When Our Dreams Come True
I Finally Found You
Chapter 5
Mugung berjalan dengan dongkol ke sembarang arah. Dia membiarkan kakinya
membimbingnya berjalan, tanpa benar2 memperhatikan. Ternyata kakinya membawanya
ke gedung terjauh, ke lantai 4, dimana untuk kesekian kalinya dia mendengar
dentingan indah piano dari dalamnya. Mugung seketika tersadar, dia uda ada di
dekat ruang musik. Mugung berjalan ke jendela kaca tempat biasa dia mengintip
si cwo main. Mugung uda yakin sih itu pasti cwo yang biasa yang main piano,
soalnya gak akan ada yang bisa menyamai skill si cwo untuk main piano seindah
itu. Dan mata Mugung menangkap sosok si cwo duduk di depan grand piano. Lagu
yang dia mainkan cukup sedih dan menyayat hati Mugung. Mugung duduk di kursi di
depan ruang musik, punggungnya bersandar di tembok bawah jendela.
Mugung: ”Whyenda jelek! Kau itu bodoh! Kalo kau emang bisa melakukannya
sendirian, then do it! Aku gak peduli lagi! Whatever! Artis2 selalu sombong!
Aku jadi benci artis!”
Mugung masih asik mengumpat, meskipun dengan suara komat-kamit yang
kecil, dia gak menyadari suara piano telah berhenti berdenting. Pintu ruangan
yang terbuka juga gak disadari Mugung. Parahnya, ketika si cwo duduk di
sampingnya, dia juga gak tau =.=”
Cwo: ”Temannya Bum?”
Mugung menjerit keras, jantungnya nyaris berhenti berdetak. Cwo cakep
itu, wajahnya hanya beberapa cm dari wajahnya yang tertunduk tadi. Mugung bergeser
dan nyaris jatuh dari kursi dalam usahanya lari dari si cwo. Tapi cwo itu
menarik tangannya dan menyelamatkannya. Setelah memastikan Mugung duduk cukup
aman, dia baru melepaskan tangannya dan tersenyum, juga berbicara dengan
suaranya yang sejernih lautan.
Cwo: ”Kau teman artisnya Bum kan?”
Mugung: *menggeleng*
Cwo: ”Kau gak ingat aku? Kita bertemu malam itu di ajang penghargaan.”
*menjulurkan tangannya* ”Aku Kim Ryeo Wook.” ^^
Mugung: *memandang sangsi, menyambut tangan Ryeo Wook* ”Lee Mugung Hwa.”
Ryeo Wook: ”Ternyata kau kuliah disini?”
Mugung: ”Iyah. Aku dan Bum satu angkatan dan satu fakultas.”
Ryeo Wook: ”Bukannya Bum masih ada mata kuliah? Kau bolos?”
Mugung: *mengedikkan bahu* ”Entahlah. Dan aku bukan artis.”
Ryeo Wook: ”Tapi koq kau bisa ada disana malam itu?”
Mugung: ”Yang artis itu...” *teringat Whyenda dan malas ngomong* ”Udala,
gak penting. Ryeo Wook sendiri, gak ada kelas? Suju gak ada jadwal?”
Ryeo Wook: ”Hari ini cukup kosong. Kenapa kau mengumpat-ngumpat tadi? Aku
mendengarmu loh. Kenapa kau membenci artis?”
Mugung memandang Ryeo Wook sangsi. Apa biasanya si pendiam Ryeo Wook mau
tau sampe seperti ini?
Ryeo Wook: ”Ahh mianhamnida. Aku Cuma terlalu penasaran... kenapa kau
bisa membenci artis. Kau tau... Bum, dan aku... kami juga artis. Tapi gapapa
koq kalo kau gak mau cerita.” ^^
Mugung: ”Karena aku baru bertengkar dengan temanku. Bukan, dia bukan Bum.
Temanku juga artis, dan aku merasa ketenaran telah membutakannya.”
Ryeo Wook: ”Hmm...” *tersenyum* ”Tapi kau gak membenci semua artis kan? Gak
semua artis kayak yang kau bayangkan loh.”
Mugung: *memperhatikan sosok Ryeo Wook* ”Mungkin...”
