Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 11 May 2012

Just You chapter 15


Just You
Chapter 15

Heechul memandangi Hyomi yang tampak terlalu bahagia setelah dramanya dan Siwan mencapai rating 21,8% hari ini. Itu jelas adalah pencapaian yang tinggi untuk drama yang baru tayang 6 episode saja. Masih ada sisa 12 episode dan drama itu diperkirakan akan memperoleh angka yang lebih tinggi lagi setelahnya. Semuanya makan-makan dan minum soju. Heechul berada disini karena Hyomi minta ditemani. Ujung-ujungnya Heechul hanya berdiam diri di samping Siwan, merasa terasing. Yang ada di pikiran Heechul hanya Minna saat ini, dia tidak berminat pada hal lainnya.

“Heechul,” panggil Siwan sambil menyenggol Heechul.
“Eh, ya, hyung?” balas Heechul, mengerjapkan matanya.
“Hyomi sepertinya mabuk. Kau mau mengantarkannya pulang?”

Heechul melihat Hyomi yang duduk di seberang mejanya sudah tertidur di atas meja. Wajahnya merah sekali tapi dia sesekali masih tersenyum dan menggumam sendiri.

“Baiklah, hyung, aku yang akan mengantarnya.”
“Hati-hati ya.”

Heechul memapah Hyomi yang masih bergumam sendiri sepanjang perjalanan menuju mobil. Heechul mendudukkan Hyomi di kursi depan, memakaikan seat belt padanya sebelum Heechul menjalankan mobilnya. Heechul tengah berpikir… bagaimana kalau dia sekalian menemui Minna? Sekadar mencari alasan untuk melihat Minna? Heechul melihat Hyomi, lalu teringat dia bisa punya alasan bagus malam ini. Heechul akan sengaja meminta Minna untuk merawat Hyomi yang mabuk. Memuji otak briliannya, dia tersenyum sendiri.

“Hyomi, kita sudah sampai. Bertahanlah sebentar ya,” pinta Heechul sambil menurunkan Hyomi dari mobil.

Namun tubuh Hyomi terasa makin berat, kakinya tampaknya tidak sanggup menjejak lagi. Heechul mempertimbangkan sejenak sebelum menggendong Hyomi ala bridal style. Si gadis, entah sadar atau tidak, mengalungkan tangannya di leher Heechul dan menempelkan ujung kepalanya di bawah dagu Heechul. Heechul merasa tidak enak dan ingin semuanya cepat berakhir. Dia hanya berharap tidak ada yang melihat mereka dalam keadaan begini, dia takut akan digosipkan yang tidak-tidak dengan Hyomi. Heechul segera naik lift menuju lantai enam, sementara Hyomi di pelukannya masih tertawa sesekali. Heechul berjalan menuju apartemen 607, menekan bel dengan susah payah. Sekali, dua kali, tiga kali… Heechul bingung. Kemana Minna? Lalu yang membuat Heechul kaget adalah yang membuka pintu apartemen bukannya Minna, melainkan Minwoo.

“Minwoo?” tanya Heechul.
“Stt, hyung, jangan keras-keras, Minna sedang…” Minwoo menempelkan jarinya ke bibir, lalu kaget melihat keadaan Hyomi, “Hyomi kenapa?”
“Dia mabuk. Apakah Minna bisa merawatnya sebentar?”
“Tidak bisa, hyung. Akan kujelaskan nanti. Nanti hyung datang kesini lagi saja. Rawat saja Hyomi duluan,” usul Minwoo.

Heechul makin penasaran dengan isyarat-isyarat Minwoo. Dia segera menuju apartemen 608, mengarahkan jari Hyomi untuk dicocokkan dengan mesin finger scan dan masuk ke dalam apartemen. Heechul langsung membawa Hyomi untuk direbahkan di ranjang. Keadaannya terlihat mengenaskan, terlalu mabuk. Heechul berpikir, andaikan ada Minna, dia bisa menggantikan baju Hyomi. Tapi yang bisa dilakukan Heechul saat ini hanyalah membasuh bagian tubuh Hyomi yang terlihat untuk mengurangi rasa kepanasan Hyomi. Heechul menuju kamar mandi dan keluar dengan ember berisi air dan handuk kecil. Heechul meletakkan ember itu di meja kecil di samping ranjang.

“Hyomi, aku akan membasuhmu.”

