(Special Part)
No Other The Story behind the story chapter 1
(NC 21)
YIFANG’S POV
Perasaanku yang awalnya tidak terbiasa dengan keberadaan
Yesungie oppa di apartemenku, kini perlahan sudah menghilang. Aku senang
melihatnya hilir mudik di apartemen kami, suka melihatnya tidur di ranjangku,
juga memanjakanku. Bagiku, tidak ada hal yang lebih membahagiakan lagi dari
keadaan sekarang. Aku masih ingat kejadian seminggu yang lalu, saat Yesungie
oppa menciumku untuk pertama kalinya. Itu juga adalah saat omma… hahaha, aku
benar-benar memanggil ommanya dengan panggilan omma juga… saat omma datang. Aku
sejak dulu, sejak aku menjadi fans KRYSD sudah membayangkan, seperti apa kalau
pacaran dengan Yesungie oppa, lalu kalau diciumnya… dan… seterusnya… ahh!!! Aku
pervert sekali!!! Tapi pertanyaanku terjawab juga. Ciumannya… lembut sekali. Tapi
kami hanya berciuman biasa sekali, tangannya di pinggangku, tapi bibir kami
hanya berbalas kecupan, tidak lebih. Mungkin saja karena itu ciuman pertama
bagi kami. Apa… sebenarnya aku ingin yang lebih? Omo… berapa sih umurku
sekarang? 20 tahun, kan!!! Aku pervert sekali! Tapi punya pacar seganteng
Yesungie oppa, siapa yang tidak tergoda untuk… ahh sudahlah! Aku tidak mau
memikirkan itu lagi! Lebih baik aku sekarang ke siaran radio saja, nanti aku
telat dan Hyuk oppa marah padaku…
Dan aku pulang malam hari itu, sekitar jam 12 malam. Yesungie
oppa tidak menjemputku, karena dia bilang dia baru saja pulang apartemen.
Ternyata ketika aku membuka pintu, aku melihatnya duduk di sofa sambil menonton
tivi.
“Oppa…” panggilku manja.
“Yifang… ayo kesini,” ajaknya, menepuk sofa di sampingnya.
Aku melemparkan tasku sembarangan saja dan berlarian untuk
duduk di sampingnya. Dia langsung tanggap dan merangkulku.
“Mian yah aku tidak menjemputmu. Aku benar-benar baru pulang
lima belas menit yang lalu.”
“Gwaenchana, oppa. kenapa tidak tidur? Sudah semalam ini
masih nonton tivi? Memangnya ada yang menarik?”
“Hmm… Yifang-ku banyak Tanya. Tentu saja aku disini karena
menunggumu.”
Yesungie oppa menarik wajahku untuk menoleh memandangnya. Dia
tersenyum dan membuat aku kembali sakit jantung. Kapan sih aku bisa terbiasa
dengan keadaan ini?
“Ng… kita kan… selalu punya hari esok.”
“Tapi hari ini aku kangen sekali dengan Yifang. Mungkin
karena tadi pagi kita tidak sempat bertemu.”
Aku baru ingat, ketika aku bangun tadi pagi jam 7, aku sudah
tidak melihat sosok Yesungie oppa. kasihan, dia pasti sibuk dengan urusan
KRYSD-nya.
“Bukannya oppa bosan melihatku setiap hari?” tanyaku
menggoda.
“Mana mungkin bosan.”
Dia menarik rambut yang sengaja kutata di kedua pipiku, lalu
menggulungnya di jari-jarinya. Dia masih tersenyum.
“Ng… kalau begitu… ayo kita… eh… tidur. Sudah malam. Kurasa
yang lain sudah tidur?”
“Kenapa kau buru-buru sekali? Sudah capek? Atau… tidak mau
bersama-sama denganku?”
“Ap… apa? Tentu saja mau, oppa, hanya saja…”
“Temani aku dulu, oke?”
Aku mengangguk. Aku bukannya tidak mau bersamanya, tapi
berduaan dengannya selalu membuatku sakit jantung. Tapi bukannya aku sendiri
yang berpikiran pervert belakangan ini? Jadi bagaimana hal-hal itu bisa terjadi
kalau aku selalu jantungan? Dasar Yifang babo! Tapi… wajahnya memang semakin
lama semakin terasa dekat… bau nafasnya… dia masih memandang lurus ke mataku…
dan indraku berhenti berfungsi… aku tidak mendengar suara tivi lagi, ketika
bibirnya menyentuh bibirku, aku hanya bisa memejamkan mata. Bibir itu masih
terasa sama lembutnya seperti ciuman pertama kami. Aku takut aku merasa bodoh
membalas ciumannya, bagaimana kalau aku tidak memuaskan? Bagaimanapun dia pacar
pertamaku, dan ciuman pertamaku juga kuberikan untuknya.