Ryeo Wook tiba2 menarik tangan Mugung dan membawanya masuk ke ruang
musik, juga mendudukkannya di depan grand piano. Ryeo Wook sendiri duduk di
samping Mugung.
Mugung: ”Wae?”
Ryeo Wook: ”Main musik. Itu bisa menenangkan pikiran loh.” ^^
Mugung: ”Aku gak ngerti piano.” @.@
Ryeo Wook: ”Aku akan mengajarkannya padamu. Kau... sering melihatku main
disini kan? Yang mengintip lewat jendela diam2?” ^^
Wajah Mugung memerah. Rupanya Ryeo Wook tau.
Ryeo Wook: ”Gwaenchana... tapi dari situ aku tau kau suka piano. Ayo, aku
akan mengajarkannya padamu.” ^^
Mugung: ”Apa aku bisa?”
Ryeo Wook: ”Kau pasti bisa.” ^^
Dan Mugung melupakan dua mata kuliah setelah itu, merasa sangat bahagia
bermain piano bersama Ryeo Wook. Dan mereka sering membuat janji untuk bertemu
di tempat itu, beberapa kali setelahnya, hingga Mugung menjadi lebih mahir
memainkan piano.
***
Sutradara: ”Cut!”
Whyenda dan Ki Bum kaget. Mereka tengah melakukan adegan marah2 ketika
sutradara mengucapkan kata mengerikan itu.
Sutradara: ”Ekspresi, Whyenda! Kemana ekspresimu? Apa kau lupa cara
marah?”
Whyenda: ”A... aku...”
Sutradara: ”Adegan ini sudah diulang 6 kali. Kau mau menghabiskan
semalaman untuk syuting adegan ini? Fine. Aku akan melayanimu.”
Whyenda gemetar di tempatnya. Ki Bum melihat hal itu.
Ki Bum: ”Pak sutradara, bisakah kita lanjutkan syutingnya setelah
istirahat?”
Sutradara: ”Terserah kalian.”
Ki Bum: ”Kamsahamnida, pak.” *membungkuk*
Ki Bum menggandeng Whyenda dan mendudukkannya di kursi sebelah Hyung Joon
yang sedari tadi menonton, menunggu gilirannya di adegan selanjutnya. Ki Bum
mengambilkan segelas susu hangat dan menepuk bahu Whyenda.
Ki Bum: ”Tenangkan dirimu dulu, okey, Whyen?” ^^
Whyenda: “Gomawo, Bum.”
Ki Bum tersenyum pada Whyenda dan memberikan lirikan berarti pada Hyung
Joon sebelum pergi meninggalkan mereka. Hyung Joon mengerti, sekarang
bagiannya.
Hyung Joon: ”Whyen... apa yang terjadi denganmu?”
Whyenda: ”Hyung Joon oppa...”
Hyung Joon: ”Yang biasa kena marah kan aku. Tapi bagaimana mungkin...”
Whyenda terdiam. Dia masih ingat luka itu.
FLASHBACK
Whyenda: ”Mugung... kau terlalu keras.”
Mugung: ”Apa? Emangnya aku salah? Aku benar kan kalo dia gak pake
otaknya?”
Whyenda: ”Mugung... kau harusnya memakai kata2 yang lebih halus...”
Mugung: ”Kau terlalu halus, Whyenda! Itulah sebabnya kau gak pernah
menjadi dirimu yang sebenarnya di hadapan orang lain! Sesekali itu semua perlu,
Whyenda, katakan apa yang kau gak mau!”
Whyenda: ”Bukannya aku harus tetap begini? Menjadi Whyenda yang
sempurna?”
Mugung: ”Terserah kau lah. Lain kali jangan libatkan aku lagi dalam dunia
keartisanmu, nona sempurna Whyenda.”
Whyenda: ”Silakan. Aku bisa sendirian koq.”
END OF FLASHBACK
Dan sejak itu Mugung gak pernah berbicara lagi dengan Whyenda. Dia duduk
di pojok ruangan satunya, dan terkadang bolos dari mata kuliahnya dan
menghilang entah kemana. Jujur, dia merasa kehilangan Mugung. Tangannya
bergetar. Hyung Joon memperhatikan itu dan menggenggam kedua tangan Whyenda
yang masih memegang gelas susu.