Heechul mengambil handuk dan mulai membasuh wajah Hyomi, lalu turun ke lehernya. Heechul mendesahkan nafas melihat Hyomi memakai pakaian yang begitu terbuka di musim gugur begini: t-shirt tanpa lengan Hyomi memiliki leher rendah yang terbuka hingga ke dadanya. Heechul memalingkan wajahnya ketika melihat belahan dada Hyomi yang sedikit terlihat. Setelah beberapa waktu lewat, Heechul pura-pura tidak melihat daerah itu lagi dan membasuh tangan Hyomi. Terakhir adalah kaki Hyomi. Heechul membukakan sepatu high heels Hyomi, lalu membasuh kakinya sampai batas lutut. Heechul makin tidak nyaman melihat hotpants yang begitu pendek yang melekat di paha Hyomi.

“Hyomi, aku pulang sekarang ya,” pamit Heechul.

Baru saja Heechul akan beranjak, Hyomi menarik tangannya dan membuatnya kaget.

“Hee oppa…” panggil Hyomi lemah.
“Apa kau ingin minum, Hyomi? Aku akan mengambilkannya sebelum aku pulang.”
Oppa jangan pulang. Aku… sekarang aku takut sendirian.”

Hyomi bangkit dan memeluk Heechul, sekarang jelas dengan sengaja menempelkan tubuhnya pada Heechul. Heechul bahkan bisa mendengar detak jantung Hyomi yang berdetak tidak normal, lalu jantung Heechul juga begitu. Dia masih terpaku ketika nafas hangat Hyomi (yang sedikit berbau soju) menggelitik lehernya. Batin Heechul meneriakkan alarm bahaya, bahwa ada sesuatu yang salah yang terjadi sekarang.

Hee oppaneomu saranghae…” bisik Hyomi.

Hyomi menempelkan bibirnya pada bibir Heechul dan Heechul langsung tersentak. Heechul menjauhkan tubuh Hyomi dengan perlahan agar dia tidak tersinggung, lalu segera berdiri dan menjauhi ranjang.

Mianhae, Hyomi. Aku pulang sekarang,” pamit Heechul, nyaris berlarian ke luar apartemen.

Hyomi memukuli bantal dengan marah. Nafasnya memburu, wajahnya merah bukan karena mabuk namun marah dan malu.

“Kim Minna… apakah karena dia, Hee oppa? Kau terlihat begitu mengkhawatirkannya. Kau bahkan tidak tergoda olehku, padahal aku sudah merencanakan semua ini… Kenapa kau tidak jatuh ke dalam perangkapku?” tanya Hyomi marah, “jadi sekarang kau menemui Minna? Kau… masih mencintainya, iya kan?”

Heechul masih terengah ketika dia menekan bel apartemen Minna. Belum sempat dia menekan untuk yang kedua kalinya, Minwoo sudah membuka pintu, menariknya untuk masuk sambil menempelkan jari telunjuk di bibirnya lagi.

“Sebenarnya ada apa?”

Minwoo memberi isyarat untuk mengikutinya. Heechul bisa melihat Minna terbaring gelisah di ranjangnya. Minwoo mengambil handuk dan mengusap peluh yang memenuhi wajah Minna. Hati Heechul makin teriris melihat keadaan Minna… dia tidak tau kenapa Minna terlihat begitu pucat.

“Untung aku berada di dekatnya saat dia mau pulang dari Star Empire tadi. Katanya kepalanya sangat pusing dan itu mengganggu penglihatannya. Dia terpaksa minta bantuanku. Dan keadaannya sudah setengah sadar waktu aku membawanya ke apartemen.”
Oppa… Ryeowook oppa…” gumam Minna dalam tidurnya.

Heechul tersentak.

“Ryeowook oppa? Nuguseyo?”
Hyung, ayo kita bicara di luar saja. Kita akan kembali kesini lagi setelah selesai bicara. Ada banyak hal yang ingin kuceritakan pada hyung,” ajak Minwoo, berbisik.

Heechul mengangguk. Mereka meninggalkan apartemen setelah Minwoo mengambil kunci apartemen yang diletakkan Minna di belakang pintu apartemennya. Keduanya hanya berjalan dalam diam menuju taman di belakang apartemen. Minwoo duduk di rerumputan, lalu Heechul menyusulnya di sampingnya, duduk bersila. Minwoo memandangi langit yang cerah, berbintang banyak dan bulan sabit ikut menghiasi pemandangan langit malam. Minwoo mendesahkan nafas lelah.