Dia menarik bibirnya, “jangan gugup.”
Lalu dia menciumku lagi. Yifang, jangan gugup… aku gila,
sekarang aku bicara dengan diriku sendiri! Dan yang kurasakan hanya bibirnya di
bibirku, tangan kirinya yang merangkulku di bahu, dan tangan kanannya di
leherku. Dia menekan bibirku, membukanya, lalu memasukkan lidahnya ke dalam
mulutku. Aku kaget! Ini… French kiss? Aku… harus bagaimana? Tapi dia ingin aku
jangan gugup. Baiklah… aku… aku… harus membalasnya? Aku memaksa lidahku
bergerak, lalu bersentuhan dengan bibirnya. Dan ini perasaan yang baru lagi
untukku. Ternyata sentuhan lidah itu membuatku lupa daratan. Yang kuinginkan
hanya Yesungie oppa, aku tak peduli yang lain, bahkan aku tidak peduli sekarang
kami masih di ruang tamu. Dia menghisap lidahku, memberiku getaran yang menyenangkan.
Kami saling mengecup, juga saling menghisap lidah, semuanya kami lakukan
berkali-kali. Lidahnya bergerak bebas di dalam mulutku, menjelajahi setiap
jengkal mulutku. Kini tangan kanannya tidak lagi ada di leherku, tangannya itu
menurun ke pinggangku. Aku merasa ada sengatan listrik ketika tangan itu
berpindah. Dia berhenti mencium bibirku, tapi beralih ke pipiku. Aku tidak
berani memandang wajahnya, aku terus memejamkan mataku. Aku bisa mendengar
kecupannya di pipiku, lalu leherku… ahh, rasanya geli sekali… aneh, tapi aku
suka…
“Oppa… kita… di ruang tamu…” kataku tersendat-sendat.
“Oh, kau benar. Tapi kurasa mereka sudah tidur, Yifang…”
Aku membayangkan, apa jadinya kalau Xili, Manshi atau Aqian
melihat kami melakukan hal seperti ini…
“Ng… tapi kalau mereka… tiba-tiba… mau ke toilet…?”
Yesungie oppa berhenti menciumku. Wajahnya tampak serius
sekali. Aku takut dia marah. Apakah aku merusak moodnya? Dia mengambil remote
untuk mematikan tivi.
“Oppa… marah ya?”
Tapi tanpa menjawabku, dia tiba-tiba menggendongku, lalu
tersenyum, membuat hatiku lega.
“Kalau begitu kita pindah saja.”
“Ta… tapi…”
Dia tidak memedulikanku, membawaku mendekat ke sakelar ruang
tamu.
“Matikan dong,” pintanya.
Aku mengulurkan tanganku untuk menekan sakelar, dan keadaan
di sekitar kami langsung gelap gulita. Aku tau dia membawaku menuju kamarku
yang pintunya terbuka. Tapi keadaan sama gelapnya disini.
“Oppa… aku berat lho.”
“Aniyo.”
Dia perlahan meletakkan aku di ranjangku. Aku bangkit untuk
duduk. Keadaan masih gelap.
“Oppa, buka lampunya dong…”
Dia pergi dari sisiku, tapi bukan untuk membuka lampu,
malahan menutup pintu kamar dan menguncinya. Keadaan jadi makin gelap, kamarku
tidak ada jendelanya. Dalam keadaan gelap, mataku selalu tidak mampu untuk
melihat dengan cukup baik, apalagi sekarang ditambah aku yang sakit jantung.
Kenapa… dia mengunci pintunya? Aku… takut… ah bukan… aku gugup. Dan aku
merasakan dia sudah kembali ke sisiku, karena dari jarak dekat, akhirnya aku
melihat wajahnya dan kembali mencium nafasnya yang segar.
“Yifang, neomu saranghae…” katanya lembut.
Aku belum sempat membalas ucapannya karena bibirnya kembali
menguasai bibirku. Kini dia menciumku dengan lebih cepat, membuat akal sehatku
semua terbang pergi entah kemana. Makin lama badanku semakin lemas, dan aku
melingkarkan kedua tanganku di lehernya supaya aku tidak jatuh. Tapi dia ingin
aku jatuh. Dia semakin maju, dan membuatku akhirnya terbaring di ranjang. Dia
kembali mulai menciumi leherku, membuatku sangat geli. Disana, dia membuat
kissmark. Aah… ini pasti akan berbekas hingga besok.