Hyung Joon: ”Mana Mugung? Aku gak melihatnya seminggu terakhir.”
Whyenda: ”Aku... aku dan Mugung...”
Hyung Joon: ”Bertengkar? Lalu... siapa yang salah?”
Whyenda: ”A... a... aku...” .><.
Mata Whyenda berkaca-kaca. Hyung Joon merasa gak enak.
Hyung Joon: ”Minta maaf. Aku yakin Mugung akan memaafkanmu, seberat
apapun kesalahanmu.”
Whyenda: ”Aku gak yakin. Kami gak pernah bertengkar selama berteman 11
tahun.”
Hyung Joon: ”Itu artinya Mugung sayang padamu. Itu artinya kalian ada
untuk saling melengkapi.” ^^
Whyenda: ”Ta... tapi...”
Hyung Joon: ”Whyenda bisa.” ^^
Whyenda: ”Gomawo... oppa. Aku akan mencobanya.”
Hyung Joon: ”Itu baru Whyenda yang kukenal.” ^^
***
Whyenda berusaha mengontak Mugung, tapi kayaknya Mugung enggan mengangkat
telepon atopun membalas SMS Whyenda. Mugung juga gak pernah lagi kuliah ketika
Whyenda juga masuk kuliah. Whyenda nyaris putus asa mencari Mugung sekaligus
penasaran apa yang sebenarnya Mugung lakukan, yang menurutnya lebih menarik dari
berkuliah? Mugung gak biasanya begini.
Chun: ”Bisa, Whyen? Halo? Whyenda?”
Whyenda: “Ahh, apa, oppa?”
Chun: “Kau gak mendengarku?”
Whyenda: ”Mianeyo...” ><
Chun: ”Gwaenchana. Perlu kuulang?”
Whyenda: ”Ye.” ><
Whyenda merasa bersalah gak memperhatikan Chun yang sedari tadi
mengajaknya bicara. Ada Ki Bum juga bersama mereka. Sekarang mereka ada di
lokasi syuting. Jam 8 malam.
Chun: ”Araso. Whyenda, Bum, besok adalah ultah Joon. Aku mau minta
bantuan kalian untuk mengerjai Joon.”
Ki Bum: ”Gak terlalu kejam hyung?” XD
Chun: ”Ini salah satu kejutan yang belum pernah didapatnya. Kan dia
penyanyi solo, jadi gak ada yang merencanakan hal2 kayak gini. Aku kepikiran
dia syuting drama kali ini, jadi aku mau minta bantuan kalian.
Whyenda: ”Rencananya seperti apa oppa?”
Chun: ”Gampang. Buat dia melakukan kesalahan2 selama syuting, aku juga
uda menyuruh sutradara untuk memarahinya. Plus, kalian juga menyalahkannya,
biar dia merasa bersalah. Kalian dilarang menghibur, okey?” XD
Ki Bum: ”Wahh... itu kejam, hyung.” XDD
Chun: ”Plus, Bum, kau akan melakukan adegan di dekat kolam kan? Lakukan
sesuatu sampai Joon jatuh ke kolam. Dan begitu dia basah, Whyen, kau yang
membawakan kue ultah untuknya.”
Whyenda: ”Loh oppa... apa Joon oppa akan baik2 ajah?” ><
Chun: ”Kalian akan melihat sisi lain dari dongsaengku. Sisi yang sangat
manis.” ^^
***
Mugung berlari-lari dengan ceria menuju ruang musik setelah menyelesaikan
kelasnya jam 10 pagi. Dia uda janji dengan Ryeo Wook lagi, hari ini, untuk main
piano bareng. Dengan tersenyum manis, Mugung membuka pintu ruang musik.
Mugung: ”Wookie mianhae aku te...” ^^ “Ki Bum!!” 0.0
Ki Bum berdiri dari bangku grand piano. Gak ada Ryeo Wook disana, adanya
malah Ki Bum. Mugung bingung sesaat, tapi dia berusaha menguasai dirinya.
Mugung: ”Ngapain kau disini?”