“Ada banyak hal yang perlu hyung ketahui. Namun sebelumnya ada satu hal yang perlu kutanyakan. Apakah hyung mencintai Minna? Mencintai Minna lebih dari Junyoung hyung?”
“Tentu saja! Aku hanya… terlambat selangkah dari Junyoung. Tidak, mungkin sekarang… sudah terlambat terlalu jauh,” sesal Heechul.
Ani, hyung. Hubungan Minna dan Junyoung hyung belum berkembang sejauh itu. Walaupun Minna tidak mengatakannya, aku tau dia memikirkan hyung lebih daripada Junyoung hyung.”

Heechul memandangi Minwoo. Matanya masih tetap menatap langit.

“Tapi dia tidak pernah menyebutku oppa,” sanggah Heechul.
“Sangat sulit berharap Minna mengucapkan kata ‘oppa’ lagi.”
Waeyo? Apakah karena Ryeowook ‘oppa’-nya?”

Minwoo kembali mendesahkan nafas panjang.

“Kini aku ingin hyung mengetahui semuanya karena aku tau hyung berhak tau. Tentang kedekatan aku dan Minna, apa yang menyebabkan kami begitu akrab dan… apa yang terjadi pada Minna sekarang,” ujar Minwoo panjang.

Cerita Minwoo berawal dari dirinya yang bertemu Minna di taman Star Empire. Itulah kali pertama Minwoo merasa dekat dengan Minna, juga kali pertama dia menyebut nama Ryeowook. Heechul diam dan mendengarkan tanpa menyela cerita Minwoo. Dan cerita berikutnya adalah ketika Minwoo dan Minna bertemu kembali di tepian sungai Han.

“Minna, mianhae aku baru datang. Apa kau terlalu lama menungguku?”

Minwoo duduk di samping Minna, menjilati batangan permen lollipop. Dia tertawa, tidak percaya kalau Minwoo ini setahun lebih tua darinya.

Gwaenchana, aku baru sampai koq,” jawab Minna.
“Jadi… kau memanggilku kesini untuk menemanimu memandangi sungai Han?” tanya Minwoo polos.
“Tentu saja bukan! Minwoo-sshi, aku ingin menepati janjiku padamu,” ucap Minna.

Mata Minwoo melebar.

“Janji? Maksudmu… cerita tentang Ryeowook?”
Ne. Dan aku mengizinkan Minwoo-sshi memanggilnya Ryeowook hyung untuk ke depannya.”
“Ryeowook… hyung?”
“Kim Ryeowook adalah oppa-ku. Usianya empat tahun lebih tua dariku. Meskipun begitu, dia bukanlah oppa kandungku. Dia adalah anak dari sahabat dekat appa dan eomma. Pada usianya yang ketiga tahun, appa dan eommanya Ryeowook oppa mengalami kecelakaan pesawat ketika keduanya berlibur ke Taiwan. Sejak saat itu, Ryeowook oppa yatim piatu. Mendengar hal ini, eomma dan appaku yang sudah menikah lima tahun lamanya namun belum memiliki anak, bersedia merawat Ryeowook oppa dan menganggapnya seperti anak sendiri. Akupun lahir setahun kemudian. Aku tidak pernah tau oppa adalah anak angkat karena dia begitu perhatian padaku.”

Minna berhenti bercerita sebentar, berdeham beberapa kali hingga suaranya tidak terdengar serak lagi, baru melanjutkan ceritanya.

“Aku mengenal oppa sebagai sosok yang sempurna. Dia selalu bernyanyi dengan suara malaikatnya ketika aku menangis; dia selalu memainkan piano bermelodi indah ketika aku kesepian; dia selalu memasak untukku ketika aku marah. Dialah yang selalu menemukanku ketika aku tersesat, entah dimanapun aku berada, entah bagaimanapun caranya, ketika aku meneriakkan namanya, dia pasti akan bisa menemuiku,” cerita Minna, tersenyum tipis mengingat kenangan itu, “ajaib, kan? Dia mengajariku bernyanyi dan main piano, berharap aku bisa berbakat music seperti dirinya. Aku mulai mencintai music dan nyanyian. Suatu hari, oppa mendapat tawaran untuk menjadi trainee di SM Entertainment, namun oppa menolaknya. Keadaan ekonomi keluarga kami tidaklah begitu baik saat itu dan oppa menggunakan suara dan jarinya untuk membantu appa mencari uang. Namun, utusan dari SM Entertainment itu tetap menunggu, berharap oppa akan mengubah pikirannya dan bergabung dengan mereka.”