“Ng… oppa… aku geli…”
Tapi itu tidak membuatnya berhenti, dan jujur… aku
perlahan-lahan bisa menikmatinya. Yesungie oppa-ku… dia disini… jari-jarinya
memegang tepian baju lengan panjangku, aku merasakan dia menariknya… ke atas…
dan aku tidak melawannya… aku membiarkannya melakukan apa yang dia suka… tapi
aku baru merasa malu ketika pakaianku sudah dilepas melewati kepalaku. Kedua
tanganku kuletakkan di depan dadaku.
“Oppa… aku malu. Aku jelek, jangan lihat aku.”
Yesungie oppa menarik kedua tanganku, meletakkannya di sisi
tubuhku.
“Ani, Yifang paling cantik,” ujarnya.
Aku masih gemetaran, namun dia tidak membiarkanku ketakutan.
Dia mencium bibirku lagi, membuatku lupa kalau aku tadinya malu. Jari-jarinya
kembali bekerja. Kali ini dia membuka kancing dan resliting celana pendekku…
menariknya lepas… kini aku hanya punya dua pakaian yang tersisa di tubuhku. Aku
bisa melihatnya tersenyum padaku. Jari-jarinya mengelus pipiku penuh rasa
sayang. Lalu dia sendiri melepas kaos berwarna merah yang dipakainya, dan aku
bisa melihat tubuhnya yang cukup atletis, secara langsung, tidak lewat foto
yang pernah aku simpan dulu dalam laptopku. Dia menindih tubuhku, dan seluruh
bagian kulitku yang menempel di tubuhnya terasa panas.
“Yifang, aku benar-benar mencintaimu. Aku tidak pernah merasa
begini gila terhadap seorang gadis…”
Dia menciumku lagi, seolah tidak pernah bosannya. Aku
menikmati ciumannya, memeluk tubuhnya kencang. Sekarang yang kuinginkan adalah
kami terus begini selamanya. Entah berapa lama kemudian, dia melepas celana
jeans yang dipakainya, dan aku melihatnya, untuk pertama kalinya, hanya memakai
celana dalam saja. Dia… terlihat seksi… terlihat menggoda… dan apakah aku juga
terlihat seperti itu di matanya? Jari-jarinya diselipkan di punggungku, ketika
dia menciumi dadaku. Aku kembali merasakan sengatan listrik. Dia… apa yang
ingin dia lakukan? Lalu yang kutau adalah jari-jarinya itu telah berhasil
melepas bra tanpa tali-ku. Aku menarik nafas kaget, tapi dia, seperti biasa,
tidak peduli. Tangan kanannya kini berpindah ke buah dadaku yang sebelah kiri,
menyentuhnya perlahan. Aku geli, juga merasakan rangsangan yang membuatku tidak
tahan kalau harus seperti ini terus. Ciumannya beralih ke buah dada sebelah
kananku. Aku merasakan lidahnya bermain-main disana, benar-benar membuatku
gila… kadang dia menjilatinya, kadang dia menghisapnya, dan tangan yang satu
lagi meremas-remas buah dadaku yang lain. Dia mempermainkan nipple-ku dan
membuatku hilang kesadaran.
“Ahh… oppa…” desahku perlahan.
Dia masih melakukan itu, bahkan lebih cepat, seolah dia
sendiri juga tidak sabar. Aku mulai mendesah tidak karuan, aku berusaha menahan
suaraku sendiri, aku takut sekali kalau ada salah satu dari temanku yang tau…
tapi sulit untuk menahan desahan itu, sementara Yesungie oppa terus membuatku
geli… akhirnya aku menarik wajahnya ke hadapanku, lalu kusambar bibirnya dengan
bibirku. Sekarang aku yang menciuminya dengan bernafsu. Dia melayaniku, juga
menciumiku dengan bernafsu. Nafas kami terengah-engah di tengah ciuman itu. Kedua
tangannya menggerayangi tubuhku yang telanjang, juga telah menarik lepas celana
dalamku. Seharusnya aku malu sekarang, tapi aku tidak peduli. Aku hanya
menginginkan dirinya. Kubiarkan saja desahan yang keluar dari mulutku, agar aku
lega. Aku menarik tubuhnya untuk menempel seerat mungkin dengan tubuhku,
membuatku merasa hangat. Dia mengalihkan ciumannya ke daun telingaku… perlahan
menjilati dan menggigitinya… dan aku baru tau kalau aku benar-benar suka dia
melakukan itu. aku sekarang merasa benar-benar tidak tahan lagi, aku
berkeringat… tapi aku senang.
