah yang harus dikerjakan. Dua hari yang lalu aku masih ingat, malahan Yifang jie membantuku sampai tengah malam mengumpulkan bahan-bahannya, soalnya dia lebih cekatan di dunia maya daripada aku. Usul yang bagus, daripada aku termenung tak berguna. Aku merenggangkan badanku, lalu masuk ke kamar Yifang jie. Perabotan di kamar ini bertambah lagi, Yesung oppa sering membelikan hadiah untuknya. Aku menuju laptopnya yang diletakkan di meja kecilnya. Aku menghidupkan dan memasukkan password-nya, yang mungkin hanya diketahui aku, Yesung oppa dan Yifang jie sendiri. Aku mulai menjelajahi si hijau mini itu dan mencari dimana dataku disimpan. Untungnya Yifang jie sangat rapi dalam memasukkan data-data, jadi aku dengan cepat menemukannya, lalu mencetaknya. Selesai dengan semua urusan ini, aku iseng membuka account Twitter Yifang jie (maysmicvmhwa) tapi dia melarangku men-tweet apapun, hanya boleh melihat-lihat. Aku kaget sekarang followernya sudah mencapai empat digit, 6411 orang. Mungkin juga karena popularitasnya sebagai ullzzang, karir artisnya dan pacar Yesung oppa. Timeline-nya tidak ramai, karena dia selektif dalam following, dia hanya men-follow 174 orang. Aku mencari account Donghae oppa, yang termasuk dalam daftar following. Foto profile-nya… pacarku memang paling tampan.

@invisible94 gomawo~ nantikan dengan sabar ya

                Siapa itu? Siapa yang di-reply Donghae oppa?

@downstream ani… kami semua akan berusaha untukmu
@shfly3424 hyung, welcome back, kkk~

                Ada yang normal, ada juga yang tak normal. Ini…

@aprilbright gomawo~ dengan suntikan semangat itu, aku akan bekerja keras
@aprilbright ah, gathering? Gomawo~ gomawo~ semoga suatu hari aku bisa bertemu dengan kalian semua
@angellee syukurlah kalau kau suka fotonya. Have nice day ^^

                Siapa yang di-reply olehnya? Bagaimana bisa sebanyak ini? Fans-kah? Oppa… sering me-reply fans? Apakah ini kebiasaan KRYSD? Aku membuka account Kyuhyun oppa (gaemgyu) dan tidak menemukan reply untuk fans, satupun, sejauh yang aku lihat. Dia hanya sibuk berbalas tweet dengan ryeong9 yang kutau itu Ryeowook oppa. Bagaimana dengan Yesung oppa? Banyak tweet dengan artis lain, tapi kebanyakan dengan maysmicvmhwa dan heedictator, itu Heechul oppa. Kenapa hanya Donghae oppa yang… aku beranjak untuk membukakan pintu depan. Henry dan Suxuan sudah menungguku.

                “Ya~ lama sekali, Xili. Kami nyaris lumutan disini menunggumu,” komentar Henry, masuk begitu saja tanpa kupersilakan.
                Suxuan mengikuti langkah Henry, “untunglah kita semua hari ini punya waktu luang. Aku khawatir soal tugas ini.”
                “Tenang saja, aku sudah minta Yifang jie carikan bahannya. Kalian perlu tau kalau dia sudah menelan banyak buku sejarah China dan Korea, dan ada banyak referensi dari buku-buku sejarah di kamarnya. Kalian duduk dulu, aku ambilkan,” pintaku.

                Suxuan duduk di sofa, sementara Henry sudah mengotak-atik keyboard di pojokan ruangan. Aku ke kamar lagi dan mengambil kertas cetakan, juga mencari judul buku yang cocok di rak bukunya yang tinggi. Kudengar Henry sudah memainkan si keyboard. Dasar si sial itu, dia memang pintar bermain biola dan keyboard, atau piano. Aku sekilas melirik lagi laptop Yifang jie, lalu menekan tanda silang untuk menutup account Twitter itu. Lupakan urusan itu dulu, aku bisa tanyakan padanya waktu kami ketemu nanti. Aku meletakkan buku ke meja tamu, dan Suxuan langsung meneliti buku-buku itu.

                “Henry, ayo kerjakan.”
                “Mana Yifang noona?” tanyanya, melirik kamar dengan penuh harap.
                “Tak ada, dia pergi syuting. Cepatlah bantu kami kerjakan ini.”

                Henry merenggut dan duduk di sofa yang masih kosong, asal mengambil salah satu buku dari tumpukan atas. Suxuan langsung mengeluarkan buku dan pena dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Henry.

                “Mwo?”
                “Apa lagi? Masih Tanya? Kau yang tulis,” jawab Suxuan dengan nada cool.
                “Apa? Kenapa aku? Tulisanku jelek, lagipula aku lambat sekali menulis Hangul.”
                “Kau juga pasti tak mau mencari bahan-bahan itu, harus membaca buku-buku tebal ini. Kami akan menandai buku-buku ini, dan kau yang menyalin.”
                “Tapi… aku…”
                Aku dan Suxuan berucap kompak, “jangan banyak protes!”

                Henry hanya merenggut dan duduk dengan tenang, menyalin apa-apa saja yang kami sodorkan padanya. Meskipun dia bilang dia lambat menulis Hangul, dia adalah yang tercepat di antara kami, meskipun kalau soal kerapian, aku lebih memilih tulisan Suxuan. Kami tekun mengerjakan tugas-tugas itu sampai konsentrasi kami terpecah ketika pintu depan terbuka. Manshi dan Aqian sudah pulang, mereka membawa enam kantong besar.