Minwoo membelalakkan matanya.

“SME… pastilah Ryeowook hyung sangat berbakat. Aku saja dulu bermimpi untuk bergabung dengan mereka,” gumam Minwoo.

Minna tersenyum tipis.

“Aku masih bisa mengingat nyanyiannya dengan jelas di kepalaku. Kalau Minwoo-sshi bisa mendengarnya… Minwoo-sshi pasti akan setuju denganku, bahwa suaranya seindah malaikat,” ucap Minna, matanya berbinar, “dia memang malaikatku. Ketika oppa berusia 16 tahun dan aku 12 tahun, appa meninggal karena kanker lambung yang parah. Kami tidak pernah tau appa sakit, appa menutupinya dari kami hingga dia mencapai stadium akhir. Aku begitu terpuruk kehilangan appa, tapi oppa-lah yang berusaha selalu tegar dan menghiburku. Semua beban sekarang ada di pundak oppa dan dia melupakan impiannya menjadi artis… sekarang makin tidak mungkin. Dia bekerja kesana-kemari, aku nyaris tidak melihatnya di rumah kecuali malam hari. Di malam hari itulah dia mengajariku bernyanyi dan main piano, terkadang mengajakku menikmati pemandangan Incheon di malam hari. Oppa ingin aku menjadi artis, meneruskan mimpinya yang sirna. Aku berusaha semakin keras lalu mengikuti audisi dua tahun kemudian. Aku gagal, merasa terpuruk, namun Ryeowook oppa masih tidak menyerah, masih percaya bahwa aku bisa.”

Minna terdiam lagi, membiarkan Minwoo meresapi ceritanya.

“Aku berjanji untuk terus berusaha, hingga suatu hari… Ryeowook oppa pergi dari sisiku. Dia pulang malam itu dari pekerjaannya ketika seorang pengendara mobil yang mabuk menerobos lampu merah dan menabrak oppa-ku. Dia…” suara Minna tercekat, “dia… mati di tempat. Ketika tim medis datang, oppa sudah tidak ada. Minwoo-sshi, bisakah kau menebak apa yang kulakukan setelahnya?”

Minwoo menegang, menggelengkan kepalanya ketakutan.

“Aku menolak pergi ke pemakaman Ryeowook oppa. Aku tidak pernah mengunjungi makamnya. Kupotong rambutku dan aku berubah dari sosok yang ceria menjadi lebih pendiam. Aku memutuskan mengambil beasiswa sebagai manager artis yang diajukan sekolahku, bertolak belakang dari impian yang dia harapkan kucapai. Aku baru mengetahui kenyataan kalau dia bukan oppa kandungku di hari dia meninggal. Hatiku hancur, tidak percaya bahwa dia mampu memberiku kasih sayang yang begitu tulus walaupun aku bukan yeodongsaeng kandungnya. Aku tidak bisa menerima kenyataan ini, semuanya terlalu berat bagiku. Aku bahkan tidak pernah kembali ke rumahku lagi selama empat tahun aku tinggal di Seoul. Menginjakkan kaki di rumahku hanya akan membuatku teringat padanya. Piano membuatku ingat padanya. Menjadi artis membuatku ingat padanya. Aku ingin melupakan bahwa dia pernah hadir di hidupku, aku ingin luka hatiku sembuh,” cerita Minna dengan suaranya yang bergetar.

Air mata Minwoo menetes tanpa dia bersusah payah menghapusnya. Cerita Minna sulit diterima oleh akal sehat. Minna kasihan sekali. Minwoo bahkan bisa merasakan keputusasaan dan sakit hati Minna. Minwoo makin menangis…

“Siapa yang pernah tau… siapa yang pernah tau apa yang ada di pikirannya? Apakah oppa memang menganggapku yeodongsaengnya atau… dia menganggapku gadisnya?” tanya Minna, tanpa bisa Minwoo jawab, “aku tidak pernah tau, Minwoo-sshi, dia tidak pernah mengatakannya. Sejak saat itu… aku… berjanji tidak akan memanggil siapapun dengan sebutan oppa lagi. Bagiku, oppaku hanya Kim Ryeowook seorang.”