“Yifang, apakah kau rela memberikan keperawananmu untukku?”
tanyanya, suaranya tidak lebih keras dari bisikan.
Aku menarik wajahnya menghadapku, dan kulihat binar
kesungguhan di matanya, binar yang menunjukkan bahwa dia benar-benar
mencintaiku. Seorang Kim Jongwoon yang mencintaiku.
“Oppa, aku akan memberikan apapun yang oppa mau… aku milik
oppa…”
Baru selesai kuucapkan itu, dia kembali menciumiku, dan aku
kembali gugup. Akan seperti apakah rasanya… dan ketika dia menegakkan tubuhnya,
aku melihatnya melepas celana dalamnya yang berwarna merah. Aku memalingkan
wajahku, aku tidak sanggup melihat miliknya, juniornya yang paling pribadi…
tapi tadi aku sudah sempat melihatnya… ehh… sedikit sih. Benda itu… juniornya
itu… panjang dan besar… itu, milik Yesungie oppa… dan ketika dia menindih
tubuhku kembali, aku makin gugup.
“Yifang, aku akan melakukannya dengan sangat hati-hati.
Beritau aku kalau aku menyakitimu ya…”
Aku hanya mengangguk dalam diam. Sakit? Akankah terasa sakit?
Dia menegakkan tubuhnya dan meletakkan kedua tangannya di pahaku, lalu membuka
kakiku. Aku menahan nafasku… aku melihatnya maju, dia memegang juniornya
sendiri, lalu perlahan… mendekati vaginaku… kurasakan juniornya semakin dekat…
dan supaya tidak gugup, aku tidak lagi memperhatikan proses itu, tapi aku
memandangi wajah pacarku dalam keremangan. Yesungie oppa terlihat serius dan
ketika itu… kurasakan sesuatu yang hangat dan keras memasuki tubuhku… ya, lewat
vaginaku… rasanya juniornya itu sulit sekali masuk, kurasakan gesekan-gesekan
ringan… dan perih. Rasa perih itu semakin terasa ketika Yesungie oppa mendorong
juniornya semakin masuk ke dalam vaginaku. Tapi tetap saja, sepertinya vaginaku
ukurannya tidak sesuai untuk dimasuki juniornya.
“Oppa… apha…” desisku.
“Yifang, mianhae… aku… aku menyakitimu…”
Aku masih merasa perih ketika Yesungie oppa makin mendorong
juniornya masuk. Rasa perih yang kurasakan entah kenapa bercampur dengan rasa
nyaman… menggairahkan… membuat jantungku berdetak semakin kencang… juniornya
masuk semakin dalam, masih sama sulitnya seperti sebelumnya, tapi aku tidak
ingin dia keluar. Kuingin dia tetap disana dan memberikanku kenyamanan… Lalu
sepertinya Yesungie oppa menghentikan pergerakannya. Aku masih menyesuaikan
diriku dengan benda asing yang baru saja memasuki tubuhku. Rasa perih itu sudah
sangat berkurang, tapi aku merasa agak aneh karena kehadirannya di dalam
tubuhku. Aku memberanikan diri untuk agak bangkit dan melihat milik kami
bersatu, dan betapa kagetnya aku melihat banyak darah yang keluar dari vaginaku.
“Oppa… oppa… ini…”
“Keperawananmu, Yifang… gomawo… terima kasih untuk
memberikannya padaku… apakah kau masih sakit? Perlukah aku menghentikan ini?”
Tubuh dan wajahnya mendekatiku dan kulihat ekspresi khawatir
di wajahnya. Aku menggelengkan kepalaku.
“Ani, oppa… tetaplah disini,” pintaku, memeluknya erat.
Seakan lega telah mendapatkan izinku, Yesungie oppa
tersenyum… senyum yang manis sekali, lalu tiba-tiba mendorong juniornya semakin
masuk ke dalam. Aku mendesah… sakit sekaligus senang… aku tidak peduli tentang
darah yang mengotori seprai hijauku ini… aku bisa mencucinya… yang kuinginkan
hanyalah Yesungie oppa… dan Yesungie oppa bergerak semakin liar,
memaju-mundurkan atau melingkarkan juniornya di dalam vaginaku, membuatku
semakin gila. Aku memeluknya dan menciuminya agar teriakan tidak lolos dari
bibirku. Kami melakukannya dalam posisi duduk, dan dia perlu sedikit membungkuk
agar kami bisa berciuman. Aku benar-benar tidak ingin dia berhenti, ingin dia
tetap melakukan itu… dan aku merasakan kenikmatan luar biasa saat miliknya
menyentuh langit-langit vaginaku… daerah klitorisku… menurut pengetahuan
seksologi yang kutau, daerah itu adalah daerah sensitive dari yeoja yang akan
membuat seorang yeoja puas saat berhubungan seksual… dan sekarang aku mengerti
dengan jelas dimana daerah itu dan kenikmatan seperti apa yang kudapat…
perlahan tapi pasti, kenikmatan itu terasa semakin memuncak… gigitan ringan
Yesungie oppa di leherku dan salah satu tangannya yang menggerayangi buah dadaku…
semua itu kalah nikmat dibanding juniornya yang menyentuh G-spot-ku… dan ketika
tekanan ke daerah itu semakin intens, aku merasa benar-benar nikmat… sengatan
listrik itu mengalir ke seluruh tubuhku, membuat tubuhku gemetaran. Aku memeluk
Yesungie oppa-ku…
“Oppa… oppa… neomu saranghae…” desisku di tengah rintihan
kebahagiaanku.