                “Lho, Manshi, Aqian? Kalian tak kerja ya? Darimana kantong-kantong itu?” Tanya Suxuan heran.
                “Kami baru habis belanja nih,” jawab Manshi, “kalian lagi ngapain itu?”
                “Mengerjakan tugas,” jawabku, “ada belanjaanku?”
                “Ada. Kami berdua traktir. Kami belikan tiga baju untukmu, nanti kau lihat sendiri. Aku letakkan di kamarmu saja,” ucap Aqian.
                “Bukannya kau ada kencan dengan Donghae oppa, Xili?” Tanya Manshi heran.
                “Ehm… tak jadi. Dia… ada pertemuan dengan staff agensi,” jawabku, tak bisa menyembunyikan nada kecewa.
                “Aih, itulah susahnya pacaran dengan artis,” ujar Henry, kedengaran sok.
                “Tapi aku sama Leeteuk oppa tidak susah tuh,” sergah Suxuan, mengerutkan dahinya.
                “Tau’k ah~”

                Dan kami kembali serius mengerjakan tugas. Benar juga, kisah cinta kami tidak ada yang sama, meski kami berhubungan dengan para artis. Tapi aku berharap Donghae oppa bisa lebih sering bertemu denganku. Kalau dia terus sibuk begini… aku harus selalu menunggunya, begitu? Harusnya aku bisa melakukannya, tapi…

                “Xili chagya…” Donghae oppa muncul di depan kamarku.

                Aku tersenyum pada Donghae oppa-ku yang tampan.

                “Oppa, masuk,” kataku mempersilakan.

                Si oppa tersenyum dan masuk, lalu menutup pintu kamarku. Begitu pintu terkunci, dia langsung menangkap tubuhku dan aku kaget bukan kepalang. Dia sudah beberapa kali melakukan ini padaku, padahal hubungan kami baru saja menginjak sebulan.

                “Oppa… jangan bercanda…”
                “Gwaenchana… aku suka menggendong Xili seperti ini…”

                Dia membopongku dan berputar-putar, membuatku pusing. Karena takut jatuh, aku merangkul lehernya. Kami tertawa bersama, keras sekali, bisa-bisa kena marah Manshi di kamar sebelah sebentar lagi.

                “Oppa… turunkan aku.”

                Dia tertawa keras sekali lagi sebelum membaringkan aku di ranjang. Sekarang aku gugup. Kami… tak seharusnya sedekat ini, kan? Tapi senyumnya dan kedekatannya membiusku.

                “Xili, kau memang gadis paling cantik yang pernah kujumpai…” ujar Donghae oppa, membuat wajahku memerah.

                Dan pikiranku makin macet ketika untuk pertama kalinya, Donghae oppa mengecupku tepat di bibirku. Bukan hanya pertama kalinya dia melakukannya, bahkan ini ciuman yang pertama untukku. Dulu aku selalu bertanya seperti apa rasanya ciuman itu, tapi ternyata ciuman itu memang hal yang sangat indah. Begitu lembut, hangat… dari sini aku tau dia sangat mencintaiku. Aku tak tau bagaimana membalas ciumannya, tapi entah kenapa bibirku bergerak sendiri, seolah mengikuti gerakan yang diajarkan Donghae oppa. Apakah kami akan dibunuh Yifang jie kalau dia tau kami melakukan ini? Dan perlahan, Donghae oppa mundur dari wajahku.

                “Xili, saranghae…”

One love one love
The memories are beautiful always be my girl
One love one love
The memories are beautiful I don’t wanna ever say good bye
               
Aku tersenyum dan memeluknya sebagai rasa terima kasihku. Aku tak lagi merasa kesal padanya. Harusnya aku bersyukur dan merasa beruntung menjadi pacarnya. Tapi… tetap ada yang mengganjal di hatiku, aku harus tanyakan padanya…

                “Ng, oppa… sering membalas mention dari fans yah?”
                “Xili punya Twitter sekarang?” Tanya Donghae oppa, kedengaran heran.
                “Ani, punya Yifang jie.”
                “Aah…”

                Dia mendesahkan nafas dan duduk di sampingku.

                “Aku hanya merasa kasihan pada mereka yang begitu sering mention ke aku. Lagipula aku hanya membalas seperlunya.”
                “Kalau… banyak orang yang sering mention ke oppa, oppa akan membalas semuanya?”
              “Hmm… lihat juga sih apa memang perlu kubalas, atau apa aku ada waktu mengecek mention. Hmm… Xili cemburu?”
                “Ng… aku…”

                Aku bingung harus menjawab apa. Apa pendapat Donghae oppa kalau aku bilang aku cemburu? Kalau aku tak cemburu… Donghae oppa bisa saja mengulanginya…

                Donghae oppa menggenggam tanganku, “aku akan menjaga jarak dengan para fansku. Oke, Xili?”
                “Hah? Aku tidak memaksa oppa…”
                “Aku tau. Tak apa. Aku melakukannya dengan sukarela.”

                Aku tersenyum. Harusnya aku tak pernah ragu lagi dengan hubungan kami. Dia adalah yang terbaik untukku, dia memang selalu mengerti aku.

                “Aku ingin menciummu lagi…”
                “Gyaaaaah, oppa jangaaaaaan… nanti Yifang onnie marah…”
                “Dia belum pulang…”

1 comment:

  1. Aaaa...si hae mah mank slalu tebar pesona ==a
    tapi hae sibuk banget yah...
    Xili bisa2 bosen (?) xD

    tapi yg trakhirnya sweett...
    Hangeng kabarnya gimana? x.x

    ReplyDelete