Minwoo menahan isakannya, berusaha menelan tangisannya sendiri.

“Aku sering memimpikan Ryeowook oppa pada awal aku pindah ke Seoul. Aku mengenal Hyomi yang sama sepertiku, berpetualang di Seoul, maka aku sudah menganggapnya dongsaengku sendiri. Hidupku sedikit lebih ceria karena sikap Hyomi yang selalu berpikiran positif. Aku perlahan makin jarang memimpikan oppa. Namun… ingatan akan oppa bangkit begitu saja ketika aku tersesat di Star Empire dan ditolong Heechul-sshi. Dia yang muncul dan menolongku membuatku berpikir Ryeowook oppa baru saja kembali ke sisiku. Tapi… Heechul adalah Heechul dan Ryeowook adalah Ryeowook.”

Minna menghela nafas, merasa tercekat, tapi jelas merasa bebannya selama empat tahun ini telah terangkat sepenuhnya.

“Jadi sekarang, Minwoo-sshi sudah tau segalanya tentang Ryeowook oppa. Hanya Minwoo-sshi seorang yang tau,” ujar Minna, mengakhiri ceritanya.

Kini Heechul tau siapakah yang Minna pikirkan ketika dia memainkan piano dan menyanyikan “Just You”; diapun tau kenapa Minna tidak memanggilnya oppa hingga saat ini.

Hyung, gwaenchana? Perlu kulanjutkan ceritaku ketika aku dan Minna mengunjungi Incheon?” tanya Minwoo.

Gwaenchana. Lanjutkan saja, Minwoo,” pinta Heechul.

Minwoo senang akhirnya Minna menyetujui usulnya untuk mengunjungi Ryeowook dan kembali ke rumah Minna di Incheon. Ketika sampai di Incheon, mereka langsung melepas lelah di rumah Minna. Eomma Minna menyambut putrinya itu dengan tangis haru dan Minna-pun menangis tidak kalah terharunya daripada dia. Minna mengajak Minwoo mengunjungi kamar Ryeowook dan kamar itu masih tampak rapi, bahkan barang-barangnya masih berada di tempat seharusnya, kalau menurut perkataan Minna. Minna terus tampak sedih selagi menjelaskan banyak hal pada Minwoo. Sore harinya, keduanya mengunjungi makam Ryeowook yang ada di daerah perbukitan agak luar kota, berbekal denah dari eomma-nya Minna. Minwoo mulai merasa terenyuh ketika melihat nisan putih berbentuk salib, bertuliskan tinta abu-abu dengan nama Kim Ryeowook di bawah foto seorang anak muda yang tampan dan tersenyum lebar. Namun Minwoo mulai menangis bahkan sebelum Minna menangis. Tangisan Minwoo dimulai ketika Minna meletakkan sebuket bunga tulip kesukaan Ryeowook, menyentuh nisannya seolah Minna bisa mengelus lengannya, lalu jatuh berlutut tiba-tiba di depan nisan itu. Lama Minna terpaku dalam posisinya sambil menangis deras. Minwoo sendiri tidak kuasa menghibur Minna, membiarkan diri Minwoo dan gadis itu menangis. Setelah entah beberapa lama, akhirnya Minna bicara juga.

“Ryeowook oppajeongmal mianhae. Masih mengenaliku kan dengan rambut pendek? Ini aku, yeodongsaeng kesayanganmu, Minna. Maafkan aku yang tidak menemui oppa di saat terakhir, bahkan tidak mengantar oppa kesini,” jelas Minna, “aku tidak percaya aku tidak bisa bertemu oppa lagi… tidak bisa mendengar oppa bernyanyi untukku lagi… Apa oppa tau? Semenjak oppa tidak ada, aku selalu berusaha sendiri ketika tersesat. Aku sekarang di Seoul, oppa. Ada orang-orang baik seperti Lee Hyomi dan Jung Heechul yang menolongku ketika aku tersesat. Aku sekarang bekerja sebagai manager artis dari Hyomi, dan ini… aku membawa sahabat dekatku, Ha Minwoo-sshi. Boleh kan dia memanggil oppa dengan sebutan hyung mulai dari sekarang?”

Minna menghapus air matanya dengan punggung tangan, lalu melanjutkan percakapannya dengan nisan Ryeowook.