“Yifang, nado… saranghae…”
Dan dia mendorongku jatuh berbaring ke ranjang… aku sudah
tidak berdaya sekarang, aku merasa terlalu nyaman dan bahagia… dia masih
menekan juniornya dan mempermainkannya di dalam vaginaku, membuatku makin tidak
berdaya… dan jujur, aku merasa desahanku pasti bisa didengar Aqian di kamar
sebelah kalau dia terbangun… dan setelah entah berapa lama, Yesungie oppa juga
mengerang… erangan nikmat yang terdengar sama seperti eranganku… dan tiba-tiba
sekali, dia menarik keluar juniornya yang langsung menyemprotkan cairan
spermanya ke perutku. Cairan itu terasa hangat dan kental di tubuhku… keringat
menetes dari wajah tampan Yesungie oppa, tapi dia tersenyum. Aku tau… diapun
sudah puas sekarang…
“Ehm… Yifang… aku… akan mencari sesuatu untuk
membersihkannya. Mianhae… aku terlambat mengarahkannya ke tempat lain…”
Ketika dia hampir berdiri, aku menarik tangannya.
“Oppa, gajiman…” pintaku.
Dia tersenyum lembut, “aku tidak akan meninggalkanmu. Aku
hanya berpikir… kalaupun kita akan berbaring, setidaknya aku membersihkan
tubuhmu dari cairan spermaku dulu. sebentar ya…”
Dan dia berjalan menuju lemariku yang paling ujung, dia tau
aku menyimpan tumpukan kain yang biasa kugunakan untuk membersihkan meja dan
perabotan kamarku. Aku melihat tubuhnya yang telanjang dari belakang. Ahh…
Yesungie oppa sangat seksi… dan kami baru saja melakukannya… membuatku
merasakan pengalaman yang menyenangkan ini untuk pertama kalinya… aku merasa malu.
Kenapa dia memilihku? Kenapa aku bisa begini beruntung?
“Chagya… apa yang kau pikirkan?”
Aku baru sadar cairan itu sudah bersih dari tubuhku. Yesungie
oppa melempar kain yang dipakai untuk membersihkan tubuhku begitu saja ke
seberang ruangan, lalu menghempaskan dirinya di sampingku. Dia menarik tubuhku
jatuh ke lengannya yang kekar, dan kami kini berhadapan. Dia tersenyum lembut
dan membelai rambutku yang berantakan.
“Aku… aku Cuma… merasa… kenapa… oppa mau melakukannya
denganku? Aku… apakah begitu berharga…?”
“Yifang, itu karena aku mencintaimu,” jawabnya, meski aku
belum selesai bertanya, “aku benar-benar mencintaimu. Aku tidak akan
melakukannya dengan yeoja lain. Aku hanya akan melakukannya denganmu. Aku
malahan merasa beruntung kau tidak menolakku.”
“Tentu saja aku tidak akan menolak oppa.”
“Aku bersyukur karena itu, Yifang. Gomawo…”
Aku membalas senyumnya. Dia menarik tubuhku dan memelukku
erat sekali, dan aku merasa wajahku panas. Kami masih telanjang sepenuhnya dan
dia memelukku seperti ini… dia menarik selimut dan menutupi tubuh kami. Rasa
lelah dan bahagia menyelimutiku, membuatku nyaman dan mengantuk… kudengar
Yesungie oppa bersenandung pelan, suaranya masih terdengar indah walau dia
lelah… dia menyanyikan lagu It Has To Be You… untukku? Aku akan bermimpi indah…
diiringi nyanyiannya…
Wahhh,,, maniss banget... manisss NC yg manis dan romantiss
ReplyDeletesebagai salah satu istri JW oppa, aku rasanya senyum terus baca FF ini