Ki Bum: ”Selalu begitukah caramu menyapaku, Mugung?”
Mugung gak menyadari ada nada sedih di balik kata2 Ki Bum.
Mugung: ”Mungkin. Aku tanya, ngapain kau disini? Kupikir aku janjian
dengan Wookie, bukan denganmu.”
Ki Bum meremas tepian grand piano, tapi Mugung gak melihatnya.
Ki Bum: ”Wookie... dia bilang dia gak bisa datang hari ini, ada kerjaan
mendadak. Dia berusaha mengontakmu, hapemu mati kan? Dan aku sebagai penyampai
pesan olehnya untukmu.”
Mugung mengecek Motorolanya, ternyata emang benar, hapenya mati.
Mugung: ”Oh...” *ekspresi kecewa* ”Gomawo. Aku pulang.”
Mugung membalikkan badannya dengan lesu. Uda tiga hari dia gak bertemu
Ryeo Wook dan jujur dia merasa kangen. Makanya dia kecewa gak bisa bertemu Ryeo
Wook hari ini.
Ki Bum: ”Wookie... Wookie... sedekat itukah hubungan kalian?”
Mugung: *membalikkan badan* ”Apa?”
Ki Bum: ”Ternyata ini yang kalian lakukan selama ini. Aku cukup
memperhatikan kalian. Aku tau Wookie suka ke ruang musik, dan aku melihatmu
juga sering ke ruang musik sekarang. Ternyata kalian main piano bareng...”
Mugung: ”Kau mengintaiku!” *menuduh*
Ki Bum: ”Dan kalian main dengan senang...”
Mugung: ”Iyah, kami sangat senang.”
Ki Bum: ”Dan kau menyukai Wookie, iyah, kan?”
Mugung: ”Yah, emang aku... oh, anio! Gak, aku gak punya perasaan seperti
itu dengan Wookie.” *blush*
Ki Bum: ”Tapi wajahmu menunjukkan kebalikannya.”
Mugung memegang kedua pipinya yang terasa panas. Ki Bum menatapnya dengan
pandangan terluka.
Mugung: ”Aaaa... aku... kalo aku suka, apa hubungannya denganmu?” *galak*
Ki Bum: ”Kenapa Wookie? Kenapa bukan aku??”
Suara Ki Bum terdengar menyayat hati, tapi gak buat Mugung (kurang peka
mungkin XD).
Mugung: ”Emangnya kenapa harus kau?”
Ki Bum: ”Kita uda bersama selama 3 tahun kita kuliah. Walau aku jarang masuk
kuliah, tapi setiap ada kesempatan kita selalu ketemu di kelas. Sedangkan
Wookie, kau gak mengenalnya. Bahkan mungkin pertemuan di malam pembagian ajang
penghargaan itu yang pertama untuk kalian. Tapi mengapa... bukan aku? Bukan aku
yang ada di matamu? Apa kurangnya aku di hadapanmu? Dan Chun hyung! Kau juga
menyukainya kan?”
Mugung terpaku di tempatnya. Kini dia melihat ekspresi sedih Ki Bum.
Mugung: ”Biar kuberitau mengapa. Benar bahwa aku mengenalmu duluan. Benar
bahwa itu adalah pertemuan pertama aku dengan Wookie. Tapi kenapa bukan kau
yang ada di mataku? Karena kau sombong! Kau artis angkuh yang pamer ketampanan!
Bukan karena kau lebih cakep dari Wookie, lantas semua cwe bakal lebih suka
padamu dibanding Wookie kan?”
Ki Bum: ”Aku...”
Mugung: ”Dan kau gak bisa main piano. Aku suka yang bisa main piano. Satu
hal lagi, tentang Chun oppa. Walau dia bukan siapa2, bukan artis, tapi aku
merasa sifatnya jauh lebih baik dari kau! Dia juga tipe pacar impianku,
ngerti!”
Selesai berkata begitu, Mugung membalikkan badannya dengan cool dan
meninggalkan Ki Bum yang terluka sepenuhnya. Dia telah kalah dari Ryeo Wook dan
Chun, bahkan sebelum genderang perang dibunyikan.
***
No comments:
Post a Comment