“Aku juga mau minta maaf aku menolak kesempatan menjadi artis, padahal itu impian oppa dan oppa berharap aku meneruskannya. Oppa pernah berkorban dan melindungiku agar aku memperoleh segala hal yang baik,” ujar Minna, terisak, “akupun sekarang melakukan itu, oppa. Aku memilih jadi manager artis Hyomi karena aku juga ingin berkorban dan melindungi orang yang kusayangi. Aku sudah menganggap Hyomi dongsaengku sendiri… dan aku yakin oppa akan mengerti keputusanku ini. Oppa… mulai sekarang aku akan sering mengunjungi oppa. Aku janji akan datang lagi lain kali. Oh, aku lupa tanyakan kabar oppa di surga sana. Apakah surga itu indah, oppa? Apakah oppa bahagia? Apakah oppa sudah tinggal bersama dengan appa sekarang? Oppa jangan khawatir, aku akan berusaha bahagia dan tidak cengeng lagi mulai sekarang. Demi oppa, aku akan jadi Kim Minna yang tidak merepotkan orang lain lagi.”

Minna kini tersenyum dan menyentuh foto Ryeowook.

Oppa… tolong jadi perantaraan doaku ya. Ketika oppa bertemu Tuhan, tolong mohon pada Tuhan untuk melindungi eomma dan selalu memberkati langkahku. Oppa, sampaikan salamku untuk appa juga ya. Katakan aku sangat mencintai dan merindukannya. Oppa jangan pernah lupakan aku ya… aku juga mencintai oppa. Ryeowook oppa saranghaeneomuneomu saranghae…” kata Minna, berusaha terdengar ceria.

Minna menoleh dan memberi isyarat pada Minwoo untuk berbicara dengan Ryeowook juga. Minwoo membungkukkan badannya di depan nisan Ryeowook.

Anyeonghaseyo, Ryeowook hyung, aku Ha Minwoo, sahabat Minna. Hyung, aku sudah menganggap Minna sebagai yeodongsaengku sendiri. Kalau hyung izinkan, aku akan menggantikan posisi hyung untuk melindungi Minna mulai dari sekarang. Hyung tidak keberatan kan? Mungkin aku tidak bersuara indah, tidak bisa main piano dan tidak bisa memasak… tapi setidaknya aku bisa menjadi tempat curhat Minna. Boleh ya, hyung? Jebal…” mohon Minwoo.

Minna mendengus, untuk pertama kalinya hari ini merasa ingin tersenyum.

Hyung, aku akan mengunjungi hyung lagi lain kali dengan Minna. Mudah-mudahan hyung bahagia di atas sana. Sekali lagi, jangan khawatir,” pinta Minwoo, “aku akan bertanggungjawab atas keselamatan Minna.”

Minna berdiri dan menggenggam tangan Minwoo. Perlahan, dia meletakkan kepalanya ke lengan Minwoo. Keduanya diam, memandangi nisan Ryeowook, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

“Sesungguhnya itulah yang terjadi hyung,” ujar Minwoo mengakhiri ceritanya.

Heechul menghela nafas panjang. Dia iri pada Minwoo. Seandainya dia bisa menggantikan posisi Minwoo dan menjaga Minna saat ini… Tapi Minwoo sudah menegaskan kalau dia menganggap Minna yeodongsaengnya. Heechul tidak boleh merasa resah lagi pada Minwoo.

“Tapi Minna sakit, hyung.”
Mwoya?” tanya Heechul, merasa perlu mengecek telinganya.
“Aku akan menceritakannya karena aku berharap hyung bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan Minna, karena kalian… sesungguhnya saling mencintai,” kata Minwoo, membuat Heechul terkesiap.
“Kau yakin soal itu, Minwoo? Kau yakin Minna mencintaiku?”
Ne. Hanya nama hyung, Ryeowook hyung dan appa-nya yang digumamkan Minna pada saat dia tidur tadi. Dan dia memanggil hyung dengan sebutan oppa.”

Heechul bersedia mengorbankan apapun dalam hidupnya jika dia pernah sekali saja mendengarnya langsung dari mulut Minna… Mendengar Minna memanggil Heechul dengan sebutan “oppa”.

“Tapi… tetaplah menganggap Minna sehat. Jangan pernah menganggap dia sakit atau Minna akan tau bahwa aku juga sudah mengetahui semuanya.”
“Sakit apa…?”
“Ablasio retina. Minna sudah menjalani satu bulan pengobatan, namun keadaannya memburuk,” ujar Minwoo, suaranya dingin sekarang.

Heechul menutup mulutnya, memandangi Minwoo dengan tidak percaya ketika mendengar penuturan Minwoo. Dibanding ingin menangis, Heechul lebih merasa marah, namun tidak tau pada siapa dia seharusnya marah dan bagaimana melampiaskan kemarahannya.

“Kalau keadaannya semakin memburuk dan obat-obatan tidak bisa mencegahnya… hanya operasi solusi terakhirnya. Itupun masih tergantung apakah operasinya akan berhasil atau tidak. Minna akan mengalami kebutaan perlahan,” ujar Minwoo, seolah baru saja memberikan vonis hukuman mati pada Heechul.
“Minna… kehilangan appa-nya… kehilangan Ryeowook… lalu dia juga akan kehilangan penglihatannya? KENAPA BISA BEGITU? KENAPA TUHAN TEGA MEMBERIKAN MINNA BEGITU BANYAK COBAAN?”
Hyung, tenanglah… kita harus banyak berdoa sekarang, sambil menguatkan Minna. Obat-obat masih bisa diusahakan demi kesembuhan Minna. Aku tau para dokter kepercayaanku sedang melakukan apapun yang terbaik untuknya,” yakin Minwoo, “hyung, kita harus membuat Minna ceria kembali, entah apapun caranya. Hanya itu yang bisa membuat Minna kembali bersemangat. Ah, bukan. Hanya hyung yang bisa membuat Minna memiliki harapan tinggi untuk sembuh.”

Heechul mengepalkan tangannya. Dia tidak akan berhenti walaupun Minna menolaknya. Dia akan membuat Minna mengakui bahwa Minna mencintainya juga. Heechul tidak peduli lagi pada apapun, termasuk Junyoung. Heechul hanya menginginkan Minna yang bahagia. Dan dia tau, dialah yang mampu memberikan Minna kebahagiaan itu sekarang.

“Tapi… hyung tidak akan meninggalkan Minna kan, seandainya dia tidak sembuh?” tanya Minwoo takut-takut.

Heechul memandangi Minwoo dengan sorot mata tajamnya, “tidak akan, Minwoo. Kau boleh menghajarku sampai mati kalau aku mengingkarinya.”

Minwoo kembali melayangkan pandangannya ke langit, menekuk kakinya dan memeluk lututnya. Heechul menepuk pundak Minwoo.

Gomawo, Minwoo-ya.”

1 comment:

  1. hyomi lama2 ngeselin nie -___- malu2in (?) lg lol u__u
    udh pake mabok, outfit'a minim (?), melakukan hal aneh (?) lg iiih D:

    iiih tuh khan hyomi jd ngeselin abis, nyebut nama minna dgn penuh sinis gtu, memasang perangkap kek cwek nggak bener lg :|

    "Dialah yang selalu menemukanku ketika aku tersesat, entah dimanapun aku berada, entah bagaimanapun caranya, ketika aku meneriakkan namanya, dia pasti akan bisa menemuiku,”
    [*] AAAAH SOOOOO SWEEET ;_________________;

    "Menginjakkan kaki di rumahku hanya akan membuatku teringat padanya. Piano membuatku ingat padanya. Menjadi artis membuatku ingat padanya. Aku ingin melupakan bahwa dia pernah hadir di hidupku, aku ingin luka hatiku sembuh,”
    [*] SEDIH BGD BAGIAN INI OMG T______________T

    Semenjak oppa tidak ada, aku selalu berusaha sendiri ketika tersesat. Aku sekarang di Seoul, oppa. Ada orang-orang baik seperti Lee Hyomi dan Jung Heechul yang menolongku ketika aku tersesat.
    [*] OMG KATA-KATA INI SAYA JUGA SUKA ;A;

    Mungkin aku tidak bersuara indah, tidak bisa main piano dan tidak bisa memasak… tapi setidaknya aku bisa menjadi tempat curhat Minna. Boleh ya, hyung? Jebal…” mohon Minwoo.
    [*] HIYAAAA MINWOO KATA2NYA POLOS BGD, BKIN TAMBAH SEDIH T^T

    untung ada minwoo *>_<* akhirnya semua'a jelas di heechul syukurlah *>_<*
    minna sembuh donk ;A;

    ~Stella.

    ReplyDelete